Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS HYPERTENSIVE


HEART DISEASE (HHD) DI RUANG TERATAI RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di susun oleh:
Kelompok 2 C

1. Kiki Saputra : 2022-04-14901-036


2. Kulviyansari Ayu Fitria : 2022-04-14901-040
3. Lala Veronica : 2022-04-14901-041
4. Loren : 2022-04-14901-044

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRORAM PROFESI NERS
TA 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh Penyusun


Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini :
Nama : 1. Kiki Saputra
2. Kulviyansari Ayu Fitria
3. Lala Veronica
4. Loren

Program : Profesi Ners Angkatan X


Judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Diagnosa Medis
Hypertensive Heart Disease (HHD) Di Ruang Teratai RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah Melakukan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan


Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Praktik Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka
Raya.

Pembimbing I Pembimbing II,

Hermanto, Ners.,M.Kep Elvry Marthalina, S.Kep.,Ners


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh Penyusun


Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini :
Nama : 1. Kiki Saputra
2. Kulviyansari Ayu Fitria
3. Lala Veronica
4. Loren
Program : Profesi Ners Angkatan X
Judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Diagnosa Medis
Hypertensive Heart Disease (HHD) Di Ruang Teratai RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah Melakukan Asuhan Keperawatan Sebagai Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Praktik Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing I Pembimbing II,

Hermanto, Ners., M.Kep Elvry Marthalina, S.Kep., Ners

Mengetahui,

KUP PS Profesi Ners


Koordinator Praktik,

Meilitha Carolina, M.Kep.,Ners

Isnawiranti, S.Kep.,Ners
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn. D Dengan Diagnosa Medis Hypertensive Heart Disease (HHD) Sistem
Kardiovaskuler”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas di stase
KMB.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Hermanto, Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Elvry Marthalina, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan Program Profesi
Ners.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 20 Oktober 2022

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana ketika tekanan
darah sistolik (jantung berdetak) 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (jantung
berelaksasi) 90 mmHg. Sedangkan tekanan darah orang dewasa normal adalah ketika
tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg (WHO,
2013).
Hipertensi merupakan penyakit dengan berbagai penyebab. Beberapa penelitian
telah membuktikan berbagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi. Hasil studi sebelumnya menyebutkan faktor pemicu hipertensi dibedakan
menjadi dua faktor, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga,
jenis kelamin, dan usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti konsumsi lemak,
perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik (Nuarima, 2012).
Penyakit hipertensi memang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan
yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi. Berdasarkan data WHO (2013)
prevalensi hipertensi pada orang dewasa sekitar 40% dari seluruh penduduk dunia
pada tahun 2008. Angka tersebut terjadi peningkatan dari 600 juta penderita pada
tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar penderita pada tahun 2008. Saat ini prevalensi
hipertensi sendiri masih menjadi permasalahan dunia yang dapat menyebabkan
cardiovascular disease (CVD). The APCSC (Asia Pacific Customer Service
Consortium) melaporkan bahwa jumlah penderita hipertensi yang menyebabkan CVD
sebesar 60% di negara-negara Asia (Ueshima et al, 2008).
Dalam beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular menjadi dua
kali lipat untuk setiap kenaikan tekanan darah 20/10 mmHg, yang dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg. Hal ini membuat penyakit kardiovaskular seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung dan gangguan ginjal menjadi bagian dari
komplikasi hipertensi. Hipertensi juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti,
stroke, penyakit pembuluh darah perifer, pendarahan retina, dan gangguan
penglihatan (WHO, 2013).
Secara umum hipertensi selalu dihubungkan dengan ketidaknormalan
peningkatan aktivitas simpatis. Pola perkembangan terjadinya hipertensi, yaitu
awalnya CO (Cardiac Output) meningkat, tetapi SVR (Systemic Vascular Resisten)
dalam batas-batas normal. Ketika hipertensi semakin progresif, CO kembali normal
tetapi SVR meningkat menjadi tidak normal. Afterload jantung yang meningkat
secara kronis menghasilkan LVH (Left Ventricle Hypertrophy) dan merubah fungsi
diastolik (Wiryana, 2008).
Saat aktivitas RAAS tinggi tidak hanya membuat tekanan darah meningkat
tetapi juga dapat menimbulkan terjadinya Hypertension Heart Disease (HHD). HHD
adalah istilah yang digunakan secara umum untuk penyakit jantung, seperti LVH
(Left Ventricle Hypertrophy), CHD (Coronary Heart Disease) dan CHF (Congestive
Heart Failure) (Frohlich, 2009). LVH adalah penyakit yang terjadi saat tekanan darah
tinggi yang membuat jantung menjadi sulit untuk memompa darah. Sehingga
membuat otot jantung yang bekerja secara keras akan tumbuh dan menebal, hal ini
akan mengubah fungsi jantung pada ventrikel kiri. LVH ditandai oleh peningkatan
massa otot ventrikel kiri dan penyempitan ruang ventrikel kiri (Robbins dan Kumar,
2007).
Oleh karena itu penyakit hipertensi perlu dilakukan penanganan dengan terapi.
Tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan cara
yang paling nyaman. Berdasarkan algoritma yang disusun JNC VII, terapi paling dini
adalah mengubah gaya hidup. Jika hasil yang diinginkan tak tercapai maka
diperlukan terapi dengan obat. Secara umum, golongan obat antihipertensi yang
dikenal yaitu, Diuretik, ACE Inhibitor, Angiotensin Reseptor Bloker (ARB), Canal
Calsium Bloker (CCB), dan Beta Bloker. Angiotensin Receptor Blockers II (ARB)
sering digunakan oleh penderita hipertensi dan gagal jantung. The European Society
of Hypertension menyatakan bahwa ARB merupakan pilihan terapi hipertensi lini
pertama. ARB terbukti efektif untuk memperlambat atau memblokir perkembangan
penyakit kardiovaskular, terutama pada penyakit gagal jantung dan disfungsi
ventrikel kiri. Valsartan merupakan salah satu contoh ARB yang memiliki efek
farmakologi yang optimal terhadap resiko kejadian kardiovaskular akibat hipertensi
(Verdecchia et al, 2010).
Selain menggunakan obat kimia, terapi hipertensi juga dapat menggunakan obat
tradisional. Diantara sekian banyak tumbuhan yang terdapat di Indonesia, temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tumbuhan yang banyak digunakan untuk
obat atau bahan obat. Didalam rimpang temulawak mengandung senyawa kurkumin
yang memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah menurunkan tekanan darah
tinggi (Fitriani, 2013).
Menurut Sunagawa et al (2009), senyawa alami kurkumin dapat menghambat
perkembangan hipertensi yang diinduksi oleh LVH. Dengan demikian, senyawa dapat
digunakan untuk pasien dengan penyakit hipertensi yang disertai komplikasi pada
jantung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutha Devaraj (2013),
menunjukkan bahwa ekstrak temulawak tidak beracun dan memberikan tingkat
keamanan yang tinggi jika digunakan oleh manusia.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. P
Dengan Diagnose Medis Hypertensive Heart Disease (HHD) pada Sistem
Kardiovaskuler” dengan harapan klien dapat memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan serta untuk mencapai gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus Hypertensive Heart Disease (HHD) menggunakan proses keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Hypertension Heart Disease (HHD).

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn. D
dengan diagnosa medis Hypertension Heart Disease (HHD).

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Hypertension Heart Disease
(HHD).
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. D dengan diagnosa
medis Hypertension Heart Disease (HHD)
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada pasien Tn. D dengan diagnosa
medis Hypertension Heart Disease (HHD)
1.3.2.4 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada pasien Tn. D dengan diagnosa
medis Hypertension Heart Disease (HHD)
1.3.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada pasien Tn. D dengan
diagnosa medis Hypertension Heart Disease (HHD)
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien Tn. D dengan diagnosa
medis Hypertension Heart Disease (HHD)

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
1.4.1.1 Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan masalah Hypertension Heart Disease (HHD).

1.4.2 Untuk Insistusi ( Pendidikan dan Rumah Sakit )


1.4.2.1 Untuk Istitusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan pembelajaran untuk membantu proses asuhan
keperawatan dengan masalah Hypertension Heart Disease (HHD).
1.4.3.1 Untuk Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan dan
Asuhan Keperawatan bagi Klien.
1.4.3 Untuk IPTEK
1.4.4.1 Untuk menambah ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi pelayanan
kesehatan pada masayarakat yang berhubungan dengan Hypertension Heart Disease
(HHD) baik dalam segi alat, bahan baku obat, sarana dan prasarana.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg.22 Hipertensi merupakan penyakit yang timbul
akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang.
Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat
dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan
jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang
disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling
berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang
membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke dari
dan jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler di bangun oleh :
a. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
meupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunanya
sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama otot polos yaitu di luar
kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) .
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dandisebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing
yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, d
atas diafragma , dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V
dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
jantung yang di sebut iktus kordis.
Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira – kira 250 – 300 gram.
1) Lapisan jantung Endokardium merupakan lapisan jantung yang
terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lender yang melapisi rongga endotel atau selaput lender yang
melapisi permukaan rongga jantung.
2) Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis
kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
3) Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di ualai dari
cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung.
4) Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antara
ruang serambi dan bilik jantung.

2.1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Irianto (2014) yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer. Merupakan 90% dari seluruh
kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik).
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial seperti berikut ini:
1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga
yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.
5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan
pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu
terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok
yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa
putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah
pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau 15 berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari
alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya
hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh
kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi
renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari
penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal
disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang paling
banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan
pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah
ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan
memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta
ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung,
meningkatkan produksi darah yang mengakibtkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah sehingga mengakibtkan hipertensi. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguanpsikiatris),
kehamilan, peningkatan volume 16 intravaskuler, luka bakar, dan stress
karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga meningkatkan
aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah.

2.1.4 Klasifikasi
Penyakit hipertensi atau tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur
dari tensi atau tekanan darah. berbagai macam klasifikasi hipertensi yang
digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National
Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Klasifikasi
menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina, Klasifikasi
menurut European Society of Hypertension (ESH) yang digunakan negara-
negara di Eropa, Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in
Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga keturunan Afrika yang
tinggal di Amerika. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi
hipertensi.
Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada
Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada
tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri
untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di
Indonesia berskala nasional sangat jarang.
Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk
menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang
digunakan di Indonesia.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi
Mengingat pengukuran tekanan darah mudah dilakukan dan karakteristik penduduk
Indonesia berbeda dengan penduduk lainnya maka sudah seharusnya Indonesia
memiliki klasifikasi hipertensi sendiri.

2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jarak syaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalisdan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melaui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asettilkolin, yang akan
merangsang srabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontrikasi penbuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadaprangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Kortek adienal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian dirubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan poeningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Pertimbangan gerontologis, perubahan struktural dan fungsioanal pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi arteriosklerosit,
hilangnya elastisitas jaringan ikat , dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada umumnya menurunkan distensi dan gaya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuanya dakam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
Asupan Na Perubahan
Pathway HHD
meningkat genetik

Retensi Na
di ginjal

Volume cairan
meningkat

Preload
meningkat
2.1.6 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan
angina adalah gejala yang menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban
kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatkan beban
kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifetasi sebagai nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau serangan
stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada
penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai
80%.

2.1.7 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ
lain dalam tubuh. Jika dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi
bisa menimbulkan penyakit-penyakit serius, seperti:
a. Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang
kemudian disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah.
Kondisi ini disebut Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan
jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer.
b. Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan
penyempitan pembuluh darah di mata.
c. Diseksi aorta, atau robeknya lapisan dinding dalam aorta. Diseksi aorta
adalah kondisi gawat darurat yang bisa mengancam nyawa.
d. Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh
darah melemah dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh
darah bisa pecah dan menyebabkan kematian. Aneurisma bisa terbentuk di
aorta (aneurisma aorta) atau di arteri yang ada di otak (aneurisma otak).
e. Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh
darah di ginjal. Bila tidak segera diobati, kerusakan ginjal bisa
mencapai stadium akhir.
f. Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih
keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
g. Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran
darah ke otak.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease (HHD), yaitu:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi
g. Ginjal Terpisah dan penentuan kadar urin
h. Foto dada dan CT Scan
2.1.9 Penatalaksaan Medis
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau:
latihan dan relaksasi merupkan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam
resiko tinggi (pria perokok) atau tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85
atau 95 mmHg dan sistoliknya siatas 130 sampai139 mmHg, maka perlu
dimulai terapi obat-obatan. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan
pertama. Diuretika dan penyakit beta, contoh oabat yang diberikan pada
penyakit hipertensi :
 Obat verapamil (calan, isoptin)
a. Kerja utama :
1) Menghambat aliran masuk Ion kalsium kedalam sel
2) Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung
b. Kelebihan :
1) Antidiseitmia yang efektif
2) Awitan Iv cepat
3) Menyekat jalur nodus, SA dan AV
c. Kontra indikasi : penyakit nodus sinus atau AV, gagal jantung hebat,
hipertensi berat.
d. Efek dan pendekatan keperawatan :
1) Berikan pada saat perut kosong atau sebelum makan
2) Jangan dihentikan secara mendadak
3) Depresi dapat hilang apabila obat dihentikan
4) Untuk sakit kepala : kurangi kegaduhan, monitor elektrilit
5) Turunkan dosis untuk gagal hati dan ginjal
e. Pertibangkan gerontologis :
1) Memerlukan pengurangan dosis
2.2 Manajemen Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pernafasan (B1:Breathing).
a. Inspeksi.
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
serta penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat
udara yang tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa
otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal
tidak fektif dan penggunaan otot- otot bantu nafas
(sternocleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat
aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan
dan mandi.Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen
disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi
pernafasan.
b. Palpasi.
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
c. Perkusi.
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor
sedangkan diafrgama menurun.
d. Auskultasi.
Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing
sesuai tingkat beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian
lain, didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar
karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut
penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikat tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan
keletihan (dispnea eksersorial).Paru yang mengalami emfisematosa
tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosongkan
secara efektif dari sekresi yang dihasilkannya.Pasien rentan terhadap
reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi ini.Setelah
infeksi terjadi, pasien mengalami mengi yang berkepanjangan saat
ekspirasi.
2. Kardiovaskuler(B2:Blood).
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
Denyut nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung
tidak mengalami pergeseran. Vena jugularis mungkin mengalami
distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang dilihat adanya
sianosis.
3. Persyarafan (B3: Brain).
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada
komplikasi penyakit yang serius.
4. Perkemihan (B4:Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemihan.Namun perawat perlu memonitor
adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
5. Pencernaan (B5:Bowel).
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien
tidak nafsu makan.Kadang disertai penurunan berat badan.
6. Tulang, otot dan integument (B6: Bone).
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat
keletihan, sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan
pemenuhan ADL (Activity Day Living).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan krisis situasional.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi.

C. Intervensi Keperawatan
1) Dx: resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard.
Intervensi:
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum.
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat
tidur/kursi.
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
2) Dx. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi:
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan.
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
3. Batasi aktivitas.
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
5. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari
konstipasii.
3) Dx: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan: toleransi aktivitas efektif
Intervensi:
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas
2. Anjurkan klien untuk tidur
3. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.Perawat melakukan tindakan implementasi terapeutik
terhadap klien yang bermasalah kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual
maupun beresiko.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat
melakuakn evaluasi pada pasien setelah dilakukan tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. D
Umur : 67 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : tidak terkaji
Pekerjaan : Pensiun PNS
Suku bangsa : Dayak/Indonesia
Alamat : Jalan Pipit V No. 90
Tanggal Masuk : 05 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2022
No. Register : 10.36.10
Diagnose medis : Obs. Dyspnea ec. Accute on CKD + Edemaparu
akut, HT ST 2- HHD, CKD on HD, susp.
Pneumonia covid-19
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Hub. Dengan pasien : Anak Kandung
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Pipit V No.99
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Keluarga pasien mengatakan yang dirasakan saat masuk rumah sakit
adalah, sesak nafas dan akral dingim . Saat di lakukan pengkajian
tanggal 10 Oktober 2022, jam 08.00 WIB pasien tampak sesak nafas.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Keluarga pasien mengatakan, alasan masuk rumah sakit adalah sesak
nafas, nyeri saat bernafas dan akral dingin. Sebelum dibawa ke RS
Doris Sylvanus pasien di rawat di IGD. Di IGD pasien dapat Tindakan
pemeriksaan foto thorax penanganan medis,NS 0.9% 20tpm, di pasang
oksigen NRM 10Lx/menit Setelah di rawat di IGD pasien di pindahkan
ke Ruang Teratai untuk di lakukan perawatan. Pada saat di lakukan
pengkajian di ruang Teratai, pasien tampak berbaring lemas di bed,
terpasang Infus Nacl 20tpm/menit di tangan kiri.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan, upaya yang dilakukan adalah langsung dibawa ke
IGD.
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan pernah mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal
dan MRS pada bulan Agustus 2022 didiagnosa Obs Dyspnea +
ac.Acute On CKD + Edema paru akut + Ht + HHD + Ckd On HD +
Susp + Covid 19 MRS selama 10 hari dengan keluhan sesak berkurang
namun kembali kambuh dan MRS pada bulan Oktober 2022 dengan
diagnosa dan keluhan yang sama.
2) Pernah dirawat
Keluarga pasien mengatakan, pasien pernah dirawat di RS Doris
Sylvanus sebelumnya
3) Alergi
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat
maupun makanan
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah lama berhenti merokok,
minum kopi kadang-kadang dan minum minuman beralkohol sudah
tidak pernah lagi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada Riwayat penyakit keluarga, dan tidak ada keluarga yang
mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
d. Diagnose medis dan therapy
Diagnose : Obs. Dyspnea ec. Accute on CKD + Edema paru akut, HT ST
2- HHD, CKD on HD, susp. Pneumonia covid-19
Therapy : Inj. Furosemide 3x1, Inj. Dexametason, Inf. Fluconozol, Inj.
Meropenem, SP Heparin 10.000, Inj. Moxiflaxcin, P/O
amlodipin, clonidin, asam folat, caco3, H-NCE,
Hitrokof
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit : Kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
pengkajian data
Saat sakit : Kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
pengkajian data
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari
dengan porsi sedang ( lauk + sayuran ).
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien
berkurang, pasien makan 3x sehari tetapi hanya dapat
menghabiskan 2-3 sdm setiap porsi yang diberikan di
rumah sakit seperti bubur, sayur rebus, susu dan air putih.
3. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan Intensitas Eliminasi
Feses 3x sehari, warna kecoklatan, tidak keras dan
juga cair
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien jarang BAB,
dengan konsistensi lunak berwarna kuning
kecoklatan.
2) BAK
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAK lancar 7-8x
sehari.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAK hanya 1-2x
sehari, berwarna kuning.
4. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Penilaian:
0 1 2 3
Perawatan diri 0: Mandiri
1: Kergantungan minimal
Makan dan minum √
2: Keteragntungan parsial
3: Ketergantungan total
Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Berpindah √

Pasien sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi


dalam perawatan (Ketergantungan total).
2) Latihan
Sebelum sakit : Pasien mampu berjalan, bekerja, dan berolahraga
ringan seperti jalan kaki santai di sore hari
Saat sakit : Pasien terbaring di atas bed, dan tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Uji kekuatan otot
ekstermitas atas : 2 (dapat digerakkan, tetapi tidak
mampu melawan gaya gravitasi) dan ektermitas
bawah : 2 (dapat digerakkan, tetapi tidak mampu
melawan gaya gravitasi)
5. Pola kognitif dan perseptual sensori
 Kognitif
Sebelum sakit : Keluarga mengatakan pasien tidak mengalami
gangguan seperti penglihatan, pendengaran,
berbicara
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien pernah
mengatakan tidak senang dengan keadaan yang
dialaminya dan ingin cepat beraktivitas seperti
biasanya
 Persepsi
Sebelum sakit : Kondisi pasien tidak memungkinkan untuk
pengkajian data
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien pernah
mengatakan tidak senang dengan keadaan yang
dialaminya saat ini, pasien ingin cepat sembuh dari
penyakitnya.
6. Pola persepsi diri dan Konsep diri
 Persepsi diri
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien pernah
mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien pernah
mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan
pulang ke rumah.

 Konsep diri
Sebelum sakit : Keluarga Pasien mengatakan sebelum sakit pasien
menyukai tubuhnya, terutama bagian mata. Pasien
menyebutkan kalau dia adalah orang yang ramah.
Pasien dapat menerima keadaannya. Pasien dapat
berinteraksi dengan sosial. Pasien dapatmenghargai
dirinya sendiri.
Saat sakit : Keluarga Pasien mengatakan sakit pasien menyukai
tubuhnya, terutama bagian mata. Pasien
menyebutkan kalau dia adalah orang yang ramah.
Pasien dapat menerima keadaannya. Pasien dapat
berinteraksi dengan sosial. Pasien dapat menghargai
dirinya sendiri.
7. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur
siang 45 menit – 1 jam dan malam 6 - 7 jam.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tidur siang 20 menit,
malam 2 - 4 jam..
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering
berkumpul dengan orang-orang sekitar.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan hanya berkomunikasi
dengan keluarga
9. Pola seksual-reproduksi:
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat
melakukan aktivitas reproduksi dengan normal, system
reproduksi pasien masih berfungsi dengan baik.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan system reproduksi pasien
masih berfungsi dengan baik.

10. Pola mekanisme koping:


Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan tidak ada gangguan yang
membuat stress
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan adanya stress yang
mempengaruhi status oksigensi pasien
11. Pola nilai dan kepercayaan :
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien bila ada
masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan kepada
keluarga, dan keluarga selalu menolong Tn. D
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Tn. D

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum:
Tingkat kesadaran: somnolent
GCS : 10 Mata : 2 Verbal : 4 Motorik : 4
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,4oC
TD : 169/110 mmHg
RR : 32x/menit
Spirometri : 99%
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher: (kepala,rambut,hidung,telinga,mata,mulut dan leher)
1. Rambut
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, ukuran kepala normal, tidak
ada luka di kepala.
Palpasi : Tidak ada benjolan di kepala, tidak ada lesi vesikula,
tidak terdapat jaringan parut.

2. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
lecetan didaerah hidung, lubang hidung tampak
bersih tidak ada secret, penciuman masih bagus dan
normal
Palpasi : Bentuk hidung pasien teraba simetris, tidak
terdapat lesi, Tidak terdapat nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Fungsi pendengaran pasien baik, tidak berdengung
dan tidak tuli, bentuk telinga normal, tidak ada luka,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pendengaran mulai terganggu
pada telinga kanan, tidak ada pembesaran disekitar
telinga, tidak ada oedema, tidak ada perdarahan
disekitar telinga
4. Mata
Inspeksi : Fungsi penglihatan pasien berkurang, fungsi mata
pasien normal, gerakan bola mata pasien tampak
bergerak normal, sclera pasien normal/ putih, warna
konjungtiva pucat, kornea jernih, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan,
Palpasi : Tidak ada benjolan di mata, tidak ada massa, dan tidak
terdapat nyeri.
5. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Bibir pasien tampak kering, tidak ada perlukaan di
sekitar bibir, jumlah gigi pasien tidak lengkap, ada
karies, gusi pasien normal tampak kemerahan, tonsil
pasien tidak ada peradangan.
Palpasi : Lidah pasien tidak ada lesi, mokosa pasien tidak ada
pembengkakan.

6. Leher
Inspeksi : Leher pasien tampak tidak ada massa.
Palpasi : Tidak ada teraba kelenjar limfe, tidak ada jaringan
parut, tidak ada teraba kelenjar tyroid.
2) Dada:
1. Paru:
Inspeksi : Bentuk dada pasien teraba simetris, pasien tidak lagi
merokok, pasien tidak mengalami batuk, tidak ada
sputum, tidak sianosis, pasien mengalami sesak nafas,
tipe pernapasanan klien tampak menggunakan dada,
irama pernapasan tidak teratur RR : 32 x/menit,
terpasang oksigen NRM 10Lx/menit.
Palpasi : Pasien tidak mengalami nyeri tekan, tidak ada
massa.
Perkusi : Pasien tampak dispnea
Auskultasi : Terdengar bunyi bronkovesikuler, ronki

2. Jantung:
Inspeksi : Tidak ada merasakan keram dikaki, pasien tampak
pucat, pasien merasakan pusing, tidak sianosis, tidak
merasakan sakit kepala, pasien tampak palpitasi, tidak
ada pingsan, vena jugulasir klien tidak mengalami
peningkatan
Palpasi : Tidak ada nyeri, iktus teraba, nadi 110x/menit, Tekanan
darah dalam batas normal 169/110 Mmhg
Perkusi : Terdengar bunyi redup
Auskultasi: Irama jantung gallop
3) Payudara dan ketiak:
Inspeksi : Tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ada benjolan, puting dan areola baik
Palpasi : Teraba simetris

4) Abdomen:
Inspeksi : Tidak ada pembesaran
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen
Perkusi : Bunyi normal (tympani)
5) Genetalia :
Inspeksi : Bagian reproduksi pasien tidak tampak adanya
kemerahan, tidak ada gatal-gatal, gland penis baik/
normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge.
Palpasi : Srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan
lainnya.
6) Integument:
Inspeksi : Warna sawo matang, tekstur kering, terdapat kemerahan
pada area, turgor buruk, terdapat sianosis, akral dingin,
CRT > 3 detik, tidak ada tanda inflmasi pada kuku, ada
lesi pada kulit bagian area scapula
Palpasi : Akral teraba dingin, turgor menurun, tekstur kulit halus,
tidak ada lesi vesikula, tidak terdapat jaringan parut
7) Ekstremitas :
1. Atas : Tidak ada edema, suhu kulit teraba dingin, tidak ada
luka, tidak ada benjolan.
2. Bawah : Tidak ada edema, suhu kulit teraba dingin, tidak ada
luka, tidak ada benjolan.
8) Neurologis:
1. Status mental dan emosi: (tingkat kesadaran, orientasi, memori,
suasana hati dan afek, nyeri, intelektual, bahasa).
GCS : Kesadaran pasien 10 (Somnolen), kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat mudah tertidur, kesadaran dapat
pulih bila dirangsang tetapi mudah jatuh tertidur lagi.

2. Pengkajian saraf cranial:


Uji Syaraf Kranial :
- Nervus Kranial I (Olvaktori) : Pasien dapat membedakan bau-bauan seperti :
minyak kayu putih atau alkohol.
- Nervus Kranial II (Optik) : Mata kiri pasien agak buram.
- Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil pasien sebelah kiri nampak juling.
- Nervus Kranial IV (Trokeal) : Pasien dapat menggerakan bola matanya ke
atas dan ke bawah.
- Nervus Kranial V (Trigeminal) : Pasien dapat makan dan minum
- Nervus Kranial VI (Abdusen) : Pasien dapat melihat kesamping kiri ataupun
kanan.
- Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien tidak dapat merespon perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
- Nervus Kranial X (Vagus) : Pasien berbicara tidak jelas.
- Nervus Kranial XI (Asesori) : Pasien tidak dapat mengangkat bahunya.
- Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Pasien tidak dapat menjulurkan lidahnya.
3. Pemeriksaan reflek, sensorik, motorik, rangsangan :
Reflex Pupil kanan positif dan kiri positif, pasien merasakan nyeri pada saat
bernafas dan akral terasa dingin, pasien tidak merasakan sakit kepala, pasien
tampak gelisah, , tidak mengalami kejang.
Uji Koordinasi : Ekstermitas atas pasien tidak dapat menggerakan jari kejari dan
jari kehidung. Ekstermitas bawah pasien tidak bisa menggerakan tumit ke
jempol kaki, kestabilan tubuh bawah pasien tampak kurang baik refleks
ekstremitas bawah kiri dan kanan terganggu (2/2).

IV. DATA PENUNJANG


1) Data laboratorium yang berhubungan :
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2022, 18.37 wib
PARAMETER RUJUKAN

Pemeriksaan Hasil Satuan

HGB 10.5 - [ g/dL ] ( 11.5 – 18.0 )


RBC 3.82 - [ 10ˆ6/uL ] ( 4.00 – 6.00 )
HCT 32.2 - [%] ( 37.0 – 48.0 )

MCV 84.6 [ fL ] ( 80.0 – 100.0 )


MCH 27.5 [ pg ] ( 27.0 -34.0 )
MCHC 32.5 [ g/dL ] ( 32.0 – 36.0 )
RDW-CV 55.1 + [ fL ] ( 35.0 – 47.0 )
RDW-CV 19.8 + % ( 11.5 – 14.5 )

NRBC% 0.1 [%]


NRBC# 0.02 [ 10ˆ3/uL ]
WBC 18.36 + [ 10ˆ3/uL ] (4.50 – 11.00 )
EO% 0.3 [%] ( 0.0 – 7.0 )
BASO% 0.2 [%] ( 0.0 – 1.0 )
NEUT% 91.4 + [%] ( 19.0 – 48.0 )
LYMPH% 4.0 - [%] 3.0 – 9.0 )
MONO% 4.1 [%] (4.50 – 11.00 )

EO# 0.05 [ 10ˆ3/uL ] ( 0.00 – 0.80 )


BASO# 0.04 [ 10ˆ3/uL ] ( 0.00 – 0.20 )
NEUT# 16.78 + [ 10ˆ3/uL ] ( 1.50 – 7.00 )

LYMPH# 0.73 - [ 10ˆ3/uL ] ( 1.00 – 3.70 )


MONO# 0.76 [ 10ˆ3/uL ] ( 0.16 – 1.00
IG# 0.23 + [ 10ˆ3/uL ] ( 0.2 – 0.6 )
IG% 1.3 + [%] ( 0.01 – 0.04 )
PLT 253 [ 10ˆ3/uL ] ( 150 – 400 )
PDW 14.9 + [ fL ] ( 9.0 – 13.0 )
MPV 11.1 [ fL ] ( 7.2 – 11.1 )
P-LCR 36.1 + [%] ( 15.0 – 25.0 )
PCT 0.28 [%] ( 0.15 – 0.40 )

WBC-BF [ 10ˆ3/uL ]
RBC-BF [ 10ˆ6/uL ]
MN [ 10ˆ3/uL ] [%]
PMN [ 10ˆ3/uL ] PMN%
TC-BF# [ 10ˆ3/uL ]
WBC IP RBC Massage
Message
Neutrophilia
Lymphopenia
Leukocytosis
IG Present

Tanggal pemeriksaan : 10 Oktober 2022, 18.58 wib


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Ureum 93 21 – 53 mg/dl
Kreatinin 2,41 0,17 – 1,5 mg/dl

2.) Pemeriksaan radiologi


Tanggal Pemeriksaan : 05 Oktober 2022, 13.42 wib

Hasil Pemeriksaan Foto Toraks :


 Jantung : kesan membesar, tampak kalsifikasi arcus aorta
 Paru : tampak infiltrat di kedua lapang paru , corakan bronkovaskuler
meningkat dengan perihilar haziness
 Tampak opasitas homogen di hemitoraks kiri
 Sinus kostofrenikus kanan tajam kiri tertutup opasitas
 Trakea di tengah
 Sistema tulang baik

Kesan :
 Kardiomegali, edema paru dan efusi pleurakiri
 Pneumonia kanan
 Aortosklerosis

2) Terapi farmakologi :
Therapy Dosis Indikasi

Furosemide juga diindikasikan untuk


pengobatan hipertensi, baik digunakan
Injeksi Furosemide 3x1
sendiri maupun bersama obat
antihipertensi lainnya. 
Indikasi dexamethasone adalah
sebagai antiinflamasi dan
Injeksi imunosupresan, misalnya pada
2x5g
Dexametason penyakit sendi inflamatori, meningitis
bakterial, ataupun eksaserbasi akut
multiple sklerosis.
1 x 200
Infus Fluconozole
mg

Indikasi meropenem umumnya


diberikan untuk berbagai macam
infeksi yang sudah terbukti atau
Injeksi Meropenem 2x1 dugaan kuat tentang bakteri penyebab
infeksi tersebut, seperti pneumonia,
appendicitis, infeksi kulit luas,
meningitis dan sepsis.
B. ANALISA DATA
1. Analisa data
No Data Interpretasi Masalah

1. DS : Hirtropi ventrikel Pola Nafas Tidak Efektif


Keluarga pasien mengatakan jantung (LVH)
pasien sesak nafas
Do :
- Pasien tampak sesak
saat bernafas. Volume sekuncup
- Terdengar suara nafas menurun & volume
tambahan Ronki. residu meningkat
- Pasien tampak bernafas
menggunakan otot
bantu pernafasan.
- Pasien tampak tampak Tekanan atrium kiri
gelisah. meningkat
- Pasien tampak sesak
nafas saat sedang
berbaring ataupun
setelah berkomunikasi. Cairan masuk ke alveoli
- Pasien tampak
menggunakan NRM 10
Lx/menit.
- Tanda – tanda vital :
TD : 169 / 110 Mmhg
S : 36,4
Edema paru
RR : 32 x/menit
N : 110x/menit
Spo2 : 88 %
Pola Nafas Tidak
Efektif

2. Penurunan kapasitas
adaptip intrakarnial
Ds : Hipertensi
Do :
- Tekanan darah dan nadi
pasien tampak
meningkat Peningkatan beban kerja
- Pola napas Pasien jantung
tampak ireguler
- Respon pupil pasien
melambat
- Suara jantung S3 gallop Beban ventrikel kiri
- Tingkat kesadaran pasien meningkat
menurun somnolen
GCS : E:2, V:4, M:4
-Tanda – tanda vital :
TD : 169 / 110 Mmhg peningkatan tekanan
S : 36,4 intravaskuler cerebral
RR : 32x/menit
N : 110x/menit
darah memasuki
jaringan cerebral

Hematoma cerebral
Peningkatan TIK

Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial

3. Penurunan Curah
Jantung

DS :
- Obstruksi arteri koroner
DO :
- Kesadaran Somnolen
Suplai darah ke arteri
- Klien tampak lemas
- CRT<2 detik berkurang
- Nadi teraba kuat
- Ictus cordis terlihat
- Pasien tampak dispnea Iskemik jaringan otak
- Pasien tampak palpitasi
- Suara jantung S3
Gallop Perubahan
Hasil Pemeriksaan metabolisme anearob
Foto Toraks :

Suplai O2 ke
miokard menurun

- Jantung : kesan
membesar, tampak Infark miokard
kalsifikasi arcus aorta
- Paru : tampak infiltrat
di kedua lapang paru , Disfungsi arah
corakan bronkovaskuler jantung
meningkat dengan
perihilar haziness
- Tampak opasitas Penurunan
homogen di hemitoraks
kiri
- Sinus kostofrenikus Curah Jantung
kanan tajam kiri
tertutup opasitas
- Trakea di tengah
- Hasil TTV :
TD : 169 / 110 Mmhg
S : 36,4
RR : 32x/menit
N : 110x/menit
4.
Intoleransi Aktivitas

Pemenuhan O2 nutrisi
Ds : terganggu
-Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
mampu beraktipitas dan
dibantu oleh keluarga Pertukaran ATP
Do : terganggu
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak sesak saat
beraktivitas kelelahan
-Posisi Pasien semi fowler
-Mobilisasi pasien tampak
di bantu oleh keluaga
total Aktivitas terganggu

Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa keperawatan
Tanggal/
No Diagnosa keperawatan
Jam ditemukan
1. 10-11-2022 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hambatan Upaya nafas di buktikan dengan Keluarga
pasien mengatakan pasien sesak nafas, Pasien tampak
sesak saat bernafas., Terdengar suara nafas tambahan
Wheezing., Pasien tampak bernafas menggunakan otot
bantu pernafasan, Pasien tampak tampak gelisah,
Pasien tampak sesak nafas saat sedang berbaring
ataupun setelah berkomunikasi, Pasien tampak
menggunakan NRM 10 Lx/menit. Tanda – tanda vital :
TD : 169 / 110 Mmhg, S : 36,4, RR : 33x/menit, N :
110x/menit , Spo2 : 99 %
2. 10-10-2022

Penurunan kapasitas adaptif berhubungan dengan


hipertensi dan peningkatan beban kerja jantung di
buktikan dengan tekanan darah meningkat, kesadaran
pasien tampak menurun Pasien tampak Tekanan darah
dan nadi meningkat. Pola napas Pasien tampak ireguler,
Respon pupil pasien melambat, Suara jantung gallop,
GCS : E:2, V:4, M:4, Tanda – tanda vital TD : 169 / 110
Mmhg, S : 36,4, RR : 33x/menit, N : 110x/menit.

3. 10-10-2022
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload di buktikan dengan Kesadaran
pasien Somnolen, pasien tampak lemas ,CRT<2 detik,
Nadi teraba kuat ,Ictus cordis terlihat , Pasien tampak
dispnea, Pasien tampak palpitasi, Suara jantung S3
Gallop, Hasil Pemeriksaan Foto Toraks :

Jantung : kesan membesar, tampak kalsifikasi arcus


aorta, Paru : tampak infiltrat di kedua lapang paru ,
3. corakan bronkovaskuler meningkat dengan perihilar
haziness, Tampak opasitas homogen di hemitoraks kiri,
10-10-2022 Sinus kostofrenikus kanan tajam kiri tertutup opasitas,
Trakea di tengah, Hasil TTV : TD : 169 / 110 Mmhg, S
: 36,4, RR : 32x/menit, N : 110x/menit

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
di buktikan dengan Aktivitas pasien tampak di bantu
penuh keluarga, Pasien tampak lemah, Pasien tampak
sesak saat beraktivitas, Pasien tampak Posisi Pasien
semi fowler.
e. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Rencana Perawatan
Hari/ tgl Diagno Ttd
sa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil

10 – 10- D.0005 Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas, 1. Untuk mengetahui frekuensi,
2022 tindakan monitor saturasi irama, kedalaman dan upaya
keperawatan selama oksigen. nafas.
3x7 jam diharapkan 2. Monitor frekuensi,
2. 2. Untuk mengetahui pola nafas
pola nafas dapat irama, kedalaman dan 3. 3. Untuk mengetahui adanya
teratasi dengan upaya nafas. sputum.
kriteria hasil : 3. Monitor adanya
4. 4. Untuk mengetahui
1. Dspnea sumbatan jalan nafas. kemampuan batuk efektif.
menurun (Skor 4. Monitor kecepatan 5. Untuk mengetahui
1) aliran oksigen. kenyamanan pasien
2. Penggunaan 5. Pertahankan kepatenan
otot bantu nafas jalan nafas
menurun (Skor 6. Posisikan semi fowler
1) atau fowler.
3. Frekuensi nafas
membaik (Skor
5)
4. Kedalaman
Nafas membaik
11-10-2022 D.0008 (Skor 5) 1. Mengetahui peningkatan atau
1. Identifikasi penurunan TIK
Setelah dilakukan penyebab 2. Untuk mengetahui
tindakan peningkatan TIK peningkatan atau penurunan
keperawatan selama 2. Monitor TD
3x7 jam diharapkan peningkatan TD 3. Untuk mengetahui ada atau
ketidakadekuatan 3. Monitor tidaknya pernapasan yang
jantung memompa ireguleritas irama dalam atau dangkal
darah meningkat napas 4. Untuk mengetahui ada
dapat teratasi 4. Monitor penurunan tidaknya peningkatan atau
dengan kriteria hasil tingkat kesadaran penurunan GCS
: 5. Monitor 5. Untuk mengetahui
1. Tekanan darah perlambatan atau peningkatan respon pupil
membaik 5 ketidaksimetrisan lambat atau tidaknya
respon pupil 6. Membantu mempercepat
2. Tekanan nadi 6. Atur interval penyembuhan pasien
membaik 5 pemantauan sesuai 7. Mempermudah dalam
kondisi pasien menentukan dx pasien
3. Pola napas 7. Dokumentasikan 8. Supaya pasien da keluarga
membaik 5 hasil pemantauan mengetahui penyakit yang di
8. Jelaskan tujuan derita pasien
4. Respon pupil hasil pemantauan
membaik

12-10-2022 1. Untuk mengetahui tanda dan


1.Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan
gejala primer penurunan curah jantung
curah jantung 2. Untuk mengetahui tanda dan
Setelah dilakukan 2.Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan
tindakan gejala sekunder curah jantung
keperawatan selama penurunan curah jantung 3. Untuk mengetahui tekanan
3x7 jam diharapkan 3.Monitor tekanan darah darah
Ketidakuatan 4.Monitor EKG 12 4. Untuk mengetahui hasil EKG
jantung memompa sandapan 5. Agar pasien tetap merasa
darah meningkat 5.Posisikan semi fowler nyaman
dan dapat teratasi atau fowler dengan kaki 6. Agar mobilitas pasien tidak
dengan kriteria hasil di bawah atau posisi kaku
: nyaman
1. Tekanan darah 6.Anjurkan aktivitas fisik
menurun (Skor secara bertahap
5)
2. CRT menurun
(Skor 5)
3. Palpitasi
menurun (Skor
5)
4. Lelah menurun
(Skor 5)

13-10-2022 D.0056
1. Untuk memberikan
kenyamanan pasien saat
1. Anjurkan tirah baring
beristirahat
2. Anjurkan aktivitas fisik
2. Untuk melatih gerak
secara bertahap.
mobilisasi pasien saat di
3. Monitor pola dan jam
rawat
Setelah dilakukan tidur. 3. Untuk mengetahui tingkat
tindakan 4. Monitor kelelahan fisik kelelahan fisik dan
keperawatan selama dan emosional. emosional pasien
1x7 jam diharapkan 5. Fasilitasi tempat duduk 4. Untuk mengetahui pola tidur
intoleransi aktivitas di sisi tempat tidur jika pasien teratur atau tdak.
dapat teratasi dengan tidak dapar berpindah 5. Untuk meningkatkan dan
kriteria hasil : atau berjalan. melatih masa otot dan gerak
1. Kemudahan dalam ekstremitas pasien.
melakukan
aktivitas sehari-
hari meningkat
(Skor 5).
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawah meningkat
(Skor 5)
3. Dispnea saat
aktivitas menurun
(Skor 1)
f. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl/ No
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd
jam Dx
1 10-10-2022 D.0005 1. Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen. 1. Tidak ada respon
2. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya 2. Tidak ada respon
nafas. 3. Tidak ada respon
3. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas. 4. Tidak ada respon
4. Memonitor kecepatan aliran oksigen. 5. Tidak ada respon
5. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 6. Pasien tampak nyaman
6. Memposisikan semi fowler atau fowler.

1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK


2 11-10-2022 D.0008
2. Memonitor peningkatan TD 1. Tidak ada respon
3. Memonitor ireguleritas irama napas 2. Tidak ada respon
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 3. Tidak ada respon
5. Memonitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon 4. Tidak ada respon
pupil 5. Pasien tampak nyaman
6. Mengatur interval pemantauan sesuai kondisi pasien 6. Tidak ada repon
7. Dokumentasikan hasil pemantauan
8. Menjelaskan tujuan hasil pemantauan

3. 12-10-2022 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala primer penurunan


curah jantung 1. Tidak ada respon
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan 2. Tidak ada respon
curah jantung 3. Tidak ada respon
3. Memonitor tekanan darah 4. Tidak ada respon
4. Memonitor EKG 12 sandapan 5. Tidak ada respon
5. Memposisikan semi fowler atau fowler dengan kaki di 6. Tidak ada respon
bawah atau posisi nyaman
g. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/
No No Dx Evaluasi Ttd
jam
1 hari D.0005 S:
pertama - Keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak nafas.
10-10-2022 O:
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Tipe pernafasan dada
- Suara nafas bronchial
- Tanda – tanda vital
TD : 140/80 MmHg
S : 36,5
RR : 23x/menit
Spo2 : 88%
A : Lanjutkan intervensi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5

2. D.0008
S:
hari
pertama O:
10-10-2022 - Respon pupil klien melambat
- Pola napas pasien ireguler
- Kesadaran Somnolent
- GCS = 10 E2, V4, M4
- Tekanan darah dan nadi pasien masih meningkat
- Tanda – tanda vital
TD : 150/80 MmHg
S : 36,5
N : 115x/m
RR : 33x/menit
Spo2 : 88%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6, dan 7

3. D.0056

S:
hari
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu beraktivitas dan
pertama dibantu oleh keluarga
10-10-2022 O:
- Pasien tampak masih lemah
- Pasien tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Aktivitas pasien tampak di bantu penuh oleh keluarga
- Makan dan minum skor 3
- Mandi skor 3
- Toileting skor 3
- Berpakaian skor 3
- Berpindah skor 3
- Tanda-tanda vital
TD : 169/ 95MmHg
S : 36,4
RR 32 x/menit
SPO2 : 88%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5

1. D.0005

Hari ke dua S:
11-10-2022 - Keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak nafas.
O:
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Tipe pernafasan dada
- Suara nafas bronchial
- Tanda – tanda vital
TD : 140/80 MmHg
S : 36,5
RR : 23x/menit
Spo2 : 88%
A : Lanjutkan intervensi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
2. D.0008

Hari ke dua S:
11-10-2022
O:
- Respon pupil klien melambat
- Pola napas pasien ireguler
- Kesadaran Somnolent
- GCS = 10 E2, V4, M4
- Tekanan darah dan nadi pasien masih meningkat
- Tanda – tanda vital
TD : 150/80 MmHg
S : 36,5
N : 115x/m
RR : 33x/menit
Spo2 : 88%

A : Masalah Belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6, dan 7
D.0056

Hari ke dua
11-10-2022 S : keluarga klien mengatakan klien masih tidak mampu beraktivitas dan
pasien masih dibantu oleh keluarga

O:
- Pasien masih tampak lelah
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Makan dan minum skor 3
- Mandi skor 3
- Toileting skor 3
- Berpakaian skor 3
- Berpindah skor 3
- Tanda-tanda vital
TD : 158/ 94MmHg
S : 37,2
RR 33 x/menit
SPO2 : 80%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
1. Hari ke 3 D.0005 S:
12-10-2022 - Keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak nafas.
O:
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Tipe pernafasan dada
- Suara nafas bronchial
- Tanda – tanda vital
TD : 140/80 MmHg
S : 36,5
RR : 30x/menit
Spo2 : 88%
A : Lanjutkan intervensi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5

Hari ke 3
2. 12-10-2022 D.0008

S:

O:
- Respon pupil klien melambat
- Pola napas pasien ireguler
- Kesadaran Somnolent
- GCS = 10 E2, V4, M4
- Tekanan darah dan nadi pasien masih meningkat
- Tanda – tanda vital
TD : 150/80 MmHg
S : 36,5
N : 115x/m
RR : 28x/menit
Spo2 : 88%

A : Masalah Belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6, dan 7

Hari ke 3
12-10-2022 D.0056
S : keluarga klien mengatakan klien masih tidak mampu beraktivitas dan
pasien masih dibantu oleh keluarga

O:
- Pasien masih tampak lelah
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Makan dan minum skor 3
- Mandi skor 3
- Toileting skor 3
- Berpakaian skor 3
- Berpindah skor 3
- Tanda-tanda vital
TD : 158/ 94MmHg
S : 37,2
RR 33 x/menit
SPO2 : 80%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media aesculapius.

Wardani, D.W.S.R., 2014. Peningkatan Determinan Sosial dalam Menurunkan


Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,

Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media aesculapius.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC,
Jakarta.

Kemenkes. 2016. Profil penyakit tidak menular. Jakarta: kementrian kesehatan RI


2017.
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator dan
Doagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai