Disusun Oleh :
MAHASISWA/I PROFESI NERS
Puji dan syukur kelompok panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi segala rahmat sehingga kelompok dapat menyelesaikan Proposal Satuan
Acara Penyuluhan dengan judul “Penyuluhan Hipertensi Di Dusun III Tanjung
Gusta, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang”. Dalam penyusunan laporan ini
banyak mendapat bantuan, motivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep sebagai Ketua Program Studi S-I
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M. Kep, Sp. KepJ, selaku Koordinator Program
Studi Pendidikan Profesi Ners
6. Ns. Rumondang Gultom, S.Kep, MKM, selaku Koordinator Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
7. Ns. Siska Evi Simanjuntak, S.Kep, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
8. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
9. Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
10. Serta teman-teman seangkatan profesi Ners B yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada kelompok.
Kelompok menyadari bahwa isi proposal ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata kelompok mengucapkan terimakasih.
Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.2Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kepada Masyarakat tentang Hipertensi
diharapkan mampu :
1. Masyarakat mampu menyebutkan pengertian hipertensi
2. Masyarakat mampu menyebutkan penebab hipertensi
3. Masyarakat mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Masyarakat mampu menyebutkan cara pencegahan hipertensi
5. Masyarakat mampu menyebutkan pengobatan dan penanganan
hipertensi
6. Masyarakat mampu menyebutkan mencegah bahaya komplikasinya
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, diderita
oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih
ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor
berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
a) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
b) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).
Tabel 2.1
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)
Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
2.1.5 Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan
derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah
arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi
perubahan tekanan pada arteri utama. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler
tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan
penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan
mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung dan
atau resistensi vascular sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada
tekanan intraocular akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan
tidak segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah (suryati, 2018).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus mengakibatkan darah
akan mengalir ke unit- unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
4) Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak
nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah:
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional
pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging
olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien
hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi
2 gr/ hari.
3) Olahraga.
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
5) Berhenti merokok.
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu
faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).
b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut
penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis
untuk hipertensi.
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh,
sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban
jantung lebih ringan.
2) Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi
dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada penderita asma
bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes harus hati-hati karena
dapat menutupi gejala hipoglikemia.
3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE inhibitor/ACEi)
menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II (vosokontriktor) terganggu. Sedangkan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan angiotensin II pada
reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi, sehingga
meringankan beban jantung.
4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium ke
dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri
koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes RI, 2013).
A. Judul
Penyuluhan Hipertensi Di Dusun III Desa Tanjung Gusta, Kecamatan
Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
Alasan : Penyuluhan hipertensi Di Dusun III Desa Tanjung Gusta,
Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, judul ini dipilih kelompok
untuk masalah penanganan masyarakat (Penderita) dan penanganan tentang
hipertensi.
B. Sasaran
1. Masyarakat yang tinggal di dusun III Desa Tanjung Gusta.
2. Tokoh masyarakat
C. Metode Pelatihan
1. Ceramah
2. Diskusi
D. Peserta
Peserta dari kegiatan ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di dusun III
Desa Tanjung Gusta dan tokoh masrakat berjumlah ± 20 orang.
E. Susunan Acara atau Jadwal Kegiatan
(Terlampir)
G. Media
1. Leaflet
2. LCD
H. Setting Tempat
Ketua Dosen
MC Penyaji Kades
Notulen Kadus
I. Pengorganisasian
Dosen Pembimbing:
1. Ns. Rumondang Gultom, S.Kep, MKM
2. Ns. Siska Evi Simanjuntak, S.Kep, M.Kep
3. Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, M.Kep
4. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, S.Kep, M.Kep
Mahasiswa:
Ketua : Sabran Hadi Pagan, S.Kep
Sekretaris : Fince Indra Waruwu, S.Kep
Bendahara : Inri Sihombing, S.Kep
MC/Moderator : Yuris Dawinda Waruwu, S.Kep
Notulen : Febri Warni Hulu, S.Kep
Pemandu Acara : Melania Syahfitri, S.Kep
Seksi Tempat & Peralatan : Fahrini Syafitri, S.Kep
Doni Syahdi, S.Kep
Meylani, S.Kep
Seksi Humas : Nora Nainggolan, S.Kep
Asmadi Winranto, S.Kep
Seksi Penerima Tamu : Novia, S.Kep
Inez Juwita Z, S.Kep
Seksi Konsumsi : Nazela Nanda Putri, S.Kep
Dokumentasi : Rudy Desfanta Tarigan, S.Kep
Verdalius Amazihono, S.Kep
J. Estimasi Dana
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA