Anda di halaman 1dari 43

FAKTOR- FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI

PENGENDALIAN HIPERTENSI PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
...... KOTA PADANG TAHUN .....

PROPOSAL TESIS

OLEH:

HARISTIO MAULANA
2121312044

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN – UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG .......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2018 mencatat bahwa satu

milyar orang di dunia akan menderita hipertensi dan diperkirakan tahun 2025

terjadi peningkatan sebesar 3,2 % dari sebelumnya berjumlah 972 juta orang

(26,4%) meningkat menjadi 1,6 miliar orang (29,2%) di seluruh dunia. Hal yang

mengkhawatirkan adalah dari angka prediksi tersebut adalah 30 % penderita

hipertensi ini, berada di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar atau

Riskesdas (2018) menunjukkan terjadinya peningkatan 2,9 % kasus hipertensi dari

tahun 2013 sebesar 28,5% (Riskesdas, 2013) menjadi 31,4% (Riskesdas, 2018).

Hal yang sama juga terjadi peningkatan kasus hipertensi di Sumbar dari 22,6%

(Riskesdas,2013) meningkat menjadi 25,4% (Riskesdas,2018). Data Dinas

Kesehatan Kota Padang 2018 juga menunjukkan kecendrungan yang sama yaitu

terjadi peningkatan kasus hipertensi dari 47.902 kasus hipertensi ditahun 2017

menjadi 52.825 kasus hipertensi di tahun 2018. Berdasarkan 10 penyakit tertinggi

di Kota Padang, hipertensi berada pada urutan ke-2 pada 10 besar penyakit

Puskesmas se-Kota Padang (Dinkes Padang, 2018).

Data Riskesdas menunjukkan adanya penurunan jangkauan pelayanan

kesehatan pada penderita hipertensi dalam 5 tahun terakhir ini. Data Riskesdas

menunjukkan dari 9,5 % yang terdiagnosis (Riskesdas, 2013) turun menjadi 8,6 %

yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (Riskesdas, 2018). Peningkatan kasus

yang cendrung meningkat tapi malah Berdasarkan fenomena ini, maka penderita

hipertensi sangat berpeluang besar akan terjadi peningkatan resiko komplikasi


penyakit. Selain itu, penyakit hipertensi juga diketahui sebagai penyakit yang

tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan (Soenarta et al, 2015).

Pengendalian yang tepat dan benar akan mampu mencegah sedini mungkin

masalah komplikasi dari hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup dan

memperpanjang lama ketahanan hidup penderita hipertensi tersebut (Kemenkes,

RI, 2014., Kang, 2016). Namun, bila tidak mampu mengontrol hipertensi maka

memberi dampak berbagai aspek yaitu aspek kesehatan, sosial dan ekonomi.

Dampak pada aspek kesehatan, hipertensi yang tidak terkendali dapat

menimbulkan komplikasi penyakit seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal,

retinopati (gangguan penglihatan)dan kematian (Chiu & Wong, 2010; James et al,

2013; Muhadi, 2016). American Heart Association 2019 menyebutkan 63 %

insiden penyakit jantung (CVD/Cardiovaskuler Deseases) berasal dari hipertensi

(Benjamin, et al., 2019). Hipertensi menjadi penyebab 45% kematian akibat

serangan jantung dan 51 % kematian akibat stroke di seluruh dunia. Menurut data

Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, hipertensi dengan

komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor lima pada semua umur

(Kemenkes, RI, 2017). Dampak kesehatan lain juga menampilkan hipertensi

sebagai bisa menjadi penyebab terganggunya kualitas hidup penderita hipertensi

(Carvalho et a, 2013). Hasil penelitian Sekeon, S. A. S, et al pada tahun 2017 di

daerah perbatasan kota di Sulawesi Utara lebih menjelaskan bahwa semua

penderita hipertensi mengalami kualitas hidup buruk, kualitas hidup yang buruk

akan berdampak pada penurunan kesehatan individu. begitu pula sebaliknya,

dimana penurunan kesehatan berdampak makin buruknya kualitas hidup.


Dampak sosial dari hipertensi berdasarkan Studi Hawari, 2001

mendapatkan ketika pegawai memiliki tekanan darah tinggi umumnya

menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk berkonsentrasi, mudah marah, sering

merasa tidak nyaman, dan berdampak pada hubungan sosial dimana penderita

tidak mau bergaul dengan lingkungan sekitar dengan rasa tidak nyaman, hal ini

dapat berakibat menurunnya hubungan personal. Bila seseorang hipertensi

bekerja, maka kondisi ini akan mempengaruhi produktivitas kerjanya dan akan

berpengaruh pada kinerja perusahaan secara keseluruhan, sehingga dapat

menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.

Pada aspek ekonomi, terjadi peningkatan beban pemerintah dalam

pembiayaan bagi penderita hipertensi. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) kesehatan sebagai Badan Penjamin Kesehatan Nasional (JKN)

menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap

tahunnya, yaitu mulai tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan

tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah (Kemenkes RI, 2019). Tingginya pembiayaan

ini merupakan dampak yang ditimbulkan karena angka hipertensi yang terus

meningkat dan penderita hipertensi yang mengalami komplikasi sebagai akibat

tidak mampu mengendalikan hipertensinya. Di Amerika Serikat didapatkan

bahwa ketidakpatuhan penderita hipertensi berobat akan menghasilkan kondisi

kesehatan yang buruk dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan dan

perawatan pada penderita hipertensi (Luga dan McGuire, 2014).

Hipertensi menjadi penyakit yang sangat mengkhawatirkan karena

sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya dan tidak menimbulkan gejala
atau disebut The SilentKiller atau kurang dari 10% yang tahu bahwa mereka

menderita hipertensi(Kemenkes. RI., 2014). Meskipun mereka mengetahui

penyakit hipertensinya, tidak berarti penyakit tersebut dapat terkendali. Mengatur

pola hidup dan melakukan kontrol tekanan darah secara rutin dapat dijadikan

sebagai pengendali hipertensi. Hal senada disampaikan Hadiza, et al., (2019)

bahwa kepatuhan pada pengobatan dan perubahan gaya hidup menjadi unsur yang

sangat penting untuk bisa mengendalikan hipertensi.

Namun pada kenyataanya, perubahan gaya hidup dan kepatuhan dalam

menjalankan pengobatan menjadi kendala utama untuk mengendalikan hipertensi

(Kemenkes, 2014). Hasil penelitian menunjukkan 48,5% perilaku penatalaksanaan

hipertensi masih kurang baik, 47,1% penderita hipertensi memiliki persepsi

negative terhadap pengendalian hipertensi (Damayantie, et al. 2018). Sedangkan

Mathavan, J., et al., (2018) mendapatkan bahwa 52% pengetahuan penderita

hipertensi tentang hipertensi masih rendah dan 70% pasien mempunyai kepatuhan

yang rendah dalam minum obat hipertensi. Kesadaran akan diagnosis hipertensi

merupakan penentu penting dari perawatan dan kepatuhan pengobatan (Raji, et

al.,2017). Penelitian Darnindro & Sarwono (2017) pada Rumah Sakit Rujukan

Primer di Indonesia menunjukan tingginya prevelensi ketidakpatuhan kontrol

penderita hipertensi (63,8 %). Mitra & Wulandari (2019) mendapatkan 52,6 %

penderita hipertensi di Pekanbaru memiliki tekanan darah tidak terkontrol. Sarfo,

et al. (2018) mendapatkan bahwa durasi diagnosis hipertensi yang lebih lama,

rendahnya kepatuhan terhadap terapi, sulit mendapatkan obat antihipertensi, dan

banyaknya jumlah obat antihipertensi menjadi faktor penyebab tidak


terkontrolnya tekanan darah. Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan

rendahnya tingkat pengontrolan tekanan darah adalah ketidakpatuhan pasien

terhadap penggunaan obat antihipertensi sehingga dibutuhkan suatu tindakan

komprehensif untuk pengendalian hipertensi.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pencegahan dan

pengendalian hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan

melalui Penyuluhan / Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dalam

pengendalian hipertensi dengan perilaku CERDIK dan PATUH, meningkatkan

pencegahan dan pengendalian hipertensi berbasis masyarakat dengan self

awareness melalui pengukuran tekanan darah secara rutin dan penguatan

pelayanan kesehatan khususnya hipertensi (BPJS, 2014). Namun berbagai upaya

tindakan yang dilakukan tersebut masih jauh dari berhasil.

Data NHANES 2005-2008 di Amerika Serikat menunjukkan dari semua

penderita hipertensi, hanya 79,6% sadar telah menderita hipertensi, namun hanya

47,8% yang berusaha mencari terapi. Dan dari 70,9% pasien yang menjalani

terapi, 52,2% tidak mencapai kontrol tekanan darah target. Di Indonesia, angka

kejadian hipertensi di tahun 2018 naik menjadi 31,4 %. Hal ini menunjukkan

kegagalan mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada RPJMN 2015-2019

yang menargetkan prevalensi tekanan darah dari 25,8 % ditahun 2013 turun

menjadi 23,4 % ditahun 2019. Dari penderita hipertensi yang ada, yang berobat

teratur ditahun 2017 hanya mencapai 23,97% (Trihono, 2018) dan 31,3% di

tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Hal ini masih jauh dari target Pembangunan

Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang menentukan penderita


hipertensi yang berobat teratur mencapai 100%. Dari hipertensi yang berobat,

13,3% kasus menunjukan pasien tidak melanjutkan mengkonsumsi obat. Alasan

penduduk tidak rutin dan tidak minum obat hipertensi yaitu pasien merasa sudah

sehat, memilih minum obat tradisional, sering lupa, tidak mampu beli obat rutin,

tidak tahan efek samping obat, dan obat tidak ada di fasilitas pelayanan kesehatan

(Riskesdas, 2018). Selain itu, terjadi penurunan jangkauan pelayanan kesehatan

pada penderita hipertensi dalam 5 tahun terakhir yaitu dari 9,5 % yang

terdiagnosis di tahun 2013 (Riskesdas, 2013), turun menjadi 8.5% di tahun 2018

(Riskesdas, 2018).

Oleh sebab itu, melihat dari capaian pengendalian hipertensi yang belum

optimal, maka petugas kesehatan perlu memahami berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi pengendalian diri hipertensi, sehingga memungkinkan untuk

mengambil kebijakan yang tepat dalam program pengendalian hipertensi. Menurut

Theory of Plan Behaviour/TPB yang dikembangkan oleh Martin Fisben dan Icek

Ajzen (1975) yang membentuk perilaku yang sesuai adalah sikap, norma

subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku. Sedangkan menurut teori Lawrence

Green (1980) mengatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi

yaitu thought and feeling atau dalam bentuk pengetahuan, sikap, persepsi,

kepercayaan dan penilaian terhadap suatu objek. Selain itu Smeltzer (2013)

mengatakan bahwa stress yang terjadi secara terus menerus mempengaruhi kerja

kelenjar adrenal dan tiroid yang berpengaruh pada sistem homeostasis. Sehingga

stress juga dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengendalian

hipertensi (Marlina, 2012). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Hadiza, et al (2019) yaitu dengan mengetahui tingkat kesadaran, pengetahuan, dan

praktik langkah-langkah modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi, maka ini

sangat diperlukan untuk mengembangkan strategi terpadu dalam pengendalian

hipertensi.

Oleh sebab itu berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor- Faktor Determinan

Yang Mempengaruhi Pengendalian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas ...... Kota Padang Tahun .....”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, menjadi dasar bagi

peneliti untuk merumuskan masalah yaitu Bagaimana Faktor-faktor determinan

Yang Mempengaruhi Pengendalian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas ...... Kota Padang Tahun .....?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor determinan Yang Mempengaruhi

Pengendalian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas ...... Kota Padang Tahun .....

