Di Susun Oleh:
Mengetahui
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
PadaNy.M Dengan Diagnosa Medis ulkus Diabetik Diruang Sistem Integumen”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPKII).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKESEKA
HARAP Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina,.Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES EKA HARAP Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Lala Veronica
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..........................................................................................4
2.1.1 Definisi Meningitis......................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................4
2.1.3 Etiologi........................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi Meningitis.................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.................................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................10
2.1.7 Komplikasi................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................11
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................15
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................15
2.3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................19
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................19
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN................................................................30
3.1Pengkajian.....................................................................................................31
3.2 Analisa Data.................................................................................................40
3.3 Rencana Keperawatan..................................................................................44
3.4 Implementasi dan evaluasi...........................................................................52
BAB IV
PENUTUP.......................................................................................................63
4.1Kesimpulan..................................................................................................65
4.2Saran.............................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................67
LAMPIRAN
SAP
LEFLET
JURNAL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein
( Askandar, 2000 ). Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin,
2001: 543).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes
Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting
untukterjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001:
1220), adalah sebagai berikut :
1. Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
2. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus)
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.
4. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada pasien dengan khusunya pada Ny.M dengan diagnosa medis
Ulkus Diabetikdi Sistem Integumen
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan tentang asuhan
keperawatan pada Ny.M yang komprehensif dengan diagnosa Penyakit
Ulkus Diabetikdi RS Dr.Doris Sylvanus?
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar PenyakitUlkus Diabetik?
1.2.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Ulkus Diabetik?
1.2.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.M
dengan penyakitUlkus DiabetikdiSistem Integumen?
1.2.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan
pada pada Ny.Mdengan Ulkus Diabetik diSistem Integumen?
1.2.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.M
dengan penyakitUlkus DiabetikdiSistem Integumen?
1.2.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.M dengan
penyakitUlkus DiabetikdiSistem Integumen?
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa Ulkus Diabetik
1.3.2 Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab
pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan
mandiri.
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.3.4 Manfaat Bagi IPTEK.
Dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi setiap orang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau
destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes
Mellitus (DM) akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri
perifer. Ulkus diabetikum dapat dicegah dengan melakukan intervensi sederhana
sehingga kejadian angka amputasi dapat diturunkan hingga 80%. Amputasi
memberikan pengaruh besar terhadap seorang individu, tidak hanya dari segi
kosmetik tapi juga kehilangan produktivitas,
Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien
dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari
akan mengalami ulkus pada kakinya. Di Indonesia kejadian diabetes mellitus
termasuk urutan ke 7 terbesar di dunia yaitu 7,6 juta orang, sedangkan kejadian
penderita ulkus diabetes sebesar 15% penderita DM. Bahkan mortalitas dan
amputasi masih tinggi yaitu 32,5% dan 23,5%.Diabetes Melitus seringkali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka
yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlu melakukan tindakan amputasi.
Diperkirakan sekitar 15% penderita Diabetes Melitus dalam perjalanan
penyakitnya akan mengalami komplikasi Ulkus Diabetik terutama Ulkus Kaki
Diabetikum. Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua
pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati
perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan
kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan
lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya.
Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh
dunia.
(Gambar 2.1 Ulkus Diabetikum)
2.1.1 Integumen
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang
paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut,
kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli
perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan,
mencegah dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu
untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam
pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis
pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini
juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang
berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk
mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit
termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah,
pembuluh getah bening, saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yang menutupi,
kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan
jaringan ikat (dermis) dan lapisan yang mendasari (hypodermis atau subcutis).
Selain kulit, ada pula rambut dan kuku yang termasuk kedalam sistem
integumen. Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terluar.
Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut
yang berada jauh di bawah dermis. Serta pada kuku tumbuh dari sel mirip gel
lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari
ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi
utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara
lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
2.1.2 Anatomi Fisiologi (SISTEM INTEGUMEN)
2.1.2.1 Epidermis
Epidermis, lapisan epidermis ini terbagi menjadi:
2.1.3. Etiologi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, yaitu :
a. Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang
bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa
nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang
tidak terasa. Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa
jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
b. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah
sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren
diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun
angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu
sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati).
2.1.4. Klasifikasi
kaki atau sebagian tungkaiWagner (1983) membagi gangren kaki diabetik
menjadi enam tingkatan , yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan :
a. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama
di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
b. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem
kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
2.1.5Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
kaki diabetes. ( Askandar, 2001 )
Tidak mampu
menghasilkan insulin
Glukosa meningkat
RR: kurang lebih 22 x/menit, vokal premitus antara kanan dan kiri sama,
2. B2 (blood)
Pada inspeksi penyembuhan luka yang lama. Pada palpasi ictus cordis tidak
teraba, nadi 84 x/menit, irama reguler,CRT dapat kembali kurang dari 3 detik,
palpasi kuat lokasi radialis. Pada perkusi suara lup-dup,Pada auskultasi bunyi
jantung normal dan mungkin tidak ada suara tambahan seperti gallop rhytme
ataupun murmur.
3. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu diperlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah
composmentis, somnolen, atau koma.
4. B4 (Bladder)
Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan pengukuran volume
output urine perlu dilakukan, sehingga perawat memonitor apakah terdapat
oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel)
Infeksi luka, adakah distensi abdomen kemungkinan adanya pendarahan
dalam cavum abdomen, palpasi adaka spasme/defance mascular dan abdomen
adakah nyeri tekan pada quadran berapa, jika ada ulkus berapa kedalamannya,
perkusi adakah nyeri ketok dan pada quadran berapa, kemungkinan-kemungkinan
adanya cairan/ udara bebas dalam cavum abdomen. Auskultasi kemungkinan
adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang
6. B6 (Bone)
Infeksi adakah jejas dan kelainan bentuk extremitas terutama daerah pelvis,
palvasi adakah ketidak stabilan pada tulang pinggung atau pelvis.
