Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan, pendidikan, dan ekonomi merupakan tiga serangkai yang
sangat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan, sumberdaya
manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi
dalam pembangunan nasional. Menkes mengatakan, secara umum pelayanan
kesehatan sudah cukup baik. Masyarakat sudah lebih sehat. Tetapi kondisi
tersebut belum optimal. Hal ini terlihat dari masih adanya kesenjangan status
kesehatan antar wilayah perkotaan, pedesaan dan daerah terpencil, termasuk
antar kelompok masyarakat yang miskin dengan yang kaya (saka bakti
husada, 2018).
Hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak
ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa
sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2017,
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini
tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak
pada masyarakat (Riskesdas, 2017).
Penyakit hipertensi yang diderita seseorang akan lebih berbahaya ketika
seorang penderita tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakitnya.
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi. Bagi penderita hipertensi, maka harus lebih
aktif dalam mencari informasi tentang hipertensi, agar penyakitnya dapat
segera disembuhkan (Ruhyana, 2016).
Selain itu, penyakit hipertensi juga akan sangat sulit untuk
disembuhkan karena ketidak patuhan seseorang dengan pengobatan yang
telah ditetapkan. Kepatuhan adalah taat tidak taatnya pada perintah, aturan
dan disiplin. Perubahan sikap perilaku individu dimulai dari tahap kepatuhan,
identifikasi kemudian internalitas. Penderita hipertensi diharapkan untuk
mematuhi pengobatan yang diberikan oleh pihak medis agar penyakitnya

1
2

dapat segera teratasi dan tidak menyebabkan gangguan yang lain (sarwono,
2018).
Data WHO tahun 2017 menunjukkan di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk bumi menderita hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta
berada di Negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang
berkembang, temasuk Negara Indonesia (Ruhyana, 2016).
WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak
masyarakat tidak menaruh perhatian terhadap penyakit yang kadang dianggap
sepele oleh mereka, tanpa meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dari
berbagai kelainan yang lebih fatal misalnya kelainan pembuluh darah, jantung
(kardiovaskuler) dan gangguan ginjal, bahkan pecahnya pembuluh darah
kapiler di otak atau yang lebih disebut dengan nama stroke (Nissonline,
2015).
Pada akhir abad ke 20, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi
penyebab utama kematian di Negara maju dan negara berkembang.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%.
Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor
resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi,
disamping hiperkolesterolemia dan diabetes melitus (Ruhyana, 2016).
Di Indonesia, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
dan sampai sekarang belum ada pedoman penanganan maupun hasil
penelitian yang berskala Nasional. Angka hipertensi di Indonesia rata-rata
meliputi 17%-21% dari keseluruhan populasi orang dewasa. Artinya, 1 di
antara 5 orang dewasa menderita hipertensi (Litbang.depkes, 2009).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013
3

menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%


(Riskesdas, 2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tatalaksana hipertensi
dilakukan dengan terapi non farmakologi dan farmakologi. Terapi non
farmakologi dengan modifikasi gaya hidup, yaitu dengan menurunkan BB,
latihan fisik secara teratur, mengurangi asupan garam, berhenti mengonsumsi
alkohol dan berhenti merokok. Terapi farmakologi menggunakan obat
kelompok anti hipertensi diuretik : angiotensin conver-ting enzyme inhibitor
(ACEI), β - blocker, angiotensin II receptor bloker (AIIRA), pemblok
saluran / kanal kalsium (CCBs), penghambat reseptor α 2 sentral, reserpin dan
vasodilator arteri. (Dewanti W, 2015).
Data WHO (World Health Organization) tahun 2011 menyebutkan ada
50%-70% pasien tidak patuh terhadap obat antihipertensi yang diresepkan.
Rendahnya kepatuhan berpotensi menjadi penghalang tercapainya tekanan
darah yang terkontrol. Tekanan darah yang tinggi dapat peningkatan
permeabilitas endotel, peningkatan perlekatan leukosit, trombosit dan monosit
serta penimbunan lipid sehingga menyebabkan pembentukan aterosklerosis.
Aterosklerosis terjadi akibat penumpukan plak didalam arteri karotis yang
merupakan arteri pemasok darah kaya oksigen ke otak. Pada aterosklerosis
karotid, plak dapat pecah yang menyebabkan paparan kolagen, agregasi
platelet dan pembentukan clot yang menyebabkan oklusi lokal sebagai emboli
dan pembentukan trombus. Trombus dapat menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah otak sehingga menjadi penurunan aliran darah otak dan
menyebabkan stroke iskemik (Gorgui, 2014).
Kepatuhan pengobatan merupakan hal penting karena hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu
dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi. Kontrol hipertensi
dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat antihipertensi yang dapat
menurunkan tekanan darah dan dapat mencegah terjadinya aterosklerosis
(Rusida R, 2017).
4

Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Kabupaten Mempawah yang


didapat tahun 2018, penyakit hipertensi merupakan peringkat ke 2 setelah
ISPA yaitu sebanyak 5,39 % (berjumlah 11.232). Pada tahun 2019 didapatkan
data penderita hipertensi di Kabupaten Mempawah naik menjadi 8,40%
(13.779 orang) (Dinas Kesehatan Mempawah, 2020).
Berdasarkan rekapitulasi data kunjungan pasien hipertensi di
Puskesmas rawat jalan Semudun pada tahun 2018 angka kejadian hipertensi
sebanyak 96 orang (3,55%), sedangkan pada tahun 2019 ditemukan kasus
hipertensi sebanyak 184 orang (5,39%) dan pada tahun 2020 ditemukan kasus
hipertensi sebanyak 237 orang (6,89%) (Rekam medis Puskesmas Rawat
Jalan Semudun, 2021).
Berdasarkan wawancara dari 5 orang pasien stroke menjelaskan bahwa
mereka memiliki tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol karna tidak
patuh minum obat yang telah diresepkan dan tekanan darah yang tinggi akan
menjadi penyebab terjadinya stroke. Dan dari 5 orang pasien hipertensi
menjelaskan bahwa mereka tidak merasakan tanda dan gejala hipertensi,
ketika tekanan darah mereka terlalu tinggi dan tidak terkontrol pasien baru
memeriksakan tekanan darahnya dan pasien diberikan obat tetapi pasien
jarang meminum obat tersebut dengan alasan lupa, bosan, dan tidak
merasakan gejala. Di wilayah kerja Puskesmas Semudun ini tidak ada
program unuk pengawasan minum obat jadi petugas hanya tau kontrol
tekanan darahnya saja tanpa mengtahui kepatuhan minum obanya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang hubungan kepatuhan minum obat pada pasien Hipertensi terhadap
Komplikasi Stroke di Puskesmas Semudun Kabupaten Mempawah tahun
2022. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan membantu
memberikan jalan keluar dalam membantu menangani penyakit Hipertensi
dan komplikasinya oleh petugas kesehatan dan memberikan intervensi pada
pasien hipertensi yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semudun.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini
sebagai berikut “ Apakah ada hubungan kepatuhan minum obat pada pasien
Hipertensi terhadap komplikasi stroke di Puskesmas Semudun Kabupaten
Mempawah tahun 2022?”:

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat pada pasien
Hipertensi terhadap komplikasi stroke di Puskesmas Semudun Kabupaten
Mempawah tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pada pasien Hipertensi di
Puskesmas Semudun Kabupaten Mempawah tahun 2022.
b. Mengetahui kejadian komplikasi stroke pada pasien Hipertensi di
Puskesmas Semudun Kabupaten Mempawah tahun 2022.
c. Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat pada pasien Hipertensi
terhadap komplikasi stroke di Puskesmas Semudun Kabupaten
Mempawah tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Selain menambah wawasan, peneliti juga dapat menerapkan metodelogi
penelitian dan ilmu terapan lain selama mengikuti mata kuliah di Diploma
IV Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Pontianak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian sebagai bahan referensi dan menambah masukan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
6

3. Bagi Puskesmas Semudun


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan mengenai hubungan kepatuhan
minum obat pada pasien Hipertensi terhadap komplikasi stroke di
Puskesmas Semudun Kabupaten Mempawah.
4. Bagi Dinas Kesehatan Mempawah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan program kesehatan di Kabupaten Mempawah, terutama dalam
program pengobatan bagi pasien hipertensi.
5. Bagi masyarakat
a. Memberikan informasi tentang penyakit Hipertensi dan komplikasinya
b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk lebih mengerti
tentang cara penanganan Penyakit Hipertensi dan mencegah kejadian
komplikasi stroke.
7

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang terkait dengan penelitian yang berjudul kepatuhan
minum obat pada pasien Hipertensi terhadap komplikasi stroke di Puskesmas
Semudun Kabupaten Mempawah tahun 2022, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
No. Nama & Tahun Jenis Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian

1 Ari wibowo Analitik Faktor faktor yang Beberapa faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi
2015 terjadinya terjadinya hipertensi,
hipertensi di diantaranya, pola
wilayah kerja makan, kebiasan
Puskesmas Rasau olahraga dan
Jaya Kabupaten kurangnya kepatuhan
Kubu Raya Tahun dalam program
2015 pengobatan

2 Fitria Afriani Analitik Hubungan bentuk Terdapat hubungan


dukungan keluarga yang bermakna antara
2016 dengan kepatuhan dukungan emosional
menjalani keluarga dengan
perawatan pada kepatuhan menjalani
penderita hipertensi perawatan
di Poliklinik
Jantung RS Dr M
Djamil Padang
tahun 2016

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang


sudah ada adalah sebagai berikut :
1. Ari wibowo, 2015
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
hipertensi.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitian, cara
pengambilan sampel, populasi yang diambil serta tempat penelitian.
2. Fitria Afriani, 2016
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
hipertensi dan Proses dalam menjalani perawatan. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah tujuan penelitian, cara pengambilan sampel, populasi
yang diambil dan juga variabel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai