Oleh :
KELOMPOK 4
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu kontributor yang menyebabkan
penyakit jantung dan stroke, yang kemudian menjadi penyebab kematian
prematur dan kecacatan di dunia. Hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 juta
kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan
setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena
penyakit stroke (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Hipertensi umumnya
terjadi tanpa gejala, sehingga dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam
atau silent killer. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun, sampai akhirnya
penderita jatuh ke dalam kondisi darurat, dan bahkan terkena penyakit
jantung, stroke atau rusak ginjalnya (WHO, 2013).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan
darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika tekanan
darah di pembuluh darah meningkat secara kronis (Rhosifanni, 2016).
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi, pada
jantung dapat terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif,
pada otak dapat terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai
ginjal terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi
retinopati hipertensif. Selain berbagai komplikasi yang mungkin timbul,
hipertensi dapat berdampak terhadap psikologis penderita yang disebabkan
kualitas hidup yang rendah (Nuraini, 2015).
Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2011, satu
milyar orang di dunia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi akan terus
mengalami peningkatan secara tajam. Pada tahun 2025, diprediksi 29%
penduduk di dunia akan menderita hipertensi, dengan estimasi sekitar 1,56
milyar orang dewasa (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Dari 927 juta
penderita hipertensi di dunia, sebanyak 333 juta penderita berada di negara
maju dan 639 juta penderita sisanya terdapat di negara berkembang
(Firmansyah, Lukman, & Mambangsari, 2017). Di Asia Tenggara, prevalensi
hipertensi secara umum mencapai 36%. Indonesia merupakan negara
peringkat kelima untuk kasus kejadian hipertensi (Darnindro & Sarwono,
2017).
Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskular merupakan salah satu
masalah kesehatan di Indonesia, terutama hipertensi. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk
usia ≥18 tahun di Indonesia sebesar 25,8%. Penderita hipertensi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau memiliki riwayat minum obat hanya
sebesar 9,5%, Hal ini menunjukkan sekitar 16,3% kasus hipertensi di
Indonesia belum terdiagnosis dan belum terjangkau pelayanan kesehatan
(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Pada tahun 2016, kasus hipertensi di
Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data Survei
Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016, prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan darah mencapai 30,9% (Kementrian
Kesehatan RI, 2017). Angka hipertensi di Jawa Barat 29,4%. Jumlah pasien
hipertensi di Kota Bandung, menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat tahun 2018 sebanyak 165.483 jiwa. Menurut IKS DTP
Cikalongwetan, angka hipertensinya mencapai 14,5%.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang hipertensi dan diet hipertensi serta memberi edukasi sekaligus
penerapan senam lansia yang benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan Kelompok Lansia
Hipertensi mampu:
a) Kelompok lansia hipertensi mengerti dan mengetahui tentang
hipertensi
b) Kelompok lansia mampu mengimplementasikan diet hipertensi di
rumah
c) Kelompok lansia mengerti dan memahami kebutuhan nutrisi
lansia dengan hipertensi
C. Kriteria Hasil
1. Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Kelompok lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Kelompok lansia berperan aktif selama jalannya kegiatan
2. Hasil
a. Kegiatan berjalan lancar dan Kelompok lansia mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir.
b. Kelompok lansia mengerti tentang penyakit hipertensi dan mampu
menjelaskan apa itu penyakit hipertensi dengan baik.
c. Kelompok lansia mampu menjelaskan cara diet hipertensi.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
b. Perubahan Mental
Akibat Manifestasi kemunduran kerja otak dan susunan
persyarafan orang tua sering mengeluh pelupa, tetapi mereka senang
menceritakan apa-apa pengalamannya berulang. Hal ini sering
dijumpai adalah disorientasi Perobahan waktu, tempat, dan seseorang.
Bila perobahan fungsi mental belum mengalami kelainan patologik
maka belum dikatkan dimensia. Untuk itu besar sekali peran keluarga
dan pengasuh atau perawat menerima usia lanjut.
c. Perubahan Sosial.
Perobahan sosial terutama bagi mereka memasuki usia pensiun
yang dianggap sudah terputus dengan dunia pekerjaannya sehingga
setatus sosial mereka berkurang, tingkat penghasilan rendah, dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bagi mereka yang kurang siap
menerima kenyataan ini mengalami kegoncangan yang berakibat
kurang senang berhubungan dengan tetangga, teman sebaya dan
senang menyendin serta hubungan sosial terputus.
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui
peyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95%
kasus (Smeltzer&Bare, 2001). Banyak faktor yang mempengaruhinya,
seperti jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan, sistem
reninangiotensin dan sistem saraf otonom.Faktor-faktor lainya yaitu
merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol, obesitas, stres dan
kurang berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalamRahmadani,
2011).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi
hipertensi. Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes
nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali),
koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-
obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita
hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder (Gunawan, 2001). Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
c. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
d. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
1) Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai
saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna
medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron preganglion melepaskan
asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi
berkurang atau menurun dan berakibat diproduksinya renin, renin akan
merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi
angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan
peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi.
Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada
keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian
terbesar pasien dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang
normal, namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan
bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil,
yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos
diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler
(Lumbantobing, 2008). Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga
menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan dinding pembuluh
darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat
mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada
hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan
peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung,
yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer
yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar
peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah
kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel secara substansial
(Lumbantobing, 2008).
b. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling
penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat
juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi
glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban
terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin
bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen)
menjadi angotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme
(ACE). Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Lumbantobing, 2008).
c. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan
dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang
penting dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga
mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan yang
berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres
dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).
d. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)
ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai
jawaban terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan
ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah.
Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan
hipertensi (Lumbantobing, 2008).
c. Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap
kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai
vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The joint national
Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan
timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.
d. Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi.
Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan
ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total
asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh
terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran
suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti.
Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium,
magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan
hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000
sampai 2000mg perhari.
BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik / Judul Kegiatan
2. Sub Topik
Diet Hipertensi
3. Sasaran / Target
Masyarakat (lansia)
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Senam
a. Powerpoint
b. Leaflet
c. Poster
6. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal :
2. Inti
a. Menjelaskan a. Peserta 15 Menit
pengertian menyimak
hipertensi penjelasan
b. Menjelaskan penyuluh
penyebab hipertensi b. Peserta
c. Menjelaskan tanda menanyakan
gejala hipertensi apa yang belum
d. Meyebutkan bahaya dipahami
hipertensi
e. Menjelaskan
pencegahan
hipertensi
f. Memberi
kesempatan pada
peserta untuk
bertanya
3. Penutup
a. Melakukan evaluasi a. Peserta dapat 10 Menit
pendidikan menjawab
kesehatan pertanyaan
b. Memberikan b. Menyimak
kesimpulan kesimpulan
c. Mengucapkan yang
salam penutup disampaikan
c. Mengucapkan
salam penutup
8. Kriteria Hasil
a. Proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
2) Kelompok lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Kelompok lansia berperan aktif selama jalannya kegiatan
b. Hasil
1) Kegiatan berjalan lancar dan Kelompok lansia mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
2) Kelompok lansia mengerti tentang penyakit hipertensi dan diet
hipertensi. Kelompok lansia mampu menjelaskan cara
penatalaksanaan dengan baik.
B. Susunan Kepanitiaan
1. Pelindung
Aan Somana., S.Kp., M.Pd., MNS
2. Penasehat
Ening., A.Md.Keb
3. Penanggungjawab
Sri Wahyuni., S.Pd., M.Kes., Ph.D
4. Ketua Pelaksanaan
Galuh Nazlul Furqon., A.Md.Kep., SKM
5. Sekretaris
Neng Dian Cahya Purnama., A.Md.Kep
6. Bendahara
Risma Asryanti., AMK
7. Humas
Galuh Nazlul Furqon., A.Md.Kep., SKM
8. Seksi Acara
a. Pembukaan
Galuh Nazlul Furqon., A.Md.Kep., SKM
b. Inti
Risma Asryanti., AMK
c. Penutupan
Neng Dian Cahya., A.Md.Kep
9. Logistik
Arie Risanto., A.Md.Kep
10. Konsumsi
Yopi Lisdawati., A.Md.Kep
Endang Hartati., A.Md.Kep
11. Dokumentasi
Ni Putu Nani Setiawati., A.Md.Kep
C. Rencana Anggaran Biaya
1. Honor
Kegiatan
Dosen
Mahasiswa
2. Bahan/Peralatan
penyuluhan
Turbo
4. Total Pembiayaan
Rp. 1.100.000
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas
normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer atau merupakan
hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara pasti. Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu,
misalnya penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit
poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia,
akromegali), koarktasioaorta.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan hipertensi
dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung.
Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu
mengkonsumsi obat-obat untuk penderita hipertensi, tentu saja dengan
berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika harus mengkonsumsi obat-obatan,
lebih baik jika disertai dengan perubahan gaya hidup yang dapat membantu
anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.