2.3.1.7 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kulit dan rambut
Inspeksi
Warna kulit : merah muda (normal), tidak ada lesi
Jumlah rambut : tidak rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : bersih
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering tidak ada
edema, tidak ada lesi.
2. Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
Inspeksi : Bentuk bola mata lonjong, sklera ikhterik.
4. Telinga
Inspeksi : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
serumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan.
5. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan.
6. Mulut
Inspeksi : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa
lembab.
7. Leher
Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
8. Paru
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : getaran lokal femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi : normal
Perkusi : resonan
9. Abdomen
Inspeksi : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri
Perkusi : resonan
10. Ekstremitas atas
Inspeksi : tangan kanan dan kiri normal, terpasang infus RL.
11. Ekstremitas bawah
Inspeksi : terdapat luka dikaki kiri
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan (D.0077 hal. 172)
2.2.2.2 Gangguan Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka Ulkus
(D.0129 hal 282)
2.2.2.3 Resiko infeksi berhubungan port de entre (D.0142hal : 304)
2.3.2.4 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056 hal 128)
2.3.2.5Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka kaki
(D.0055 hal.126)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan Manajemen Nyeri SLKI (I.08238, hal: 201) Manajemen Nyeri (I. 08238, hal: 201)
luka ulkus diabetik (D.0074 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
hal 173) selama 1x7 jam diharapkanrasa nyeri - Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
hilang/berkurang kualitas, intensitas nyeri
Dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. TTV dalam batas normal - Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Penderita dapat melakukan metode atau - Identifikasi faktor yang memperberat
tindakan untuk mengatasi nyeri. dan memperingan nyeri
3. Exspresi wajah klien rileks - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tanda vital dalam batas normal tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
2.Kerusakan Gangguan Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan SLKI secara tepat
Integritas Kulit berhubungan (L.1425 hal 33) - Ajarkan teknik nonfarmakologisu untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7
dengan luka Ulkus Diabetik mengurangi rasa nyeri
jam pada klien menunjukan kerusakan
integritas kulit teratasi, dengan kriteria hasil: Kolaborasi
1. Kerusakan lapisan kulit menurun (skor 5) - Kolaborasi pemberian analgetik, jika
2. Nyeri menurun (skor 5)
3. Perdarahan menurun (skor 5) perlu
Terapeutik
-Modifikasi lingkungan (misal ,pencahyaan,
kebisingan ,suhu ,matras dan tempat tidur)
-Batasi waktu tidur siang,jika perlu
-Fasilitasi menghilangkan sebelum tidur
-Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(misal,pijat,pengaturan posisi,terapi akrupesur)
Edukasi
-Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
-Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
-Anjurkan mengindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
-Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
-Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (misal,psikologis;gaya
hidup,sering berubah shift bekerja)
-Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya.
5.Intoleransi Aktivitas Toleransi aktivitas (L.0547, hal 149)
berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan selama 1x7 jam
diharapkan mobilitas pasien meningkat.
Kelemahan Otot,fisik
Dengan Kriteria Hasil :
(D.0056,hal.128) -Kemudahan dalam melakukan aktivitas
sehari-haricukup meningkat (skor 4)
-Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
(skor 4)
-Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
(skor 5)
KETERANGAN:
Laki-laki =
Perempuan =
Meninggal =
Hubungan Keluarga =
Pasien =
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA
PENYEBAB
OBYEKTIF
4. DS :
-Klien mengatakan sulit Protein meningkat Gangguan Pola Tidur
tidur
DO : Kehilangan nitrogen
-Klien tampak lesu
-Mata klien tampak sayu Gliserol meningkat
-Pasien tampak menguap
- Pola tidur malam: Glukosoria
3 jam (Selama sakit)
Diaresis osmotik
8 jam (Sebelum sakit)
-Pola tidur siang: Poliuria polidipsi
30menit(Selama sakit)
Gangguan pola tidur
20menit(Sebelum sakit)
5. DS :
-Klien mengatakan sulit Neuropati Motorik Intoleransi Aktivitas
beraktivitas
DO : Kelemahan dan atropi
- Tanda-tanda Vital otot
TD: 130/90 mmHg
N: 76x/M
Kekakuan gerak sendi
S: 36,80C
RR: 20x/M.
Gangguan Mobilitas fisik
-Klien tampak berbaring
terlentang di tempat
tidur
-Klien tampak di bantu
keluarga dalam
melakukan aktivitas
-Skala Aktivitas : 3
PRIORITAS MASALAH
1.Nyeri berhubungan dengan luka ulkus diabetik di tandai dengan pasien
mengeluh mengalami luka membusuk di kaki kiri, sekitar luka tampak
menghitam, merah, bengkak dan mengeluarkan nanah.
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka ulkus diabetik di tandai
dengan klien mengatakan ada luka di bagian kaki kiri dan tidak kunjung
sembuh,luka tampak menghitam,muncul kemerahan pada area luka,
mengeluarkan nanah dan mengalami edema di bagian kaki kiri,tampak luas
luka 25 Cm terlihat kedalaman luka 1 cm dengan lapisan kulit hilang ada
nekrosis sekitar luka
3. Resiko infeksi berhubungan port de entre di tandai dengan rasa nyeri yang tak
kunjung hilang,muncul kemerahan pada area kulit yang terluka,keluar nanah
dan beraroma tak sedap dari luka pada kaki kiri
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka kaki ,di tandai
dengan Klien mengatakan sulit tidur.Kalien tampak lesu , Pasien tampak susah
tidur.Pola tidur malam: 3 jam (Selama sakit) 8 jam (Sebelum sakit), Pola tidur
siang: tidak tidur siang (Selama sakit), 30 menit(Sebelum sakit).
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot fisik, di tandai
dengan klien mengeluh tidak mampu melalukan akitivitasnya karna sulit luka
pada bagian kaki kiri, TD = 1300/90 mmHg,Nadi = 76 x/menit,RR = 20
x/menit,Suhu =36,8 ,skala aktivitas : 3,Klien dibantu keluarga dalam
melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.M
Ruang Rawat : Sistem Integumen
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional
1.Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi,lokasi,karakteri 1.Mengetahui lokasi terjadinya
dengan luka ulkus keperawatan 1 x 7 jam di stik,durasi,frekuensi,kualita nyeri
diabetik dibuktikan harapkan Nyeri berkurang s,intensitas nyeri 2.Mengetahui skala nyeri
dengan Klien mengeluh dengan kriteria hasil: 2.Identifikasi skala nyeri 3.Mengetahui faktor pemberat
Nyeri, nyeri seperti Setelah dilakukan tindakan 3.Identifikasi faktor yang nyeri
ditusuk-tusuk, nyeri keperawatan selama 2 x 8 memperberat dan 4.Memberikan kenyaman untuk
terasa di kaki bagian jam maka tingkat nyeri memperingan nyeri mengurangi nyeri
kiri skala nyeri 8 menurun, dengan kriteria 4.Berikan teknik 5.Untuk mengontrol lingkungan
( Nyeri berat), nyeri hasil: nonfarmakologis untuk yang memperberat nyeri
dirasakan secara 1. Keluhan nyeri cukup mengurangi rasa nyeri (mis. 6.Mengajarkan teknik napas
mendadak dengan menurun (4) TENS,hypnosis, akupresur, dalam untuk mengurangi nyeri
durasi ± 5-10 menit 2. Klien Tidak Meringis (5) terapi musik, biofeedback, 7.Untuk meredakan nyeri
Klien Tampak Gelisah, 3. Klien Tidak Gelisah (5) terapi pijat, aroma terapi,
KlienTampak,Meringis 4. Kesulitan tidur menurun teknikimajinasi terbimbing,
Skala Nyeri 8 (Nyeri (5) kompres hangat/dingin,
berat) TTV :TD = 5. Tanda-tanda vital : terapi bermain)
1300/90 mmHg,Nadi = TD = 1300/90 mmHg 5.Kontrol lingkungan yang
76 x/menit, RR = 20 Nadi = 76 x/menit memperberat rasa nyeri
RR = 20 x/menit (mis. Suhu ruangan,
x/menit, Suhu =36,8
Suhu =36,8 pencahayaan, kebisingan)
6.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perluseperti
paracetamol
3.Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x8 jam, infeksi local dan sistemik gejala infeksi
luka port de entre maka tingkat infeksi menurun, 2. Berikan perawatan kulit pada 2. Memberikan perawatan
area edema pada kulit yang beresiko
dibuktikan dengan dengan Kriteria Hasil:
3. Pertahankan teknik aseptic infeksi
Klien mengeluh luka 1.Kemerahan pada kulit klien pada pasien berisiko tinggi 3. Memepertahakan teknik
membusuk di kaki kiri menurun (skor 5) 4. Anjurkan meningkatkan aseptic pada pasien
di temukan di sekitar 2.Luka yang memburuk cukup asupan nutrisi beresiko tinggi
luka tampak membaik(skor 4) 5. Anjurkan meningkatkan 4. Menganjurkan
menghitam,merah,beng 3.Exspresi wajah klien rileks asupan cairan meningkatkan asupan
kak dan mengeluarkan 6. Ajarkan cara memeriksa nutrisi
kondisi luka atau luka operasi 5. Menganjurkan
nanah,TTV:TD=130/9
meningkatkan asupan
mmHg,Nadi=76x/meni cairan
t,RR = 20 x/menit,Suhu 6. Mengajarkan cara
memeriksa luka
=36,8
1.Mengumpulkan data
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
4. Gangguan pola tidur keperawatan 1x7 jam tidur seberapa lama aktivitas
berhubungan dengan diharapkan masalah gangguan 2. Modifikasi lingkungan dan tidur klien
rasa nyeri pada luka pola tidur dapat teratasi, 3.Sesuaikan jadwal pemberian 2.Menciftakan lingkungan
kaki ditandai dengan dengan kriteria hasil : obat yang nyaman
Ny.M mengeluh sulit 1. Keluhan sulit tidur cukup 4. Tetapkan jadwal tidur rutin 3.Membantu dalam
tidur,gelisah,ekspresi menurun (Skor 2) 5. Jelaskan pentingnya tidur menunjang siklus tidur
wajah meringis,tidak 2. Keluhan sering terjaga cukup selama sakit 4.Waktu tidur menjadi
ada aktivitas tidur menurun (Skor 1) 6.Anjurkan menepati kebiasaan terkontrol
waktu tidur
siang,aktivitas tidur 3. Keluhan tidak puas tidur 5.Memberitahukan
malam 3 jam. menurun (Skor 1) pentingnya kecukupan
4. Keluhan pola tidur berubah tidur untuk meningkatkan
cukup menurun (Skor 2) kesehatan
5. Keluhan istirahat tidak 6. Mendorong waktu tidur
cukup menurun (Skor 1) tepat waktu.
