Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS ULKUS DIABETIK DI RUANG


SISTEM INTEGUMEN RSUD DR.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:

NAMA : LALA VERONICA


NIM : 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Lala Veronica
NIM : 2018.C.10a.0974
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.M
Dengan Ulkus Diabetik dan Di Sistem Integumen
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan I (PPK II) Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui

Ketua Program Studi S1


Keperawatan
Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep


Nia Pristina, S.Kep., Ners
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
PadaNy.M Dengan Diagnosa Medis ulkus Diabetik Diruang Sistem Integumen”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPKII).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKESEKA
HARAP Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina,.Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES EKA HARAP Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 02 November2020

Lala Veronica
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..........................................................................................4
2.1.1 Definisi Meningitis......................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................4
2.1.3 Etiologi........................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi Meningitis.................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.................................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................10
2.1.7 Komplikasi................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................11
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................15
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................15
2.3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................19
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................19
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN................................................................30
3.1Pengkajian.....................................................................................................31
3.2 Analisa Data.................................................................................................40
3.3 Rencana Keperawatan..................................................................................44
3.4 Implementasi dan evaluasi...........................................................................52
BAB IV
PENUTUP.......................................................................................................63
4.1Kesimpulan..................................................................................................65
4.2Saran.............................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................67
LAMPIRAN
SAP
LEFLET
JURNAL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein
( Askandar, 2000 ). Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin,
2001: 543).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes
Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting
untukterjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001:
1220), adalah sebagai berikut :
1.      Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
2.      Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus)
3.      Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.
4.       Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada pasien dengan khusunya pada Ny.M dengan diagnosa medis
Ulkus Diabetikdi Sistem Integumen
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan tentang asuhan
keperawatan pada Ny.M yang komprehensif dengan diagnosa Penyakit
Ulkus Diabetikdi RS Dr.Doris Sylvanus?
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar PenyakitUlkus Diabetik?
1.2.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Ulkus Diabetik?
1.2.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.M
dengan penyakitUlkus DiabetikdiSistem Integumen?
1.2.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan
pada pada Ny.Mdengan Ulkus Diabetik diSistem Integumen?
1.2.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.M
dengan penyakitUlkus DiabetikdiSistem Integumen?
1.2.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.M dengan
penyakitUlkus DiabetikdiSistem Integumen?
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa Ulkus Diabetik
1.3.2 Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab
pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan
mandiri.
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.3.4 Manfaat Bagi IPTEK.
Dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi setiap orang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau
destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes
Mellitus (DM) akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri
perifer. Ulkus diabetikum dapat dicegah dengan melakukan intervensi sederhana
sehingga kejadian angka amputasi dapat diturunkan hingga 80%. Amputasi
memberikan pengaruh besar terhadap seorang individu, tidak hanya dari segi
kosmetik tapi juga kehilangan produktivitas,
Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien
dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari
akan mengalami ulkus pada kakinya. Di Indonesia kejadian diabetes mellitus
termasuk urutan ke 7 terbesar di dunia yaitu 7,6 juta orang, sedangkan kejadian
penderita ulkus diabetes sebesar 15% penderita DM. Bahkan mortalitas dan
amputasi masih tinggi yaitu 32,5% dan 23,5%.Diabetes Melitus seringkali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka
yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlu melakukan tindakan amputasi.
Diperkirakan sekitar 15% penderita Diabetes Melitus dalam perjalanan
penyakitnya akan mengalami komplikasi Ulkus Diabetik terutama Ulkus Kaki
Diabetikum. Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua
pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati
perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan
kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan
lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya.
Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh
dunia.
(Gambar 2.1 Ulkus Diabetikum)

2.1.1 Integumen
 Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang
paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, 
kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli
perubahan internal atau lingkungan eksternal).
 Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan,
mencegah dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu
untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam
pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis
pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini
juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang
berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk
mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit
termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah,
pembuluh getah bening, saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yang menutupi,
kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan
jaringan ikat (dermis) dan lapisan yang mendasari (hypodermis atau subcutis).
Selain kulit, ada pula rambut dan kuku yang termasuk kedalam sistem
integumen. Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terluar.
Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut
yang berada jauh di bawah dermis. Serta pada kuku tumbuh dari sel mirip gel
lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari
ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi
utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara
lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
2.1.2 Anatomi Fisiologi (SISTEM INTEGUMEN)

(Gambar 2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen)

2.1.2.1 Epidermis
 Epidermis, lapisan epidermis ini terbagi menjadi:

 lapisan basal (stratum germinativum) yang merupakan lapisan


terbawah dari epidermis, terdapat melanosit yakni sel dendritik
yang membentuk melanin
 lapisan Malpighi (stratum spinosum), ini merupakan lapisan yang
paling tebal
 lapisan granular (stratum granulosum), lapisan ini memiliki
granula-granula)
 lapisan tanduk (stratum korneum), lapisan ini terdiri dari 20 hingga
25 lapis sel tanduk tanpa inti.
(Gambar 2.1.2.1 Epidermis)
2.1.2.2 Dermis
Dermis, ini merupakan lapisan dibawah epidermis dan terdiri atas jaringan
ikat.Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.
Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Hipodermis terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung
saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. 

(Gambar 2.1.2.2 Dermis)


2.1.2.3 Subkutan
Hipodermis atau Jaringan Subkutan jaringan subkutan adalah lapisan
terbawah pada sistem integumen. Fungsi utamanya adalah menyimpan lemak.
Hipodermis memiliki jaringan ikat yang mengikatkan dermis ke otot dan tulang.
Hipodermis juga mendukung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar dalam dermis.
(Gambar 2.1.2.3 Subkutan)

2.1.3. Etiologi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, yaitu :
a.         Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang
bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa
nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang
tidak terasa. Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa
jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
b.         Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah
sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren
diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun
angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu
sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
c.         Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati).
2.1.4. Klasifikasi
kaki atau sebagian tungkaiWagner (1983) membagi gangren kaki diabetik
menjadi enam tingkatan , yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan :
a.       Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama
di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
-        Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
-         Pada perabaan terasa dingin.
-         Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
-         Didapatkan ulkus sampai gangren.
b.      Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem
kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
2.1.5Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
kaki diabetes. ( Askandar, 2001 )
Tidak mampu
menghasilkan insulin

WOC ULKUS DIABETIK


Defisiensi insulin

Transport glukosa ke jaringan menurun

Glukosa meningkat

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 B5 (Bowel) B6 (Bone)


Tidak mampu
Insulin Nekrosis menghasilkan
Luka ulkus PK.Hiperglikemi Lipolisis Metabolisme sel
jaringan insulin

Sel hungry Diuresis osmotik Ketosis ATP


Nyeri Defisiensi Insulin
Pembusukan dan
Syock Ulkus pengeluaran Kerja
Kehilangan cairan Mual, Transport glukosa
prostaglandin metabolisme
muntah kejaringan menurun
Suplai O2 ke Invasi
dalam darah mikroorganisme Merangsang Pasien
MK: Kelemahan
menurun reseptor nyeri sering
Defisit
MK: Dehidrasi Poliuri Nutrisi bertanya
MK: Pola Nafas Infeksi MK:
tidak efektif Serotonin Intoleransi
bradikirin keluar – Glukosa
merangsang ujung MK: Meningkat
saraf Defisit vol. Cairan
dan elektrolit
Luka Ulkus
MK:
Nyeri Akut MK:
Kerusakan Integritas Kulit
2.1.6. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1.      Pain (nyeri).
2.      Paleness (kepucatan).
3.      Paresthesia (kesemutan).
4.      Pulselessness (denyut nadi hilang)
5.      Paralysis (lumpuh).
2.1.7 Komplikasi
Menurut Subekti (2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
1.      Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat
berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-obat
hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.
2.      Hiperglikemia Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori
yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress
akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus
Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku kaki
yang tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan ibu jari kaki,
plantar warts, jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah, kaki atlet, (Dr. Nabil
RA).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal
yaitu:
1.      Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
2.      Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk
menilai kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi
6,1% menunjukkan diabetes.
3.      Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula,
dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam
setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4.      Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan
sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan
kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk
memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
5.      Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan
warna pada urine : hijau  ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( +++
+)
6.       Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a.       Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1)      Pemicu sekresi insulin.
2)      Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3)      Penghambat glukoneogenesis.
4)      Penghambat glukosidase alfa.
b.      Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1)      Penurunan berat badan yang cepat.
2)      Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3)      Ketoasidosis diabetik.
4)      Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c.       Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
2.2 Menajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, tanggal MRS, Diagnosa medis.
2.3.1.2 Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan Ulkus diabetik biasanya bervariasi seperti
sering kesemutan,nyeri kaki saat istirahat ,sensasi sentuhan pada kulit
berkurang,rasa panas pada kulit,kaki pucat,ujung jari terasa dingin dan luka yang
terasa nyeri
2.3.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit ulkus lainnya
lainnya dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Sensasi sentuhan pada
kulit merupakan gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien dengan Ulkus
diabetik.
2.3.1.4 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Tidak ada riwayat penyakit dan riwayat operasi sebelumnya

2.3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Terdapat juga bukti bahawa anggota keluarga dari klien dengan Ulkus
Diabetik beresiko lebih besar mengalami penyakit ini.
2.3.1.6 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
1.B1 (Breating)
Yang dialami pasien dm pada saluran pernafasan frekuensi nafas

meningkat,penggunaan alat bantu nafas oksigen pada palpasi didapatkan data

RR: kurang lebih 22 x/menit, vokal premitus antara kanan dan kiri sama,

susunan ruas tulang belakang normal.pada auskultasi tidak ditemukan suara


nafas tambahan, suara nafas vesikuler, mungkin terjadi pernafasann cepat dalam,

frekuensi meningkat, nafas berbau aseton.

2. B2 (blood)
Pada inspeksi penyembuhan luka yang lama. Pada palpasi ictus cordis tidak
teraba, nadi 84 x/menit, irama reguler,CRT dapat kembali kurang dari 3 detik,
palpasi kuat lokasi radialis. Pada perkusi suara lup-dup,Pada auskultasi bunyi
jantung normal dan mungkin tidak ada suara tambahan seperti gallop rhytme
ataupun murmur.
3. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu diperlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah
composmentis, somnolen, atau koma.
4. B4 (Bladder)
Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan pengukuran volume
output urine perlu dilakukan, sehingga perawat memonitor apakah terdapat
oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel)
Infeksi luka, adakah distensi abdomen kemungkinan adanya pendarahan
dalam cavum abdomen, palpasi adaka spasme/defance mascular dan abdomen
adakah nyeri tekan pada quadran berapa, jika ada ulkus berapa kedalamannya,
perkusi adakah nyeri ketok dan pada quadran berapa, kemungkinan-kemungkinan
adanya cairan/ udara bebas dalam cavum abdomen. Auskultasi kemungkinan
adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang
6. B6 (Bone)
Infeksi adakah jejas dan kelainan bentuk extremitas terutama daerah pelvis,
palvasi adakah ketidak stabilan pada tulang pinggung atau pelvis.
2.3.1.7 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1.      Kulit dan rambut
        Inspeksi
Warna kulit                 : merah muda (normal), tidak ada lesi
Jumlah rambut             : tidak rontok
Warna rambut             : hitam
Kebersihan rambut      : bersih
        Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering tidak ada
edema, tidak ada lesi.
2.      Kepala
Inspeksi           : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan.
3.      Mata
Inspeksi           : Bentuk bola mata lonjong, sklera ikhterik.
4.      Telinga
Inspeksi           : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
                           serumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan.
5.      Hidung
Inspeksi           : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada benjolan.
6.      Mulut
Inspeksi           : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa
   lembab.
7.      Leher
Inspeksi           : Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher.
Palpasi             : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
8.      Paru
Inspeksi           : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : getaran lokal femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi       : normal
Perkusi            : resonan
9.      Abdomen
Inspeksi           : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : tidak ada nyeri
Perkusi            : resonan
10.  Ekstremitas atas
Inspeksi           : tangan kanan dan kiri normal, terpasang infus RL.
11.  Ekstremitas bawah
Inspeksi           : terdapat luka dikaki kiri
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan (D.0077 hal. 172)
2.2.2.2 Gangguan Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka Ulkus
(D.0129 hal 282)
2.2.2.3 Resiko infeksi berhubungan port de entre (D.0142hal : 304)
2.3.2.4 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056 hal 128)
2.3.2.5Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka kaki
(D.0055 hal.126)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan Manajemen Nyeri SLKI (I.08238, hal: 201) Manajemen Nyeri (I. 08238, hal: 201)
luka ulkus diabetik (D.0074 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
hal 173) selama 1x7 jam diharapkanrasa nyeri - Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
hilang/berkurang kualitas, intensitas nyeri
Dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. TTV dalam batas normal - Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Penderita dapat melakukan metode atau - Identifikasi faktor yang memperberat
tindakan untuk mengatasi nyeri. dan memperingan nyeri
3. Exspresi wajah klien rileks - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tanda vital dalam batas normal tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
2.Kerusakan Gangguan Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan SLKI secara tepat
Integritas Kulit berhubungan (L.1425 hal 33) - Ajarkan teknik nonfarmakologisu untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7
dengan luka Ulkus Diabetik mengurangi rasa nyeri
jam pada klien menunjukan kerusakan
integritas kulit teratasi, dengan kriteria hasil: Kolaborasi
1. Kerusakan lapisan kulit menurun (skor 5) - Kolaborasi pemberian analgetik, jika
2. Nyeri menurun (skor 5)
3. Perdarahan menurun (skor 5) perlu

Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan SLKI (L.1425


hal 33)
Observasi
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai kekulit/lesi
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
3. Resiko infeksi berhubungan Tingkat Infeksi SLKI (L.14137, hal:139) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotic
port de entre (D.0142 hal : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
304) selama 1x7 jam diharapkanderajat infeksi
menurun
1.Bengkak cukup menurun (skor 4)
2.Luka yang memburuk cukup membaik
(skor4)
3.Exspresi wajah klien rileks
Pencegahan Infeksi (L.14137, hal:139)
Observasi
- Monitor tanda-tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
Terapeutik
-Batasi jumlah pengunjung
-Berikan perawatan kulit pada daerah edema
-Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
-Ajarkan cara memeriksa luka
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
4. Gangguan pola tidur Pola tidur SLKI (L.05045, hal: 96)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan
selama 1x7 jam diharapkangangguan pola
rasa nyeri pada luka
tidur dapat teratasi
kaki (D.0055 hal.126)
Dengan kriteria hasil :
1. Keluhan sulit tidur cukup menurun (Skor 2)
2. Keluhan sering terjaga menurun (Skor 1)
3. Keluhan tidak puas tidur menurun (Skor 1)
4. Keluhan pola tidur berubah cukuo menurun Dukungan tidur (L.05045, hal: 96)
(Skor 2) Observasi
-Identifikasi pola istirahat dan tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
-Identifikasi pengganggu tidur (Fisik dan/atau
(Skor 1) psikologis)
-Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (misal,kopi,teh,alkohol,makanan yang
mendekati waktu tidur,minum banyak air sebelum
tidur)
-Identifikasi obat tidur yang di konsumsi

Terapeutik
-Modifikasi lingkungan (misal ,pencahyaan,
kebisingan ,suhu ,matras dan tempat tidur)
-Batasi waktu tidur siang,jika perlu
-Fasilitasi menghilangkan sebelum tidur
-Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(misal,pijat,pengaturan posisi,terapi akrupesur)

Edukasi
-Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
-Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
-Anjurkan mengindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
-Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
-Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (misal,psikologis;gaya
hidup,sering berubah shift bekerja)
-Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya.
5.Intoleransi Aktivitas Toleransi aktivitas (L.0547, hal 149)
berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan selama 1x7 jam
diharapkan mobilitas pasien meningkat.
Kelemahan Otot,fisik
Dengan Kriteria Hasil :
(D.0056,hal.128) -Kemudahan dalam melakukan aktivitas
sehari-haricukup meningkat (skor 4)
-Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
(skor 4)
-Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
(skor 5)

(L.0547, hal 149)


Observasi :
-Identifikasi deficit tingkat aktivitas
-Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
-Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
-Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan
waktu luang
-Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Teraupetik :
-Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
-Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
-Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
-Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
-Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
-Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
-Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivita
Edukasi :
-Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
-Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
-Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual,
dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan kesehatan
-Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
-Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif
atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika
sesuai
-Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas,
jika perlu.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua
profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Lala Veronica


NIM : 2018.C.10a.0974
Ruang Praktek : Sistem Integumen
Tanggal Praktek : 02 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 02 November 2020, pukul : 10:00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin, 02 November 2020 pukul
10.00 WIB pada Ny.M, jenis kelamin perempuan, berusia 55 Tahun, suku
Dayak/Indonesia, Agama Islam, Pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA), status perkawinan sudah menikah , alamat Jl.
Kenari 1 No. 136 Masuk Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada
tanggal 01Juni 2020.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
1. Keluhan Utama :
Ny. M mengeluh nyeri P : Muncul tiba-tiba, Q : Terasa seperti ditusuk-
tusuk, R : Nyeri terasa dibagian kaki sebelah kiri, S : Skala nyeri 8, T : Waktu
nyeri muncul 1-5 menit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien datang dengan keluhan nyeri dan susah tidur,mengalami luka
membusuk di kaki kiri, dirasakan sudah 2 minggu yang lalu, semakin hari pasien
merasakan nyeri dan susah tidur,Klien dibawa keluarga ke Rumah Sakit dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya,Dari Hasil PemeriksaanFisik di temukan di sekitar luka
tampak menghitam, merah, bengkak dan mengeluarkan nanah. Hasil pemeriksaan
vital sign TD: 130/90 mmHg, N: 76x/M, S: 36,8 0C, RR: 20x/M.Disarankan rawat
inap untuk dilakukan tindakan, klien masuk Ruang Sistem Integumen pada jam
09:30 WIB.
3.Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Ny.M selama 3 tahun terakhir mengalami nyeri dan luka membusuk dan
mempunyai riwayat DM tipe 2.
4.Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ada penyakit yang sama seperti yang di rasakan pasien
1.1.1.1 Genogram Keluarga

KETERANGAN:
Laki-laki =

Perempuan =

Meninggal =

Hubungan Keluarga =

Pasien =

Denah satu rumah =

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


1. Keadaan Umum :
Klien tampak meringis, kesadaran compos mentis,berbaring
terlentang,penampilan pasien tampak rapi, terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan
sebelah kiri.
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak
meringis, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring terlentang/bebas, klien
berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan
keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik,
dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3. Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 2 November 2020 pukul 10:00 WIB,
suhu tubuh klien/ S = 36,°C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 76x/menit dan
pernapasan/ RR = 20 x/menit, tekanan darah TD = 130/ 90 mmhg.
4. Pernapasan (Breathing)
Tidak tejadi penurunan usaha dan frekuensi pernafasan, klien tidak
mengalami kecemasan dan sesak nafas, tidak sesak saat melakukan aktivitas.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger,
tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak pingsan,
capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada
terdapat oedema, lingkar perut 72 cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena
jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) ireguler
dan tidak ada mengalami kelainan. Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien
merasakan nyeri di bagian perut, tangan kiri, tangan kanan, kaki kiri, kaki
kanan,tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan
kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
1. Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
2. Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3. Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
4. Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
5. Nervus Kranial V (Trigeminal : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
6. Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
7. Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
8. Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
9. Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
10. Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
11. Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
12. Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan
tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep
kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skla 1,
patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1,
serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatatan : Nyeri Akut
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria,
tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak
hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi. Tidak
ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada.
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak
kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada
terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada.
9.Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak terbatas, ada parase,ada
paralise, tidak ada hemiparese, tidaka ada krepitasi, terdapat nyeri di sekitar luka
pada kaki kiri, ada peradangan di bagian luka kaki kiri,ada perlukaan di kaki
kiri,Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 1
(Terdapat kontraksi atau tonus otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali).
Masalah keperawatan : Gangguan Integritas Kulit
10.Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien normal, warna kulit coklat tua, turgor kurang, tekstur
kasar, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut
halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.Terdapat luka
terbuka di kaki bagian kiri, temukan di sekitar luka tampak menghitam, merah,
bengkak dan mengeluarkan nanah.
Masalah keperawatan : Resiko Infeksi
11. Sistem Penginderaan
1.Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Baik, bola mata bergerak normal, skerela normal/putih,
kunjungtiva anemis, kornea bening dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Masalah Keperawatan :tidak ada
2. Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Tidak ada Keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada.
12.Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
13.Sistem Reproduksi
1.Sistem Reproduksi wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge,
srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1.Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah“.
2.Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien merasa mual, ada muntah, napsu makan
buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan,
penurunan berat badan menetap.Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat,
penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan
TB : 165 Cm
BB sekarang : 45Kg
BB Sebelum sakit : 60Kg
IMT = BB
(TB)²
= 30
(135)²
= 16.5 ( Berat badan kurang baik)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 1x/ hari 3x/ hari
Porsi 1 porsi (habis) 3 porsi

Nafsu makan Kurang baik Baik


Jenis Makanan Nasi putih, lauk, Nasi putih, lauk,
tahu ,tempe tahu ,tempe
Jenis Minuman Air putih Air putih, Teh es
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 650cc 1500 cc
Kebiasaan makan Di siapkan oleh rs Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
3. Pola istirahat dan tidur:
Pasien tampak susah tidur.
Pola tidur malam: 4 jam (Selama sakit)
8 jam (Sebelum sakit)
Pola tidur siang: 30menit(Selama sakit)
30 menit(Sebelum sakit)
Masalah Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
4. Kognitif
Klien mengetahui tentang penyakit yang diderita nya dan ingin lekas
sembuh kembali.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambar diri : pasien menyukai tubuhnya secara utuh, Ideal diri : pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, Identitas diri pasien
seorang ayah dari 2 orang anak, Harga diri : pasien sangat diperhatikan oleh
keluarga merasa di hargai, peran, pasien adalah Klien adalah seorang ayah,
klien orang yang ramah, klien adalah seorang kepala keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti orang pada umumnya,
namun setelah sakit pasientidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-
hari karena sulit bernapas dan harus dibantu oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah biasanya iaceritakan kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
8.Nilai-Pola Keyakinan
Klien meyakini dirinya akan sembuh. Klien dan keluarganya “mengatakan
bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan yang
dianut”.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
3.1.5 Sosial - Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan pasien berkomunikasi baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Dayak dan bahasa
indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Ny.M selama diarawat di
rumah sakit.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien mau berkomunikasi dengan perawat dan lingkungan sekitar.
5. Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarga, terutama ibu
dan ayah klien.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk beraktivitas dan meluangkan
waktu untuk keluarga, sesudah sakit aktivitas klien dibatasi.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalankan ibadah di Masjid.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Tanggal 02 November 2020
No Parameter Hasil
1 WBC 15.93+(10^3/uL)
2 RBC 4.76 (10^6/uL)
3 HGB 11.6 (9/dL)
4 HCT 35.2-(%)
5 MCV 76.1-(fl)
6 MCH 24.4-(pg)
7 MCHC 32.0+(g/dl)
8 PLT 592+(10^3/uL)
9 RDW-SD 39.7(fl)
10 RDW-CV 14.3+(%)
11 PDW 10.4(fl)
12 MPW 10.0(fl)
13 P-LCR 24.0(%)
14 PCT 0.59(%)

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


02 November 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Ceftriaxone 2x 650mg IV obat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
bakteri.
2 Katerolac 3x 10 mg IV obat untuk meredakan nyeri
dan peradangan.
4 PCT 2x 250,1/2 Oral obat untuk penurun demam
dan pereda nyeri
cth
5 Cimetidine 2x400 mg Oral Membantu menurunkan
produksi asam lambung dan
(2 kali
membantu pemulihan ulkus
sehari) atau luka pada lambung
atau usus
6 Infus NaCl 500/24 jam IV untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang,
mengoreksi
ketidakseimbangan
elektrolit, dan menjaga
tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA
PENYEBAB
OBYEKTIF

1.DS : Nekrosis Jaringan Nyeri


-Klien mengeluh nyeri
Pembusukan dan
nyeri di area luka pengeluaran
P : Muncul tiba-tiba progstagliandin
Q : Terasa seperti
ditusuk-tusuk
R : Nyeri terasa Merangsang reseptor
dibagian kaki sebelah kiri nyeri
S : Skala nyeri 8
T : Waktu nyeri muncul
1-5 menit.
Serotonin bradikinin
DO: keluar – merangsang
-Klien nampak meringis ujung syaraf
kesakitan
-Klien nampak gelisah
-Terdapat luka di kaki Gangguan rasa aman
kiri klien nyeri
- Kedalaman luka 25 cm
-mengalami edema di
kaki kiri

2. DS : Defisiensi Insulin Gangguan Integritas


-Pasien mengatakan Kulit
kakinya luka di sebelah Glukosa Meningkat
kiri dan tidak kunjung
sembuh Luka Ulkus
DO :
- Terdapat luka di kaki Kerusakan Integritas
kiri tampak
memerah,hitam,dan Kulit
mengeluarkan nanah
- Tampak luas luka 25
Cm
- Terlihat kedalaman luka
1 cm dengan lapisan
kulit hilang
- Nekrosis sekitar luka
-Keadaan umum tampak
lemah
-Mengalami edema di
kaki kiri

3.DS : Insulin menurun Risiko Infeksi


-Klien mengeluh
mengalami luka Sel hungry
membusuk
Ulkus
DO:
-Terdapat luka di kaki Invasi mikroorganisme
kiri
-Sekitaran luka tampak Infeksi
menghitam
-Luka tampak memerah
-Terdapat bengkak
(edema)
-Luka mengeluarkan
nanah dan berbau
-TTV
TD = 130/ 80 mmhg.
S = 37,4°C
N = 102 x/menit
RR = 30 x/menit

4. DS :
-Klien mengatakan sulit Protein meningkat Gangguan Pola Tidur
tidur
DO : Kehilangan nitrogen
-Klien tampak lesu
-Mata klien tampak sayu Gliserol meningkat
-Pasien tampak menguap
- Pola tidur malam: Glukosoria
3 jam (Selama sakit)
Diaresis osmotik
8 jam (Sebelum sakit)
-Pola tidur siang: Poliuria polidipsi
30menit(Selama sakit)
Gangguan pola tidur
20menit(Sebelum sakit)
5. DS :
-Klien mengatakan sulit Neuropati Motorik Intoleransi Aktivitas
beraktivitas
DO : Kelemahan dan atropi
- Tanda-tanda Vital otot
TD: 130/90 mmHg
N: 76x/M
Kekakuan gerak sendi
S: 36,80C
RR: 20x/M.
Gangguan Mobilitas fisik
-Klien tampak berbaring
terlentang di tempat
tidur
-Klien tampak di bantu
keluarga dalam
melakukan aktivitas
-Skala Aktivitas : 3

PRIORITAS MASALAH
1.Nyeri berhubungan dengan luka ulkus diabetik di tandai dengan pasien
mengeluh mengalami luka membusuk di kaki kiri, sekitar luka tampak
menghitam, merah, bengkak dan mengeluarkan nanah.
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka ulkus diabetik di tandai
dengan klien mengatakan ada luka di bagian kaki kiri dan tidak kunjung
sembuh,luka tampak menghitam,muncul kemerahan pada area luka,
mengeluarkan nanah dan mengalami edema di bagian kaki kiri,tampak luas
luka 25 Cm terlihat kedalaman luka 1 cm dengan lapisan kulit hilang ada
nekrosis sekitar luka
3. Resiko infeksi berhubungan port de entre di tandai dengan rasa nyeri yang tak
kunjung hilang,muncul kemerahan pada area kulit yang terluka,keluar nanah
dan beraroma tak sedap dari luka pada kaki kiri
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka kaki ,di tandai
dengan Klien mengatakan sulit tidur.Kalien tampak lesu , Pasien tampak susah
tidur.Pola tidur malam: 3 jam (Selama sakit) 8 jam (Sebelum sakit), Pola tidur
siang: tidak tidur siang (Selama sakit), 30 menit(Sebelum sakit).
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot fisik, di tandai
dengan klien mengeluh tidak mampu melalukan akitivitasnya karna sulit luka
pada bagian kaki kiri, TD = 1300/90 mmHg,Nadi = 76 x/menit,RR = 20
x/menit,Suhu =36,8 ,skala aktivitas : 3,Klien dibantu keluarga dalam
melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.M
Ruang Rawat : Sistem Integumen
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional

1.Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi,lokasi,karakteri 1.Mengetahui lokasi terjadinya
dengan luka ulkus keperawatan 1 x 7 jam di stik,durasi,frekuensi,kualita nyeri
diabetik dibuktikan harapkan Nyeri berkurang s,intensitas nyeri 2.Mengetahui skala nyeri
dengan Klien mengeluh dengan kriteria hasil: 2.Identifikasi skala nyeri 3.Mengetahui faktor pemberat
Nyeri, nyeri seperti Setelah dilakukan tindakan 3.Identifikasi faktor yang nyeri
ditusuk-tusuk, nyeri keperawatan selama 2 x 8 memperberat dan 4.Memberikan kenyaman untuk
terasa di kaki bagian jam maka tingkat nyeri memperingan nyeri mengurangi nyeri
kiri skala nyeri 8 menurun, dengan kriteria 4.Berikan teknik 5.Untuk mengontrol lingkungan
( Nyeri berat), nyeri hasil: nonfarmakologis untuk yang memperberat nyeri
dirasakan secara 1. Keluhan nyeri cukup mengurangi rasa nyeri (mis. 6.Mengajarkan teknik napas
mendadak dengan menurun (4) TENS,hypnosis, akupresur, dalam untuk mengurangi nyeri
durasi ± 5-10 menit 2. Klien Tidak Meringis (5) terapi musik, biofeedback, 7.Untuk meredakan nyeri
Klien Tampak Gelisah, 3. Klien Tidak Gelisah (5) terapi pijat, aroma terapi,
KlienTampak,Meringis 4. Kesulitan tidur menurun teknikimajinasi terbimbing,
Skala Nyeri 8 (Nyeri (5) kompres hangat/dingin,
berat) TTV :TD = 5. Tanda-tanda vital : terapi bermain)
1300/90 mmHg,Nadi = TD = 1300/90 mmHg 5.Kontrol lingkungan yang
76 x/menit, RR = 20 Nadi = 76 x/menit memperberat rasa nyeri
RR = 20 x/menit (mis. Suhu ruangan,
x/menit, Suhu =36,8
Suhu =36,8 pencahayaan, kebisingan)
6.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perluseperti
paracetamol

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


2. Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka 1. Pengkajian yang tepat
berhubungan dengan luka keperawatan 1x7 jam pada 2. Monitor tanda-tanda infeksi terhadap luka akan membantu
ulkus diabetik di tandai klien menunjukan 3. Lepaskan balutan dan dalam menentukan tindakan
dengan klien mengatakan plester secara perlahan selanjutnya
kerusakan integritas kulit
ada luka di bagian kaki 4. Bersihkan dengan cairan 2. Adanya kemerahan dan rasa
kiri dan tidak kunjung teratasi, dengan kriteria NaCl atau pembersih panas pada luka merupakan
sembuh,luka tampak hasil: nontoksik tanda-tanda infeksi
menghitam,muncul 1.Kerusakan lapisan kulit 5. Bersihkan jaringan nekrotik 3. Menghindari terjadinya
kemerahan pada area menurun (skor 5) 6. Berikan salep yang sesuai keparahan luka
luka, mengeluarkan nanah 2.Nyeri menurun (skor 3) kekulit/lesi 4.NaCl dipilih sebagai cairan
dan mengalami edema di 3.Perdarahan menurun 7. Pasang balutan sesuai jenis pembersih luka karena bersifat
bagian kaki kiri tampak (skor 5) luka isotonic sehingga tidak
luas luka 25 Cm terlihat 8. Pertahankan teknik steril mengganggu proses
kedalaman luka 1 cm saat melakukan perawatan penyembuhan luka
dengan lapisan kulit luka 5.Bila tidak segera ditangani
hilang ada nekrosis 9. Jelaskan tanda dan gejala nekrosis bisa menghasilkan
sekitar luka infeksi timbunan jaringan dan debris
10.Ajarkan prosedur perawatan sel mati yang membusuk pada
luka secara mandiri atau dekat lokasi kematian sel
11.Kolaborasi pemberian 6.Untuk mencegah infeksi dan
antibiotic mempercepat proses
penyembuhan luka
7.Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan
menurunkan resiko infeksi
8.Untuk menurunkan resiko
infeksi
9.Agar klien dapat mengetahui
tanda dan gejala infeksi
10.Agar klien dapat
melakukan perawatan luka
secara mandiri
11. Mempercepat
penyembuhan luka dan
menurunkan resiko infeksi

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional

3.Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x8 jam, infeksi local dan sistemik gejala infeksi
luka port de entre maka tingkat infeksi menurun, 2. Berikan perawatan kulit pada 2. Memberikan perawatan
area edema pada kulit yang beresiko
dibuktikan dengan dengan Kriteria Hasil:
3. Pertahankan teknik aseptic infeksi
Klien mengeluh luka 1.Kemerahan pada kulit klien pada pasien berisiko tinggi 3. Memepertahakan teknik
membusuk di kaki kiri menurun (skor 5) 4. Anjurkan meningkatkan aseptic pada pasien
di temukan di sekitar 2.Luka yang memburuk cukup asupan nutrisi beresiko tinggi
luka tampak membaik(skor 4) 5. Anjurkan meningkatkan 4. Menganjurkan
menghitam,merah,beng 3.Exspresi wajah klien rileks asupan cairan meningkatkan asupan
kak dan mengeluarkan 6. Ajarkan cara memeriksa nutrisi
kondisi luka atau luka operasi 5. Menganjurkan
nanah,TTV:TD=130/9
meningkatkan asupan
mmHg,Nadi=76x/meni cairan
t,RR = 20 x/menit,Suhu 6. Mengajarkan cara
memeriksa luka
=36,8

1.Mengumpulkan data
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
4. Gangguan pola tidur keperawatan 1x7 jam tidur seberapa lama aktivitas
berhubungan dengan diharapkan masalah gangguan 2. Modifikasi lingkungan dan tidur klien
rasa nyeri pada luka pola tidur dapat teratasi, 3.Sesuaikan jadwal pemberian 2.Menciftakan lingkungan
kaki ditandai dengan dengan kriteria hasil : obat yang nyaman
Ny.M mengeluh sulit 1. Keluhan sulit tidur cukup 4. Tetapkan jadwal tidur rutin 3.Membantu dalam
tidur,gelisah,ekspresi menurun (Skor 2) 5. Jelaskan pentingnya tidur menunjang siklus tidur
wajah meringis,tidak 2. Keluhan sering terjaga cukup selama sakit 4.Waktu tidur menjadi
ada aktivitas tidur menurun (Skor 1) 6.Anjurkan menepati kebiasaan terkontrol
waktu tidur
siang,aktivitas tidur 3. Keluhan tidak puas tidur 5.Memberitahukan
malam 3 jam. menurun (Skor 1) pentingnya kecukupan
4. Keluhan pola tidur berubah tidur untuk meningkatkan
cukup menurun (Skor 2) kesehatan
5. Keluhan istirahat tidak 6. Mendorong waktu tidur
cukup menurun (Skor 1) tepat waktu.

Tujuan :setelah dilakukan 1.Observasi 1.Menentukan pilihan


respon pasien
5.Intoleransi Aktivitas tindakan keperawatan 1x7 jam terhadap aktivitas. intervensi selanjutnya
berhubungan dengan
Intoleransi aktifitas pasien 2.Bantu aktivitas sehari-hari 2.Membantu antara
kelemahan otot,fisik
ditandai Klien teratasi sebagian/seluruhnya. keseimbangan antara
mengeluh lemah, klien
Kriteria hasil : 3.Intruksikan pasien tentang suplai dan kebutuhan O2
tampak berbaring
terlentang di tempat -Kemudahan dalam teknik penghematan energi. 3.Keseimbangan antara
tidur , aktivitas klien di
melakukan aktivitas sehari- 4.Observasi keefektifan pasien suplai dan kebutuhan
bantu keluarga dan
perawat, skala aktivitas hari cukup meningkat (skor melakukan teknik pasien terpenuhi
3
4) penghematan energi. 4.Kemajuan aktivitas
-Kekuatan tubuh bagian atas 5.Anjurkan klien untuk terhadap mencegah
meningkat melakukan aktivitas sesuai meningkatnya kerja
(skor 4) dengan kemampuannya. jantung tiba-tiba.
-Kekuatan tubuh bagian 5.Pelaksanaan aktivitas dapat
bawah meningkat membantu klien untuk
(skor 5) mengembalikan kekuatan
secara bertahap dan
menambah kemandirian
dalam memenuhi
kebutuhannya

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : Ny.M
Ruang Rawat : Sistem Integumen
Hari, Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan perawat
1. 02 November 2020 1.Mengidentifikasi lokasi, S :Pasien mengatakan nyeri berkurang
10:00 WIB
karakteristik, durasi, frekuensi, O:
kualitas, intensitas nyeri -Pasien tampak tidak meringis saat saat
2.Mengidentifikasi skala nyeri melakukan aktivitasnya
3.Mengidentifikasi faktor yang -Skala nyeri berkurang jadi = 4 (sedang) Lala Veronica

memperberat dan -Ekspresi wajah klien rileks


memperingan nyeri -Klien tampak tenang dan dapat
4.Memberikan teknik mengontrol nyeri yang di rasakan
nonfarmakologis untuk -Tanda-tanda vital :
mengurangi rasa nyeri (mis. TD = 130/90 mmHg
TENS, hypnosis, akupresur, Nadi = 76 x/menit
terapi musik, biofeedback, RR = 20 x/menit
terapi pijat, aroma terapi, Suhu =36,8
teknik imajinasi terbimbing, A : Masalah belum teratasi
kompres hangat/dingin, terapi P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5
bermain)
5.Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
6.Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7.Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perluseperti
paracetamol

2. 03 November 2020
1. Memonitor karakteristik luka S: pasien mengatakan luka di kaki kiri mulai
10:00 WIB
2. Memonitor tanda-tanda membaik
infeksi O:
3. Melepaskan balutan dan - luka dibersihkan dengan teknik steril
plester secara perlahan - tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
Lala Veronica
4. Membersihkan dengan cairan (kemerahan,panas,pembengkakan,pus,aro
NaCl atau pembersih ma tidak sedap)
nontoksik - Kaki kiri klien tampak tidak ada edema
5. Membersihkan jaringan - kerusakan lapisan kulit menurun
nekrotik A: Masalah teratasi sebagian
6. Memberikan salep yang P: Lanjutkan intervensi 3,4,7,11
sesuai kekulit/lesi
7. Memasang balutan sesuai
jenis luka
8. Mempertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
9. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
10 Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
11. Berkolaborasi pemberian
antibiotic

3. 04 November 2020
1. Memonitor tanda dan gejala S :
10:00 WIB
infeksi local dan sistemik -Klien mengatakan kaki kiri klien
2. Memberikan perawatan kulit bengkak (edema) berkurang Lala Veronica
pada area edema -Klien mengatakan luka semakin
3. Mempertahankan teknik membaik
aseptic pada pasien berisiko O :
tinggi -Klien tampak nyaman setelah selesai
4. Menganjurkan meningkatkan melakukan perawatan luka
asupan nutrisi -Luka klien tampak di balut
5. Menganjurkan meningkatkan -Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
asupan cairan A :Masalah teratasi sebagian
6.Mengajarkan cara memeriksa P : Lanjutkan Intervensi 3,5,6
kondisi luka atau luka operasi
7.Berkolaborasi dalam
pemberian obat

4. 05 November 2020
S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur
10:00 1.Mengidentifikasi pola aktivitas
malam hari Lala Veronica
dan tidur O:
2. Memodifikasi lingkungan -Pasien tampak tidak gelisah
3.Sesuaikan jadwal pemberian -Pasien tampak segar tidak lesu
obat -Pasien tampak meminum air putih
4. Menetapkan jadwal tidur rutin sebelum tidur
5. Menjelaskan pentingnya tidur -Pasien tampak mengerti penjelasan
cukup selama sakit pentingnya tidur cukup selama sakit
6.Menganjurkan menepati -Pasien tampak menghindari makanan
kebiasaan waktu tidur dan minuman yang mengganggu tidur
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,3,6

Lala Veronica
5. 06 November 2020
S : Klien mengatakan sulit beraktivitas
10:00 WIB 1.Mengobservasi respon pasien
O:
terhadap aktivitas.
2. Membantu aktivitas sehari- - Klien mengalami kelemahan ektremitas
hari sebagian/seluruhnya. bawah kaki kiri
3. Mengintruksikan pasien - Aktivitas hanya di tempat tidur
tentang teknik penghematan - Klien tampak berlatih melakukan
energi. aktivitas fisik
4. Mengobservasi keefektifan -Kekuatan otot
pasien melakukan teknik 5 5
penghematan energi. 3 5
5. Menganjurkan klien untuk A : Masalah teratasi sebagian
melakukan aktivitas sesuai P : Lanjutkan Intervensi 3,4,5
dengan kemampuannya
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tanggal,jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan
perawat
1. Diagnosa 1 1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S :Pasien mengatakan nyeri berkurang
02 November 2020 O:
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
10:00 WIB -Pasien tampak tidak meringis saat saat
nyeri melakukan aktivitasnya
-Skala nyeri berkurang jadi = 4 (sedang)
2.Mengidentifikasi skala nyeri Lala Veronica
3.Mengidentifikasi faktor yang -Ekspresi wajah klien rileks
-Klien tampak tenang dan dapat
memperberat dan memperingan nyeri mengontrol nyeri yang di rasakan
4.Memberikan teknik nonfarmakologis -Tanda-tanda vital :
TD = 130/90 mmHg
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Nadi = 76 x/menit
TENS, hypnosis, akupresur, terapi RR = 20 x/menit

musik, biofeedback, terapi pijat, Suhu =36,8


A : Masalah belum teratasi
aroma terapi, teknik imajinasi P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
5.Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
6.Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
7.Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu seperti
paracetamol
2. Diagnosa 2 1. Memonitor karakteristik luka S: pasien mengatakan luka di kaki kiri mulai
03 November 2020 2. Memonitor tanda-tanda infeksi membaik
10:00 WIB 3. Melepaskan balutan dan plester O:
secara perlahan - luka dibersihkan dengan teknik steril
4. Membersihkan dengan cairan NaCl - tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
atau pembersih nontoksik (kemerahan,panas,pembengkakan,pus,aro
5. Membersihkan jaringan nekrotik ma tidak sedap) Lala Veronica
6. Memberikan salep yang sesuai - Kaki kiri klien tampak tidak ada edema
kekulit/lesi - kerusakan lapisan kulit menurun
7. Memasang balutan sesuai jenis luka A: Masalah teratasi sebagian
8. Mempertahankan teknik steril saat P: Lanjutkan intervensi 3,4,7,11
melakukan perawatan luka
9. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
10. Mengajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
11. Berkolaborasi pemberian antibiotic

3. Diagnosa 3 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi S:


04 November 2020 local dan sistemik
12:30 WIB 2. Memberikan perawatan kulit pada -Klien mengatakan kaki kiri klien
area edema bengkak (edema) berkurang
3. Mempertahankan teknik aseptic pada -Klien mengatakan luka semakin Lala Veronica
pasien berisiko tinggi membaik
4. Menganjurkan meningkatkan asupan O :
nutrisi -Klien tampak nyaman setelah selesai
5. Menganjurkan meningkatkan asupan melakukan perawatan luka
cairan -Luka klien tampak di balut
6.Mengajarkan cara memeriksa kondisi -Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
luka atau luka operasi A :Masalah teratasi sebagian
7. Berkolaborasi pemberian analgetic P : Lanjutkan Intervensi 3,5,6,7

