Di susun oleh:
Kelompok 2 C
Mengetahui,
Isnawiranti, S.Kep.,Ners
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn. D Dengan Diagnosa Medis Hypertensive Heart Disease (HHD) Sistem
Kardiovaskuler”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas di stase
KMB.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Hermanto, Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Elvry Marthalina, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan Program Profesi
Ners.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
1.4.1.1 Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan masalah Hypertension Heart Disease (HHD).
2.1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Irianto (2014) yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer. Merupakan 90% dari seluruh
kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik).
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial seperti berikut ini:
1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga
yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.
5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan
pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu
terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok
yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa
putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah
pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau 15 berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari
alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya
hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh
kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi
renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari
penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal
disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang paling
banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan
pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah
ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan
memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta
ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung,
meningkatkan produksi darah yang mengakibtkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah sehingga mengakibtkan hipertensi. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguanpsikiatris),
kehamilan, peningkatan volume 16 intravaskuler, luka bakar, dan stress
karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga meningkatkan
aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah.
2.1.4 Klasifikasi
Penyakit hipertensi atau tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur
dari tensi atau tekanan darah. berbagai macam klasifikasi hipertensi yang
digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National
Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Klasifikasi
menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina, Klasifikasi
menurut European Society of Hypertension (ESH) yang digunakan negara-
negara di Eropa, Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in
Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga keturunan Afrika yang
tinggal di Amerika. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi
hipertensi.
Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada
Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada
tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri
untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di
Indonesia berskala nasional sangat jarang.
Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk
menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang
digunakan di Indonesia.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jarak syaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalisdan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melaui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asettilkolin, yang akan
merangsang srabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontrikasi penbuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadaprangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Kortek adienal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian dirubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan poeningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Pertimbangan gerontologis, perubahan struktural dan fungsioanal pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi arteriosklerosit,
hilangnya elastisitas jaringan ikat , dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada umumnya menurunkan distensi dan gaya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuanya dakam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
Asupan Na Perubahan
Pathway HHD
meningkat genetik
Retensi Na
di ginjal
Volume cairan
meningkat
Preload
meningkat
2.1.6 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan
angina adalah gejala yang menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban
kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatkan beban
kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifetasi sebagai nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau serangan
stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada
penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai
80%.
2.1.7 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ
lain dalam tubuh. Jika dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi
bisa menimbulkan penyakit-penyakit serius, seperti:
a. Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang
kemudian disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah.
Kondisi ini disebut Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan
jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer.
b. Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan
penyempitan pembuluh darah di mata.
c. Diseksi aorta, atau robeknya lapisan dinding dalam aorta. Diseksi aorta
adalah kondisi gawat darurat yang bisa mengancam nyawa.
d. Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh
darah melemah dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh
darah bisa pecah dan menyebabkan kematian. Aneurisma bisa terbentuk di
aorta (aneurisma aorta) atau di arteri yang ada di otak (aneurisma otak).
e. Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh
darah di ginjal. Bila tidak segera diobati, kerusakan ginjal bisa
mencapai stadium akhir.
f. Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih
keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
g. Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran
darah ke otak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan krisis situasional.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi.
C. Intervensi Keperawatan
1) Dx: resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard.
Intervensi:
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum.
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat
tidur/kursi.
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
2) Dx. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi:
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan.
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
3. Batasi aktivitas.
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
5. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari
konstipasii.
3) Dx: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan: toleransi aktivitas efektif
Intervensi:
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas
2. Anjurkan klien untuk tidur
3. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.Perawat melakukan tindakan implementasi terapeutik
terhadap klien yang bermasalah kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual
maupun beresiko.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat
melakuakn evaluasi pada pasien setelah dilakukan tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. D
Umur : 67 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : tidak terkaji
Pekerjaan : Pensiun PNS
Suku bangsa : Dayak/Indonesia
Alamat : Jalan Pipit V No. 90
Tanggal Masuk : 05 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2022
No. Register : 10.36.10
Diagnose medis : Obs. Dyspnea ec. Accute on CKD + Edemaparu
akut, HT ST 2- HHD, CKD on HD, susp.
Pneumonia covid-19
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Hub. Dengan pasien : Anak Kandung
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Pipit V No.99
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Keluarga pasien mengatakan yang dirasakan saat masuk rumah sakit
adalah, sesak nafas dan akral dingim . Saat di lakukan pengkajian
tanggal 10 Oktober 2022, jam 08.00 WIB pasien tampak sesak nafas.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Keluarga pasien mengatakan, alasan masuk rumah sakit adalah sesak
nafas, nyeri saat bernafas dan akral dingin. Sebelum dibawa ke RS
Doris Sylvanus pasien di rawat di IGD. Di IGD pasien dapat Tindakan
pemeriksaan foto thorax penanganan medis,NS 0.9% 20tpm, di pasang
oksigen NRM 10Lx/menit Setelah di rawat di IGD pasien di pindahkan
ke Ruang Teratai untuk di lakukan perawatan. Pada saat di lakukan
pengkajian di ruang Teratai, pasien tampak berbaring lemas di bed,
terpasang Infus Nacl 20tpm/menit di tangan kiri.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan, upaya yang dilakukan adalah langsung dibawa ke
IGD.
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan pernah mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal
dan MRS pada bulan Agustus 2022 didiagnosa Obs Dyspnea +
ac.Acute On CKD + Edema paru akut + Ht + HHD + Ckd On HD +
Susp + Covid 19 MRS selama 10 hari dengan keluhan sesak berkurang
namun kembali kambuh dan MRS pada bulan Oktober 2022 dengan
diagnosa dan keluhan yang sama.
2) Pernah dirawat
Keluarga pasien mengatakan, pasien pernah dirawat di RS Doris
Sylvanus sebelumnya
3) Alergi
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat
maupun makanan
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah lama berhenti merokok,
minum kopi kadang-kadang dan minum minuman beralkohol sudah
tidak pernah lagi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada Riwayat penyakit keluarga, dan tidak ada keluarga yang
mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
d. Diagnose medis dan therapy
Diagnose : Obs. Dyspnea ec. Accute on CKD + Edema paru akut, HT ST
2- HHD, CKD on HD, susp. Pneumonia covid-19
Therapy : Inj. Furosemide 3x1, Inj. Dexametason, Inf. Fluconozol, Inj.
Meropenem, SP Heparin 10.000, Inj. Moxiflaxcin, P/O
amlodipin, clonidin, asam folat, caco3, H-NCE,
Hitrokof
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit : Kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
pengkajian data
Saat sakit : Kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
pengkajian data
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari
dengan porsi sedang ( lauk + sayuran ).
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien
berkurang, pasien makan 3x sehari tetapi hanya dapat
menghabiskan 2-3 sdm setiap porsi yang diberikan di
rumah sakit seperti bubur, sayur rebus, susu dan air putih.
3. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan Intensitas Eliminasi
Feses 3x sehari, warna kecoklatan, tidak keras dan
juga cair
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien jarang BAB,
dengan konsistensi lunak berwarna kuning
kecoklatan.
2) BAK
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAK lancar 7-8x
sehari.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAK hanya 1-2x
sehari, berwarna kuning.
4. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Penilaian:
0 1 2 3
Perawatan diri 0: Mandiri
1: Kergantungan minimal
Makan dan minum √
2: Keteragntungan parsial
3: Ketergantungan total
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Konsep diri
Sebelum sakit : Keluarga Pasien mengatakan sebelum sakit pasien
menyukai tubuhnya, terutama bagian mata. Pasien
menyebutkan kalau dia adalah orang yang ramah.
Pasien dapat menerima keadaannya. Pasien dapat
berinteraksi dengan sosial. Pasien dapatmenghargai
dirinya sendiri.
Saat sakit : Keluarga Pasien mengatakan sakit pasien menyukai
tubuhnya, terutama bagian mata. Pasien
menyebutkan kalau dia adalah orang yang ramah.
Pasien dapat menerima keadaannya. Pasien dapat
berinteraksi dengan sosial. Pasien dapat menghargai
dirinya sendiri.
7. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur
siang 45 menit – 1 jam dan malam 6 - 7 jam.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tidur siang 20 menit,
malam 2 - 4 jam..
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering
berkumpul dengan orang-orang sekitar.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan hanya berkomunikasi
dengan keluarga
9. Pola seksual-reproduksi:
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat
melakukan aktivitas reproduksi dengan normal, system
reproduksi pasien masih berfungsi dengan baik.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan system reproduksi pasien
masih berfungsi dengan baik.
2. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
lecetan didaerah hidung, lubang hidung tampak
bersih tidak ada secret, penciuman masih bagus dan
normal
Palpasi : Bentuk hidung pasien teraba simetris, tidak
terdapat lesi, Tidak terdapat nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Fungsi pendengaran pasien baik, tidak berdengung
dan tidak tuli, bentuk telinga normal, tidak ada luka,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pendengaran mulai terganggu
pada telinga kanan, tidak ada pembesaran disekitar
telinga, tidak ada oedema, tidak ada perdarahan
disekitar telinga
4. Mata
Inspeksi : Fungsi penglihatan pasien berkurang, fungsi mata
pasien normal, gerakan bola mata pasien tampak
bergerak normal, sclera pasien normal/ putih, warna
konjungtiva pucat, kornea jernih, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan,
Palpasi : Tidak ada benjolan di mata, tidak ada massa, dan tidak
terdapat nyeri.
5. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Bibir pasien tampak kering, tidak ada perlukaan di
sekitar bibir, jumlah gigi pasien tidak lengkap, ada
karies, gusi pasien normal tampak kemerahan, tonsil
pasien tidak ada peradangan.
Palpasi : Lidah pasien tidak ada lesi, mokosa pasien tidak ada
pembengkakan.
6. Leher
Inspeksi : Leher pasien tampak tidak ada massa.
Palpasi : Tidak ada teraba kelenjar limfe, tidak ada jaringan
parut, tidak ada teraba kelenjar tyroid.
2) Dada:
1. Paru:
Inspeksi : Bentuk dada pasien teraba simetris, pasien tidak lagi
merokok, pasien tidak mengalami batuk, tidak ada
sputum, tidak sianosis, pasien mengalami sesak nafas,
tipe pernapasanan klien tampak menggunakan dada,
irama pernapasan tidak teratur RR : 32 x/menit,
terpasang oksigen NRM 10Lx/menit.
Palpasi : Pasien tidak mengalami nyeri tekan, tidak ada
massa.
Perkusi : Pasien tampak dispnea
Auskultasi : Terdengar bunyi bronkovesikuler, ronki
2. Jantung:
Inspeksi : Tidak ada merasakan keram dikaki, pasien tampak
pucat, pasien merasakan pusing, tidak sianosis, tidak
merasakan sakit kepala, pasien tampak palpitasi, tidak
ada pingsan, vena jugulasir klien tidak mengalami
peningkatan
Palpasi : Tidak ada nyeri, iktus teraba, nadi 110x/menit, Tekanan
darah dalam batas normal 169/110 Mmhg
Perkusi : Terdengar bunyi redup
Auskultasi: Irama jantung gallop
3) Payudara dan ketiak:
Inspeksi : Tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ada benjolan, puting dan areola baik
Palpasi : Teraba simetris
4) Abdomen:
Inspeksi : Tidak ada pembesaran
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen
Perkusi : Bunyi normal (tympani)
5) Genetalia :
Inspeksi : Bagian reproduksi pasien tidak tampak adanya
kemerahan, tidak ada gatal-gatal, gland penis baik/
normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge.
Palpasi : Srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan
lainnya.
6) Integument:
Inspeksi : Warna sawo matang, tekstur kering, terdapat kemerahan
pada area, turgor buruk, terdapat sianosis, akral dingin,
CRT > 3 detik, tidak ada tanda inflmasi pada kuku, ada
lesi pada kulit bagian area scapula
Palpasi : Akral teraba dingin, turgor menurun, tekstur kulit halus,
tidak ada lesi vesikula, tidak terdapat jaringan parut
7) Ekstremitas :
1. Atas : Tidak ada edema, suhu kulit teraba dingin, tidak ada
luka, tidak ada benjolan.
2. Bawah : Tidak ada edema, suhu kulit teraba dingin, tidak ada
luka, tidak ada benjolan.
8) Neurologis:
1. Status mental dan emosi: (tingkat kesadaran, orientasi, memori,
suasana hati dan afek, nyeri, intelektual, bahasa).
GCS : Kesadaran pasien 10 (Somnolen), kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat mudah tertidur, kesadaran dapat
pulih bila dirangsang tetapi mudah jatuh tertidur lagi.
WBC-BF [ 10ˆ3/uL ]
RBC-BF [ 10ˆ6/uL ]
MN [ 10ˆ3/uL ] [%]
PMN [ 10ˆ3/uL ] PMN%
TC-BF# [ 10ˆ3/uL ]
WBC IP RBC Massage
Message
Neutrophilia
Lymphopenia
Leukocytosis
IG Present
Ureum 93 21 – 53 mg/dl
Kreatinin 2,41 0,17 – 1,5 mg/dl
Kesan :
Kardiomegali, edema paru dan efusi pleurakiri
Pneumonia kanan
Aortosklerosis
2) Terapi farmakologi :
Therapy Dosis Indikasi
2. Penurunan kapasitas
adaptip intrakarnial
Ds : Hipertensi
Do :
- Tekanan darah dan nadi
pasien tampak
meningkat Peningkatan beban kerja
- Pola napas Pasien jantung
tampak ireguler
- Respon pupil pasien
melambat
- Suara jantung S3 gallop Beban ventrikel kiri
- Tingkat kesadaran pasien meningkat
menurun somnolen
GCS : E:2, V:4, M:4
-Tanda – tanda vital :
TD : 169 / 110 Mmhg peningkatan tekanan
S : 36,4 intravaskuler cerebral
RR : 32x/menit
N : 110x/menit
darah memasuki
jaringan cerebral
Hematoma cerebral
Peningkatan TIK
Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
3. Penurunan Curah
Jantung
DS :
- Obstruksi arteri koroner
DO :
- Kesadaran Somnolen
Suplai darah ke arteri
- Klien tampak lemas
- CRT<2 detik berkurang
- Nadi teraba kuat
- Ictus cordis terlihat
- Pasien tampak dispnea Iskemik jaringan otak
- Pasien tampak palpitasi
- Suara jantung S3
Gallop Perubahan
Hasil Pemeriksaan metabolisme anearob
Foto Toraks :
Suplai O2 ke
miokard menurun
- Jantung : kesan
membesar, tampak Infark miokard
kalsifikasi arcus aorta
- Paru : tampak infiltrat
di kedua lapang paru , Disfungsi arah
corakan bronkovaskuler jantung
meningkat dengan
perihilar haziness
- Tampak opasitas Penurunan
homogen di hemitoraks
kiri
- Sinus kostofrenikus Curah Jantung
kanan tajam kiri
tertutup opasitas
- Trakea di tengah
- Hasil TTV :
TD : 169 / 110 Mmhg
S : 36,4
RR : 32x/menit
N : 110x/menit
4.
Intoleransi Aktivitas
Pemenuhan O2 nutrisi
Ds : terganggu
-Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
mampu beraktipitas dan
dibantu oleh keluarga Pertukaran ATP
Do : terganggu
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak sesak saat
beraktivitas kelelahan
-Posisi Pasien semi fowler
-Mobilisasi pasien tampak
di bantu oleh keluaga
total Aktivitas terganggu
Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa keperawatan
Tanggal/
No Diagnosa keperawatan
Jam ditemukan
1. 10-11-2022 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hambatan Upaya nafas di buktikan dengan Keluarga
pasien mengatakan pasien sesak nafas, Pasien tampak
sesak saat bernafas., Terdengar suara nafas tambahan
Wheezing., Pasien tampak bernafas menggunakan otot
bantu pernafasan, Pasien tampak tampak gelisah,
Pasien tampak sesak nafas saat sedang berbaring
ataupun setelah berkomunikasi, Pasien tampak
menggunakan NRM 10 Lx/menit. Tanda – tanda vital :
TD : 169 / 110 Mmhg, S : 36,4, RR : 33x/menit, N :
110x/menit , Spo2 : 99 %
2. 10-10-2022
3. 10-10-2022
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload di buktikan dengan Kesadaran
pasien Somnolen, pasien tampak lemas ,CRT<2 detik,
Nadi teraba kuat ,Ictus cordis terlihat , Pasien tampak
dispnea, Pasien tampak palpitasi, Suara jantung S3
Gallop, Hasil Pemeriksaan Foto Toraks :
No Rencana Perawatan
Hari/ tgl Diagno Ttd
sa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
10 – 10- D.0005 Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas, 1. Untuk mengetahui frekuensi,
2022 tindakan monitor saturasi irama, kedalaman dan upaya
keperawatan selama oksigen. nafas.
3x7 jam diharapkan 2. Monitor frekuensi,
2. 2. Untuk mengetahui pola nafas
pola nafas dapat irama, kedalaman dan 3. 3. Untuk mengetahui adanya
teratasi dengan upaya nafas. sputum.
kriteria hasil : 3. Monitor adanya
4. 4. Untuk mengetahui
1. Dspnea sumbatan jalan nafas. kemampuan batuk efektif.
menurun (Skor 4. Monitor kecepatan 5. Untuk mengetahui
1) aliran oksigen. kenyamanan pasien
2. Penggunaan 5. Pertahankan kepatenan
otot bantu nafas jalan nafas
menurun (Skor 6. Posisikan semi fowler
1) atau fowler.
3. Frekuensi nafas
membaik (Skor
5)
4. Kedalaman
Nafas membaik
11-10-2022 D.0008 (Skor 5) 1. Mengetahui peningkatan atau
1. Identifikasi penurunan TIK
Setelah dilakukan penyebab 2. Untuk mengetahui
tindakan peningkatan TIK peningkatan atau penurunan
keperawatan selama 2. Monitor TD
3x7 jam diharapkan peningkatan TD 3. Untuk mengetahui ada atau
ketidakadekuatan 3. Monitor tidaknya pernapasan yang
jantung memompa ireguleritas irama dalam atau dangkal
darah meningkat napas 4. Untuk mengetahui ada
dapat teratasi 4. Monitor penurunan tidaknya peningkatan atau
dengan kriteria hasil tingkat kesadaran penurunan GCS
: 5. Monitor 5. Untuk mengetahui
1. Tekanan darah perlambatan atau peningkatan respon pupil
membaik 5 ketidaksimetrisan lambat atau tidaknya
respon pupil 6. Membantu mempercepat
2. Tekanan nadi 6. Atur interval penyembuhan pasien
membaik 5 pemantauan sesuai 7. Mempermudah dalam
kondisi pasien menentukan dx pasien
3. Pola napas 7. Dokumentasikan 8. Supaya pasien da keluarga
membaik 5 hasil pemantauan mengetahui penyakit yang di
8. Jelaskan tujuan derita pasien
4. Respon pupil hasil pemantauan
membaik
13-10-2022 D.0056
1. Untuk memberikan
kenyamanan pasien saat
1. Anjurkan tirah baring
beristirahat
2. Anjurkan aktivitas fisik
2. Untuk melatih gerak
secara bertahap.
mobilisasi pasien saat di
3. Monitor pola dan jam
rawat
Setelah dilakukan tidur. 3. Untuk mengetahui tingkat
tindakan 4. Monitor kelelahan fisik kelelahan fisik dan
keperawatan selama dan emosional. emosional pasien
1x7 jam diharapkan 5. Fasilitasi tempat duduk 4. Untuk mengetahui pola tidur
intoleransi aktivitas di sisi tempat tidur jika pasien teratur atau tdak.
dapat teratasi dengan tidak dapar berpindah 5. Untuk meningkatkan dan
kriteria hasil : atau berjalan. melatih masa otot dan gerak
1. Kemudahan dalam ekstremitas pasien.
melakukan
aktivitas sehari-
hari meningkat
(Skor 5).
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawah meningkat
(Skor 5)
3. Dispnea saat
aktivitas menurun
(Skor 1)
f. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ No
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd
jam Dx
1 10-10-2022 D.0005 1. Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen. 1. Tidak ada respon
2. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya 2. Tidak ada respon
nafas. 3. Tidak ada respon
3. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas. 4. Tidak ada respon
4. Memonitor kecepatan aliran oksigen. 5. Tidak ada respon
5. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 6. Pasien tampak nyaman
6. Memposisikan semi fowler atau fowler.
2. D.0008
S:
hari
pertama O:
10-10-2022 - Respon pupil klien melambat
- Pola napas pasien ireguler
- Kesadaran Somnolent
- GCS = 10 E2, V4, M4
- Tekanan darah dan nadi pasien masih meningkat
- Tanda – tanda vital
TD : 150/80 MmHg
S : 36,5
N : 115x/m
RR : 33x/menit
Spo2 : 88%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6, dan 7
3. D.0056
S:
hari
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu beraktivitas dan
pertama dibantu oleh keluarga
10-10-2022 O:
- Pasien tampak masih lemah
- Pasien tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Aktivitas pasien tampak di bantu penuh oleh keluarga
- Makan dan minum skor 3
- Mandi skor 3
- Toileting skor 3
- Berpakaian skor 3
- Berpindah skor 3
- Tanda-tanda vital
TD : 169/ 95MmHg
S : 36,4
RR 32 x/menit
SPO2 : 88%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
1. D.0005
Hari ke dua S:
11-10-2022 - Keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak nafas.
O:
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Tipe pernafasan dada
- Suara nafas bronchial
- Tanda – tanda vital
TD : 140/80 MmHg
S : 36,5
RR : 23x/menit
Spo2 : 88%
A : Lanjutkan intervensi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
2. D.0008
Hari ke dua S:
11-10-2022
O:
- Respon pupil klien melambat
- Pola napas pasien ireguler
- Kesadaran Somnolent
- GCS = 10 E2, V4, M4
- Tekanan darah dan nadi pasien masih meningkat
- Tanda – tanda vital
TD : 150/80 MmHg
S : 36,5
N : 115x/m
RR : 33x/menit
Spo2 : 88%
Hari ke dua
11-10-2022 S : keluarga klien mengatakan klien masih tidak mampu beraktivitas dan
pasien masih dibantu oleh keluarga
O:
- Pasien masih tampak lelah
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Makan dan minum skor 3
- Mandi skor 3
- Toileting skor 3
- Berpakaian skor 3
- Berpindah skor 3
- Tanda-tanda vital
TD : 158/ 94MmHg
S : 37,2
RR 33 x/menit
SPO2 : 80%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
1. Hari ke 3 D.0005 S:
12-10-2022 - Keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak nafas.
O:
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Tipe pernafasan dada
- Suara nafas bronchial
- Tanda – tanda vital
TD : 140/80 MmHg
S : 36,5
RR : 30x/menit
Spo2 : 88%
A : Lanjutkan intervensi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
Hari ke 3
2. 12-10-2022 D.0008
S:
O:
- Respon pupil klien melambat
- Pola napas pasien ireguler
- Kesadaran Somnolent
- GCS = 10 E2, V4, M4
- Tekanan darah dan nadi pasien masih meningkat
- Tanda – tanda vital
TD : 150/80 MmHg
S : 36,5
N : 115x/m
RR : 28x/menit
Spo2 : 88%
Hari ke 3
12-10-2022 D.0056
S : keluarga klien mengatakan klien masih tidak mampu beraktivitas dan
pasien masih dibantu oleh keluarga
O:
- Pasien masih tampak lelah
- Pasien masih tampak sesak saat beraktivitas
- Pasien tampak memakai oksigen NRM 10 Lx/menit
- Makan dan minum skor 3
- Mandi skor 3
- Toileting skor 3
- Berpakaian skor 3
- Berpindah skor 3
- Tanda-tanda vital
TD : 158/ 94MmHg
S : 37,2
RR 33 x/menit
SPO2 : 80%
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media aesculapius.
Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media aesculapius.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC,
Jakarta.