2. 03 November 2020
1. Memonitor karakteristik luka S: pasien mengatakan luka di kaki kiri mulai
10:00 WIB
2. Memonitor tanda-tanda membaik
infeksi O:
3. Melepaskan balutan dan - luka dibersihkan dengan teknik steril
plester secara perlahan - tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
Lala Veronica
4. Membersihkan dengan cairan (kemerahan,panas,pembengkakan,pus,aro
NaCl atau pembersih ma tidak sedap)
nontoksik - Kaki kiri klien tampak tidak ada edema
5. Membersihkan jaringan - kerusakan lapisan kulit menurun
nekrotik A: Masalah teratasi sebagian
6. Memberikan salep yang P: Lanjutkan intervensi 3,4,7,11
sesuai kekulit/lesi
7. Memasang balutan sesuai
jenis luka
8. Mempertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
9. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
10 Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
11. Berkolaborasi pemberian
antibiotic
3. 04 November 2020
1. Memonitor tanda dan gejala S :
10:00 WIB
infeksi local dan sistemik -Klien mengatakan kaki kiri klien
2. Memberikan perawatan kulit bengkak (edema) berkurang Lala Veronica
pada area edema -Klien mengatakan luka semakin
3. Mempertahankan teknik membaik
aseptic pada pasien berisiko O :
tinggi -Klien tampak nyaman setelah selesai
4. Menganjurkan meningkatkan melakukan perawatan luka
asupan nutrisi -Luka klien tampak di balut
5. Menganjurkan meningkatkan -Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
asupan cairan A :Masalah teratasi sebagian
6.Mengajarkan cara memeriksa P : Lanjutkan Intervensi 3,5,6
kondisi luka atau luka operasi
7.Berkolaborasi dalam
pemberian obat
4. 05 November 2020
S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur
10:00 1.Mengidentifikasi pola aktivitas
malam hari Lala Veronica
dan tidur O:
2. Memodifikasi lingkungan -Pasien tampak tidak gelisah
3.Sesuaikan jadwal pemberian -Pasien tampak segar tidak lesu
obat -Pasien tampak meminum air putih
4. Menetapkan jadwal tidur rutin sebelum tidur
5. Menjelaskan pentingnya tidur -Pasien tampak mengerti penjelasan
cukup selama sakit pentingnya tidur cukup selama sakit
6.Menganjurkan menepati -Pasien tampak menghindari makanan
kebiasaan waktu tidur dan minuman yang mengganggu tidur
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,3,6
Lala Veronica
5. 06 November 2020
S : Klien mengatakan sulit beraktivitas
10:00 WIB 1.Mengobservasi respon pasien
O:
terhadap aktivitas.
2. Membantu aktivitas sehari- - Klien mengalami kelemahan ektremitas
hari sebagian/seluruhnya. bawah kaki kiri
3. Mengintruksikan pasien - Aktivitas hanya di tempat tidur
tentang teknik penghematan - Klien tampak berlatih melakukan
energi. aktivitas fisik
4. Mengobservasi keefektifan -Kekuatan otot
pasien melakukan teknik 5 5
penghematan energi. 3 5
5. Menganjurkan klien untuk A : Masalah teratasi sebagian
melakukan aktivitas sesuai P : Lanjutkan Intervensi 3,4,5
dengan kemampuannya
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tanggal,jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan
perawat
1. Diagnosa 1 1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S :Pasien mengatakan nyeri berkurang
02 November 2020 O:
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
10:00 WIB -Pasien tampak tidak meringis saat saat
nyeri melakukan aktivitasnya
-Skala nyeri berkurang jadi = 4 (sedang)
2.Mengidentifikasi skala nyeri Lala Veronica
3.Mengidentifikasi faktor yang -Ekspresi wajah klien rileks
-Klien tampak tenang dan dapat
memperberat dan memperingan nyeri mengontrol nyeri yang di rasakan
4.Memberikan teknik nonfarmakologis -Tanda-tanda vital :
TD = 130/90 mmHg
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Nadi = 76 x/menit
TENS, hypnosis, akupresur, terapi RR = 20 x/menit
Di Susun Oleh:
1.1.3 Manfaat
2.Mahasiswa
3.Institusi
1.1.3 Materi
a. Pengertian
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer.(Andyagreeni,2010)
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes.
Kadar LDL(bahaya >160mg/dl) yang tinggi memainkan peranan penting
untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada
dinding pembuluh darah.(Zaidah, 2005).
Luka kaki diabetes adalah penyebab hilangnya anggota tubuh pada pasien
diabetes yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk deformitas, neuropati
sensori, kondisi kulit yang tidak sehat dan infeksi (Pei, 2013).
1.1.4 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
pada Ny.M dan keluarga meliputi :
1. Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-
petunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya.
1.1.5 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Ulkus Diabetik pada tubuh pasien.pada Ny.M dan keluarga adalah:
1. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk publikasi singkat dalam bentuk selebaran yang
berisi informasi mengenai suatu hal atau peristiwa
1.1.6 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Senin, 02 November 2020
2. Pukul : 08.00 S/d Selesai
3. Alokasi Waktu : 20 menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 2 menit 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan salam dan
2. Menjelaskan tujuan dari tujuan memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang :
materi penyuluhan mengenai
1.Pengertian nyeri
2.Tujuan manajemen nyeri non Mendengar,
pharmacologis 5 menit memperhatikan,
3.Cara sederhana mengatasi
nyeri
5 Menit Memperhatikan dan
3
Demontrasi
4 Evaluasi :
Menanyakan pada peserta tentang
materi yang telah diberikan, dan Tanya Jawab
meminta kembali peserta untuk 6 menit
mengulang materi yang telah
disampaikan.
5 Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2 menit 2. Menjawab salam
perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup
Keterangan:
perawatannya
diharapkan tindakan 1.Kontrol gula darah.
amputasi dapat
diturunkan.
2. Gunakan sepatu dan 8. Cari tempat TERIMAKASIH
kaos kaki yang tepat perawatan kaki
untuk seuai ukuran kaki
dan kelainannya SEMOGA
yang paling baik
BERMANFAAT !!
menurut anda.
!
9. Hindari merendam
kaki terlalu lama
3. Periksa kaki setiap dan
hari atau dengan menggunakan air
bantuan keluarga
panas ataupun
bantalan panas
(alas pijat kaki).
7. Rawat sepatu
(periksa dan
bersihkan
sebelum
digunakan).
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus ... (Eka Fitria, Abidah Nur, Nelly Marissa, Nur
Ramadhan)
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr. Zainal
Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh
Abstract
Diabetic mellitus remains prevalent in the world. It is a condition of hyperglycemia which are
at risk of macrovascular and microvascular complications. One of diabetes complications is
diabetic ulcers caused by loss of sensation of pain due to neuropathy. The research objective
was to assess the characteristics of ulcers in diabetic patients in two general hospitals in
Banda Aceh with cross sectional study design with purposive sampling. This study planned to
observe a number of 215 diabetic patients. There were 57 people with diabetic ulcers including
inpatients and outpatients in two general hospitals in Banda Aceh in the period November-
December 2015. Observations were made to assess characteristics of ulcer sufferers. The
result showed characteristics of Meggitt Wagner grade 1 ulcer criteria who were dominated
by women. Other characteristics included the number of ulcer in only one place, location on
foot, minimal exudate, such as a cliff-edged ulcer, skin around the ulcer has minimal
inflammation in red pale, ulcer without pain and without maceration. Patients with diabetic
ulcers should always observe hygiene, foot health and wound care.
Abstrak
Diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan di dunia. DM merupakan kondisi
meningkatnya kadar gula darah yang berisiko menimbulkan komplikasi makrovaskular dan
mikrovaskular. Prevalensi DM terus meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah
satu komplikasi DM adalah ulkus diabetikum yang terjadi akibat berkurangnya sensasi nyeri
karena neuropati. Tujuan penelitian adalah menilai karakteristik ulkus pada penderita DM di
dua rumah sakit umum Kota Banda Aceh. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain
153
potong lintang. Teknik pengambilan sampel adalah secara purposive. Penelitian ini
direncanakan mengamati ulkus diabetikum pada 215 pasien DM. Sampel yang didapatkan
berjumlah 57 orang penderita ulkus diabetikum yang dirawat dan berobat jalan di dua rumah
sakit umum Banda Aceh periode November sampai Desember 2015. Pengamatan dilakukan
untuk menilai karakteristik ulkus yang diderita oleh responden. Hasil penelitian didapatkan
karakteristik ulkus diabetikum kriteria Meggitt Wagner grade 1 didominasi oleh perempuan.
Karakteristik lainnya berturut-turut adalah jumlah ulkus hanya pada satu tempat, lokasi di kaki,
eksudat minimal, ulkus bertepi seperti tebing, kulit di sekitar ulkus dengan inflamasi minimal
berwarna merah muda, ulkus tanpa nyeri dan tanpa maserasi. Penderita ulkus diabetikum
hendaknya selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan kaki dan melakukan perawatan luka.
Kata kunci : Karakteristik ulkus diabetikum, Diabetes Mellitus, neuropati, perawatan kaki
154
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus ... (Eka Fitria, Abidah Nur, Nelly Marissa, Nur
Ramadhan)
vaskuler.4
yang menderita DM ≥ 5 tahun berkemungkinan untuk mengetahui lesi yang sedang diobati,
hampir dua kali untuk menderita ulkus mempelajari hasil pengobatan dan dapat memberi
dibandingkan dengan orang yang menderita DM pemahaman tentang kaki diabetik.12 Sampai
kurang dari 5 tahun.8 Semakin lama seseorang saat ini sistem klasifikasi yang digunakan untuk
menderita DM maka semakin besar peluang menentukan derajat ulkus diabetik adalah kriteria
untuk menderita hiperglikemia kronik yang pada Meggit-Wagner dan University of Texas
neuropati.6
Jenis kelamin
-Laki- 26 45,6
Us laki 31 54,4
ia -Peremp
uan
- Dewasa awal (26-35 4 7,0
tahun)
- Dewasa akhir (36-45 5 8,8
tahun)
- Lansia awal (46-55 tahun) 15 26,3
- Lansia akhir (56-65 tahun) 26 45,6
- Manula (65 tahun ke atas) 7 12,3
Lama menderita DM
- 0-6 bulan 5 8,8
- 6-12 bulan 1 1,7
- 1-5 tahun 20 35,1
- 6-10 tahun 14 24,6
-11-15 tahun 9 15,8
-16-20 tahun 5 8,8
- 21-25 tahun 2 3,5
- >25 tahun 1 1,7
Pemakaian krim kaki
- Ada 23 40,35
- Tidak ada 34 59,65
- 1 ulkus 36 63,2
- >2 ulkus alat gerak sama 17 29,8
- >2 ulkus kedua alat gerak 4 7.0
Lokasi
Jumlah- Kaki kanan 26 45,6
- Kaki kiri 25 43,9
- Kaki kanan dan kiri 6 10,5
Eksudat
- Tanpa eksudat 32 56,1
- Eksudat minimal 17 29,8
- Eksudat sedang 8 14,1
Tepi ulkus
- Bertepi seperti garis pantai 22 38,6
- Bertepi seperti tebing 26 45,6
- Inflamasi atau tepi rusak 9 15,8
Kulit sekitar ulkus
Edema
- Minimal <2 centimeter 38 66,7
- Sedang (semua kaki) 14 24,5
- Berat (kaki dan tungkai) 5 8,8
Dr. M. Djamil Padang.14 Menurut Perhimpunan darah yang tidak terkontrol. Kadar gula darah
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia yang tidak terkontrol pada pasien ulkus
(PERKI) 2015, penyakit diabetes lebih banyak didapatkan lebih dari 200 mg/dl. Menurut
ditemukan pada perempuan dibanding laki- Decroli, rata-rata kadar gula darah pasien dengan
ulkus di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah 315
laki,15 dengan demikian kasus ulkus juga
mg/dl dengan lama menderita diabetes 1-10
banyak ditemukan pada kaum perempuan.
