Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG HIPERTENSI


PADA TN.B DENGAN MASALAH SISTEM
KARDIOVASKULAR : HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RANTANG KELURAHAN SEI PUTIH
KECAMATAN MEDAN PETISAH KOTA MEDAN
TAHUN 2023

Disusun Oleh :
MAHASISWA/I PROFESI NERS

Eli Hudnah, S.Kep


Erin Pakpahan , S.Kep
Hasnul Hadi, S. Kep
Febi Syafitri Hasibuan, S.Kep
Novia Sitompul, S.Kep
Nurhayati, S.Kep
Sonya Waruwu, S.Kep
Wardiana, S. Kep
Wina Sinaga, S. Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi segala rahmat sehingga kelompok dapat menyelesaikan Proposal Satuan
Acara Penyuluhan dengan judul “Penyuluhan Tentang Hipertensi Pada Tn.B
Dengan Masalah Sistem Kardiovaskular : Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rantang Kelurahan Sei Putih Kecamatan Medan Petisah Kota
Medan Tahun 2023 ”. Dalam penyusunan laporan ini banyak mendapat bantuan,
motivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak/Ibu:

1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep sebagai Ketua Program Studi S-I
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M. Kep, Sp. KepJ, selaku Koordinator Program
Studi Pendidikan Profesi Ners
6. Ns. Rumondang Gultom, S.Kep, MKM, selaku Koordinator Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
7. Ns. Siska Evi Simanjuntak, S.Kep, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
8. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Stase Keperawatan Komunitas.
9. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
10. Ns. Masri Saragih, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas.
11. Dr. Fauziah Selaku Kepala Puskesmas Rantang Kelurahan Sei Putih
Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
12. Ns. Nurma Ningsih, S.Kep, Selaku Preseptor klinik Puskesmas Rantang
Kelurahan Sei Putih Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
13. Serta Seluruh Pegawai Yang Berkerja Di Puskesmas Rantang Kelurahan
Sei Putih Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
14. Serta teman-teman seangkatan profesi Ners A yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada kelompok.

Kelompok menyadari bahwa isi proposal ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata kelompok mengucapkan terimakasih.

Medan,8 Mei 2023

Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya hidup sehat merupakan kebutuhan fisiologis yang hierarki, kebutuhan
manusia paling dasar untuk dapat mempertahankan hidup termasuk juga
menjaga agar tubuh tetap bugar dan sehat serta terbebas dari segala macam
penyakit. Penyakit yang sering muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat
salah satunya yaitu hipertensi (Sufa, 2017).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan
darah didalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang merupakan
pengangkut darah dari jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan
organ-organ tubuh (Dwi & Silaen, 2018).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :


hipertensi primer dimana penyebabnya tidak diketahui namun banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, sistem renin angiotensin, efek dari eksresi Natrium (Na),
obesitas, merokok dan stress serta Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang
diakibatkan karena penyakit ginjal atau penggunaan kontrasepsi
hormonal(Bachrudin & Najib, 2016).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) di dalam Ansar J


(2019), prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa
berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga menyebabkan 40%
kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Selain
secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak menular yang
paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%).
Secara Nasional Laporan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2018
menemukan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk dengan umur ≥18 tahun adalah 34,11%. Prevalensi tekanan darah
tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki
(31,34%). Provinsi Kalimantan Selatan menjadi provinsi dengan prevalensi
hipertensi tertinggi yaitu sebesar 44,13%, kemudian diikuti oleh Jawa Barat
(39,60), Kalimantan Timur (39,30%), dan Jawa Tengah (37,57%) (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).

Hipertensi merupakan pemicu berbagai penyakit apabila tidak ditangani


dengan baik hipertensi akan mempunyai resiko yang besar karena dapat
menimbulkan komplikasi kardiovaskular seperti stroke, jantung koroner, atau
gagal ginjal (Herlambang, 2018). Pola hidup yang tidak sehat pada pasien
dengan hipertensi membuat perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan
yang di lakukan diantaranya, memantau tanda-tanda vital pasien, pembatasan
aktivitas tubuh, istirahat cukup, dan pola hidup yang sehat seperti diet rendah
garam, gula dan lemak, dan berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol serta
mengurangi stress (Aspiani, 2019).

Lingkungan keluarga sangat diperlukan untuk menjalankan tatalaksana yang


komplek, jika motivasi dari klien kurang ditunjang dengan kurang dukungan
keluarga untuk menjalankan regimen terapi maka akan timbul masalah
keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (Fadilah, 2018).
Tujuan dari perilaku perawatan tersebut supaya terciptanya status kesehatan
penderita hipertensi yang muncul karena kurangnya pengetahuan keluarga
(Agustin, 2017).

Keluarga mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan


dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat penting
dalam setiap aspek keperawatan kesehatan keluarganya, untuk itulah keluarga
yang berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga
(Yohanes, 2020)
Perawat komunitas memiliki peran yaitu membantu keluarga dan masyarakat
untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan.
Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya
menderita hipertensi antara lain : memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan mandiri, sebagai
koordinator untuk mengatur program kegiatan atau dari berbagai disiplin
ilmu, sebagai pengawas kesehatan, sebagai konsultan dalam mengatasi
masalah, sebagai fasilitator asuhan perawatan dasar pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi (Muhlisin, 2018).

Dari wawancara yang dilakukan terhadap keluarga Tn. B didapatkan bahwa


keluarga mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang asin-asin, jarang
berolahraga, hal ini dapat memicu terjadinya Hipertensi. Penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai dan ditangani oleh
puskesmas dan rencana kegiatan sebagai upaya mengatasi masalah yang ada.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan Hipertensi kepada keluarga Tn.B
diharapkan keluarga mampu melakukan tindakan perawatan dan
pencegahan hipertensi, agar penderita hipertensi memiliki tingkat
kesehatan yang lebih baik sehingga tidak terdapat hambatan dalam
setiap aktivitas.

1.2.2Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kepada keluarga tentang Hipertensi
diharapkan mampu :
1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian hipertensi
2. Keluarga mampu menyebutkan penebab hipertensi
3. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan hipertensi
5. Keluarga mampu menyebutkan pengobatan dan penanganan
hipertensi
6. Keluarga mampu menyebutkan mencegah bahaya komplikasinya
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Hipertensi


2.1.2 Definisi Hipertensi
Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021) adalah kondisi
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau lebih pengukuran tekanan darah. Menurut
JNC-8 yang disusun oleh Kayce Bell et al (2015) tentang tatalaksana pengelolaan
hipertensi, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari
120/80mmHg dan tekanan darah 120-139/80-89mmHg dinyatakan sebagai
prehipertensi. Hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah 140-159/90-99mmHg, dan
hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah >160/>100mmHg.

2.1.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, diderita
oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih
ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor
berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
a) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
b) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

Tabel 2.1
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)
Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.

Rokhaeni (2018) menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan


menjadi dua yaitu :
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah.
b) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyak pasien yang mencari pertolongn medis (Manuntung, 2018).

2.1.5 Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan
derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah
arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi
perubahan tekanan pada arteri utama. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler
tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan
penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan
mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung dan
atau resistensi vascular sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada
tekanan intraocular akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan
tidak segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah (suryati, 2018).

Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons


pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi
(Aspiani, 2019).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium
(darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit), elektrokardiografi
(EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat dilakukan juga pemeriksaan
ekokardiografi dan CT scan kepala (Dwi Pramana, 2020).
2.1.7 Pathway Hipertensi

Bagan 2.1 Pathway hipertensi


Sumber : Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,
2017)
2.1.8 Komplikasi
Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
2) Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
3) Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus mengakibatkan darah
akan mengalir ke unit- unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
4) Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak
nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak.

2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah:
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien
tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang,
diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis
obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.

3) Olahraga.
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong
penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya
harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai
sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.

4) Mengurangi konsumsi alkohol.


Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang
umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari
semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok.
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung
dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan
salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI,
2015).

b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah
tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan sebagai
penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi.
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah
turun dan beban jantung lebih ringan.
2) Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju
nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada
penderita asma bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes
harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.
3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE
inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.
Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi
ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB
mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban
jantung.
4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium
ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi
arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes RI, 2013).
2.1.10 Upaya Pencegahan :
Ada pun upaya pencegahan Hipertensi yang harus dilakukan
(Suhaemi, 2018) yaitu:
1. Cek kesehatan secara berkala ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alcohol
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat cukup

2.1.11 Obat Tradisional Pencegah Hipertensi


1.Belimbing Wuluh
Caranya:Buah belimbing dicuci dengan air hangat kemudian di
parut/di blender, di peras atau di saring lalu airnya diminum 2x
sehari 1 gelas.

2. Mentimun

Caranya: Buah mentimun dicuci dengan air hangat kemudian di parut


atau diblender, lalu airnya diminum 2x sehari, selain dijadikan
minuman mentimun juga dapat di gunakan sebagai lalapan.

3. Daun Seledri

Caranya: Buah belimbing dicuci dengan air hangat kemudian di


parut/di blender, di peras atau di saring lalu airnya diminum 2x
sehari setengah gelas.

4. Bawang Putih
Caranya: Bawang putih ditumbuk atau di haluskan dengan air
secukupnya lalu disaring kemudian diminum secarat teratur setiap
hari.

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA Tn.B DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANTANG KELURAHAN SEI
PUTIH TENGAH KECAMATAN MEDAN PETISAH KOTA MEDAN
TAHUN 2023

Topik : Penyuluhan Tentang Hipertensi


Lama Pertemuan : 40 menit
Sasaran : Dewasa
Hari/Tanggal : 8 Mei 2023
Sub Pokok Bahasa :
1. Mengetahui definisi Hipertensi
2. Mengetaui penyebab Hipertensi
3. Mengetahui tanda dan gejala Hipertensi
4. Mengetahui pemanfaatan seduhan bawang putih
untuk Hipertensi

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi pada Tn.B
selama ± 40 menit, diharapkan klien mampu mengetahui penyakit
tentang hipertensi, mampu memanfaatkan obat alternatif/ obat herbal
yang dapat menurunkan gejala hipertensi, salah satunyaseduhan bawang
putih.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi diare pada anak Tn.B
selama ± 40 menit, diharapkan klien mampu:
1. Mengetahui definisi hipertensi
2. Mengetaui penyebab hipertensi
3. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
4. Mengetahui manfaat seduhan bawang putih untuk Hipertensi

C. Pokok Materi Penyuluhan


1. Mengetahui definisi hipertensi
2. Mengetaui penyebab hipertensi
3. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
4. Mengetahui manfaat seduhan bawang putih untuk Hipertensi

D. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Penyuluhan Waktu
Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam 5 menit
mengucapkan salam
2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
pembukaan yang
3. Menjelaskan tujuan dari disampaikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5. Menanyakan kesiapan
klien
Pelaksanaan 1. Penyampaian garis besar 1. Mendengarkan 30 menit
materi tentang hipertensi dengan penuh
2. Demonstrasi cara perhatian
pembuatan seduhan 2. Menanyakan hal-hal
bawang putih yang belum jelas dan
3. Memberi kesempatan belum dipahami
peserta untuk bertanya 3. Memperhatikan
4. Menjawab pertanyaan jawaban dari
5. Evaluasi penyuluh
4. Menjawab pertanyaan
evaluasi

Penutup 1. Menyimpulkan hasil 1. Mendengarkan 5 menit


penyuluhan 2. Menjawab salam
2. Memberikan salam penutup
E. Media Penyuluhan
Media dan alat penyuluhan dan demonstrasi yang digunakan:
1. Leflet
2. Gelas
3. Air hangat
4. Sendok
5. Bawang putih
F. Metode
1. penyuluhan
2. demontrasi
3. Tanya Jawab

G. Materi
Pengertian Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) merupakan peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Biasanya  hipertensi tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal. ( Nimah, L., Pratama, V. P., & Biru, M. M. D. T.
2023).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya


140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Santosa,
S. 2022).

Hipertensi atau yang lebih sering disebut darah tinggi, merupakan


penyebab utama terjadinya penyakit kardiovaskular. World Health
Organization (WHO) menunjukan penderita hipertensi di dunia sekitar
1 miliar dan diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2025 sekitar 1,6
miliar atau 29% 1 . Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada
usia 18 tahun ke atas yang didiagnosis oleh dokter diketahui sebesar
34,1% 2 . ( Ernawati, I., & Yulita, S. 2022).

Etiologi Hipertensi

Menurut Wini Kartika Dewi (2019), penyebab hipertensi tinggi


terbagi menjadi dua :
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Essensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Berikut hal-
hal yang berkaitan dengan hipertensi primer:
1. Genetik
Seseorang dengan riwayat keluarga punya hipertensi memiliki
kemungkinan lebih tinggi terkena dari pada seseorang yang
tidak punya keluarga dengan riwayat tekanan darah tinggi atau
hipertensi.
2. Jenis kelamin dan usia
Pria dengan usia 35 hingga 50 tahun dan wanita dalam fase
setelah menopause punya kemungkinan lebih berisiko tinggi
terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi.
3. Berat badan atau obesitas
Seseorang dengan berat badan di atas 25% dari berat badan ideal
punya kemungkinan lebih tinggi terkena hipertensi.

b. Hipertensi sekunder
Ialah hipertensi yang penyebabnya adalah penyakit lain. (Padila,
2016). 90% lebih penderita hipertensi primer, sedangkan hipertensi
sekunder 10%. Berikut ini adalah beberapa faktor terjadinya
hipertensi :
1) Faktor Keturunan
Menurut data seseorang dengan hipertensi adalah mereka yang
keluarganya mempunyai riwayat hipertensi.
2) Ciri Perseorangan
Ciri paling berpengaruh terhadap hipertensi adalah usia dan jenis
kelamin. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula
risiko terkenanya. Dan pria memiliki potensi lebih besar terkena
hipertensi dibanding wanita.
3) Kebiasaan Hidup
Individu dengan kebiasaan hidup yang tidak baik atau banyak
mengkonsumsi garam yang tinggi (mengkonsumsi garam lebih
dari 30gr), obesitas serta merokok dan minum alcohol.

Tanda dan Gejala


Menurut Mardalena (2018), Seseorang yang mengidap hipertensi akan
merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain :

 Sakit kepala;
 Mimisan;
 Masalah penglihatan;
 Nyeri dada;
 Telinga berdengung;
 Sesak napas; dan
 Aritmia

Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: 

 Kelelahan;
 Mual dan/atau muntah;
 Kebingungan;
 Merasa cemas;
 Nyeri pada dada;
 Tremor otot; dan
 Adanya darah dalam urine

Terapi Seduhan Bawang Putih Untuk Hipertensi


Bawang putih mempunyai berbagai kandungan yaitu zat aktif alicin,
awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium,
scordinin, nicotinic acid yang diantaranya dapat mengurangi nyeri pada
hipertensi. Sebelum diberikan air bawang putih dilakukan pengukuran
tekanan darah terlebih dahulu, setelah dilakukan pengukuran tekanan
darah diberikan air seduhan bawang putih (200 cc) kepada klien
penderita hipertensi satu kali sehari setiap pagi setelah perut klien terisi
makanan selama 7 hari, pemberian seduhan bawang putih rutin setiap
pagi selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik sebesar 6-10 mmHg dan tekanan diastolik 6-9 mmHg. Siapkan
3 siung bawang putih kemudian kupas bawang putih setelah bawang
putih dikupas kemudian cuci bawang putih, setelah itu tumbuk bawang
putih setelah ditumbuk campurkan bawang putih dengan air hangat
tunggu 10 sampai 15 menit kemudian saring air bawang putih, setelah
disaring air bawang putih di minum satu kali sehari setelah makan
sampai tekanan darah dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Anuhgera, D. E., Yolanda, R., Sitorus, R., & Ritonga, N. J. (2020). Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens L) Terhadap
Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Dengan Hipertensi. Jurnal
Kebidanan Kestra (Jkk), 3(1), 67-74.
Asmawati, N., Purwati, P., & Handayani, R. S. (2016). Efektivitas rebusan
seledri dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di posyandu lansia kelurahan pajar bulan kecamatan way tenong lampung
barat. Jurnal Kesehatan, 6(2).
Ekarini, N. L. P., Wahyuni, J. D., & Sulistyowati, D. (2020). Faktor - Faktor
yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Usia Dewasa. 5(1), 61–73.
Fatmawati, B. R., Suprayitna, M., Prihatin, K., & Hajri, Z. (2022). Taklukkan
Hipertensi Cegah Dengan Diet Dash. Jurnal LENTERA, 2(2), 192–199.
Kadir, S. (2019). Pola Makan dan Kejadian Hipertensi. Jambura Health and
Sport Journal, 1(2), 50–60.
Mahayuni, K. S., Rasdini, I. G. A. A., & Rahayu, E. S. P. (2021). Gambaran
Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Hipertensi di RSUD
Kabupaten Klungkung. Politeknik Keseatan Kementerian Kesehatan
Denpasar.
Permata, F., Andri, J., Padila, P., Andrianto, M., & Sartika, A. (2021).
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Menggunakan Teknik
Alternate Nostril Breathing Exercise. Jurnal Kesmas Asclepius, 3(2), 60–
69.
Pertiwi, R. B., Rahmi, Y., Gz, S., & Kurniawati, A. D. (2021). Kajian
Literatur: Potensi Seledri Sebagai Terapi Herbal pada
Hipertensi (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Sartika, A., Andri, J., & Padila, P. (2022). Progressive Muscle Relaxation
(PMR) Intervention with Slow Deep Breathing Exercise (SDBE) on Blood
Pressure of Hypertension Patients. Journal of Nursing and Health, 2(2),
65–76.
Nugroho, S. H. P. (2015). PENGARUH PEMBERIAN BAWANG PUTIH
TUNGGAL (ALLIUM SATIVUM LINN) TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN
JUWET DESAMAGERSARI KECAMATAN PLUMPANG
KABUPATEN TUBAN, 7(3).

Anda mungkin juga menyukai