4. Diagnosa 4 1.Mengidentifikasi pola aktivitas dan


05 November 2020 S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur
tidur
10:00 WIB malam hari
2. Memodifikasi lingkungan O:
-Pasien tampak tidak gelisah Lala Veronica
3.Sesuaikan jadwal pemberian obat
-Pasien tampak segar tidak lesu
4. Menetapkan jadwal tidur rutin -Pasien tampak meminum air putih
sebelum tidur
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
-Pasien tampak mengerti penjelasan
selama sakit pentingnya tidur cukup selama sakit
-Pasien tampak menghindari makanan
6.Menganjurkan menepati kebiasaan dan minuman yang mengganggu tidur
A : Masalah teratasi sebagian
waktu tidur P : Lanjutkan Intervensi 3,5,6
Diagnosa 5 7.Berkolaborasi dalam pemberian obat
5. 06 November 2020- 1.Mengobservasi respon pasien terhadap
11-29 10:00 aktivitas.
2. Membantu aktivitas sehari-hari S : Klien mengatakan sulit beraktivitas
sebagian/seluruhnya. O:
3. Mengintruksikan pasien tentang - Klien mengalami kelemahan ektremitas Lala Veronica
teknik penghematan energi. bawah kaki kiri
4. Mengobservasi keefektifan pasien - Aktivitas hanya di tempat tidur
melakukan teknik penghematan - Klien tampak berlatih melakukan
energi. aktivitas fisik
5. Menganjurkan klien untuk melakukan -Kekuatan otot
aktivitas sesuai dengan
kemampuannya 5 5
3 5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4,5
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes


Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting
untukterjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Hasil pengkajian pada Ny.M Berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis
menyimpulkan beberapa hal : Pengkajian pada pasien Ulkus Diabetik tefokuskan
pada pengkajian pemenuhan Ganguan Integritas Kulit. Diagnosa yang muncul
pada laporan kasus ini adalah : Nyeri berhubungan dengan luka ulkus diabetik di
tandai dengan pasien mengeluh mengalami luka membusuk di kaki kiri, sekitar
luka tampak menghitam, merah, bengkak dan mengeluarkan nanah.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka kaki ,di
tandai dengan Klien mengatakan sulit tidur.Kalien tampak lesu , Pasien tampak
susah tidur.Pola tidur malam: 3 jam (Selama sakit)8 jam (Sebelum sakit), Pola
tidur siang: tidak tidur siang (Selama sakit), 30 menit(Sebelum sakit).
Resiko infeksi berhubungan port de entre di tandai dengan rasa nyeri yang
tak kunjung hilang,muncul kemerahan pada area kulit yang terluka,keluar nanah
dan beraroma tak sedap dari luka pada kaki kiri.
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka ulkus diabetik di tandai
dengan klien mengatakan ada luka di bagian kaki kiri dan tidak kunjung
sembuh,luka tampak menghitam,muncul kemerahan pada area luka,
mengeluarkan nanah dan mengalami edema di bagian kaki kiri.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot fisik, di tandai
dengan klien mengeluh tidak mampu melalukan akitivitasnya karna sulit luka
pada bagian kaki kiri, TD = 1300/90 mmHg,Nadi = 76 x/menit,RR = 20

x/menit,Suhu =36,8 ,skala aktivitas : 3,Klien dibantu keluarga dalam


melakukan aktivitas.
Dalam perencanaannya keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Ulkus Diabetik, Memonitor karakteristik luka,Memonitor tanda-
tanda infeksi,Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
perlunya Membersihkan jaringan nekrotik,Memberikan salep yang sesuai
kekulit/lesi,Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka,Menjelaskan kepada pasien tanda dan gejala infeksi,Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri atau dengan keluarga dan Berkolaborasi pemberian
antibiotic
Implementasi keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul
dan setelah implementasi dilaksanakan maka pada tahap kelima dilakukan
evaluasi.
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapain tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatannya.
1.2 Saran
Penderita DM memiliki lebih banyak faktor resiko untuk mempercepat
meluasnya luka dan lamanya penyambuhan luka. Oleh karena itu penanganan
ulkus pada klien diabetes harus dilakukan secara cepat dan tepat, untuk
mengurangi angka morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes.
Klien DM juga harus meperhatikan dalam hal nutrisi, latihan fisik yang tepat,
serta alas kaki yang baik untuk mencegah terjadinya luka. Jika pada penderita DM
terdapat luka kecil di kaki segera bawa ke pelayanan kesehatan untuk mencegah
meluasnya luka.
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). (2014). Diagnosis and


Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care.
Agus,S & Ihda M,N. (2014). Hubungan Pengetahuan Tentang Pengendalian
Kadar Gula Darah dengan Kejadian Ulkus Diabetik Pada Pasien Diabetes
Mellitus. Medisains Vol XVIIII No.3. ISSN:1693-7309
Ardi, M., Damayanti,S & Sudirman (2014). Hubungan Kepatuhan
Perawatan Kaki Dengan Resiko Ulkus Kaki Diabetes Di Poliklinik DM RSU
Andi Makkasauparepare. Vol.4 No.1. ISSN: 2302-1721.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran:EGC
CDC (Centers For Disease Control and Prevention). (2014). Prevention of
Diabetes Mellitus. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN ULKUS DIABETIK PADA Ny.M

Di Susun Oleh:

NAMA : LALA VERONICA


NIM : 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
1.1 Topik
“Penanganan penyakit Ulkus Diabetik”
Sasaran
“Pasien Ulkus Diabetik dan keluarga”
1.1.1.1 Program
Mengetahui apa itu penyakit Ulkus Diabetik dan cara penanganan melalui
Pendidikan Kesehatan berupa edukasi apa itu Ulkus Diabetik dan cara mencegah
yang berhubungan dengan Ulkus Diabetik akibat Diabetes Melitus.
1.1.1.2 Penyuluhan
Memberikan edukasi dengan materi Penyakit Ulkus Diabeti dan cara mencegah
Ulkus Diabetik yang dikarenakan DM pada tubuh pasien.
1.1.2 Tujuan
1.1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang Penyakit Ulkus
Diabetik  diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat mengerti tentang
Penanganan Ulkus Diabetik dengan baik .
1.1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang Penyakit Ulkus Diabetik
dan Cara Penanganannya selama 30 menit

diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian  Ulkus Diabetik

2. Menjelaskan Upaya pencegahan Ulkus Diabetik .

3. Menjelaskan klasifikasi Ulkus Diabetik.

4. Menjelaskan cara pemeriksaan kaki.

5. Mendemostrasikan cara perawatan Ulkus Diabetik.

6. Menyebutkan hal-hal yang tidak boleh di lakukan oleh penderita Diabetes


Melitus

1.1.3 Manfaat

1.Pasien dan keluarga

            a.Pasien dan keluarga bisa mengatasi Ulkus Diabetik

            b.Pasien dan keluarga mengetahui pengertian Ulkus Diabetik


            c.Pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan luka pada kaki pasien
Ulkus Diabetik

2.Mahasiswa

            a.Bisa memberikan ilmu kepada masyarakat

3.Institusi

            a..instiusi sebagai tempat memberikan ilmu kepada mahasiswa

1.1.3 Materi
a. Pengertian
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer.(Andyagreeni,2010)
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes.
Kadar LDL(bahaya >160mg/dl) yang tinggi memainkan peranan penting
untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada
dinding pembuluh darah.(Zaidah, 2005).
Luka kaki diabetes adalah penyebab hilangnya anggota tubuh pada pasien
diabetes yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk deformitas, neuropati
sensori, kondisi kulit yang tidak sehat dan infeksi (Pei, 2013).
1.1.4 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
pada Ny.M dan keluarga meliputi :
1. Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-
petunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya.
1.1.5 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Ulkus Diabetik pada tubuh pasien.pada Ny.M dan keluarga adalah:
1. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk publikasi singkat dalam bentuk selebaran yang
berisi informasi mengenai suatu hal atau peristiwa
1.1.6 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Senin, 02 November 2020
2. Pukul : 08.00 S/d Selesai
3. Alokasi Waktu : 20 menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 2 menit 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan salam dan
2. Menjelaskan tujuan dari tujuan memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang :
 materi penyuluhan mengenai
1.Pengertian nyeri
2.Tujuan manajemen nyeri non Mendengar,
pharmacologis 5 menit memperhatikan,
3.Cara sederhana mengatasi
nyeri
5 Menit Memperhatikan dan
3
Demontrasi

Demonstrasi dan Mempraktekkan


cara mengatasi nyeri pada tubuh
pasien.
5 menit Mempraktikan

4 Evaluasi :
Menanyakan pada peserta tentang
materi yang telah diberikan, dan Tanya Jawab
meminta kembali peserta untuk 6 menit
mengulang materi yang telah
disampaikan.
5 Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2 menit 2. Menjawab salam
perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup

1.1.7 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : LALA VERONICA
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau
pendiskusian masalah.
Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Penyaji : LALA VERONICA
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : LALA VERONICA
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang,
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu
dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
4) Simulator : LALA VERONICA
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan.
5) Dokumentator : LALA VERONICA
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan
dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : LALA VERONICA
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara.
Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal
penting. Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan
penyuluhan.

1.1.8 Denah Pelaksanaan


Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator dan Penyaji

: Peserta dan pasien


ULKUS
DIABETIK

Tujuan Perawatan Luka pada


LALA VERONICA 2.Kurangi tekanan atau
2018.C.10a.0974 Penderita Diabetes Mellitus
stress.
3. Perhatikan pemakaian
YAYASAN EKA 1. Proses
HARAP PALANGKA alas kaki.
penyembuhan luka
RAYA SEKOLAH
TINGGI ILMU menuju ke arah
KESEHATAN PRODI perbaikan.
SARJANA
KEPERAWATAN 2.Mengoptimalkan
TAHUN kualitas hidup
AJARAN 2020/ 2021
penderita DM
dengan luka
terutama luka 4. Kontrol infeksi

diabetik. 5. Perawatan luka

3. Menurunkan resiko optimal


dari
PENGERTIAN LUKA ULKUS tindakan 6. Kontrol edema
DIABETIK amputasi akibat luka
diabetik Tips untuk penderita Diabetes dan
Tips Untuk Keluarga
Suatu penanganan Standar Prosedur Pengobatan
professional terhadap 1. Periksakan kaki anda
Untuk Penderita Diabetes
ke tenaga kesehatan
luka diabetes, baik (dokter atau perawat
pencegahan dan diabetes) secara teratur.

perawatannya
diharapkan tindakan 1.Kontrol gula darah.
amputasi dapat
diturunkan.
2. Gunakan sepatu dan 8. Cari tempat TERIMAKASIH
kaos kaki yang tepat perawatan kaki
untuk seuai ukuran kaki
dan kelainannya SEMOGA
yang paling baik
BERMANFAAT !!
menurut anda.
!
9. Hindari merendam
kaki terlalu lama
3. Periksa kaki setiap dan
hari atau dengan menggunakan air
bantuan keluarga
panas ataupun
bantalan panas
(alas pijat kaki).

4. Rawat kuku dan


kelembapan kulit kaki
5. Pertahankan kaki 10. Lancarkan
sirkulasi darah
tetap bersih dengan rajin
dengan
mencuci dan merawat BERHENTI
kaki. MEROKOK.
6. Gunting kuku jangan
terlalu dalam

7. Rawat sepatu
(periksa dan
bersihkan
sebelum
digunakan).
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus ... (Eka Fitria, Abidah Nur, Nelly Marissa, Nur
Ramadhan)
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr. Zainal
Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh

CHARACTERISTICS OF ULCER AMONG DIABETES MELLITUS PATIENT IN


RSUD dr. ZAINAL ABIDIN AND RSUD MEURAXA BANDA ACEH
Eka Fitria, Abidah Nur, Nelly Marissa, dan Nur Ramadhan
Loka Litbang Biomedis Aceh
Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga No. 9 Lambaro, Aceh Besar Indonesia
E-mail : ummu.nuh.thalhah@gmail.com

Submitted : 26-5-2017, Revised : 10-6-2017, Revised : 27-6-2017, Accepted : 19-9-2017

Abstract
Diabetic mellitus remains prevalent in the world. It is a condition of hyperglycemia which are
at risk of macrovascular and microvascular complications. One of diabetes complications is
diabetic ulcers caused by loss of sensation of pain due to neuropathy. The research objective
was to assess the characteristics of ulcers in diabetic patients in two general hospitals in
Banda Aceh with cross sectional study design with purposive sampling. This study planned to
observe a number of 215 diabetic patients. There were 57 people with diabetic ulcers including
inpatients and outpatients in two general hospitals in Banda Aceh in the period November-
December 2015. Observations were made to assess characteristics of ulcer sufferers. The
result showed characteristics of Meggitt Wagner grade 1 ulcer criteria who were dominated
by women. Other characteristics included the number of ulcer in only one place, location on
foot, minimal exudate, such as a cliff-edged ulcer, skin around the ulcer has minimal
inflammation in red pale, ulcer without pain and without maceration. Patients with diabetic
ulcers should always observe hygiene, foot health and wound care.

Keywords : Characteristic of diabetic ulcer, Diabetes Mellitus, neuropathy, foot care

Abstrak
Diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan di dunia. DM merupakan kondisi
meningkatnya kadar gula darah yang berisiko menimbulkan komplikasi makrovaskular dan
mikrovaskular. Prevalensi DM terus meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah
satu komplikasi DM adalah ulkus diabetikum yang terjadi akibat berkurangnya sensasi nyeri
karena neuropati. Tujuan penelitian adalah menilai karakteristik ulkus pada penderita DM di
dua rumah sakit umum Kota Banda Aceh. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain

153
potong lintang. Teknik pengambilan sampel adalah secara purposive. Penelitian ini
direncanakan mengamati ulkus diabetikum pada 215 pasien DM. Sampel yang didapatkan
berjumlah 57 orang penderita ulkus diabetikum yang dirawat dan berobat jalan di dua rumah
sakit umum Banda Aceh periode November sampai Desember 2015. Pengamatan dilakukan
untuk menilai karakteristik ulkus yang diderita oleh responden. Hasil penelitian didapatkan
karakteristik ulkus diabetikum kriteria Meggitt Wagner grade 1 didominasi oleh perempuan.
Karakteristik lainnya berturut-turut adalah jumlah ulkus hanya pada satu tempat, lokasi di kaki,
eksudat minimal, ulkus bertepi seperti tebing, kulit di sekitar ulkus dengan inflamasi minimal
berwarna merah muda, ulkus tanpa nyeri dan tanpa maserasi. Penderita ulkus diabetikum
hendaknya selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan kaki dan melakukan perawatan luka.