Penderita ulkus diabetikum mayoritas adalah tahun.14 Hiperglikemia berpengaruh terhadap
perempuan yang dominan berumur 56-65 tahun perkembangan komplikasi diabetes melalui
Senada dengan hasil penelitian Utami didalam tubuh.23 Pada orang dengan
yang melaporkan bahwa penderita ulkus pengendalian glukosa darah yang buruk
kebanyakan ditemukan pada responden yang berkemungkinan 5,8 kali untuk terjadinya ulkus
berusia 55-60 tahun.16 Menurut Agency for diabetikum dibandingkan dengan orang yang
Healthcare Research and Quality (AHRQ) mengendalikan glukosa darahnya dengan baik.
tahun 2008, sebanyak 10% ulkus diabetikum Pengendalian kadar gula darah penting dilakukan
dengan pemeriksaan HbA1c minimal 2 x setahun
ditemukan pada kategori usia 45-54 tahun.17
disamping tetap mengikuti tatalaksana DM
Dekade 4 dan 5 merupakan kelompok umur
yang paling umum dari penderita diabetes yang dengan baik.8
mengelola infeksi pada luka.30 Yang penting meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada kulit
harus dipahami dalam penyembuhan luka kaki dan kaki. Perawatan kulit pada kaki diabetes
diabetik antar lain, perfusi yang adekuat, sangat perlu diperhatikan supaya tidak timbul
debridement, pengendalian infeksi, dan luka yang bisa berujung kepada infeksi.
Perawatan kaki yang perlu dilakukan seperti
mengurangi risiko tekanan pada kaki.31
mencuci kaki dan kulit dengan sabun yang
Ulkus kaki diabetik sering terjadi karena
lembab, menggunakan air yang tidak terlalu
kombinasi neuropati (sensorik, motorik,
panas, memakai krim/lotion pada kaki dan kulit
otonom) dan iskemia, kondisi ini diperparah lagi
namun jangan diantara sela- sela jari kaki untuk
dengan infeksi. Neuropati diabetikum menjadi
menghindari pertumbuhan bakteri.33
faktor risiko utama terjadinya ulkus pada kaki.
Hilangnya sensasi nyeri akan merusak kaki
secara langsung. Kerusakan saraf perifer sering KESIMPULAN
tidak dapat merasakan apapun. Penggunaan alas kriteria Meggitt Wagner grade 1, jumlah ulkus
kaki yang tidak sesuai ukuran dan neuropati hanya pada satu tempat, lokasi di kaki, eksudat
motorik akan merubah karakteristik dari postur minimal, ulkus bertepi seperti tebing, kulit
9. Roza RL, Afriant R, Edward Z. Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada pasien
diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1): 243-248.
10. Kartika RW. Pengelolaan gangren kaki diabetik. CDK. 2017; 44(1): 18-22.
11. Sadikin LM. Coping stres pada penderita diabetes mellitus pasca amputasi. Jurnal
Psikologi dan Kesehatan Mental. 2013; 02(03): 17-23.
12. Jain AKC. A new classification of diabetic foot complications.: a simple and effective
teaching tool. The Journal of Diabetic Foot Complication. 2012; 4(1):1-5.
13. Kahuripan A, Andrajati R, Syafridani T. Analisis pemberian antibiotik berdasarkan hasil
uji sensitivitas terhadap pencapaian clinical outcome pasien infeksi ulkus diabetik di
RSUD DR.
H. Abdul Moeloek Lampung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009; 6(2): 75-87.
14. Decroli E, Karimi J, Manaf A, Syahbuddin S. Profil ulkus diabetik pada penderita rawat
inap di bagian penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Maj Kedokt Indon. 2008;
58(1): 3-7.
15. Lukito AA, Rahajoe AU, Rilantono LI, Harimurti GM, Soesanto AM, Danny SS, dkk.
Pedoman tatalaksana pencegahan penyakit kardiovaskular pada perempuan. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015.
16. Utami DT, Karim D, Agrina. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum. JOM PSIK. 2014; 1(2): 1-7.
17. Agency for Healthcare Research and Quality. Prevalence of diabetes, diabetic foot ulcer,
and lower extremity amputation among medicare beneficiaries, 2006 to 2008. Effecive
Health Care Program. 2011;10 (11): 1-7.
18. Gupta A, Haq M, Singh M. Management option in diabetic foot according to Wagners
classification: an observational study. Jk Science. 2016; 18(1): 35-38.
19. Burzawa JK, Schmeler KM, Soliman PT, Meyer LA, Bevers MW, Pustilnik
20. TL, et al. Prospective evaluation of insulin resistance among endometrial cancer patients.
Am J Obstet Gynecol. 2011; 204 (4): 1-15.
21. Suba Z. Low esterogen exposure and/or defective esterogen signaling induces disturbances
in glucose uptake and energy expenditure. J Diabetes Metab. 2013; 4(5):1-10.
