Disusun Oleh :
MAHASISWA/I PROFESI NERS
Puji dan syukur kelompok panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi segala rahmat sehingga kelompok dapat menyelesaikan Proposal Satuan
Acara Penyuluhan dengan judul “Penyuluhan Tentang Hipertensi Pada Tn.B
Dengan Masalah Sistem Kardiovaskular : Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rantang Kelurahan Sei Putih Kecamatan Medan Petisah Kota
Medan Tahun 2023 ”. Dalam penyusunan laporan ini banyak mendapat bantuan,
motivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep sebagai Ketua Program Studi S-I
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M. Kep, Sp. KepJ, selaku Koordinator Program
Studi Pendidikan Profesi Ners
6. Ns. Rumondang Gultom, S.Kep, MKM, selaku Koordinator Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
7. Ns. Siska Evi Simanjuntak, S.Kep, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
8. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
9. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
10. Ns. Masri Saragih, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
11. Dr. Fauziah Selaku Kepala Puskesmas Rantang Kelurahan Sei Putih
Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
12. Ns. Nurma Ningsih, S.Kep, Selaku Preseptor klinik Puskesmas Rantang
Kelurahan Sei Putih Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
13. Serta Seluruh Pegawai Yang Berkerja Di Puskesmas Rantang Kelurahan
Sei Putih Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
14. Serta teman-teman seangkatan profesi Ners A yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada kelompok.
Kelompok menyadari bahwa isi proposal ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata kelompok mengucapkan terimakasih.
Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan Hipertensi kepada keluarga Tn.B
diharapkan keluarga mampu melakukan tindakan perawatan dan
pencegahan hipertensi, agar penderita hipertensi memiliki tingkat
kesehatan yang lebih baik sehingga tidak terdapat hambatan dalam
setiap aktivitas.
1.2.2Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kepada keluarga tentang Hipertensi
diharapkan mampu :
1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian hipertensi
2. Keluarga mampu menyebutkan penebab hipertensi
3. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan hipertensi
5. Keluarga mampu menyebutkan pengobatan dan penanganan
hipertensi
6. Keluarga mampu menyebutkan mencegah bahaya komplikasinya
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, diderita
oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih
ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor
berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
a) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
b) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).
Tabel 2.1
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)
Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
2.1.5 Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan
derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah
arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi
perubahan tekanan pada arteri utama. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler
tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan
penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan
mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung dan
atau resistensi vascular sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada
tekanan intraocular akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan
tidak segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah (suryati, 2018).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus mengakibatkan darah
akan mengalir ke unit- unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
4) Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak
nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah:
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien
tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang,
diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis
obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3) Olahraga.
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong
penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya
harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai
sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah
tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan sebagai
penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi.
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah
turun dan beban jantung lebih ringan.
2) Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju
nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada
penderita asma bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes
harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.
3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE
inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.
Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi
ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB
mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban
jantung.
4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium
ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi
arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes RI, 2013).
2.1.10 Upaya Pencegahan :
Ada pun upaya pencegahan Hipertensi yang harus dilakukan
(Suhaemi, 2018) yaitu:
1. Cek kesehatan secara berkala ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alcohol
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat cukup
2. Mentimun
3. Daun Seledri
4. Bawang Putih
Caranya: Bawang putih ditumbuk atau di haluskan dengan air
secukupnya lalu disaring kemudian diminum secarat teratur setiap
hari.
D. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Penyuluhan Waktu
Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam 5 menit
mengucapkan salam
2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
pembukaan yang
3. Menjelaskan tujuan dari disampaikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5. Menanyakan kesiapan
klien
Pelaksanaan 1. Penyampaian garis besar 1. Mendengarkan 30 menit
materi tentang hipertensi dengan penuh
2. Demonstrasi cara perhatian
pembuatan seduhan 2. Menanyakan hal-hal
bawang putih yang belum jelas dan
3. Memberi kesempatan belum dipahami
peserta untuk bertanya 3. Memperhatikan
4. Menjawab pertanyaan jawaban dari
5. Evaluasi penyuluh
4. Menjawab pertanyaan
evaluasi
G. Materi
Pengertian Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) merupakan peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Biasanya hipertensi tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal. ( Nimah, L., Pratama, V. P., & Biru, M. M. D. T.
2023).
Etiologi Hipertensi
b. Hipertensi sekunder
Ialah hipertensi yang penyebabnya adalah penyakit lain. (Padila,
2016). 90% lebih penderita hipertensi primer, sedangkan hipertensi
sekunder 10%. Berikut ini adalah beberapa faktor terjadinya
hipertensi :
1) Faktor Keturunan
Menurut data seseorang dengan hipertensi adalah mereka yang
keluarganya mempunyai riwayat hipertensi.
2) Ciri Perseorangan
Ciri paling berpengaruh terhadap hipertensi adalah usia dan jenis
kelamin. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula
risiko terkenanya. Dan pria memiliki potensi lebih besar terkena
hipertensi dibanding wanita.
3) Kebiasaan Hidup
Individu dengan kebiasaan hidup yang tidak baik atau banyak
mengkonsumsi garam yang tinggi (mengkonsumsi garam lebih
dari 30gr), obesitas serta merokok dan minum alcohol.
Sakit kepala;
Mimisan;
Masalah penglihatan;
Nyeri dada;
Telinga berdengung;
Sesak napas; dan
Aritmia
Kelelahan;
Mual dan/atau muntah;
Kebingungan;
Merasa cemas;
Nyeri pada dada;
Tremor otot; dan
Adanya darah dalam urine
Anuhgera, D. E., Yolanda, R., Sitorus, R., & Ritonga, N. J. (2020). Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens L) Terhadap
Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Dengan Hipertensi. Jurnal
Kebidanan Kestra (Jkk), 3(1), 67-74.
Asmawati, N., Purwati, P., & Handayani, R. S. (2016). Efektivitas rebusan
seledri dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di posyandu lansia kelurahan pajar bulan kecamatan way tenong lampung
barat. Jurnal Kesehatan, 6(2).
Ekarini, N. L. P., Wahyuni, J. D., & Sulistyowati, D. (2020). Faktor - Faktor
yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Usia Dewasa. 5(1), 61–73.
Fatmawati, B. R., Suprayitna, M., Prihatin, K., & Hajri, Z. (2022). Taklukkan
Hipertensi Cegah Dengan Diet Dash. Jurnal LENTERA, 2(2), 192–199.
Kadir, S. (2019). Pola Makan dan Kejadian Hipertensi. Jambura Health and
Sport Journal, 1(2), 50–60.
Mahayuni, K. S., Rasdini, I. G. A. A., & Rahayu, E. S. P. (2021). Gambaran
Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Hipertensi di RSUD
Kabupaten Klungkung. Politeknik Keseatan Kementerian Kesehatan
Denpasar.
Permata, F., Andri, J., Padila, P., Andrianto, M., & Sartika, A. (2021).
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Menggunakan Teknik
Alternate Nostril Breathing Exercise. Jurnal Kesmas Asclepius, 3(2), 60–
69.
Pertiwi, R. B., Rahmi, Y., Gz, S., & Kurniawati, A. D. (2021). Kajian
Literatur: Potensi Seledri Sebagai Terapi Herbal pada
Hipertensi (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Sartika, A., Andri, J., & Padila, P. (2022). Progressive Muscle Relaxation
(PMR) Intervention with Slow Deep Breathing Exercise (SDBE) on Blood
Pressure of Hypertension Patients. Journal of Nursing and Health, 2(2),
65–76.
Nugroho, S. H. P. (2015). PENGARUH PEMBERIAN BAWANG PUTIH
TUNGGAL (ALLIUM SATIVUM LINN) TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN
JUWET DESAMAGERSARI KECAMATAN PLUMPANG
KABUPATEN TUBAN, 7(3).