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden (jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, lama menderita


hipertensi, indek masa tubuh, obesitas sentral) penderita

hipertensi

b. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku pengendalian diri

hipertensi (minum obat, diet, aktifitas fisik, perilaku merokok,

manajemen berat badan dan konsumsi alkohol) penderita

hipertensi

c. Mengetahui faktor– faktor yang berhubungan dengan

pengendalian hipertensi

d. Mengetahui faktor- faktor dominan yang mempengaruhi

perilaku pengendalian diri hipertensi

D. Manfaat

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan terkait faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi pengendalian hipertensi.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dengan mengetahui faktor- faktor dominan yang mempengaruhi

pengendalian hipertensi, diharapkan pelayanan kesehatan khususnya

pemegang program terkait dapat membentuk strategi khusus dalam

mengatasi masalah hipertensi sesuai dengan faktor yang

mempengaruhi pengendalian hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

dikembangkan dalam meningkatkan pengendalian hipertensi seperti

pengembangan model intervensi atau inovasi baru dalam peningkatan

pengendalian hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengendalian Hipertensi

a. Definisi Pengendalian Hipertensi

Pengendalian hipertensi adalah upaya individu untuk mengontrol

tekanan darah tetap berada target normal dengan cara memeriksakan

tekanan darahnya secara teratur serta mengatur pola hidup sehat. Target

kontrol tekanan darah dikatakan normal apabila telah mendapatkan hasil

pengukuran tekanan darah sebesar 140/90 mmHg (JNC-7, 2003).

Diperjelas dalam Pedoman Komite Nasional Bersama Kedelapan (JNC 8)

merekomendasikan bahwa hipertensi pada orang yang berusia <60 tahun

adalah tekanan darah sistolik / diastolik di atas 140/90 mmHg dan untuk

usia ≥60 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya diatas 150/90

mmHg (James, P.A, 2014). Hipertensi menjadi penyakit yang sangat

mengkhawatirkan karena sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya dan tidak menimbulkan gejala atau disebut The SilentKiller

ataukurang dari 10% yang tahu bahwa mereka menderita

hipertensi(Kemenkes.RI, 2014). Meskipun mereka mengetahui penyakit

hipertensinya, tidak berarti penyakit tersebut dapat terkendali. Perubahan

gaya hidup dan kepatuhan dalam menjalankan pengobatan menjadi

kendala utama. Hipertensi ini, akan berkembang dengan disertai sejumlah

gejala hingga mencapai tekanan darah yang mengkhawatirkan (Townsend

& Anderson, 2015). Prevalensi prehipertensi lebih tinggi pada jenis


kelamin laki-laki yaitu sebesar 43% dibandingkan dengan perempuan

(Ferguson, et al., 2011).

Hipertensi dapat diklasifikasi menjadi beberapa kategori yaitu

menurut National Heart, Lung and Blood Institute from United States

Departmen of Health and Human Service melalui the Seventh Report of

the Joint National Commitee mengklasifikasikan hipertensi pada usia 18

tahun ke atas sebagai berikut :

Tabel 2 1 Klasifikasi Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Kategor
i
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II ≥ 160 ≥ 100
Sumber : The Seventh Report of The Joint National Commitee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure, (JNC-7,2003) 2003

b. Upaya pengendalian hipertensi

Mengatur pola hidup dan melakukan kontrol tekanan darah secara

rutin dapat dijadikan sebagai pengendali hipertensi. Angka hipertensi yang

tinggi di Kota Padang menjadi hal penting untuk bisa dikendalikan.

Hipertensi menduduki urutan ke- 2 penyakit terbanya di Kota Padang

dengan angka kasus yang cedrung naik dari 47.902 kasus di tahun 2016

menajdi 52.825 kasus di tahun 2017 (DKK Padang, 2018).

Pengaturan Pola hidup sehat menjadi satu hal yang dianjurkan

untuk mencegah dan mengontrol hipertensi, adapun tindakannya adalah:


1. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary

Approaches to Stop Hypertension)

2. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal

3. Gaya hidup aktif/olahraga teratur

4. Stop rokok

5. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum)

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Dibawah ini adalah teori- teori yang dapat mempengaruhi perilaku

pengendalian diri yaitu :

a. Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Plan Behaviour/ TPB)

Teori TPB merupakan teori yang dikembangkan dari theory of

Reason Action (TRA) yang dikemukan oleh Martin Fisben dan Icek

Ajzen pada tahun 1975. Teori TRA mengungkapkan bahwa evaluasi

perilaku disarankan menjadi sikap positif dengan meminculkan norma

subjektif yang ada sehingga muncul keinginan berperilaku yang

menghasilkan motivasi sehingga mereka lebih cendrung akan

melakukannya.

Penambahan teori TPB dari teori TRA adalah persepsi

terhadap pengendalian yang dapat dilakukan (Perceived Behavioral

Control). Konstruk ini ditambahkan oleh Ajzen,2005 sebagai upaya

memahami keterbatasan individu dalam rangka melakukan perilaku

tertentu. Hal ini berarti bahwa dilakukan dan tidak dilakukannya

perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif saja
tetapi juga ditentukan oleh persepsi individu terhadap kontrol yang

dapat dilakukannya yang bersumber terhadap keyakinannya terhadap

kontrol (Control Belief).

Berbagai studi menunjukkan bahwa keterbatasan mendalam,

niat perilaku tidak selalu mengarah pada perilaku yang sebenarnya atau

dengan kata lain niat atau motivasi tidak menjadi penentu utama atas

individu dalam berperilaku. Penambahan ini pada teori TPB sebagai

upaya menutupi perilaku yang tidak dikehendaki untuk memprediksi

niat berperilaku dan berperilaku nyata. Teori TPB diungkapkan oleh

Icek Ajzen pada tahun 1985 dimana teori ini menyebutkan bahwa

sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian

perilaku bersama-sama membentuk niat perilaku dan perilaku sesuai

pada gambar 2.1.

Gambar 2 1 Teori Planned Behaviour (Ajzen, 1991) dalam (Conner

M. &., 2005), dalam (Conner M. , 2010)

b. Teori Lawrence Green


Teori “PRECED-PROCEED” dikembangkan oleh Lawrence

Green (Kholid.A, 2012), yang dirintis sejak tahun 1980. Lawrence

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu

faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non

behaviour causes). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor

utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE: Predisposing,

Enabling, dan Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and

Evaluation. Precede ini adalah merupakan arahan dalam menganalisis

atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan

(promosi) kesehatan. Precede adalah merupakan fase diagnosis

masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan

seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap objek

kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada

atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu

untuk mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang

memungkinkan ia berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/tidak

bertindak (Notoatmodjo, 2014).


Gambar 2 2 Teori Green, LW,Akta,SG, Partridge, KB (1980)
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN
DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Teori

Theory of planned
Behaviour
1. Sikap positif
Niat Berperilaku 2. Norma subjektif
3. Persepsi individu
terhadap kontrol
perilaku
Teori Lawrence Green
Faktor Predisposisi Hipertensi
1. Pengetahuan,
2. sikap,
3. persepsi,
4. kepercayaan Perilaku Pengendalian
pasien hipertensi Hipertensi :
1. Kepatuhan minum obat
2. Kepatuhan diet
Faktor lain yang 3. Kepatuhan aktifitas fisik
mempengaruhi 4. Kepatuhan perilaku
pengendalian hipertensi merokok
Demografi 5. Kepatuhan manajemen
Umur, jenis kelamin, berat badan
pendidikan, Riwayat 6. Kepatuhan tidak
keluarga hipertensi, lama
sakit, IMT
Tingkat Stress Tekanan Darah Terkontrol

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Ajze, (2005), Green dan Marshall W.Kreuter (1991), Alhadlaq, et al (2021), Black
& Hawk (2014), Smeltzer (2003)
Marlina, (2012)
B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti. Kerangka

konsep ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel

indenpenden adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi

penyebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat

karena dari variabel independen (Sugiyono, 2019). Berdasarkan tinjauan pustaka

dan kerangka teori, maka variabel yang akan diteliti yaitu :

Variabel Independen
Faktor yang mempengaruhi Variabel Dependen
perilaku pengendalian hipertensi Perilaku Pengendalian Hipertensi
1. Pengetahuan 1. Kepatuhan minum obat
2. Persepsi 2. Kepatuhan diet
3. Tingkat stress 3. Kepatuhan aktifitas fisik
4. Demografi (Umur, jenis 4. Kepatuhan perilaku
kelamin, pendidikan, merokok
Riwayat keluarga 5. Kepatuhan manajemen berat
hipertensi, lama sakit, badan
IMT)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara daru rumusan msalah penelitian.

Hipotesis yang akan di uji disebut dengan hipotesis kerja (Ha) sedangkan

lawanya adalah hipotesis nol (Ho). Hipotesis kerja disusun berdasarkan teori

yang dianggap mampu menjawab penelitian. Sedangkan hipotesis nol disusun

karena teori digunakan masih diragukan (Sugiyono, 2019).

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis dari penelitian adalah

sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian hipertensi

Ada hubungan antara persepsi dengan pengendalian hipertensi

Ada hubungan antara tingkat stress dengan pengendalian hipertensi

Ada hubungan antara data demografi dengan pengendalian hipertensi

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian

hipertensi

Tidak ada hubungan antara persepsi dengan pengendalian hipertensi

Tidak ada hubungan antara tingkat stress dengan pengendalian

hipertensi

Tidak ada hubungan antara data demografi dengan pengendalian

hipertensi
D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Skala Hasil Ukur


Ukur Ukur

Dependent
Perilaku pengendalian Upaya seseorang untuk Kuesioner
diri Hipertensi mengatur diri untuk patuh Hypertensio
dalam mengontrol tekanan n- self- care
darahnya agar mencapai optimal Activity
Level Effects
1. Minum obat responden patuh mengkonsumsi (H-SCALE) Angket 1. Patuh (skor>21)
obat antihipertensi teratur dan Warren- 2. Tidak patuh (skor<21)
sesuai dosis yang dianjurkan Findlow et
al, (2013).
2. Kepatuhan Diet responden patuh melaksanakan Angket 1. Patuh (skor >=6)
diet hipertensi DASH 2. Tidak patuh (skor <6)

3. Aktivitas fisik responden patuh melaksanakan Angket 1. Patuh (skor >= 8)


aktivitas fisik secara teratur 2. Tidak patuh (skor <8)

4. Perilaku Merokok responden patuh menghindari Angket 1. Patuh (skor =0)


merokok 2. Tidak patuh (skor>0)

5. Managemen berat responden patuh melakukan Angket 1. Patuh (skor>=40)


badan tindakan rencan makan sehat 2. Tidak patuh (skor<40)
dan pemantauan berat badan
1. Patuh (skor=0)
6. minum alkohol responden patuh tidak konsumsi Angket 2. Tidak patuh (skor>0)
alkohol

Variabel Independent
Pengetahuan tentang Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Angket ordinal 1. baik, jika skor jawaban
pengendalian diri reponden tentang managemen Hypertension benar ≥ 75 %
hipertensi diri hipertensi meliputi: minum Knowledge- 2. kurang baik, jika skor
obat, diet, aktivitas fisik, Level Scale <75%
merokok, manajemen berat (HK-LS)
badan

Persepsi tentang Kecenderungan cara seseorang Kuesioner angket ordinal 1. Positif : Jika Total skor ≥
pengendalian diri merespon secara konsisten Abd El- mean/median
hipertensi dengan memberikan penilaian Hay,S.A; El 2. Negatif : jika total skor <
suka atau tidak suka terkait Mezayen,SE mean/median
pengendalian hipertensi . 2015

