Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2019 menunjukan hipertensi

adalah salah satu kontributor paling penting untuk penyakit jantung dan

stroke yang bersama-sama menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor

satu. Hipertensi memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian

akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko

kondisi seperti gagal ginjal dan kebutaan. Hipertensi diperkirakan

mempengaruhi lebih dari satu dari tiga orang dewasa berusia 25 tahun ke atas,

atau sekitar satu miliar orang di seluruh dunia. Menurut World Health

Organization (WHO) Penyakit hipertensi sudah membunuh 9,4 juta warga

dunia setiap tahunnya. Diperkirakan bahwa jumlah pengidap hipertensi akan

terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. WHO juga

memprediksi bahwa pada tahun 2025 yang akan datang ada sekitar 29% jiwa

di dunia yang terserang penyakit hipertensi. Pada saat ini kebanyakan

pengidap hipertensi berada tinggal di negara-negara berkembang. WHO

menyebutkan juga bahwa 40% penduduk negara-negara berkembang di dunia

mengalami hipertensi, sedangkan Negara-negara maju penduduk yang

mengalami hipertensi sekitar 35% (Ode dkk, 2017).

Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO)

mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari

total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari

1
seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang

dimiliki. Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar

27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar

25% terhadap total penduduk. WHO juga memperkirakan 1 di antara 5 orang

perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih besar

diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 diantara 4.

Berdasarkan data tahun 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut hasil Riskesda

mengalami kenaikan. Dimana angka prevalensi hipertensi naik 18,3%. Dari

angka 25,8% pada tahun 2013 menjadi 44,1% pada tahun 2018. Dan propinsi

Jawa Timur menempati posisi keenam tertinggi dengan nilai sekitar 37%.

Sedangkan data dari profil kesehatan propinsi Jawa Timur tahun 2018,

hipertensi propinsi Jawa Timur, presentase hipertensi sebesar 13,47% atau

sekitar 935.736 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 13,7% (387.913

penduduk) dan perempuan sebesar 13,25% (547.823 penduduk).

Sedangkan penderita hipertensi berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kabupaten Bondowoso tahun 2021 sebanyak 200.316 jiwa dan mengalami

peningkatan pada tahun 2022 sebanyak 201.561 jiwa. Data dari Rumah Sakit

Mitra Medika Bondowoso menunjukkan bahwa terdapat jumlah pasien poli

penyakit dalam yang menderita hipertensi sebanyak 1.090 orang pada tahun

2022, sedangkan pada tahun sebelumnya di tahun 2021 berjumlah 1.069 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pasien hipertensi di

poli penyakit dalam Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso, 7 pasien

2
mengatakan tidak rutin memeriksakan diri dikarenakan beberapa alasan seperti

jarak rumah yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan, tidak ada keluarga

yang mau mengantar, dan mengatakan sibuk bekerja.

Masyarakat menganggap penyakit hipertensi yaitu penyakit hipertensi

tidak perlu penangan serius, hipertensi mudah sembuh, hipertensi identik

dengan pemarah, terlalu sering makan obat hipertensi akan mengakibatkan

sakit ginjal, tidak perlu mengatur diet dan semakin tua semakin tinggi batas

tekanan darah normalnya. Anggapan tersebut membuat penyakit hipertensi

sering diabaikan dan tidak perlu serius dalam mengobatinya (Hermawan,

2014). Besarnya masalah hipertensi dan risiko komplikasi berat yang

menyertainya nampaknya belum disadari oleh sebagian besar masyarakat.

Rendahnya kesadaran masyarakat, perjalanan klinis yang tanpa gejala serta

pengetahuan yang kurang berperan penting dalam rendahnya kepatuhan

pengobatan hipertensi. Ketidakpatuhan pada pengobatan hipertensi disebabkan

oleh beberapa faktor seperti pemilihan obat, biaya pengobatan, kurangnya

dukungan keluarga dan sosial, dan kondisi sosio-ekonomi (Darnindro, N., &

Sarwono, J. 2017).

Ketidakteraturan pengobatan terus menjadi masalah umum yang

bertanggung jawab terhadap kegagalan pengobatan hipertensi. Dukungan

keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja,

karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki

kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi

kesembuhan pasien (Ningrum, S. P. 2019). Obat hipertensi tersedia di

3
pelayanan primer atau di RS rujukan primer dan sudah tersedia akses

pelayanan kesehatan ke tempat tersebut sehingga pasien dengan hipertensi

diharapkan dapat terkontrol dengan baik sampai pada RS rujukan primer.

Banyak penelitian mengenai ketidakpatuhan berfokus kepada pasien yang tidak

teratur mengonsumsi obat atau dosis obat yang tidak adekuat sehingga

hipertensi sulit dikontrol. Belum didapatkan banyak data mengenai pasien

hipertensi yang tidak pernah kontrol setelah pertama terdiagnosis hipertensi di

RS layanan primer dan faktor faktor yang memengaruhinya (Darnindro, N., &

Sarwono, J. 2017).

Selain dukungan keluarga, Self Motivasi terapi merupakan hal yang

sangat penting dalam pencapaian keberhasilan pengobatan pada pasien

hipertensi. Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri manusia untuk

bertindak atau berperilaku (reasoning). Kemampuan untuk mendorong diri

melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas

sangat diperlukan dalam diri seseorang khususnya pada pasien hipertensi

dalam rangka pencapaian keberhasilan pengobatannya (Kemendikbud, 2021).

Penelitian lain oleh Widyaningrum, D., Retnaningsih, D., & Tamrin,

T. (2019) tentang Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada lansia penderita hipertensi didapatkan hasil dari 62 lansia responden

terdapat dukungan keluarga baik, 46 (33,6%) mempunyai kepatuhan

minum obat yang tinggi dan 15 lansia mendapat dukungan keluarga

kurang, 15 (10,9%) mempunyai kepatuhan minum obat yang sedang.

Koefisiensi korelasi 0,874 yang artinya terdapat hubungan dukungan keluarga

4
dengan kepatuhan minum obat pada lansia penderita hipertensi di Wilayah

Puskesmas Gayamsari Kota Semarang adalah sangat kuat.

Penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self

Motivasi Terapi pada Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Mitra Medika Bondowoso. Di Rumah Sakit Mitra Medika sendiri belum ada

yang melakukan penelitian serupa. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Self Motivasi Terapi pada Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam

Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan

masalahnya, yaitu : Adakah Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan

Self Motivasi Terapi pada Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam

Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan studi penelitian secara umum yakni Untuk mengetahui

Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Self Motivasi Terapi pada

Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Mitra Medika

Bondowoso.

2. Tujuan Khusus

5
1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien Hipertensi Poli Penyakit

Dalam Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso.

2. Mengidentifikasi Self Motivasi Terapi Pasien Hipertensi Poli Penyakit

Dalam Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso.

3. Menganalisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Motivasi

Terapi pada Pasien Hipertensi Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Mitra

Medika Bondowoso.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dipakai sebagai dasar sumber informasi dan

tambahan pengetahuan serta dijadikan bahan perbandingan yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai Hubungan

antara Dukungan Keluarga dengan Self Motivasi Terapi pada Pasien

Hipertensi .

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh

semua pihak, khususnya :

a. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta

informasi bagi pasien tentang Dukungan Keluarga dengan Self Motivasi

Terapi yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi.

b. Bagi Perawat

6
Hasil penilitian ini bisa digunakan sebagai salah satu intervensi

keperawatan dalam pengobatan pada kasus Hipertensi.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses

pembelajaran, dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan sebagai

tambahan data awal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

selanjutnya yang berkaitan dengan hipertensi.

d. Bagi Penelitian Selanjutnya

Bahan atau sumber data penelitian berikutnya dan bahan

perbandingan bagi peneliti yang akan dilakukan penelitian sejenis

tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Motivasi Terapi pada

Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Mitra Medika

Bondowoso.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self

Motivasi Terapi pada Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Mitra Medika Bondowoso.

7
No Nama Peneliti, Judul Variabel Metode Desain Sampling Hasil Perbedaan
Tahun Independen Dependen Penelitian
1 Widyaningrum, Hubungan dukungan Dukungan Kepatuhan deskriptif Purposive Sampling Hasil dari penelitian Penelitian sebelumnya
D., keluarga dengan keluarga minum obat korelasi dengan ini didapatkan dari dilakukan di Wilayah
kepatuhan minum pendekatan 62 lansia responden Puskesmas Gayamsari
Retnaningsih, obat pada lansia crosssectional terdapat dukungan Kota Semarang, dengan
D., & Tamrin, penderita hipertensi keluarga baik, 46 menggunakan variabel
T. (2019). (33,6%) mempunyai independen dukungan
kepatuhan minum keluarga dan kepatuhan
obat yang tinggi dan minum obat,sedangkan
15 lansia mendapat penelitian ini dilakukan
dukungan keluarga di RS Mitra Medika
kurang, 15 (10,9%) dengan menggunakan
mempunyai variabel independen
kepatuhan minum dukungan keluarga dan
obat yang sedang variabel dependen self
motivasi terapi pada
pasien hipertensi.

1
1. Penelitian dengan judul Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas

Gayamsari Kota Semarang, oleh Widyaningrum, D., Retnaningsih, D., &

Tamrin, T. tahun 2019 jumlah sampel 210 lansia dan menggunakan

Spearman Rho.

Namun memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu :

Variabel dalam penelitian sebelumnya adalah pada penelitian pertama

Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

lansia penderita hipertensi, sedangkan dalam penelitian ini adalah

Hubungan Dukungan Keluarga dengan self Motivasi Terapi pada

Pasien Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai