Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN MINI PROJECT

UPAYA PENJARINGAN DAN HIPERTENSI DI POSYANDU


LANSIA NURUL INSAN PALEMBANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan


Kesehatan Masyarakat Primer Program
Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh :

dr. Dita Mutiara Irawan


dr. Mutia Yudha Putri

Pendamping:

dr. RA. Emiria Umi Kalsum, M.Kes


dr. Rizky Maretha

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


UPT PUSKESMAS BASUKI RAHMAT
PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Dita Mutiara Irawan


dr. Mutia Yudha Putri
Judul laporan : UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI POSYANDU
LANSIA NURUL INSAN KELURAHAN TALANG AMAN
PALEMBANG

Palembang, 1 November 2021

Peserta Pendamping

dr. Dita Mutiara Irawan dr. Rizky Maretha


NIP 198903142019022001

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Basuki Rahmat

Laporan
F.7 Mini Project
Dr. RA. Emiria Umi Kalsum, M.kes
NIP 198012272009032002
AYA PENJARINGAN HIPERTENSI
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA NURUL INSAN KELURAHAN TALANG AMAN
PALEMBANG

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang kepada-Nya tempat kita bergantung dan memohon pertolongan untuk hari
kemarin, hari ini dan hari esok. Hanya dengan rahmat-Nya kami dapat mengadakan
kegiatan penyuluhan dengan tema “UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA NURUL INSAN”.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada 06 Oktober 2021 bertempat di
Posyandu Lansia Nurul Insan Kelurahan Talang Aman Palembang. Kami harapkan
acara ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pentingnya
deteksi dini Hipertensi pada lansia sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan
meningkatkan kualitas hidup lansia.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada peserta dan semua pihak atas
partisipasinya dalam acara kami.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITAIN DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berperan menyelenggarakan upaya


kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Upaya
yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya
Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib merupakan upaya kesehatan
yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya
ungkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan komitmen
global dan nasional.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah
tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali,
hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011)
menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi
mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di
tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan
639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Basuki Rahmat
selama tahun 2021, kasus hipertensi sebanyak……, dan hipertensi menduduki
peringkat …. dari … penyakit terbanyak di Puskesmas Basuki Rahmat
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Upaya Penjaringan
Hipertensi di Posyandu Lansia Nurul Insan – Sumber

Responden yang diambil pada mini project ini dari Posyandu Lansia Nurul Insan

Sehingga sebagian responden adalah berusia lanjut.


Penyuluhan hipertensi dilakukan didaerah ngamping dikarenakan masih
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya ke pelayanan
kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien hipertensi,
didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan kontrol karena takut
untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini yang perlu digaris bawahi
dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan penderita
hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya
antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik.

2.2 PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

2.3 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2.4 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan
ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

2.3 PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
2.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi
2.5.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1). Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka
risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.18
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan
usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun.
Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
2). Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti
hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio
sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang melindungi wanita
dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau
aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki
pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.8 Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause
mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah
menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan
peningkatan tekanan darah.23
3). Riwayat keluarga
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.
Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita
penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang
25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka
kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.1

2.5.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol


1). Konsumsi garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi. Garam
dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Orang-orang peka natrium akan lebih mudah
mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.9 Garam
memiliki sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang
diasinkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.21
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah. 22,26
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap masakan atau
monosodium glutamat (MSG) yang mempertinggi risiko terjadinya hipertensi.14
2). Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan yang berisiko
terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak
ikatan kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang
berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan
penyakit jantung.8,24
3). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok
mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.20
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat
merusak dinding pembuluh darah.21,25Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.20
Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa peningkatan
asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan kolesterol High Density Lipid
(HDL), serta peningkatan Low Density Lipid (LDL) dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan penyakit jantung koroner.25
5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama dengan
30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan
meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.21
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam
darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.17 Kincaid-Smith
mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom resistensi insulin berperan utama dalam patogenesis gagal
ginjal pada pasien hipertensi atau disebut juga nephrosclerosis hypertension.27
Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui mekanisme
pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas simpatis, peningkatan
aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel. Selain hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga
berperan dalam patogenesis penyakit jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.27,28
6). Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif
melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal
tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot
jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri
sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.21
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah
sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.25

2.6 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat
langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain.6
1). Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena
perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri di otak
mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah tersebut akan berkurang.
Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.20

2). Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus memompa darah dengan
tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan
berkurang yang akhirnya dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29
3). Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler
ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut
terutama terjadi pada hipertensi kronik.12
4). Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan
darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat
ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik
neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita hypertensive retinopathy pada awalnya tidak
menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30

2.7 . Penatalaksanaan Hipertensi


Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular,
mencegah kerusakan organ, dan mencapai target tekanan darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk
individu berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal.6
VII.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis dalam penanganan hipertensi adalah dengan memodifikasi gaya
hidup. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara non farmakologis dapat mengendalikan tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang lebih baik.17 Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan dalam penanganan hipertensi antara
lain :
1). Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (BMI ≥ 27)
Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah. Berdasarkan
hasil penelitian eksperimental, pengurangan BB sekitar 10 kg menurunkan tekanan darah 2-3 mmHg per kg
berat badan.4,20
2). Olahraga dan aktifitas fisik
Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda berperan dalam penurunan tekanan
darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat dan dapat memompa darah lebih
banyak dengan usaha minimal, sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan berkurang. Hal tersebut
berperan pada penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah.20
3). Mengurangi asupan garam
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari atau dengan kata lain konsumsi garam dapur tidak lebih
dari seperempat sampai setengah sendok teh garam per hari. Penderita hipertensi dianjurkan menggunakan
mentega bebas garam dan menghindari makanan yang sudah diasinkan. Pedoman diet merekomendasikan
orang dengan hipertensi harus membatasi asupan garam kurang dari 1.500 miligram sodium sehari.31,32
4). Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah, sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol dianjurkan dalam penanganan hipertensi.

5). Diet tinggi serat


Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong dan kacang hijau, serta
sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat
kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
6). Tidak merokok
Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu merokok dapat menyebabkan
obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara optimal.20
9). Istirahat yang cukup
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh. Istirahat dapat dilakukan
dengan meluangkan waktu. Yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina
tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dalam tubuh.

VII.2 Penatalaksanaan Farmakologis


Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah
kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih
diprioritaskan karena kepatuhan lebih baik dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi
dosis rendah dua obat dari golongan berbeda yang terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi
efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika (terutama jenis Thiazide atau Aldosteron Antagonist), beta blocker, calsium channel
blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika biasanya
menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol
tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun, maka dicoba untuk menghentikan obat pertama
melalui penurunan dosis.4,6

BAB III
METODE

3.1 Analisis Masalah

3.1.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah melalui kegiatan analisis laporan penyakit


terbanyak Posyandu tahun 2021 dan diskusi dengan pemegang program PTM di
Puskesmas Sumber, serta observasi langsung lapangan.

Hasil dari proses identifikasi, dipilih empat masalah. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
urgensi, intervensi, ketersediaan biaya yang dapat diupayakan, dan dampak yang
dihasilkan terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Uraian empat permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu :

1. Penyakit Diabetes Melitus

2. Penyakit Hipertensi

3. Penyakit Osteoarthritis

4. Penyakit Kelainan Jantung

3.1.2 Prioritas Masalah

Berdasarkan empat masalah diatas, selanjutnya dilakukan pemilihan prioritas


masalah dengan menggunakan analisis USG dengan mempertimbangkan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG

U Urgency Tingkat kepentingan yang mendesak


S Seriousness Tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu
penanganan masalah
G Growth Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan
pada saat masalah mulai terlihat sesudahnya

Tabel 3.2 Penilaian kriteria metode USG


NILAI KRITERIA
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
1 Sangat kurang Sangat kurang serius Sangat kurang
Dengan menjumlahkan (U + S + G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas
masalah.
Tabel 3.3 Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama

No Masalah Pokok U S G Total Rangking


1. Penyakit Diabetes Melitus 3 4 4 11 II
2. Penyakit Hipertensi 4 4 4 12 I
3. Penyakit Osteoarthritis 2 4 4 11 III

4. Penyakit Kelainan Jantung 2 4 3 9 IV

Pemberian Skor dalam metode USG ini dilakukan diskusi dengan pemegang
program, dokter pembimbing di Puskesmas dan dokter Kepala Puskesmas sehingga
dipilih masalah penyakit Hipertensi yang menjadi prioritas masalah

3.1.3 Analisis Penyebab Masalah dan pemecahan masalah


Analisis Penyebab Masalah

Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan
dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut :
Pemecahan Masalah

1. Man

Masalah :
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya memeriksakan tekanan darah
 Tidak teraturnya minum obat hipertensi bagi penderitanya
 Kurangnya masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat
 Kurangnya kesadaran anggota keluarga pasien
lansia yang tidak dapat datang ke pelayanan
kesehatan sendiri
Pemecahan Masalah :
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi,
gejalanya, pengobatan, komplikasi yang dapat
terjadi, pentingnya memeriksakan tekanan darah
teratur serta bagaimana menerapkan pola hidup
sehat
2. Material

Masalah :

 Sarana promosi penyakit hipertensi

seperti brosur, poster, leaflet Pemecahan

Masalah :

 Membagikan leaflet tentang hipertensi

3. Metode

Masalah :

 Kurangnya penderita hipertensi yang terdata, karena


penderita tidak memeriksakan diri

Pemecahan Masalah :
 Sosialisasi jadwal POLINDES atau
POSBINDU kepada masyarakat agar
masyarakat dapat memeriksakan diri ke tempat
pelayanan yang lebih dekat

4. Environment
Masalah :
 Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa
meminum obat penurun tekanan darah terus-
menerus akan berbahaya
Pemecahan Masalah :
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tentang obat-obatan hipertensi meliputi cara
penggunaan dan efek samping dari obat

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 06 Oktober 2021


di Mesjid

3.3 Sasaran

Sasaran kegiatan adalah masyarakat kelurahan Talang


Aman, terutama masyarakat dengan usia lanjut antara usia 40
tahun keatas yang sudah memiliki faktor resiko terjadi
hipertensi

3.4 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah
menggunakan slide power point yang disampaikan
menggunakan laptop apabila keadaan tidak memngkhinkan
akan dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet yang
dibagikan kepada masyarakat dan juga dilakukan diskusi
maupun sesi tanya jawab. Media untuk pengumpulan data,
tensi meter, timbangan.
1.4 Rancangan Kegiatan

1. Persiapan
 Perkenalan dan izin
 Pendataan jumlah peserta
 Membuat jadwal
 Sosialisasi pada masyarakat oleh kadus dan kader
bahwa akan dilakukan kegiatan

 Mengkonfirmasi tempat dan waktu pelaksanaan kepada


kepala dan bidan desa
2. Pelaksanaan
 Konfirmasi ulang tempat
 Persiapan sarana dan prasarana
 Pelaksanaan kegiatan
3. Evaluasi
 Penilaian apakah waktu pelaksanaan terlaksana tepat waktu
 Penilaian apakah tempat pelaksanaan sudah cukup kondusif
 Penilaian apakah sasaran telah tercapai
BAB IV
HASIL

A. Profil Komunitas Umum

Berdasarkan laporan program pembinaan usia lanjut Puskesmas Basuki


Rahmat jumlah sasaran usia lanjut (usila) di kecamatan Kemuning wilayah
kerja Puskesmas Basuki Rahmat yaitu lansia 3.546 jiwa dan lansia resiko
tinggi …. jiwa, lansia terdiri dari …. laki-laki dan … perempuan, lansia
resiko tinggi terdiri dari …laki-laki dan …Perempuan.

B. Data Geografis
Puskesmas Basuki Rahmat terletak di Kecamatan Kemuning, Kota
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah kerja ± 75.139 m2.
Terdiri dari 3 kelurahan Kelurahan Talang Aman, Kelurahan Pipa Reja,
Kelurahan Ario Kemuning.
Tabel. Data Umum Luas Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat
KODE KELURAHAN LUAS WILAYAH
DESA ( km2 )
01 TALANG AMAN 180.0
02 PIPA REJA 121.0
03 ARIO KEMUNING 90.0
JUMLAH 391.0

Puskesmas Basuki Rahmat terletak di kecamatan Kemuning, dengan


batas sebagai berikut :
- Sebelah utara : Kelurahan Suka Bangun
- Sebelah selatan : Kelurahan 20 Ilir
- Sebelah timur : Kelurahan Pipa Reja
- Sebelah barat : Kelurahan Ario Kemuning

Visi
“TERCAPAINYA PUSKESMAS BASUKI RAHT SEBAGAI PUSAT
PELAYANAN PRIMA BARI DAN EXCELENT”.

Misi
- Meningkatkan profesionalisme dan sumber daya manusia
- Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana puskesmas
- Meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas
- Meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas
- Meningkatkan partisipasi dan kemitraan masyarakt
- Pencapaian kegiatan program puskesmas Basuki Rahmat sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan
- Meningkatkan kesejahteraan karyawan

Jumlah Karyawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
Wiyata Bakti : 3
C. Data Demografik
Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatan Ambarawa dimana total
penduduk yaitu 58.767 jiwa, jumlah rumah tangga 17.070 jiwa, rata-rata
jiwa per rumah tangga 3,44 dan kepadatan penduduk per km2 2082,46.
Jumlah penduduk kelurahan Kranggan 2.834 jiwa, kelurahan Lodoyong
6.573 jiwa, kelurahan Kupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa,
kelurahan Ngampin 5.123 jiwa, kelurahan Pojok Sari 2.621 jiwa, desa
Bejalen 1.449 jiwa, kelurahan Tambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran
5.917 jiwa dan desa Pasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling
banyak penduduknya adalah di kelurahan Kupang, kemudian kelurahan
Panjang dan yang ketiga adalah kelurahan Lodoyong.
D. Sumber Daya Kesehatan
Di Puskesmas Ambarawa sendiri terdapat 2 orang dokter umum, 1 orang
dokter gigi, 12 orang bidan desa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah
kerja puskesmas Ambarawa serta 5 orang perawat dan 1 laboran. Jumlah
Karyawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
Wiyata Bakti :3
E. Sarana Pelayanan Kesehatan
Di kecamatan Ambarawa tersebar beberapa sarana pelayanan kesehatan
meliputi 1 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, 1 puskesmas non
perawatan, 1 puskesmas keliling, 2 puskesmas pembantu, 2 rumah bersalin,
9 klinik/balai pengobatan, 27 pratik dokter perorangan, 14 praktik
pengobatan tradisional, 79 posyandu, 13 apotek, 1 toko obat dan 3 industri
kecil obat tradisional.
Bb/tb;100

F. Data Kesehatan Masyarakat (primer)


No Nama Umu BB TB IMT Tekana
r n
Darah
1 Ny. Trimah 65 120/80
2 NySupiyah 74 100/60
3 Ny. Kjayatun 70 130/70
4 Ny.Sri Dayati 43 120/70
5 Ny. Sri Utami 41 140/80
6 Ny. Ari 53 140/70
7 Ny. Titik 60 160/100
8 Ny. Whani 53 110/70
9 Ny. Ninik 52 130/80
10 Ny. Sujiarsih 54 150/100
11 Tn. Tarmuji 84 130/80
12 Ny. Idhijah 54 100/60
13 Ny. Leginem 61 120/80
14 Ny. Roliyah 77 140/80
15 Ny, Mahirun 61 100/60
16 Ny. Muryoto 67 150/100
17 Ny. Parwati 65 180/120
18 Ny.Siti Amaroh 49 110/70
19 Ny. Saltiwi 74 130/70
20 Ny. Mujanah 80 130/80
21 Ny. Lilik Kustami 79 160/80
22 Ny. Saodah 83 100/60
23 Ny. Hj. Tarwiyah 67 110/70
24 Ny. Kartimin 48 170/90
25 Ny. Sri Sumari 70 100/60
26 Ny. Tari 43 100/60
27 Ny. Veronica. S 54 110/88
28 Ny. Tumini 66 120/90
29 Ny. Sumini Rebo 72 130/80
30 Ny. Sumini Tasmin 67 140/100
31 Ny. Partini 66 130/80
32 Ny. Sri Murtiati 71 150/100
33 Ny. Muryati 67 100/60
34 Tn. Rajimin 77 120/70
35 Tn. Ngadimun 69 130/80
36 Tn. Masiman 75 110/60
37 Tn. Wibowo 71 110/60
38 Ny. Sami 64 130/80
39 Ny. Pujiati 57 160/100
40 Ny. Susanti 62 120/70
41 Ny. Kusmi 63 170/100
42 Ny. Sri Yamtini 61 200/110
43 Ny. Riwayati 69 130/70
44 Ny. Rodiah 59 100/60
45 Ny. Rohmiyati 80 120/80
46 Ny. Sulastri 75 110/60
47 Tn. Mulyanto 52 90/60
48 Ny. Nurkesih 46 130/80
49 Ny. Emi 84 150/90
50 Tn. Mahirun 67 140/90
51 Ny. Caecila 64 140/60
Tabel. Penjaringan umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, tekanan
darah dan status gula darah sewaktu di posyandu lansia Temenggungan tanggal 14
November 2014

Dari tabel diatas didapatkan gambaran secara deskriptif jumlah lansia


yang mengikuti kegiatan posyandu lansia Temenggungan adalah 51 jiwa, dengan
total seluruhnya adalah 7 laki-laki dan 44 perempuan. Dapat juga dilihat bahwa
status gizi hipertensi didapatkan pada 35,29% (18 orang) dari peserta. Dari data
yang didapatkan presentase hipertensi cukup tinggi.

BAB V

PEMBAHASAN

1. Monitoring

Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu

monitoring. Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan, semuanya

di catat dalam kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan bisa

mengkontrol dari kartu monitoring ini.


Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign, berat badan,

lemak tubuh dan lemak perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body

mass index (BMI) atau IMT.

Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan

diskusi, terlihat bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya

kepada narasumber. Setelah diadakan penyuluhan ini, peserta tampak lebih

paham mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin

memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak

terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.

2. Evaluasi

Dari hasil kegiatan penyeluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi dengan

menanyakan pertanyaan dibahah ini:

1. Mengapa perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan

darah?

Jawab :

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun

tidak. Pada pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin

memeriksakan tekanan darah. Hipertensi dapat bermanifestasi serius

pada jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh lainnya, bahkan dapat

menyebabkan kematian.
BAB V
DISKUSI

1. Pembahasan
Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular
yang merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan
psikososial. Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan yang
paling banyak pada lansia yaitu penyakit 62,9%, hipertensi 63,5%, katarak 41,9%,
stroke 31,9%, jantung 19,2%, gangguan emosional 23,2%, dan diabetes mellitus
3,4%.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu factor tingginya prevalensi penurunan
kualitas kesehatan di masa senja. Pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dngan
melakukan control kesehatan berkala dan pola hidup sehat perlu digalakkan oleh
petugas kesehatan.
2. Pemberian Penyuluhan
Tujuan dari pemberian penyuluhan adalah pengetahuan bagi masyarakat.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah
itu, dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada
tahap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya. Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan
lansia mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola
hidup sehat sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular
sedangkan bagi yang sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya
progresivitas penyakit dan terjadinya komplikasi.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.

2. Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin

memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan

terdekat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko

hipertensi. Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk


memeriksakan tekanan darah secara rutin ketenaga kesehatan masih

kurang.

3. Penerapan pola hidup sehat pada lansia dapat mencegah dan


mengatasi penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskemas
Ambarawa.

B. Saran
1. Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat
berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat
mendeteksi secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia.
2. Lansia yang menderita hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.
3. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan
tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari


Mediatama; 2005. p: 26, 158.

2. Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &


Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi


pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/

4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan


Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-
rosella.html

6. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FKUI; 2006. p: 599-601.

7. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan


Kanisus; 2001.

8. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi


Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2011 Oct 7]. p: 29-
50, 90-126. Available from: http://eprints.undip.ac.id/

9. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable


Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease :
Hypertension [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from:
http://www.searo.who.int/

10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov
18]. Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/

11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K.
Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited
2011 Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/

12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online].


Jakarta: EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from:
http://books.google.com/books/

13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian


Hipertensi pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto
Kabupaten Gorontalo Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-
40. Available from: http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.

14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011
[cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/

15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan


Pasien Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik
Medan [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from:
http://repository.usu.ac.id/

16. Chris O’Callaghan. At a Glace : Sistem Ginjal (Terjemahan). Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2010. p: 78-80.

17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture


Notes Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.

18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal


Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009
[internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id/

19. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary


Hypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition.
Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.

20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh


Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id/

21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/

22. Adhil Basha. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi


[internet]. c2008 [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://pjnhk.go.id/

23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov
[cited 2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/

24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2003. p: 88-96.

25. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan


Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2011
Nov 26]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/

26. Yulia. Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 13-17. Available from:
http://repository.usu.ac.id/

27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011
Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.

28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left
Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of
Trends and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in
the Region of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited
2011 Dec 23]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

29. Ashwini Ambekar. Hypertensive Cardiovascular Disease [internet]. c2008


[cited 2011 Dec 24]. Available from: http://www.articleswave.com/

30. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy [internet]. c2010


[cited 2011 Dec 27]. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/

31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from:
http://health.kompas.com/

32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet].


c2012 [cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/

Anda mungkin juga menyukai