22. Levin ME. An Overview of The Diabetic Foot
1
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135
2
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135
ABSTRACT
DM is a disease where the level of glucose (simple sugar) in high blood because the body
cannot release or use insulin adequately. Type 2 diabetes can cause various chronic complications
such as diabetic foot disorders. The number of DM patients in Bukittinggi Achmad Mochtar Hospital
has increased in the last 2 years. In 2017 there are 1,350 DM patients, in 2018 there are 1,400 DM
patients who visit the International Clinic. Information obtained from officers at the Achmad Mochtar
Hospital International Police that officers did not provide health promotion about diabetic ulcers to
DM patients who visited the internal poly. The purpose of the study was to determine the
relationship level of knowledge and duration of suffering from diabetes with the incidence of diabetic
ulcers. Descriptive analytic research method with cross sectional design. The population was all type
2 DM patients who visited the Bukittinggi Achmad Mochtar Hospital interne poly, with an average
number of 117 people per month. The number of samples is 54 people, with sampling using
accidental sampling. Data was processed and analyzed using the chi-square test. The results of
univariate analysis showed that 72.2% of respondents had high level of knowledge, 61.1% had long
suffered from DM and 79.6% had no diabetic ulcer. Bivariate results have a correlation between level
of knowledge with the incidence of diabetic ulcer (p = 0,000) and there is a relationship between
knowledge and incidence of diabetic ulcer (p = 0.036 and OR = 8.696). It was concluded that there
was a relationship between level of knowledge and duration of suffering from diabetes with the
incidence of diabetic ulcers. It is expected that the hospital management will make counseling
information on diabetic ulcers for DM patients visiting the Bukittinggi Achmad Mochtar Hospital
interne poly.
ABSTRAK
DM adalah penyakit di mana kadar glukosa (gula sederhana) dalam darah tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara memadai. Diabetes tipe 2 dapat
menyebabkan berbagai komplikasi kronis seperti kelainan kaki diabetik. Jumlah pasien DM di
Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi telah meningkat dalam 2 tahun terakhir. Pada 2017 ada
3
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135
1.350 pasien DM, pada 2018 ada 1.400 pasien DM yang mengunjungi Klinik Internasional.
Informasi diperoleh dari petugas di Kepolisian Internasional Rumah Sakit Achmad Mochtar bahwa
petugas tidak memberikan promosi kesehatan tentang ulkus diabetes kepada pasien DM yang
mengunjungi poli internal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan durasi menderita diabetes dengan kejadian ulkus diabetik. Metode penelitian
deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua pasien DM tipe 2 yang
mengunjungi poli interne Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi, dengan jumlah rata-rata 117
orang per bulan. Jumlah sampel adalah 54 orang, dengan pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil analisis
univariat menunjukkan bahwa 72,2% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 61,1%
telah lama menderita DM dan 79,6% tidak memiliki ulkus diabetik. Hasil bivariat memiliki
korelasi antara tingkat pengetahuan dengan kejadian ulkus diabetik (p = 0,000) dan ada hubungan
antara pengetahuan dan kejadian ulkus diabetes (p = 0,036 dan OR = 8,696). Disimpulkan bahwa
ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan lama
4
menderita diabetes dengan kejadian ulkus diabetik. Diharapkan bahwa manajemen rumah sakit
akan membuat informasi konseling tentang ulkus diabetik untuk pasien DM yang mengunjungi
Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi interne poli.
Lama Menderita DM
DM adalah suatu penyakit dimana
kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau mengguakan insulin secara adekuat.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 7-
0 – 100 mg/dl. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120 – 140 mg/dl pada 2 jam
setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya
(Utaminingsih, 2015).
Lama sakit berhubungan dengan usia
pertama kali penderita terdiagnosa Diabetes
Melitus, semakin muda usia penderita
terdiagnosa Diabetes Melitus maka semakin
lama penderita akan menanggung sakit
(Bertalina & Purnama, 2016). Semakin lama
seseorang menderita DM maka semakin besar
peluang untuk menderita hiperglikemia kronik
yang pada akhirnya akan menyebabkan
komplikasi DM berupa retinopati, nefropati,
PJK, dan ulkus diabetikum. Lamanya durasi
DM menyebabkan keadaan hiperglikemia
yang lama. Keadaan hiperglikemia yang terus
menerus menginisiasi terjadinya hiperglisolia
yaitu keadaan sel yang kebanjiran glukosa.
Hiperglosia kronik akan mengubah
homeostasis biokimiawi sel tersebut yang
kemudian berpotensi untuk terjadinya
perubahan dasar terbentuknya komplikasi
kronik DM (Loviana, Rudy, & Zulkarnain,
2015)
Sejalan dengan penelitian (Husniawati,
2015) tentang kejadian ulkus berulang pada
pasien diabetes mellitus, bahwa 60,6 %
responden menderita DM > 5 tahun. Penelitian
(Mahfud, 2012) tentang hubungan lama sakit
diabetes melitus dengan pengetahuan
perawatan kaki pada pasien diabetes melitus
non ulkus. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan 46,3 % responden menderita DM <
farmakologi seperti memotifikasi gaya hidup. dan gejala ulkus diabetikum dapat dilihat dari:
Responden yang baru mengalami DM < 5 Eksudat, yaitu adanya eksudat atau cairan
tahun disebabkan mereka baru didiagnosis pada luka sebagai tempat berkembangnya
menderita penyakit DM. Hal ini diharapkan bakteri; Tepi ulkus, Kulit di sekitar ulkus
tidak berdampak pada terjadinya ulkus diabetikum sebagian besar edema kurang dari
diabetic pada responden, karena dalam masa 2 cm, berwarna merah muda, dan inflamasi
tersebut sangat kecil kemungkinan untuk minimal; Edema, yaitu meningkatnya volume
terjadi gangguan syaraf dan gangguan cairan di luar sel (ekstraseluler) dan di luar
pembuluh darah pada kaki. pembuluh darah (ekstravaskular) disertai
dengan penimbunan di jaringan serosa. Edema
pada ulkus diabetikum terdiri dari edema
Kejadian Ulkus Diabetikum minimal 2 cm, sedang (semua kaki), berat
Ulkus kaki diabetik adalah luka (kaki dan tungkai); Warna : merah muda,
kronik pada daerah di bawah pergelangan eritema, pucat, gelap; Inflamasi. Inflamasi
kaki, yang meningkatkan morbiditas, yang terjadi dapat berupa inflamasi minimal
mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup atau tanpa inflamasi, sedang, berat; Nyeri,
pasien. Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh kepekaan atau nyeri sebagian besar tidak lagi
proses neuropati perifer, penyakit arteri terasa atau kadang- kadang dan tanpa maserasi
perifer (peripheral arterial disease), ataupun atau kurang dari 25%; Dan maserasi : tanpa
kombinasi keduanya. Pemeriksaan neuropati maserasi atau 25 %, 26 – 50 %, > 50 %.
sensorik dapat dilakukan dengan Hasil peneltiian yang dilakukan
menggunakan monofilamen Semmes- didapatkan perbedaan kejadian ulkus pada
Weinstein 10g, serta ditambah dengan salah pasien DM tipe 2 dengan penelitian (Amilia &
satu dari pemeriksaan : garpu tala frekuensi Saraswati, 2018) tentang hubungan
128 Hz, tes refleks tumit dengan palu refleks, pengetahuan, dukungan keluarga serta
tes pinprick dengan jarum, atau tes ambang perilaku penderita diabetes melitus tipe 2
batas persepsi getaran dengan biotensiometer terhadap kejadian ulkus kaki diabetes.
(PERKENI, 2015) Berdasarkan
Menurut (Loviana et al., 2015), tanda
penelitian Amilia diketahui bahwa 80% seseorang terhadap objek melalui indra yang
responden terkena kejadian ulkus kaki, dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan
sedangkan hasil penelitian yang peneliti sebagainya). Sebagian besar pengetahuan
lakukan kejadian ulkus hanya sebesar 20,4 %. seseorang diperoleh melalui indra pendengaran
Menurut asumsi peneliti, banyak (telinga), dan indra penglihatan (mata)
responden yang tidak terjadi ulkus diabetic (Notoatmodjo, 2010).
disebabkan mereka baru menderita DM, Pengetahuan atau kognitif merupakan
sehingga belum terjadi gangguan syaraf ke domain yang sangat penting untuk
kaki dan responden segera menyadari adanya terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
luka pada kaki dan segera melakukan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
pengobatan untuk mencegah terjadinya ulkus perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
diabetic. Responden yang mengalami ulkus lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
diabetic disebabkan sudah ada tanda dan didasari oleh pengetahuan. Menurut L. Green,
gejala ulkus diabetic yang mereka alami, tanda perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap dan
dan gejala yang dialami responden yaitu tindakan. Jika seseorang mengetahui dan
terjadi edemal mimimal 2 cm, terdapat warna memahami suatu maka ia bisa mengambil sikap
merah muda dan terjadi inflamasi sedang. dan tindakan sesuai dengan apa yang
diketahuinya (Notoatmodjo, 2010)
Sejalan dengan penelitian Wijaya
Hubungan Tingkat Pengetahuan (2015), pasien yang memiliki pengetahuan
dengan Kejadian Ulkus Diabetikum yang tinggi tentang perawatan pasien dengan
Pengetahuan merupakan hasil ulkus diabetikum, maka memiliki kemungkinan
pengindraan manusia, atau hasil dari tahu untuk luka membaik akan semakin besar.
Penelitian (Amilia & Saraswati, 2018) tentang
hubungan pengetahuan, dukungan keluarga berpengetahuan tinggi yang terjadi ulkus
serta perilaku penderita diabetes melitus tipe 2 diabetic. Adanya pengetahuan mereka tentang
terhadap kejadian ulkus kaki diabetes, juga cara pencegahan ulkus diabetic, maka mereka
didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan akan berupaya untuk melakukan pencegahan
dengan kejadian ulkus diabetikum (p = 0,04). tersebut dengan cara melakukan pengontrolan
Menurut asumsi peneliti, adanya gula darah dan mematuhi diet DM. Dimana
hubungan tingkat pengetahuan dengan kadar gula darah yang selalu terkontrol
kejadian ulkus diabetic karena tidak ada tersebut dapat mencegah terjadinya gangguan
responden syaraf dan gangguan pembuluh darah ke kaki,
sehingga tidak terjadi ulkus diabetikum.
Sebaliknya responden yang berpengetahuan
rendah tidak berusaha untuk mencegah
terjadinya ulkus diabetic, sehingga jarang
mengontrol kadar gula darah tidak terkendali
selama bertahun-tahun dan pasien tidak dapat
merasakan sakit, panas atau dingin pada kaki.
Pada akhirnya berdampak terjadinya tanda dan
gejala ulkus diabetic.
Pada penelitian ini juga ditemukan
responden yang berpengetahuan rendah tapi
tidak terjadi ulkus. Tidak terjadinya ulkus
pada responden berpengetahuan rendah
tersebut bisa dipengaruhi oleh lama menderita
DM, dimana mereka beru menderita DM
sehingga belum terjadi gangguan saraf pada
kaki dan ketika terjadi luka kecil pada kaki
langsung diobati. Ulkus juga tidak terjadi
karena mereka selalu menjaga kebersihan kaki
dan menggunakan alas kaki yang nyaman dan
tidak beresiko bagi penderita DM.