Kata kunci : Karakteristik ulkus diabetikum, Diabetes Mellitus, neuropati, perawatan kaki

154
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus ... (Eka Fitria, Abidah Nur, Nelly Marissa, Nur
Ramadhan)

PENDAHULUAN amputasi.5 Neuropati sensori motorik kronik


adalah jenis yang sering ditemukan dari neuropati
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu diabetikum. Seiring dengan lamanya waktu
kondisi meningkatnya kadar gula darah yang menderita diabetes dan mikroangiopati, maka
dapat meningkatkan risiko kerusakan neuropati diabetikum dapat menyebabkan ulkus
makrovaskular dan mikrovaskular sehingga
pada kaki, deformitas bahkan amputasi.6 Ulkus
menurunkan kualitas hidup penderitanya.1 Di kaki pada neuropati sering kali terjadi pada
seluruh dunia, prevalensi diabetes pada orang permukaan plantar kaki yaitu di area yang
dewasa di dunia yang berumur 20-79 tahun akan mendapat tekanan tinggi, seperti area yang
menjadi 6,4%, berpengaruh kepada 285 juta melapisi kaput metatarsal maupun area lain yang
orang tahun 2010 dan meningkat menjadi 7,7% melapisi deformitas tulang. Ulkus kaki diabetik
pada tahun 2030 dan berpengaruh kepada 439 berkontribusi terhadap >50% ulkus kaki penderita
juta orang. Diantara tahun 2010 dan 2030 jumlah diabetes dan sering tidak menimbulkan rasa nyeri
penderita diabetes akan meningkat sebesar 69%
disertai lebam.6
di negara berkembang, dan 20% di negara maju.
2 Menurut Riskesdas 2013, prevalensi DM
Neuropati perifer merupakan penyebab
berdasarkan wawancara di Indonesia meningkat
ulserasi yang susah dikontrol pada kaki penderita
pada tahun 2013, yaitu sebesar 2,1% jika
DM. Hilangnya sensasi mengakibatkan hilangnya
dibandingkan dengan tahun 2007 (1,1%).3 Faktor nyeri dan dapat disertai oleh kerusakan kulit baik
risiko DM diantaranya adalah berat badan karena trauma maupun tekanan sandal dan sepatu
berlebih atau obesitas, aktivitas fisik yang rendah, yang sempit yang dipakai penderita sehingga
riwayat orang tua DM, etnik, diabetes dapat
gestasional, hipertensi, HDL rendah, trigliserida
tinggi, dan memiliki riwayat penyakit kardio

vaskuler.4

Salah satu komplikasi dari DM adalah


neuropati, berupa berkurangnya sensasi di kaki

dan sering dikaitkan dengan luka pada kaki.4


Neuropati perifer menyebabkan hilangnya sensasi
di daerah distal kaki yang mempunyai risiko
tinggi untuk terjadinya ulkus kaki bahkan
Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus ... (Eka Fitria, Abidah Nur, Nelly Marissa, Nur
Ramadhan)menjadi lesi dan infeksi.7 Orang
berkembang Klasifikasi luka kaki diabetik dibutuhkan

yang menderita DM ≥ 5 tahun berkemungkinan untuk mengetahui lesi yang sedang diobati,

hampir dua kali untuk menderita ulkus mempelajari hasil pengobatan dan dapat memberi

dibandingkan dengan orang yang menderita DM pemahaman tentang kaki diabetik.12 Sampai

kurang dari 5 tahun.8 Semakin lama seseorang saat ini sistem klasifikasi yang digunakan untuk

menderita DM maka semakin besar peluang menentukan derajat ulkus diabetik adalah kriteria

untuk menderita hiperglikemia kronik yang pada Meggit-Wagner dan University of Texas

akhirnya akan menyebabkan komplikasi DM sistem.12


berupa retinopati, nefropati, PJK, dan ulkus

diabetikum.9 Meskipun gambaran klinis DM Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


tipe 1 dan tipe 2 memiliki perbedaan, misalnya karakteristik ulkus diabetikum pada penderita
pada DM tipe 1 dapat mengancam hidup diabetes mellitus yang ada di RSUD dr. Zainal
penderitanya, memiliki gejala yang berat dan Abidin dan RSUD Meuraxa di Banda Aceh.
membutuhkan insulin namun pada DM tipe 2 Pengamatan terhadap ulkus diabetikum dirasa
sedikit memberi gejala bahkan diabaikan oleh penting dilakukan karena dengan mengetahui
pasien. Namun komplikasi diantara keduanya derajat ulkus maka dapat memprediksi pilihan
sama untuk menimbulkan kelainan profil lipid perawatan, tindakan dan terapi yang sesuai.
dalam darah yang dapat memicu penyakit kardio Bagi penderita juga bermanfaat untuk menjaga
vaskular, nefropati dan hipertensi. Selain itu juga kesehatan kaki dan mencegah komplikasi lebih
ditemukan komplikasi lain berupa, retinopati dan lanjut.

neuropati.6

Luka yang timbul secara spontan


maupun karena trauma dapat menyebabkan luka
terbuka yang mampu menghasilkan gas gangren

berakibat terjadinya osteomielitis.10 Gangren


kaki merupakan penyebab utama dilakukan

amputasi kaki kaki nontraumatik.7 Penderita


DM sangat rentan mengalami amputasi
disebabkan kondisi penyakit yang kronik dan

risiko komplikasi yang lebih besar.11


BAHAN DAN METODE diabetikum rawat inap dan rawat jalan di dua
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr rumah sakit, (b) bersedia ikut serta dalam
Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh penelitian dengan menandatangani informed
selama 8 bulan. Pemilihan kedua rumah sakit consent, dan (c) memiliki rekam medik yang
ini karena RSUD dr Zainal Abidin merupakan lengkap. Kriteria eksklusi meliputi; (a) pasien
rumah sakit pemerintah kelas A yang mampu yang menderita sakit berat/komplikasi, (b) pasien
memberikan pelayanan kedokteran spesialis yang sulit berkomunikasi, dan (c) pasien yang
dan sub spesialis luas dan ditetapkan sebagai menolak ikut serta dalam penelitian.
rumah sakit rujukan tertinggi dan memiliki poli Pengumpulan data dilakukan oleh tim
endokrin untuk merawat luka kaki diabetik. peneliti dari Loka Litbang Biomedis Aceh dengan
RSUD Meuraxa merupakan rumah sakit negeri latar belakang pendidikan dokter umum, perawat,
kelas B yang mampu memberikan pelayanan sarjana gizi, sarjana biologi, dan analis kesehatan.
kedokteran spesialis dan sub spesialis terbatas Sedangkan pembantu peneliti dari rumah sakit
dan juga menampung rujukan dari rumah sakit terdiri dari dokter ahli penyakit dalam, PPDS ilmu
kabupaten. Penelitian ini telah memperoleh
ethical clearance dari komisi etik Badan
Litbangkes. Jenis penelitian adalah observasional
dengan desain potong lintang. Populasi adalah
semua penderita ulkus diabetik yang datang ke
RSUD dr Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa
Banda Aceh dari bulan November sampai
Desember tahun 2015. Sampel adalah penderita
ulkus diabetik yang menjalani rawat inap/rawat
jalan di rumah sakit dr. Zainal Abidin dan RSUD
Meuraxa Banda Aceh. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara purposive. Penelitian ini
dilakukan untuk mengambil pus ulkus pada 215
penderita DM sesuai dengan rumus sampel yang
diperoleh, akan tetapi dalam pelaksanaannya
hanya diperoleh 57 orang responden yang terdiri
dari 40 orang dari RSUD dr. Zainal Abidin dan
17 orang dari RSUD Meuraxa Banda Aceh
periode November dan Desember 2015. Kriteria
inklusi sampel yaitu; (a) pasien dengan ulkus
penyakit dalam, dan .perawat. Sebelum berdasarkan saat pertama kali didiagnosa DM
dilakukan pengamatan terhadap ulkus dan oleh dokter/ tenaga kesehatan sampai saat pasien
wawancara, terlebih dahulu kepada responden diwawancara oleh peneliti. Data yang diperoleh
dijelaskan tentang penelitian yang akan dianalisa secara deskriptif.
dilakukan, meminta kesediaan calon responden HASIL
untuk ikut serta dalam penelitian, dan Jumlah responden yang harus dicapai
menandatangani informed consent. Pasien ulkus dalam penelitian ini seharusnya 215 orang pasien
diabetikum merupakan pasien BPJS yang rawat ulkus diabetikum, namun karena keterbatasan
jalan maupun yang dirawat inap. Setelah penelitian dalam pelaksanaannya hanya
mendapatkan persetujuan dari responden, tim memperoleh 57 orang responden yang terdiri dari
peneliti melakukan pengamatan terhadap ulkus 40 orang dari RSUD dr Zainal Abidin dan 17
dan mengisi kedalam kuesioner. Pengamatan orang dari RSUD Meuraxa Banda Aceh.
terhadap ulkus membutuhkan waktu beberapa
menit baik terhadap pasien yang baru maupun
yang sudah lama sehingga dapat disesuaikan
dengan kriteria ulkus yang dinilai. Setelah itu
melakukan wawancara terhadap responden
untuk mengetahui karakteristik mereka. Data
yang diperoleh merupakan data karakteristik
ulkus diabetik berdasarkan klasifikasi Meggitt
Wagner dan beberapa variabel lainnya.
Klasifikasi Meggit Wagner merupakan salah satu
klasifikasi ulkus kaki diabetik yang paling sering
digunakan dalam klinis. Bagi dokter dan
peneliti, klasifikasi luka kaki diabetik sangat
diperlukan untuk menggambarkan luka pasien
yang dirawat, mempelajari hasil akhir pasien
setelah perawatan serta mendapat pemahaman
yang lebih tentang kaki diabetik. Klasifikasi
Meggitt Wagner terdiri dari 5 grade, yaitu;
(grade 0): hanya nyeri pada kaki, (grade 1):
ulkus dipermukaan kulit, (grade 2): ulkus yang
lebih dalam, (grade 3): ulkus sudah melibatkan
tulang, (grade 4): gangren pada sebagian kaki,

dan (grade 5): gangren pada semua kaki.12


Lama waktu pasien menderita DM dihitung
Tabel 1. Karakteristik Penderita Ulkus Diabetikum (n=57)

Variabel Frekuensi Persen (%)

Jenis kelamin
-Laki- 26 45,6
Us laki 31 54,4
ia -Peremp
uan
- Dewasa awal (26-35 4 7,0
tahun)
- Dewasa akhir (36-45 5 8,8
tahun)
- Lansia awal (46-55 tahun) 15 26,3
- Lansia akhir (56-65 tahun) 26 45,6
- Manula (65 tahun ke atas) 7 12,3
Lama menderita DM
- 0-6 bulan 5 8,8
- 6-12 bulan 1 1,7
- 1-5 tahun 20 35,1
- 6-10 tahun 14 24,6
-11-15 tahun 9 15,8
-16-20 tahun 5 8,8
- 21-25 tahun 2 3,5
- >25 tahun 1 1,7
Pemakaian krim kaki
- Ada 23 40,35
- Tidak ada 34 59,65

Tabel 2. Karakteristik Ulkus Diabetikum (n=57)

Karakteristik ulkus Frekuensi Persen (%)

Ukus kelas Meggitt Wagner


- Grade 0 0 0
- Grade 1 22 38,6
- Grade 2 21 36,8
- Grade 3 10 17,5
- Grade 4 3 5,3
- Grade 5 1 1,8

- 1 ulkus 36 63,2
- >2 ulkus alat gerak sama 17 29,8
- >2 ulkus kedua alat gerak 4 7.0
Lokasi
Jumlah- Kaki kanan 26 45,6
- Kaki kiri 25 43,9
- Kaki kanan dan kiri 6 10,5
Eksudat
- Tanpa eksudat 32 56,1
- Eksudat minimal 17 29,8
- Eksudat sedang 8 14,1
Tepi ulkus
- Bertepi seperti garis pantai 22 38,6
- Bertepi seperti tebing 26 45,6
- Inflamasi atau tepi rusak 9 15,8
Kulit sekitar ulkus
Edema
- Minimal <2 centimeter 38 66,7
- Sedang (semua kaki) 14 24,5
- Berat (kaki dan tungkai) 5 8,8

- Merah muda 26 45,6


- Eritema 15 26,3
- Pucat,gelap 16 28,1
Warna
Inflamasi
- Minimal atau tanpa inflamasi 38 66,7
- Sedang 15 26,3
- Berat 4 7.0

- Tanpa nyeri (kadang-kadang) 45 78,9


- Sedang 10 17,6
Nyeri- Berat 2 3,5
Maserasi
- Tanpa maserasi atau 25% 47 82,5
- 26-50% 8 14,0
- >50% 2 3,5

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas Ulkus Diabetikum


Ulkus grade Ulkus grade Ulkus grade Ulkus grade Ulkus grade Ulkus grade
Variabel 0 1 2 3 4 5
Jenis kelamin
- Laki-laki 0 12 11 2 1 0
- Perempuan 0 10 10 8 2 1
Usia
- Dewasa awal (26-35 tahun) 0 1 1 1 1 0
- Dewasa akhir (36-45 tahun) 0 1 2 2 0 0
- Lansia awal (46-55 tahun) 0 6 6 3 0 0
- Lansia akhir (56-65 tahun) 0 9 10 4 2 1
- Manula (65 tahun ke atas) 0 5 2 0 0 0
Lama menderita DM
- 0-6 bulan 0 2 2 0 1 1
- 6-12 bulan 0 0 1 0 0 0
- 1-5 tahun 0 9 5 3 2 0
- 6-10 tahun 0 5 4 5 0 0
- 11-15 tahun 0 2 5 2 0 1
- 16-20 tahun 0 1 4 0 0 0
- 21-25 tahun 0 2 0 0 0 0
- >25 tahun 0 1 0 0 0 0
Pemakaian krim kaki
- Ada 0 7 8 7 1 0
- Tidak ada 0 15 13 3 2 1
Berdasarkan hasil penelitian, pada yaitu untuk laki-laki dan perempuan sebagian
Tabel 1 dilaporkan responden dengan ulkus besar menderita ulkus diabetikum kriteria
diabetikum sebagian besar berjenis kelamin Meggitt Wagner grade 1 dan 2, lansia akhir (56-
perempuan, lansia akhir, menderita DM sekitar 1- 65 tahun) pada kriteria Meggitt Wagner grade 2,
5 tahun, dan tidak menggunakan krim kaki menderita DM 1 sampai 5 tahun pada kriteria
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Meggitt Wagner grade 1, dan tidak memakai
karakteristik ulkus pada penderita DM sebagian krim/lotion kaki pada kriteria Meggitt Wagner
besar berada pada kriteria Wagner grade 1 (ulkus grade 1.
superfisial), ulkus berjumlah 1 buah dengan
lokasi kaki kanan tanpa eksudat namun bertepi PEMBAHASAN
seperti tebing, kulit sekitar ulkus sebagian besar
edema minimal, berwarna merah muda dengan Hasil penelitian menunjukkan penderita
inflamasi minimal, nyeri dirasakan kadang- ulkus diabetikum didominasi oleh perempuan
kadang atau tanpa nyeri dan tanpa maserasi. (54,4%). Hasil penelitian yang dilakukan di
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung dengan
karakteristik responden berdasarkan kelas ulkus menggunakan metode cross sectional secara
diabetikum retrospektif dari data rekam medis pasien ulkus
diabetik yang diobati sejak 1 Januari 2005 hormone steroid meningkatkan kejadian
sampai 30 Mei 2009 melaporkan, infeksi ulkus sindroma metabolik, DM tipe 2 , penyakit
diabetikum paling banyak diderita oleh
kardiovaskuler, dan keganasan. 19-22
perempuan (65,3%).13 Berbeda dengan hasil Pasien ulkus sudah menderita DM sejak 1
penelitian yang dilakukan oleh Decroli di RSUP hingga 5 tahun yang lalu dengan kadar gula

Dr. M. Djamil Padang.14 Menurut Perhimpunan darah yang tidak terkontrol. Kadar gula darah

Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia yang tidak terkontrol pada pasien ulkus

(PERKI) 2015, penyakit diabetes lebih banyak didapatkan lebih dari 200 mg/dl. Menurut

ditemukan pada perempuan dibanding laki- Decroli, rata-rata kadar gula darah pasien dengan
ulkus di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah 315
laki,15 dengan demikian kasus ulkus juga
mg/dl dengan lama menderita diabetes 1-10
banyak ditemukan pada kaum perempuan.
Penderita ulkus diabetikum mayoritas adalah tahun.14 Hiperglikemia berpengaruh terhadap

perempuan yang dominan berumur 56-65 tahun perkembangan komplikasi diabetes melalui

diikuti umur 46-55 tahun. beberapa jalur metabolisme yang berlangsung

Senada dengan hasil penelitian Utami didalam tubuh.23 Pada orang dengan
yang melaporkan bahwa penderita ulkus pengendalian glukosa darah yang buruk
kebanyakan ditemukan pada responden yang berkemungkinan 5,8 kali untuk terjadinya ulkus

berusia 55-60 tahun.16 Menurut Agency for diabetikum dibandingkan dengan orang yang

Healthcare Research and Quality (AHRQ) mengendalikan glukosa darahnya dengan baik.

tahun 2008, sebanyak 10% ulkus diabetikum Pengendalian kadar gula darah penting dilakukan
dengan pemeriksaan HbA1c minimal 2 x setahun
ditemukan pada kategori usia 45-54 tahun.17
disamping tetap mengikuti tatalaksana DM
Dekade 4 dan 5 merupakan kelompok umur
yang paling umum dari penderita diabetes yang dengan baik.8

berimplikasi kepada kaki.18 Umur merupakan


faktor risiko DM yang tidak dapat dimodifikasi
dan umur wanita pada rentang usia menopause
(40-45 tahun) akan mempercepat penurunan
produksi esterogen dan resistensi insulin.
Semakin cepat wanita menopause maka
semakin berisiko terhadap diabetes mellitus
tipe 2. Pada wanita post menopause adanya
gangguan metabolisme, obesitas, dan gangguan
Pengendalian kadar gula darah sering terjadi pertama kali di bagian telapak kaki
berpengaruh terhadap terjadinya infeksi. dan jari jempol yang disebabkan oleh tekanan
Disamping itu infeksi juga dapat memperburuk
tinggi.21 Luka pada pasien diabetes dapat
kendali glukosa darah. Kadar glukosa darah
terinfeksi menjadi ulkus yang ditandai dengan
yang tinggi akan meperburuk kondisi infeksi.5 adanya eksudat atau cairan pada luka sebagai
Dalam penelitian ini akan dibahas tempat berkembangnya bakteri.27,28 Hasil
ulkus diabetikum berdasarkan kriteria Meggitt penelitian ini menunjukkan adanya eksudat yang
Wagner. Kriteria Wagner paling umum dan minimal, dengan demikian bakteri yang
sering digunakan untuk menentukan tingkatan berkembang dalam ulkus juga minimal.
dari ulkus kaki diabetik. Kriteria Wagner Kulit di sekitar ulkus diabetikum
mengembangkan sistem klasifikasi dan sebagian besar edema kurang dari 2 cm,
langkah-langkah pengobatan untuk setiap berwarna merah muda, dan inflamasi minimal.
tingkatan ulkus.18 Ulkus diabetikum kriteria Pasien DM dengan kriteria infeksi ringan
Meggitt Wagner sebagian besar berada pada ditandai dengan demam, kemerahan, dan edema
grade 1, yaitu ulkus superfisial terbatas pada pada kaki harus dirawat di rumah sakit. 21
kulit. Penelitian yang dilakukan oleh Oyibo di Kepekaan atau nyeri sebagian besar tidak lagi
Manchester dan San Antonio juga melaporkan terasa atau kadang-kadang dan tanpa maserasi
bahwa sebagian besar pasien ulkus berada pada atau kurang dari 25%. Bukti terjadinya infeksi
grade 1 kriteria Meggitt Wagner.24 Berbeda adalah timbulnya gejala klasik inflamasi
dengan hasil penelitian observasional tentang (kemerahan, panas di lokasi luka, bengkak,
pilihan manajemen pada kaki diabetik menurut nyeri) atau sekresi purulen atau gejala tambahan
klasifikasi Wagner yang dilaporkan oleh Singh (sekresi non purulen, perubahan jaringan
dkk, diperoleh pasien ulkus diabetikum granulasi,
didominasi berturut-turut oleh kriteria Wagner
grade 4, 2, 1, 3, 5, dan 0. Menurut
Singh,klasifikasi Wagner paling umum
digunakan untuk menilai ulkus diabetik.
Wagner mengembangkan sistem klasifikasi dan

algoritma terapi untuk tiap kelas ulkus.18


Penderita DM rata-rata memiliki satu
ulkus yang mengenai kaki kiri dan kanan
dengan eksudat minimal dan bertepi seperti
tebing. Ulkus paling banyak terdapat di bagian
telapak kaki 25 dan jempol 26 kaki. Ulkus
kerusakan tepi luka atau maserasi dan bau yang perifer merupakan salah satu faktor risiko yang
dapat meningkatkan terjadinya ulkus kaki atau
menyengat).29 Infeksi sering disebabkan oleh
luka yang kronik sehingga sangat penting untuk amputasi.32
mengetahui penyebab, mengidentifikasi dan Kendali glikemik yang buruk dapat

mengelola infeksi pada luka.30 Yang penting meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada kulit

harus dipahami dalam penyembuhan luka kaki dan kaki. Perawatan kulit pada kaki diabetes

diabetik antar lain, perfusi yang adekuat, sangat perlu diperhatikan supaya tidak timbul

debridement, pengendalian infeksi, dan luka yang bisa berujung kepada infeksi.
Perawatan kaki yang perlu dilakukan seperti
mengurangi risiko tekanan pada kaki.31
mencuci kaki dan kulit dengan sabun yang
Ulkus kaki diabetik sering terjadi karena
lembab, menggunakan air yang tidak terlalu
kombinasi neuropati (sensorik, motorik,
panas, memakai krim/lotion pada kaki dan kulit
otonom) dan iskemia, kondisi ini diperparah lagi
namun jangan diantara sela- sela jari kaki untuk
dengan infeksi. Neuropati diabetikum menjadi
menghindari pertumbuhan bakteri.33
faktor risiko utama terjadinya ulkus pada kaki.
Hilangnya sensasi nyeri akan merusak kaki
secara langsung. Kerusakan saraf perifer sering KESIMPULAN

timbul perlahan- lahan dan sering tanpa gejala.


Neuropati sensorik membuat kaki penderita Karakteristik ulkus diabetikum termasuk

tidak dapat merasakan apapun. Penggunaan alas kriteria Meggitt Wagner grade 1, jumlah ulkus

kaki yang tidak sesuai ukuran dan neuropati hanya pada satu tempat, lokasi di kaki, eksudat

motorik akan merubah karakteristik dari postur minimal, ulkus bertepi seperti tebing, kulit

kaki sehingga membuat kaki menjadi


melengkung, ujung kaki menekuk, dan
membuat tekanan yang pada tumit dan kaput
metatarsal yang akhirnya akan membuat kulit
menjadi tebal (kalus) yang sewaktu-waktu dapat
pecah sehingga menimbulkan ulkus. Kalus

merupakan prediktor penting timbulnya ulkus.6


Sampai 50% neuropati perifer pada
penderita diabetes mungkin tidak menimbulkan
gejala, namun berisiko bagi penderitanya untuk
mengalami cedera pada kaki mereka. Neuropati
disekitar ulkus memiliki inflamasi minimal Diabetes Care [internet]. 2015. January
dengan warna merah muda, ulkus tanpa nyeri [cited 2017 April 14]; 38(1): [93].
dan tanpa maserasi. Available from
http://care.diabetesjournals.org/conte
UCAPAN TERIMA KASIH nt/
suppl/2014/12/23/38.Supplement_1.D
Terima kasih kami ucapkan kepada C1/
Badan Penelitian dan Pengembangan January_Supplement_Combined_Final.6-
Kesehatan yang telah mendanai penelitian ini, 99.pdf.
Kepala Loka Litbang Biomedis Aceh, direktur 5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
RSUD Zainal Abidin, direktur RSUD Meuraxa Konsen- sus pengendalian dan pencegahan
dan seluruh tim peneliti yang telah mendukung diabetes melli- tus tipe 2 di Indonesia 2011.
kegiatan penelitian ini. Jakarta : PB Perkeni; 2011.
6. Bilous R, Donelly R. Buku pegangan
DAFTAR RUJUKAN diabetes. Ed 4. Jakarta: Bumi Medika; 2014.
7. Schteingart DE. Pankreas: metabolisme
1. World Health Organization, International glukosa dan diabetes mellitus. In: Hartanto
Diabe- tes Federation. Definition and H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA,
diagnosis of Dia- betes Mellitus and editors. Patofisiologi konsep klinis proses-
intermediate hyperglicaemia. Report of proses penyakit. Jakarta: EGC; 2005.
WHO/IDF Consultation [internet]. 2006 8. Purwanti OS. Analisis faktor-faktor risiko
[cited 2017 April 14]: [50]. Available from terjadi ulkus kaki pada pasien diabetes
http://www.who.int/diabetes/publications/Defi mellitus di RSUD DR. Moewardi [thesis].
ni- tion%20and%20diagnosis%20of Depok: Universitas Indonesia; 2013.
%20diabetes_ new.pdf.
2. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. Global
estimates of the prevalence of diabetes for
2010 and 2030. Diabetes Atlas. Diabetes
Research and Clinical Practice. 2010; (87):
4-14.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Laporan hasil riset kesehatan
dasar tahun 2013. Jakarta: Kementerian
Kesehatan ; 2013.
4. American Diabetes Association.
Standard of medical care in diabetes-2015.
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135

9. Roza RL, Afriant R, Edward Z. Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada pasien
diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1): 243-248.
10. Kartika RW. Pengelolaan gangren kaki diabetik. CDK. 2017; 44(1): 18-22.
11. Sadikin LM. Coping stres pada penderita diabetes mellitus pasca amputasi. Jurnal
Psikologi dan Kesehatan Mental. 2013; 02(03): 17-23.
12. Jain AKC. A new classification of diabetic foot complications.: a simple and effective
teaching tool. The Journal of Diabetic Foot Complication. 2012; 4(1):1-5.
13. Kahuripan A, Andrajati R, Syafridani T. Analisis pemberian antibiotik berdasarkan hasil
uji sensitivitas terhadap pencapaian clinical outcome pasien infeksi ulkus diabetik di
RSUD DR.
H. Abdul Moeloek Lampung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009; 6(2): 75-87.
14. Decroli E, Karimi J, Manaf A, Syahbuddin S. Profil ulkus diabetik pada penderita rawat
inap di bagian penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Maj Kedokt Indon. 2008;
58(1): 3-7.
15. Lukito AA, Rahajoe AU, Rilantono LI, Harimurti GM, Soesanto AM, Danny SS, dkk.
Pedoman tatalaksana pencegahan penyakit kardiovaskular pada perempuan. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015.
16. Utami DT, Karim D, Agrina. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum. JOM PSIK. 2014; 1(2): 1-7.
17. Agency for Healthcare Research and Quality. Prevalence of diabetes, diabetic foot ulcer,
and lower extremity amputation among medicare beneficiaries, 2006 to 2008. Effecive
Health Care Program. 2011;10 (11): 1-7.
18. Gupta A, Haq M, Singh M. Management option in diabetic foot according to Wagners
classification: an observational study. Jk Science. 2016; 18(1): 35-38.
19. Burzawa JK, Schmeler KM, Soliman PT, Meyer LA, Bevers MW, Pustilnik
20. TL, et al. Prospective evaluation of insulin resistance among endometrial cancer patients.
Am J Obstet Gynecol. 2011; 204 (4): 1-15.
21. Suba Z. Low esterogen exposure and/or defective esterogen signaling induces disturbances
in glucose uptake and energy expenditure. J Diabetes Metab. 2013; 4(5):1-10.
22. Levin ME. An Overview of The Diabetic Foot

1
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135

: Pathogenesis, management and prevention of lesions. Int. J. Diab. Dev.Countries. 1994;


14: 39-
47.
23. Martha A. Analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit diabetes
mellitus pada perusahaan x. [thesis]. Depok: Universitas Indonesia; 2012.
24. Rodrigues J, Mitta N. Diabetic foot and gangrene. Department of Surgery, GOA Medical
Collage, India. 2011.
25. Oyibo S, Jude EB, Tarawneh I, Nguyen HC, Harkless L, Boulton AJM. A comparison of
two diabetic foot ucer classification system the wagner and the university of texas wound
classification systems. Diabetes Care. 2001; 24(1):84-88.
26. Hakimsyah. Peranan infeksi terhadap kejadian amputasi pada kaki diabetik. [thesis].
Semarang: Universitas Diponegoro; 1999.
27. Aulia NF. Pola kuman aerob dan sensitifitas pada gangren diabetik. [thesis]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2008.
28. Munter C, Price PP, Werven WR, Sibbald G. Diabetic foot ulcers-prevention and
treatment . A Coloplast Quick Guide. 2012.
29. Yazdanpanah L, Nasiri M, Adarvishi S. Literature review on the management of diabetic
foot ulcer. World Journal of Diabetes. 2015; 6(1):37-53.
30. Lipsky BA, Berendt AR, Cornia PB, Pile JC, Peters EJG, Armstrong DG, et al. Infection
diseases society of america clinical practice guideline for the diagnosis and treatment of
diabetic foot infections. Clinical Infectious Diseases. 2012; 54(12): 132-173.
31. Swanson T, Grothier L, Schultz G. Wound made infection easy. Wounds International
[internet]. 2014. [cited 2017 April 3]; [6]. Available from
http://www.woundsinternational.com/media/oth- er-resources/_/1152/files/wi-made-
easy.pdf.
32. Wu SC, Driver VR, Wrobel JS, Armstrong DG. Foot ulcers in the diabetic patient,
prevention and treatment. Vasc Health Risk Manag. 2007; 3(1): 65-76.
33. American Diabetic Association. Microvascular complications and foot care. Diabetes
care. [in- ternet]. 2015. [cited 2017 April 13]. Available from
http://care.diabetesjournals.org/content/38/ Supplement_1/S58
34. National Diabetes Education Program. Diabetes foot and skin care. [internet]. June 2017.
[cited 2017 August 4]. Available from https://www.cdc.
gov/diabetes/diabetesatwork/pdfs/diabetesfoot- andskincare.pdf

2
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN LAMA MENDERITA


DIABETES MELLITUS (DM) DENGAN KEJADIAN
ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2

Ida Suryati1, Def Primal1, Darsis Pordiati3


STIKes Perintis Padang Email
: Idasuryati53@yahoo.co.id

Submission: 10-06-2019, Reviewed: 19-06-2018, Accepted: 24-06-2019

ABSTRACT

DM is a disease where the level of glucose (simple sugar) in high blood because the body
cannot release or use insulin adequately. Type 2 diabetes can cause various chronic complications
such as diabetic foot disorders. The number of DM patients in Bukittinggi Achmad Mochtar Hospital
has increased in the last 2 years. In 2017 there are 1,350 DM patients, in 2018 there are 1,400 DM
patients who visit the International Clinic. Information obtained from officers at the Achmad Mochtar
Hospital International Police that officers did not provide health promotion about diabetic ulcers to
DM patients who visited the internal poly. The purpose of the study was to determine the
relationship level of knowledge and duration of suffering from diabetes with the incidence of diabetic
ulcers. Descriptive analytic research method with cross sectional design. The population was all type
2 DM patients who visited the Bukittinggi Achmad Mochtar Hospital interne poly, with an average
number of 117 people per month. The number of samples is 54 people, with sampling using
accidental sampling. Data was processed and analyzed using the chi-square test. The results of
univariate analysis showed that 72.2% of respondents had high level of knowledge, 61.1% had long
suffered from DM and 79.6% had no diabetic ulcer. Bivariate results have a correlation between level
of knowledge with the incidence of diabetic ulcer (p = 0,000) and there is a relationship between
knowledge and incidence of diabetic ulcer (p = 0.036 and OR = 8.696). It was concluded that there
was a relationship between level of knowledge and duration of suffering from diabetes with the
incidence of diabetic ulcers. It is expected that the hospital management will make counseling
information on diabetic ulcers for DM patients visiting the Bukittinggi Achmad Mochtar Hospital
interne poly.

Keywords: diabetic ulcer ,duration of suffering from diabetes, ,knowledge

ABSTRAK

DM adalah penyakit di mana kadar glukosa (gula sederhana) dalam darah tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara memadai. Diabetes tipe 2 dapat
menyebabkan berbagai komplikasi kronis seperti kelainan kaki diabetik. Jumlah pasien DM di
Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi telah meningkat dalam 2 tahun terakhir. Pada 2017 ada
3
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019
E-ISSN : 2622-4135

1.350 pasien DM, pada 2018 ada 1.400 pasien DM yang mengunjungi Klinik Internasional.
Informasi diperoleh dari petugas di Kepolisian Internasional Rumah Sakit Achmad Mochtar bahwa
petugas tidak memberikan promosi kesehatan tentang ulkus diabetes kepada pasien DM yang
mengunjungi poli internal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan durasi menderita diabetes dengan kejadian ulkus diabetik. Metode penelitian
deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua pasien DM tipe 2 yang
mengunjungi poli interne Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi, dengan jumlah rata-rata 117
orang per bulan. Jumlah sampel adalah 54 orang, dengan pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil analisis
univariat menunjukkan bahwa 72,2% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 61,1%
telah lama menderita DM dan 79,6% tidak memiliki ulkus diabetik. Hasil bivariat memiliki
korelasi antara tingkat pengetahuan dengan kejadian ulkus diabetik (p = 0,000) dan ada hubungan
antara pengetahuan dan kejadian ulkus diabetes (p = 0,036 dan OR = 8,696). Disimpulkan bahwa
ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan lama

4
menderita diabetes dengan kejadian ulkus diabetik. Diharapkan bahwa manajemen rumah sakit
akan membuat informasi konseling tentang ulkus diabetik untuk pasien DM yang mengunjungi
Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi interne poli.

Kata Kunci: lama menderita diabetes, pengetahuan, ulkus diabetes

PENDAHULUAN 2010). Menurut penelitian (Rahmawati, 2017),


Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin pasien yang memiliki pengetahuan yang tinggi
meningkat. PTM merupakan penyakit yang tentang perawatan pasien dengan ulkus
seringkali tidak terdeteksi karena tidak
bergejala dan tidak ada keluhan (Kemenkes
RI, 2014). Salah satu PTM yang menyita
banyak perhatian adalah Diabetes Melitus
(DM).
DM adalah suatu penyakit dimana
kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara adekuat.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70
– 100 mg/dl. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120 – 140 mg/dl pada 2 jam
setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya
(Utaminingsih, 2015)
(Upaya pencegahan ulkus diabetikum
dapat dilakukan melalui perilaku kesehatan
dalam rangka mencegah penyakit, dimana
perilaku tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Teori L. Green (1980) dalam
(Notoatmodjo, 2010) menyatakan bahwa
terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang, yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor pendorong. Faktor
predisposisi terwujud dalam pendidikan,
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dsb. Faktor pendukung terwujud
dalam lingkungan fisik, dan tersedia atau
tidaknya fasilitas kesehatan. Faktor pendorong
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain serta dukungan
dari keluarga (Notoatmodjo, 2010)
Diantara faktor predisposisi yang
mempengaruhi perilaku kesehatan tersebut
adalah pengetahuan dan lama menderita DM.
Pengetahuan merupakan hasil pengindraan
manusia, atau hasil dari tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimiliknya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),
dan indra penglihatan (mata) ((Notoatmodjo,
diabetikum, maka memiliki kemungkinan terdapat 1.400 pasien DM yang berkunjung ke
untuk luka membaik akan semakin besar. poli Interne RSUD Dr. Achmad Muchtar
Semakin lama seseorang menderita (Medical Record RSUD Dr. Achmad Muchtar
DM, maka ia akan semakin beresiko Bukittinggi, 2018).
menderita komplikasi. Komplikasi yang dapat Informasi yang diperoleh dari petugas
terjadi pada penderita DM salah satunya yaitu di Poli Interne bahwa petugas tidak ada
neuropati diabetik. Komplikasi ini dapat memberikan promosi kesehatan tentang ulkus
factor utama terjadinya ulkus diabetik. diabetikum kepada pasien DM yang
Kurang lebih 45- 60% dari semua penderita berkunjung ke poli interne. Promkes yang
ulkus diabetik disebabkan oleh neuropati diberikan hanya mengenai pengendalian gula
(Fowler MJ, 2008) darah, diit diabetik dan senam diabetes.
Sumatera Barat memiliki prevalensi Berdasarkan survey awal yang peneliti
total DM sebanyak 1,3 %, dimana Sumatera lakukan di poli Interne RSUD Dr. Achmad
Barat berada di urutan 14 dari 33 provinsi Muchtar Bukittinggi terhadap 5 orang pasien
yang ada di Indonesia. Berdasarkan umur, DM yang berkunjung, 3 orang diantaranya
penderita terbanyak dalam rentang usia 56 – mengalami tanda dan gejala ulkus yaitu
64 tahun dengan prevalensi 4,8 % (Kemenkes adanya eksudat dan edema pada luka di kaki.
RI, 2013). Pada tahun 2018, prevalensi DM Informasi dari 3 orang pasien tersebut
di Sumatera Barat mengalami peningkatan, diketahui bahwa mereka tidak mengetahui
yaitu menjadi 1,9 % (Kemenkes 2018) tentang penyebab terjadinya ulkus diabetik
Jumlah pasien DM di RSUD Dr. Achmad dan cara mencegah terjadinya ulkus diabetik, 2
Muchtar Bukittinggi juga mengalami orang diantara pasien yang terjadi ulkus
peningkatan dalam 2 tahun terakhir. Pada tersebut sudah menderita DM > 5 tahun. 2
tahun 2017 terdapat 1.350 pasien DM yang orang pasien lainnya tidak terjadi ulkus
berkunjung ke poli Interne, pada tahun 2018 diabetik, dan mereka baru menderita DM
selama 2 tahun. Tujuan penelitian untuk
mengetahui lebih lanjut tentang hubungan kelengkapannya. Analaisa data dilakukan
pengetahuan dan lama menderita DM dengan dengan Analisis univariat dan nalisis
kejadian ulkus diabetikum pada pasien DM bivariate. Analisis hasil uji statistic dengan
tipe 2 di RSUD Dr. Achmad Muchtar menggunakan Chi-Square test, untuk
Bukittinggi tahun 2019. menyimpulkan adanya hubungan 2 variabel.
Analisis data menggunakan derajat
kemaknaan signifikan 0,05.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitik dengan desain cross
sectional yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengetahuan
dan lama menderita DM dengan kejadian
ulkus diabetikum pada pasien DM tipe 2 .
Jumlah sampel 54 orang, diambil
menggunakan teknik accidental sampling,
pengumpulan data dilakukan dengan
pengisian kuesioner melalui wawancara
terpimpin dan observasi. Peneliti melakukan
observasi kejadian ulkus diabetikum,
kemudian data kuesioner dan hasil
observasi dikumpul kembali untuk diperiksa
Jumlah 54 100
HASIL PENELITIAN Kejadian Ulkus Diabetikum
Terjadi 11 20,4
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Tidak terjadi 43 79,6
Jumlah 54 100
Pengetahuan, Lama Menderita DM dan
Kejadian Ulkus Diabetikum Pada Pasien Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
DM tipe 2 dari 54 responden, lebih dari separoh memiliki
tingkat pengetahuan tinggi tentang ulkus
diabetikum, yaitu sebanyak 39 responden
Variabel f % (72,2
Tingkat Pengetahuan %), lebih dari separoh sudah lama menderita
Rendah 15 27,8 DM (> 5 tahun), yaitu sebanyak 33 responden
Tinggi 39 72,2 (61,1 %). lebih dari sebagian tidak terjadi
Jumlah 54 100 ulkus diabetikum, yaitu sebanyak 43
Lama Menderita DM responden (79,6
Lama 33 61,1 %).
Baru 21 38,9

Tabel 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Lama Menderita DM


dengan Kejadian Ulkus Diabetikum pada pasien DM Tipe 2

Kejadian Ulkus Diabetikum Jumlah


i
Variabel Terjadi Tidak terjad pvalue
N % n % N %
Pengetahuan
Rendah 11 73,3 4 26,7 15 100
0,000
Tinggi 0 0 39 100 39 100
Total 11 20,4 43 79,6 54 100
Lama Menderita DM
Lama 10 30,3 23 69,7 33 100
0,036
Baru 1 4,8 20 95,2 21 100
Total 11 20,4 43 79,6 54 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 23 orang (69,7 %) tidak terjadi ulkus dan 10
dari 15 responden berpengetahuan rendah, orang (30,3%) terjadi ulkus diabetikum. Dari
terdapat 11 responden (73,3 %) terjadi ulkus 21 orang responden yang baru menderita DM
diabetikum dan 4 responden (26,7 %) tidak terdapat 20 orang (95,2 %) tidak terjadi ulkus
terjadi ulkus diabetikum. Diantara 39 diabetikum dan 1 orang (4,8 %) terjadi ulkus
responden berpengetahuan tinggi, tidak ada diabetikum. Setelah dilakukan uji statistic
responden (0 %) terjadi ulkus diabetikum dan dengan uji chi-square didapatkan hasil pvalue =
seluruhnya (100%) tidak terjadi ulkus 0,036 (p < 0,05), ini berarti bahwa ada
diabetikum. Setelah dilakukan uji statistic hubungan pengetahuan dengan kejadian ulkus
dengan uji chi-square didapatkan hasil pvalue = diabetikum pada pasien DM tipe 2 di RSAM
0,000 (p < 0,05), ini berarti bahwa ada Bukittinggi tahun 2019. Nilai Odds Ratio (OR)
hubungan tingkat pengetahuan dengan diperoleh 8,696 dapat diartikan bahwa
kejadian ulkus diabetikum pada pasien DM responden yang telah lama menderita DM
tipe 2 di RSUD Dr. Achmad Muchtar memiliki resiko 8,6 kali untuk terjadi ulkus
Bukittinggi tahun 2019. Dari 33 orang diabetikum dibandingkan responden yang baru
responden yang lama menderita DM terdapat menderita DM.
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian
bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung
PEMBAHASAN maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
Tingkat Pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh
Pengetahuan merupakan hasil kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi
pengindraan manusia, atau hasil dari tahu dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
seseorang terhadap objek melalui indra yang pengetahuan, dengan cara mengulang kembali
dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan pengalaman yang diperoleh dalam
sebagainya). Pengetahuan yang dihasilkan memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada waktu pengindraan tersebut sangat pada masa yang lalu (Notoatmodjo, 2010).
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan Sejalan dengan Penelitian (Bertalina &
persepsi terhadap objek. Pengetahuan Purnama, 2016)tentang hubungan
seseorang sebagian besarnya diperoleh melalui pengetahuan, dukungan keluarga serta
indra pendengaran (telinga), dan indra perilaku penderita diabetes melitus tipe 2
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). terhadap kejadian ulkus kaki diabetes.
Wawan & Dewi (2011) membagi Berdasarkan penelitian tersebut diketahui
faktor yang mempengaruhi pengetahuan atas bahwa 78,8% responden dengan pengetahuan
dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor baik.
eksternal. Faktor internal terdiri dari Menurut asumsi peneliti, banyak
pendidikan, pekerjaan dan umur. Faktor responden yang memiliki pengetahuan tinggi
eskternal terdiri dari factor lingkungan dan tentang ulkus diabetikum disebabkan mereka
sosial budaya. Pengetahuan juga dapat sudah mengalami DM > 1 tahun, sehingga
diperoleh melalui pengalaman. Pribadi sudah banyak memperoleh informasi tentang
penyakit DM, baik informasi dari petugas,
informasi dari orang-orang sekitarnya ataupun
pengalaman mereka yang pernah mengalami
gejala ulkus diabetikum. Pengetahuan
responden yang tinggi tersebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka
yang juga tinggi, yaitu berpendidikan SMA
dan Perguran Tinggi sebanyak 35 orang (64,8
%). Dimana pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi, khususnya
informasi tentang penyakit DM yang
diterimad ari petugas atau dari media cetak
dan elektronik.
Namun demikian, masih terdapat
responden yang memiliki pengetahuan rendah.
Pengetahuan yang kurang dimiliki responden
adalah tentang dampak jika menderita DM
sudah lebih dari 5 tahun, tanda dan gejala luka
diabetikum dan pengaruh luka kecil yang
terjadi pada tungkai kaki penderita DM. Pada
umumnya responden berpendapat bahwa
dampak DM jika lebih 5 tahun adalah kaki
bengkak, yang tidak termasuk tanda dan gejala
luka diabetikum adalah tidak nyeri, dan luka
kecil yang terjadi pada tungkai kaki penderita responden yang rendah ini dapat dipengaruhi
tidak berpengaruh apapun. Pengetahuan oleh factor usia mereka yang < 45 tahun.
Dimana semakin cukup umur, tingkat 5 tahun.
kematangan dan kekuatan seseorang akan Menurut asumsi peneliti, banyak
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. responden yang sudah lama menderita DM
Sebaliknya umur yang kurang < 45 tahun disebabkan mereka kurang melakukan upaya
menyebabkan responden kurang memiliki untuk mencegah terjadinya kenaikan gula
pengalaman dan kurang matang dalam berfikir darah, baik secara farmakologi maupun non
tentang penyakit DM tersebut.

Lama Menderita DM
DM adalah suatu penyakit dimana
kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau mengguakan insulin secara adekuat.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 7-
0 – 100 mg/dl. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120 – 140 mg/dl pada 2 jam
setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya
(Utaminingsih, 2015).
Lama sakit berhubungan dengan usia
pertama kali penderita terdiagnosa Diabetes
Melitus, semakin muda usia penderita
terdiagnosa Diabetes Melitus maka semakin
lama penderita akan menanggung sakit
(Bertalina & Purnama, 2016). Semakin lama
seseorang menderita DM maka semakin besar
peluang untuk menderita hiperglikemia kronik
yang pada akhirnya akan menyebabkan
komplikasi DM berupa retinopati, nefropati,
PJK, dan ulkus diabetikum. Lamanya durasi
DM menyebabkan keadaan hiperglikemia
yang lama. Keadaan hiperglikemia yang terus
menerus menginisiasi terjadinya hiperglisolia
yaitu keadaan sel yang kebanjiran glukosa.
Hiperglosia kronik akan mengubah
homeostasis biokimiawi sel tersebut yang
kemudian berpotensi untuk terjadinya
perubahan dasar terbentuknya komplikasi
kronik DM (Loviana, Rudy, & Zulkarnain,
2015)
Sejalan dengan penelitian (Husniawati,
2015) tentang kejadian ulkus berulang pada
pasien diabetes mellitus, bahwa 60,6 %
responden menderita DM > 5 tahun. Penelitian
(Mahfud, 2012) tentang hubungan lama sakit
diabetes melitus dengan pengetahuan
perawatan kaki pada pasien diabetes melitus
non ulkus. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan 46,3 % responden menderita DM <
farmakologi seperti memotifikasi gaya hidup. dan gejala ulkus diabetikum dapat dilihat dari:
Responden yang baru mengalami DM < 5 Eksudat, yaitu adanya eksudat atau cairan
tahun disebabkan mereka baru didiagnosis pada luka sebagai tempat berkembangnya
menderita penyakit DM. Hal ini diharapkan bakteri; Tepi ulkus, Kulit di sekitar ulkus
tidak berdampak pada terjadinya ulkus diabetikum sebagian besar edema kurang dari
diabetic pada responden, karena dalam masa 2 cm, berwarna merah muda, dan inflamasi
tersebut sangat kecil kemungkinan untuk minimal; Edema, yaitu meningkatnya volume
terjadi gangguan syaraf dan gangguan cairan di luar sel (ekstraseluler) dan di luar
pembuluh darah pada kaki. pembuluh darah (ekstravaskular) disertai
dengan penimbunan di jaringan serosa. Edema
pada ulkus diabetikum terdiri dari edema
Kejadian Ulkus Diabetikum minimal 2 cm, sedang (semua kaki), berat
Ulkus kaki diabetik adalah luka (kaki dan tungkai); Warna : merah muda,
kronik pada daerah di bawah pergelangan eritema, pucat, gelap; Inflamasi. Inflamasi
kaki, yang meningkatkan morbiditas, yang terjadi dapat berupa inflamasi minimal
mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup atau tanpa inflamasi, sedang, berat; Nyeri,
pasien. Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh kepekaan atau nyeri sebagian besar tidak lagi
proses neuropati perifer, penyakit arteri terasa atau kadang- kadang dan tanpa maserasi
perifer (peripheral arterial disease), ataupun atau kurang dari 25%; Dan maserasi : tanpa
kombinasi keduanya. Pemeriksaan neuropati maserasi atau 25 %, 26 – 50 %, > 50 %.
sensorik dapat dilakukan dengan Hasil peneltiian yang dilakukan
menggunakan monofilamen Semmes- didapatkan perbedaan kejadian ulkus pada
Weinstein 10g, serta ditambah dengan salah pasien DM tipe 2 dengan penelitian (Amilia &
satu dari pemeriksaan : garpu tala frekuensi Saraswati, 2018) tentang hubungan
128 Hz, tes refleks tumit dengan palu refleks, pengetahuan, dukungan keluarga serta
tes pinprick dengan jarum, atau tes ambang perilaku penderita diabetes melitus tipe 2
batas persepsi getaran dengan biotensiometer terhadap kejadian ulkus kaki diabetes.
(PERKENI, 2015) Berdasarkan
Menurut (Loviana et al., 2015), tanda
penelitian Amilia diketahui bahwa 80% seseorang terhadap objek melalui indra yang
responden terkena kejadian ulkus kaki, dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan
sedangkan hasil penelitian yang peneliti sebagainya). Sebagian besar pengetahuan
lakukan kejadian ulkus hanya sebesar 20,4 %. seseorang diperoleh melalui indra pendengaran
Menurut asumsi peneliti, banyak (telinga), dan indra penglihatan (mata)
responden yang tidak terjadi ulkus diabetic (Notoatmodjo, 2010).
disebabkan mereka baru menderita DM, Pengetahuan atau kognitif merupakan
sehingga belum terjadi gangguan syaraf ke domain yang sangat penting untuk
kaki dan responden segera menyadari adanya terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
luka pada kaki dan segera melakukan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
pengobatan untuk mencegah terjadinya ulkus perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
diabetic. Responden yang mengalami ulkus lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
diabetic disebabkan sudah ada tanda dan didasari oleh pengetahuan. Menurut L. Green,
gejala ulkus diabetic yang mereka alami, tanda perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap dan
dan gejala yang dialami responden yaitu tindakan. Jika seseorang mengetahui dan
terjadi edemal mimimal 2 cm, terdapat warna memahami suatu maka ia bisa mengambil sikap
merah muda dan terjadi inflamasi sedang. dan tindakan sesuai dengan apa yang
diketahuinya (Notoatmodjo, 2010)
Sejalan dengan penelitian Wijaya
Hubungan Tingkat Pengetahuan (2015), pasien yang memiliki pengetahuan
dengan Kejadian Ulkus Diabetikum yang tinggi tentang perawatan pasien dengan
Pengetahuan merupakan hasil ulkus diabetikum, maka memiliki kemungkinan
pengindraan manusia, atau hasil dari tahu untuk luka membaik akan semakin besar.
Penelitian (Amilia & Saraswati, 2018) tentang
hubungan pengetahuan, dukungan keluarga berpengetahuan tinggi yang terjadi ulkus
serta perilaku penderita diabetes melitus tipe 2 diabetic. Adanya pengetahuan mereka tentang
terhadap kejadian ulkus kaki diabetes, juga cara pencegahan ulkus diabetic, maka mereka
didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan akan berupaya untuk melakukan pencegahan
dengan kejadian ulkus diabetikum (p = 0,04). tersebut dengan cara melakukan pengontrolan
Menurut asumsi peneliti, adanya gula darah dan mematuhi diet DM. Dimana
hubungan tingkat pengetahuan dengan kadar gula darah yang selalu terkontrol
kejadian ulkus diabetic karena tidak ada tersebut dapat mencegah terjadinya gangguan
responden syaraf dan gangguan pembuluh darah ke kaki,
sehingga tidak terjadi ulkus diabetikum.
Sebaliknya responden yang berpengetahuan
rendah tidak berusaha untuk mencegah
terjadinya ulkus diabetic, sehingga jarang
mengontrol kadar gula darah tidak terkendali
selama bertahun-tahun dan pasien tidak dapat
merasakan sakit, panas atau dingin pada kaki.
Pada akhirnya berdampak terjadinya tanda dan
gejala ulkus diabetic.
Pada penelitian ini juga ditemukan
responden yang berpengetahuan rendah tapi
tidak terjadi ulkus. Tidak terjadinya ulkus
pada responden berpengetahuan rendah
tersebut bisa dipengaruhi oleh lama menderita
DM, dimana mereka beru menderita DM
sehingga belum terjadi gangguan saraf pada
kaki dan ketika terjadi luka kecil pada kaki
langsung diobati. Ulkus juga tidak terjadi
karena mereka selalu menjaga kebersihan kaki
dan menggunakan alas kaki yang nyaman dan
tidak beresiko bagi penderita DM.

Hubungan Lama Menderita DM


dengan Kejadian Ulkus Diabetikum
Semakin lama seseorang menderita
DM, maka ia akan semakin beresiko
menderita komplikasi. Komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita DM salah satunya yaitu
neuropati diabetic. Komplikasi ini dapat factor
utama terjadinya ulkus diabetik. Kurang lebih
45- 60% dari semua penderita ulkus diabetik
disebabkan oleh neuropati (Frykberg dkk,
2006).
Semakin lama seseorang mengalami
DM, maka ia makin berisiko mengalami
komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita diabetes salah satunya yaitu
neuropati diabetik. Komplikasi ini dapat
menjadi faktor kejadian ulkus diabetika
(Mitasari, 2014). Orang yang menderita DM
lebih dari 5 tahun berkemungkinan hamper
dua kali lipat untuk terjadi ulkus dibandingkan
dengan orang yang menderita DM kurang Ramadhan, 2017)
dari 5 tahun (Fitria, Nur, Marissa, &
Penelitian (Amilia & Saraswati, KESIMPULAN
2018)tentang hubungan pengetahuan, Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
dukungan keluarga serta perilaku penderita kejadian ulkus diabetikum pada pasien DM tipe
diabetes melitus tipe 2 terhadap kejadian ulkus 2 di RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi
kaki diabetes. Berdasarkan penelitian tersebut tahun 2019. Ada hubungan lama menderita
diketahui bahwa tidak ada hubungan lama dengan kejadian ulkus diabetikum pada pasien
menderita DM dengan kejadian ulkus
diabetikum (p = 0,717). Pada penelitian ini,
lama menderita DM dikategorikan lama jika >
10 tahun.
Menurut asumsi peneliti, adanya
hubungan lama menderita DM dengan
kejadian ulkus diabetikum karena responden
yang sudah lama menderita DM menyebabkan
adanya resiko mengalami neoropati perifer,
dimana responden tidak dapat merasakan
adanya luka yang terjadi pada kaki. Sehingga
kaki tersebut tidak segera diobati dan lama
kelamaan berubah menjadi ulkus. Sebaliknya
responden baru menderita DM akan selalu
waspada terhadap komplikasi yang dapat
terjadi pada kaki, dan mereka segera
mengobati luka kecil yang terdapat pada kaki
dan terhindar dari terjadinya ulkus. Responden
yang baru menderita DM dan mengalami
ulkus diabetic disebabkan factor penyebab
ulkus diabetic tidak hanya lama menderita
DM, tapi perawatan kaki DM yang kurang
baik juga dapat berdampak pada terjadinya
ulkus diabetic. Walaupun responden tersebut
baru menderita DM, tapi jika tidak melakukan
perawatan kaki DM dengan baik maka
kemungkinan untuk terjadi ulkus diabetic juga
akan meningkat.
Responden yang sudah lama menderita
DM dan tidak terjadi ulkus diabetic
disebabkan mereka selalu melakukan
perawatan kaki diabetik sehingga tidak
beresiko terjadi ulkus, serta menjaga kadar
gula darah selalu dalam batas normal agar
kerusakan jaringan saraf pada kaki tidak
terjadi. Sementara responden yang baru
menderita DM dan terjadi ulkus disebabkan
responden tersebut memiliki pengetahuan
rendah tentang ulkus diabetikum, sehingga
tidak menyadari bahwa luka kecil pada kaki
yang tidak segera diobat dapat berakibat
terjadinya ulkus diabetic.
DM tipe 2 di RSUD Dr. Achmad Muchtar 243–248.
Bukittinggi tahun 2019 Mahfud, M. U. (2012). Hubungan Perawatan
. Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di RSUD
REFERENSI
Dr. Moewardi. Retrieved from
Amilia, Y., & Saraswati, L. D. (2018). http://eprints.ums.ac.id/22557/9/NASKA
Hubungan Pengetahuan, Dukungan H_PUBLIKASII.pdf
Keluarga serta Perilaku Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 terhadap Mitasari, G. (2014). Faktor–faktor yang
Kejadian Ulkus Kaki Diabetes (Studi di Berhubungan dengan Kejadian Ulkus
Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep
Semarang). Jurnal
Kesehatan
Masyarakat, 6(1), 349–359.
Bertalina, B., & Purnama, P. (2016).
Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan,
Motivasi Pasien dan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Diet
Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal
Kesehatan, 7(2), 329.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i2.211
Fitria, E., Nur, A., Marissa, N., &
Ramadhan,
N. (2017). Karakteristik Ulkus
Diabetikum pada Penderita Diabetes
Mellitus di RSUD dr. Zainal Abidin
dan RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Buletin Penelitian Kesehatan, 45(3),
153–160.
https://doi.org/10.22435/bpk.v45i3.681
8.1 53-160
Fowler MJ. (2008). Diabetes Foundation:
Microvascular and Macrovascular
Complications of Diabetes. Clin Diab,
26(2), 77–82.
Husniawati, N. (2015). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus
Kaki Diabetes Mellitus Di Klinik
Diabetes Mellitus Tahun 2015. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 7(2), 138–143.
Kemenkes RI, P. D. dan I. (2014). Infodatin:
Waspada Diabetes. Decision
Support Systems.
https://doi.org/10.1016/j.dss.2003.08.0
04
Loviana, R. R., Rudy, A., & Zulkarnain, E.
(2015). Artikel Penelitian Faktor
Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum
pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr .
M . Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1),
Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD. Dr. Soedarso dan Klinik
Kitamura Pontianak.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: rineka cipta.

PERKENI. (2015). Indonesia, P. E. (2015).

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB. PERKENI.

Rahmawati, U. (2017). HUBUNGAN


TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS DIABETIK DENGAN
PERAWATAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN DIABETUS MELITUS di PERSADIA
CABANG KOTA SURAKARTA Title.

Utaminingsih, W. (2015). Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi,


Jantung dan Stroke untuk Hidup Lebih Berkualitas. Media Ilmu. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai