Disusun Oleh :
Pendamping:
Peserta Pendamping
Mengetahui,
Laporan
F.7 Mini Project
Dr. RA. Emiria Umi Kalsum, M.kes
NIP 198012272009032002
AYA PENJARINGAN HIPERTENSI
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA NURUL INSAN KELURAHAN TALANG AMAN
PALEMBANG
Kata Pengantar
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITAIN DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Responden yang diambil pada mini project ini dari Posyandu Lansia Nurul Insan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya
antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik.
2.2 PENYEBAB
2.3 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2.4 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan
ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2.3 PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
2.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi
2.5.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1). Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka
risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.18
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan
usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun.
Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
2). Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti
hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio
sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang melindungi wanita
dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau
aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki
pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.8 Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause
mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah
menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan
peningkatan tekanan darah.23
3). Riwayat keluarga
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.
Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita
penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang
25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka
kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.1
2). Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus memompa darah dengan
tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan
berkurang yang akhirnya dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29
3). Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler
ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut
terutama terjadi pada hipertensi kronik.12
4). Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan
darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat
ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik
neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita hypertensive retinopathy pada awalnya tidak
menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30
BAB III
METODE
Hasil dari proses identifikasi, dipilih empat masalah. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
urgensi, intervensi, ketersediaan biaya yang dapat diupayakan, dan dampak yang
dihasilkan terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
2. Penyakit Hipertensi
3. Penyakit Osteoarthritis
Pemberian Skor dalam metode USG ini dilakukan diskusi dengan pemegang
program, dokter pembimbing di Puskesmas dan dokter Kepala Puskesmas sehingga
dipilih masalah penyakit Hipertensi yang menjadi prioritas masalah
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan
dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut :
Pemecahan Masalah
1. Man
Masalah :
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi
Kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya memeriksakan tekanan darah
Tidak teraturnya minum obat hipertensi bagi penderitanya
Kurangnya masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat
Kurangnya kesadaran anggota keluarga pasien
lansia yang tidak dapat datang ke pelayanan
kesehatan sendiri
Pemecahan Masalah :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi,
gejalanya, pengobatan, komplikasi yang dapat
terjadi, pentingnya memeriksakan tekanan darah
teratur serta bagaimana menerapkan pola hidup
sehat
2. Material
Masalah :
Masalah :
3. Metode
Masalah :
Pemecahan Masalah :
Sosialisasi jadwal POLINDES atau
POSBINDU kepada masyarakat agar
masyarakat dapat memeriksakan diri ke tempat
pelayanan yang lebih dekat
4. Environment
Masalah :
Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa
meminum obat penurun tekanan darah terus-
menerus akan berbahaya
Pemecahan Masalah :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tentang obat-obatan hipertensi meliputi cara
penggunaan dan efek samping dari obat
3.3 Sasaran
3.4 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah
menggunakan slide power point yang disampaikan
menggunakan laptop apabila keadaan tidak memngkhinkan
akan dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet yang
dibagikan kepada masyarakat dan juga dilakukan diskusi
maupun sesi tanya jawab. Media untuk pengumpulan data,
tensi meter, timbangan.
1.4 Rancangan Kegiatan
1. Persiapan
Perkenalan dan izin
Pendataan jumlah peserta
Membuat jadwal
Sosialisasi pada masyarakat oleh kadus dan kader
bahwa akan dilakukan kegiatan
B. Data Geografis
Puskesmas Basuki Rahmat terletak di Kecamatan Kemuning, Kota
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah kerja ± 75.139 m2.
Terdiri dari 3 kelurahan Kelurahan Talang Aman, Kelurahan Pipa Reja,
Kelurahan Ario Kemuning.
Tabel. Data Umum Luas Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat
KODE KELURAHAN LUAS WILAYAH
DESA ( km2 )
01 TALANG AMAN 180.0
02 PIPA REJA 121.0
03 ARIO KEMUNING 90.0
JUMLAH 391.0
Visi
“TERCAPAINYA PUSKESMAS BASUKI RAHT SEBAGAI PUSAT
PELAYANAN PRIMA BARI DAN EXCELENT”.
Misi
- Meningkatkan profesionalisme dan sumber daya manusia
- Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana puskesmas
- Meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas
- Meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas
- Meningkatkan partisipasi dan kemitraan masyarakt
- Pencapaian kegiatan program puskesmas Basuki Rahmat sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan
- Meningkatkan kesejahteraan karyawan
Jumlah Karyawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
Wiyata Bakti : 3
C. Data Demografik
Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatan Ambarawa dimana total
penduduk yaitu 58.767 jiwa, jumlah rumah tangga 17.070 jiwa, rata-rata
jiwa per rumah tangga 3,44 dan kepadatan penduduk per km2 2082,46.
Jumlah penduduk kelurahan Kranggan 2.834 jiwa, kelurahan Lodoyong
6.573 jiwa, kelurahan Kupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa,
kelurahan Ngampin 5.123 jiwa, kelurahan Pojok Sari 2.621 jiwa, desa
Bejalen 1.449 jiwa, kelurahan Tambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran
5.917 jiwa dan desa Pasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling
banyak penduduknya adalah di kelurahan Kupang, kemudian kelurahan
Panjang dan yang ketiga adalah kelurahan Lodoyong.
D. Sumber Daya Kesehatan
Di Puskesmas Ambarawa sendiri terdapat 2 orang dokter umum, 1 orang
dokter gigi, 12 orang bidan desa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah
kerja puskesmas Ambarawa serta 5 orang perawat dan 1 laboran. Jumlah
Karyawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
Wiyata Bakti :3
E. Sarana Pelayanan Kesehatan
Di kecamatan Ambarawa tersebar beberapa sarana pelayanan kesehatan
meliputi 1 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, 1 puskesmas non
perawatan, 1 puskesmas keliling, 2 puskesmas pembantu, 2 rumah bersalin,
9 klinik/balai pengobatan, 27 pratik dokter perorangan, 14 praktik
pengobatan tradisional, 79 posyandu, 13 apotek, 1 toko obat dan 3 industri
kecil obat tradisional.
Bb/tb;100
BAB V
PEMBAHASAN
1. Monitoring
lemak tubuh dan lemak perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body
diskusi, terlihat bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya
2. Evaluasi
darah?
Jawab :
tidak. Pada pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin
pada jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh lainnya, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
BAB V
DISKUSI
1. Pembahasan
Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular
yang merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan
psikososial. Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan yang
paling banyak pada lansia yaitu penyakit 62,9%, hipertensi 63,5%, katarak 41,9%,
stroke 31,9%, jantung 19,2%, gangguan emosional 23,2%, dan diabetes mellitus
3,4%.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu factor tingginya prevalensi penurunan
kualitas kesehatan di masa senja. Pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dngan
melakukan control kesehatan berkala dan pola hidup sehat perlu digalakkan oleh
petugas kesehatan.
2. Pemberian Penyuluhan
Tujuan dari pemberian penyuluhan adalah pengetahuan bagi masyarakat.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah
itu, dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada
tahap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya. Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan
lansia mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola
hidup sehat sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular
sedangkan bagi yang sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya
progresivitas penyakit dan terjadinya komplikasi.
BAB VI
A. Kesimpulan
kurang.
B. Saran
1. Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat
berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat
mendeteksi secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia.
2. Lansia yang menderita hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.
3. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan
tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-
rosella.html
10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov
18]. Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/
11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K.
Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited
2011 Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/
14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011
[cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/
21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/
23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov
[cited 2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/
24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2003. p: 88-96.
27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011
Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.
28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left
Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of
Trends and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in
the Region of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited
2011 Dec 23]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from:
http://health.kompas.com/