Tingkat Stress Respon individu terhadap Kuesioner Angket ordinal 1. Stres ringan (skor 1-14)
stresor yang mengakibatkan Perceived 2. Stres sedang (skor 15-26)
munculnya ketegangan bagi Stress Scale 3. Stres berat (skor >26)
individu itu sendiri untuk (PSS) Cohen
mengatasinya (1983)

Karakteristik
Umur Lama hidup responden kuesioner Angket Ordinal 0. Dewasa <46
dihitungdari saat lahirsampai 1. Lansia Awal
ulangtahun terakhirsaat (46 – 55 tahun)
pencatatan di rekammedik 2. Lansia Akhir
(> 55 tahun )
Jenis kelamin Perbedaan individu berdasarkan Kuesioner angket Nominal 1. Laki-laki
seks 2. Perempuan
Pendidikan Status pendidikan formal kuesioner angket ordinal 0. Tidak Sekolah
terakhir yang dimiliki individu 1. Pendidikan rendah
(SD-SMA)
2. Pendidikan tinggi
(D3-S3)

Pekerjaan Kegiatan/profesi yang kuesioner angket ordinal 0. Tidak Bekerja


dijalankan responden dalam 1. Bekerja
kesehariannya
Lama menderita Waktu mulai terdiagnosis Kuesioner Angket ordinal 0. 0-5 tahun
hipertensi hipertensi oleh tenaga kesehatan
1. 5-10 tahun

2. > 10 tahun
Indeks masa tubuh nilai status nutrisi responden Meteran dan observa ordinal 0. Normal
berdasarkan pembegian tinggi timbangan sit 1. Overweight
badan dalam meter dengan berat Berat badan 2. Obesitas
badan dalam kg 3. Kurus
4. Sangat kurus
BAB IV
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitaif dengan menggunakan desain

crossectional study. Rancangan penelitian cross sectional merupakan jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Menurut (Azwar,

2010). Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan satu kali menggunakan

kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data secara simultan tanpa

adanya follow up.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian keseluruhan subjek

penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti (Arikunto, 2014). Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja

puskesmas .... dengan jumlah populasi sebanyak ....

b. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu purposive

sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang


dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2012).

Adapun kriteria inklusi sampelnya adalah

1. Tinggal di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan

2. Bersedia menjadi responden menandatangani formulir persetujuan

dan secarasukarela

3. Bisa berkomunikasi dengan baik, baca tulis dan memahami

instruksi yang diberikan.

4. Tidak memiliki komorbid

Kriteria eksklusi adalah

1. Penderita hipertensi yang memiliki komplikasi penyekit degeneratif

lain seperti jantung, diabetes melitus, ginjal

2. Yang mengalami demensia

3. Tidak bersedia menjadi responden

Penentuan besar sampel penelitian ini menggunakan rumus besaran

sampel untuk sebagai berikut:

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Puskesmas .... yang memiliki

penderita hipertensi tertinggi di wilayah kota Padang yaitu ...

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Proposal ini telah melakukan uji etik yang dilaksanakan pada...


E. Instrumen Peneltian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data (Notoaatmodjo, 2012). Instrumen atau alat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang diperoleh berdasarkan

penelitian dari peneliti sebelumnya. Instrument yang digunakan adalah

1) Hypertension Self- Care Activity Level Effects (H-SCALE)

Perilaku kesehatan diukur dengan Hypertension-Self care Activity Level

Effects (H-SCALE) yang dikembangkan oleh Warren-Findlow et al, (2013). H-

SCALE terdiri dari kegiatan perawatan diri hipertensi yang direkomendasikan

JNC7 yaitu minum obat, diet, melakukan aktivitas fisik, penurunan berat badan

dan konsumsi alkohol.

Instrumen meliputi 30 item dan dibagi menjadi enam sub-skala: minum

obat (item 1-3) (α = 0,89), diet (item 4-15) (α = 0,89), aktivitas fisik (item 16-17)

(α = 0,77), merokok (item 18 - 19) (α = 0,84), manajemen berat badan (item 20 -

29) (α = 0,83),dan konsumsi alkohol (item 30).

Setiap subskala ini diberi skor dan kemudian cutpoints diterapkan untuk

menentukan kepatuhan individu terhadap aktivitas sebagai berikut:

Minum obat: Untuk menghitung kepatuhan minum obat, tambahkan

tanggapan untuk item 1-3 (rentang 0-21). Peserta yang mendapat nilai 21

dianggap patuh. Hanya peserta yang menggunakan obat untuk tekanan darah

tinggi yang diinstruksikan untuk menjawab item yang terkait dengan kepatuhan

pengobatan.
Diet: Dua belas item menilai praktik yang terkait dengan makan makanan

sehat, rendah lemak dan rendah garam, mirip dengan diet DASH. Item

menanyakan tentang menghindari garam saat memasak dan makan, menghindari

makanan tinggi kandungan garam, menghindari makanan berlemak atau

gorengan, dan makan porsi buah dan sayuran yang direkomendasikan. Opsi

respons berkisar dari 0 hingga 7 hari

Sembilan item secara negatif (item 5-8, 11-15) dan diberi kode terbalik. Untuk

analisis ini, kami menjumlahkan respons pada semua item untuk membuat

variabel kontinu, dengan kemungkinan rentang skor 0 hingga 84. Bila hitung rata-

rata item. Kisarannya harus 0 hingga 7. Skor 6 atau lebih (menunjukkan bahwa

peserta mengikuti praktik diet pada 6 dari 7 hari) dianggap patuh namun bila skor

kurang dari 6 idanggap tidak patuh.

Aktivitas fisik: Untuk setiap item, peserta menjawab berapa hari dari 7 hari

terakhir bahwa peserta melakukan aktivitas fisik atau latihan tertentu.

Tanggapannya setiap item berkisar dari 0 hingga 7 di mana 0 hari berarti skor nol

hingga 7 hari berarti 7 skor. Tanggapan dijumlahkan (kisaran 0-14). Peserta yang

mendapat skor 8 atau lebih baik dianggap patuh dengan rekomendasi aktivitas

fisik; yang lainnya tidak patuh.

Merokok: Peserta menjawab berapa hari dari 7 hari terakhir itu merokok

peserta atau asap pasif. Untuk setiap item, respons berkisar dari 0 hingga 7 inci

yang 0 hari berarti nol skor hingga 7 hari berarti 7 skor. Tanggapan dijumlahkan

dan kisarannya dari 0 hingga 14. Responden yang mendapat skor nol akan

dianggap patuh.
Manajemen berat badan: Sepuluh item ini menilai kegiatan yang

dilakukan untuk mengelola berat badan melalui praktik diet seperti mengurangi

ukuran porsi dan membuat substitusi makanan serta berolahraga untuk

menurunkan berat badan. Item menilai perjanjian dengan aktivitas pengelolaan

berat selama 30 hari terakhir. Kategori respons berkisar dari sangat tidak setuju

(1) hingga sangat setuju (5).

Jumlahkan tanggapan untuk menghitung skor dengan rentang dari 10-50.

Peserta yang melaporkan bahwa mereka setuju atau sangat setuju dengan semua

10 item (skor ≥ 40) dianggap patuh terhadap praktik manajemen berat badan yang

baik.

Konsumsi alkohol: Asupan alkohol dinilai menggunakan ukuran yang ada,

3 item. Peserta yang melaporkan tidak minum alkohol dalam 7 hari terakhir (item

# 30), atau yang menunjukkan bahwa mereka biasanya tidak minum sama sekali,

dianggap patuh. Kuesioner ini telah digunakan oleh Fazel et al di Iran pada tahun

2016 dan Huda di Indonesia tahun 2017.

2) Instrumen Pengetahuan

Instrument terdiri dari 22 pertanyaan. untuk penilaian pengetahuan dibagi

atas 2 kategori yaitu pengetahuan baik, jika skor jawaban benar ≥ 75 % dan

kurang baik, jika skor <75%. Instrument yang digunakan adalah HK-LS

(Hypertension Knowledge-Level Scale)menurut (Erkoc, et al., 2012)

3) Instrumen Persepsi

Instrumen terdiri dari 28 pertanyaan dengan model jawaban menggunakan

skala likert. Yaitu sangat setuju, ragu-ragu dan tidak setuju. Instrumen ini
diadopsi dari Abd El-Hay,S.A; El Mezayen,SE. 2015. hasil penilaiannya

dalah terdiri dari dua yaitu Positif : Jika Total skor ≥ mean/median dan

Negatif : jika total skor < mean/median

4) Instrumen Tingkat Stress

Pengukuran tingkat stress digunakan instrumen The Perceived Stress

Scale (PSS). Instrumen ini dipublikasikan oleh Cohen (1983). Pertanyaan dalam

instrumen ini menanyakan tentang bagaimana perasaan dan pikiran responden

dalam satu bulan terakhir. Instrumen ini terdapat 14 buah pertanyaan dengan kode

selalu dengan skor 4, sering dengan kode 3, kadang-kadang dengan kode 2, jarang

dengan kode 1, tidak pernah dengan kode 0. Selanjutnya penilaian tingkat stress

terdiri dari 3 kategori yaitu: Stress ringan (total skor 1-14), Stress sedang (total

skor 15-26), Stress berat (total skor >26). Kuesioner ini telah digunakan oleh

Andreu et al tahun 2011 dan telah di uji validitas dengan nilai α = 0,82.

F. Etika penelitian

Menurut Hidayat (2014) masalah etika penelitian yang harus diperhatikan

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka


mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Peneliti menjelaskan cara pengisian kuisioner kepada responden dan

memberikan kesempatan pada responden untuk bertanya mengenai hal

yang tidak dipahaminya. Dalam pengisian baik informed consent

maupun kuisioner lakukan oleh responden dalam keadaan tenang dan

terjaga kerahasiaannya.

b. Menghormati hartkat dan martabat manusia (Autonomy)

Pada penelitian ini tidak mencantumkan nama responden pada lembar

kuisioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan.

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi ataupun

masalah-masalah lainnya. Semua infromasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

G. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan cara:

1. Melakukan pengurusan perizinan pelaksanaan penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kota Padang dan sampai ke tingkat Puskesmas


2. Melakukan rekrutmen enumerator sampai dengan pelatihan untuk

penyamaan persepsi dan kemampuan untuk pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini menggunakan 6 enumerator.

3. Melakukan pengolahan data mentah dengan melakukan koding setiap data

yang diambil

4. Melakukan analisis statistik sesuai dengan tujuan statistik yang

diharapakan.

H. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, data diolah dengan meakukan beberapa tahap,

yaitu:

a. Editing/mengedit data, yaitu kegiatan menyunting dan memeriksa

kelengkapan data yang telah dikumpulkan dan dikoreksi dari

kesalahan dalam pengisian.

b. Coding/memberi kode data, yaitu merupakan kegiatan merubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan terhadap

jawaban yang diberikan responden dalam kuesioner. Kode pada

variabe adalah sebagai berikut:

1. Perilaku pengendalian diri (Manajemen diri) hipertensi

2. Pengetahuan

3. Persepsi

4. Tingkat stres

5. Karakteristik/demografi
c. Entry data, yaitu kegiatan memasukkan data yang sudah diberi kode ke

dalam master tabel yang telah dibuat.

d. Cleaning data, yaitu merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di-entry dari kesalahan. Semua data sudah terbebas dari

kesalahan.

e. Tabulating data, yaitu kegiatan menyusun atau menghitung jumlah

data yang sudah di entry sebelumnya dan akan ditampilkan dlam

bentuk table distibusi frekuensi

I. Analisis data

Setelah diolah, selanjutnya data dianalisa melalui analisis univariat,

analisis bivariate dan analisi multivariate.

a. Analisa univariate

Analisis univariate dilakukan secara deskriptif untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dalam tabulasi frekuensi,

persentase variabel pengetahuan, persepsi, tingkat stres dan pengendalian

hipertensi (kepatuhan minum obat, diet, melakukan aktivitas fisik, perilaku

merokok,managemen berat badan dan alkohol) dan data demografi (umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita hipertensi, indek

masa tubuh).

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan untuk melihat

hubungan antara dua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah Regresi

binary loogistik untuk melihat hubungan variabel independen dengan


variabel dependen. uji regresi dengan derajat kepercayaan 95% dan

kesalahan 5% (0, 05). Bila α ≤ 0, 05 menunjukkan hubungan bermakna,

bila α 0,05 menunjukkan hubungan tidak bermakna dan melihat nilai odds

ratio untuk melihat peluang variabel independen mempengaruhi variabel

dependen.

c. Analisa Multivariat

Penentuan faktor dominan maka dilakukan uji multivariate dengan

menggunakan regresi logistik berganda untuk mendapatkan model yang

paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan faktor dominan

mempengaruhi perilaku pengendalian hipertensi

J.
DAFTAR PUSTAKA

AlHadlaq, R. K., Swarelzahab, M. M., AlSaad, S. Z., AlHadlaq, A. K., Almasari,


S. M., Alsuwayt, S. S., & Alomari, N. A. (2019). Factors affecting self-
management of hypertensive patients attending family medicine clinics
in Riyadh, Saudi Arabia. Journal of family medicine and primary
care, 8(12), 4003–4009. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_752_19

American College of Cardiology., American Heart Association., & Task Force on


Clinical practice Guidelines. (2017). Detailed-Summary From The 2017
Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation and Management of
High Blood Pressure in Adults.

American Heart Association. (2014). Heart disease & stroke statistics-


2014update. Journal of the American Heart Association Circulation,
129 : e28e292, February 15th 2015.

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. Hal : 45-47.

Benjamin, E. J., Muntner, P., Alonso, A., Bittencourt, M. S., Callaway, C. W.,
Virani, S. S. (2019). Heart Disease and Stroke Statistics—2019 Update:
A Report From the American Heart Association. In Circulation (Vol.
139). https://doi.org/10.1161/cir.0000000000000659

Black & Hawk. (2014). Medikal Surgical Nursing Clinical Management for
Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders

Blumenthal, J. A. (2010). Effects of the DASH Diet Alone and in Combination


with Exercise and Weight Loss on Blood Pressure and Cardiovaskular
Biomarker in Men and Women With High Blood Pressure. Original
Investigation , Volume 170, p. 2.

BPJS Kesehatan. (2009). Panduan Praktis Prolanis. Retrieved from


https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=WvwnPNfMxDAC&oi=fnd&pg=PR2&dq=buku+twitter
&ots=a2_hINPAjY&sig=Qi4-
19P37bV0KqvryXHiTMtQNsU&redir_esc=y#v=onepage&q=buku
twitter&f=false

Carvalho, M.V.; Siquera, L, B.; Sousa, A, L.; Jardim, P, C. (2013). The Influence
of Hypertension on Quality of Life, Arg Bras Caardiol.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.59 35/abc.20130030
Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, R. (1983). A global measure of
perceived stress. Journal of health and social behavior, 24(4), 385–396.

Damayantie, N;Heryani, E. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


penatalaksanaan Hipertensi oleh penderita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018. JURNAL NERS
DAN KEBIDANAN, 224–232.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.ART.p224

Darnindro, N. & Sarwono, J. (2017). Prevalensi Ketidakpatuhan Kunjungan


Kontrol pada Pasien Hipertensi yang Berobat di Rumah Sakit Rujukan
Primer dan Faktor -Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia. Vol.4, No.3.

Dinas Kesehatan Kota Padang (DKK). (2018). Profil Kesehatan Kota Padang
2017. Padang.

DKK Padang, D. K. K. P. (2020). Profil Kesehatan Kota Padang 2019. Padang.

Erkoc, S. B., Isikli, B., Metintas, S., & Kalyoncu, C. (2012). Hypertension
Knowledge-Level Scale ( HK-LS ): A Study on Development , Validity
and Reliability. 1018–1029. https://doi.org/10.3390/ijerph9031018

Hadiza, S., akasai, A. M., Yau, amila A., Adamu, F. I., & Mijinyawa, M. S.
(2019). Factor analysis of knowledge, attitude and practice of life style
modification measures among hypertensive patients in North – Western
Nigeria. The Journal of Medical Research, 3(2), 74–78.
https://doi.org/10.31254/jmr.2017.3210

Hadiza, S., akasai, A. M., Yau, amila A., Adamu, F. I., & Mijinyawa, M. S.
(2019). Factor analysis of knowledge, attitude and practice of life style
modification measures among hypertensive patients in North – Western
Nigeria. The Journal of Medical Research, 3(2), 74–78.
https://doi.org/10.31254/jmr.2017.3210

Kang, H., & Park, H.-A. (2016). A Mobile App for Hypertension Management
Based on Clinical Practice Guidelines: Development and Deployment.
JMIR mHealth and uHealth, 4(1), e12.
https://doi.org/10.2196/mhealth.4966

Kang, H., & Park, H.-A. (2016). A Mobile App for Hypertension Management
Based on Clinical Practice Guidelines: Development and Deployment.
JMIR mHealth and uHealth, 4(1), e12.
https://doi.org/10.2196/mhealth.4966

Kemenkes RI, (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta


Kemenkes, RI. (2017). Sebagian Besar Penderita Hipertensi Tidak Menyadari,
dipublikasikan: Rabu, 17 Mei 2017 00:00:00 dari
http://www.depkes.go.id/article/print/17051800002/sebagian-besar-
penderita-hipertensi-tidak-menyadarinya.html

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Kemenkes.RI. (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak di Idap Masyarakat.
dipublikasikan: Jum’at, 17 Mei 2019 00:00:00. dari
http://www.depkes.go.id/article/print/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html

Mathavan, J & Pinatih, G.N.I., (2017). Gambaran tingkat pengetahuan terhadap


hipertensi dan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kintamani I, Bangli-Bali. Intisari Sains Medis,
Volume 8, Number 3: 176-180

Mitra, M., & Wulandari. (2019). Factors Affecting Uncontrol Blood Pressure
among Elderly Hypertensive Patients in Pekanbaru City, Indonesia.
Journal of Medical Sciences, 7(7):1209 – 1213

Muhadi. (2016). JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa. Cermin Dunia Kedokteran.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. . Jakarta: Rineke


Cipta

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, PT Rhinneka


Cipta, Jakarta.

Raji, Y. R., Abiona, T., & Gureje, O. (2017). Awareness of hypertension and its
impact on blood pressure control among elderly nigerians: report from
the Ibadan study of aging. The Pan African Medical Journal, 27, 190.
https://doi.org/10.11604/pamj.2017.27.190.11682

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpo
p_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpo
p_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018.

Sarfo, F.S., Mobula, L.M., Burnham, G., Ansong, D., Rhule, J.P., Kantanka, O.S.,
& Adjel, D.O. (2018). Factors Associated with Unkontrolrolled Blood
Pressure Among Ghanaians: Evidence From a Multicenter Hospital
BasedStudy. PloS ONE 13(3): e0193494.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0193494

Sekeon, Sekplin A.S; Kalesaran, Angela F.C; Kandou, Grace; (2017).  The
association between hypertension and quality of life among elderly: A
population based comparison study with general population in Tomohon

Soenarta, A.A., Erwinanto, Mumpuni, A.S., Barack, R., Lukito, A.A., Hersunarti,
N., Pratikto, R.S., (2015), Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada
Penyakit Kardiovaskular, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia, Jakarta.

Trihono. (2018). Perkembangan PISPK (Pogram Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Keluarga). Health Policy Unit, Setjen Kemkes. Jakarta,
Nopember 2018

Warren-Findblow al, (2013). Preminary Validation of The Hypertension Self-Care


Activity Level Effect (H-Scale) and Clinical Blood Pressure Among
Patient With Hipertension. The journal of Clinical Hypertension Vol 15
no. 9

WHO. (2018). Raised Blood Pressure. Diakses tanggal 05 July 2021.

https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_te
x/en/.

WHO. (2018). Raised Blood Pressure. Diakses tanggal 31 Januari


2019.https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalen
ce_tex/en/
KUESIONER PENELITIAN

1. Profil
a. Nama lengkap :
b. Hp :
c. Jenis kelamin : 1. laki-laki 2. perempuan
d. Tanggal lahir : tanggal bulan tahun
e. Alamat tinggal :
f. Pekerjaan:
1. Tidakbekerja
2. Ibu rumah tangga
3. pensiunan
4. PNS
5. Wiraswasta
6. Petani/buruh
g. Tingkat Pendidikan:
1. TidakSekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. PerguruanTinggi
h. Adakah keluarga (orangtua,kakek/nenek) yang memiliki Penyakit
Hipertensi
2 Ada : sebutkan siapa:…………….

1 Tidak ada

i. Lama menderita hipertensi : ……..tahun ….bulan


j. Adakah Penyakit lain yang dimiliki selain hipertensi
2 .Ada sebutkan:…………………

1. Tidak ada

k. Apakah anda teratur kontrol setiap bulan ke Pelayanan kesehatan


2. iya
1. Tidak alasannya :………………………
l. Nama obat hipertensi yang diminum saat ini :
m. Tinggal serumah bersama dengan:
1. pasangan
2. Sendiri
3. anak
4. saudara
Pengetahuan

Berilahtanda“√“padakotak sesuai jawaban saudara

No Pertanyaan Benar Salah Tidak


tahu
1 Tekanan darah sistolik yang tinggi menunjukkan peningkatan tekanan
darah (benar)
2 Tekanan darah diastolik yang tinggi menunjukkan peningkatan
tekanan darah (benar)
3 Obat untuk menurunkan tekanan darah harus diminum setiap hari.
(benar)
4 orang-orang dengan tekanan darah tinggi harus minum obat mereka
hanya ketika mereka merasa sakit (salah)
5 orang dengan tekanan darah tinggi harus minum obat sepanjang
hidupnya (benar)
6 orang dengan tekanan darah tinggi harus minum obat dengan cara
yang membuat mereka merasa baik (salah)
7 Penderita hipertensi tidak perlu merubah gaya hidup tidak sehatnya
karena sudah minum obat (salah)
8 Peningkatan tekanan darah adalah hal yang biasa karena umur sudah
tua (salah)
9 Orang hipertensi sudah melakukan gaya hidup sehat. Maka tidak perlu
lagi kontrol kesehatan (salah)
10 Orang hipertensi dapat bebas makan makanan asin selama mereka
minum obat hipertensi secara teratur (tidak)
11 Orang dengan hipertensi boleh minum minuman beralkohol (salah)
12 Orang hipertensi tidak boleh merokok (benar)
13 Orang hipertensi harus sering makan buah dan sayuran (benar)
14 Cara memasak makanan terbaik untuk orang hipertensi adalah dengan
menggoreng (salah)
15 Cara memasak terbaik untuk orang hipertensi adalah dengan
merebus/mengukus/memanggang (benar)
16 Konsumsi daging terbaik untuk Orang hipertensi adalah daging merah
seperti sapi,kerbau,kambing (salah)
17 Konsumsi daging terbaik untuk orang hipertensi adalah daging putih
seperti daging unggas,ikan (benar) 
18 peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan kematian dini jika
tidak diobati (benar)
19 peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan stroke, jika tidak
ditangani (benar)
20 peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan penyakit jantung,
seperti serangan jantung, jika tidak ditangani (benar)
21 peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan gagal ginjal, jika tidak
ditangani (benar)
22 peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan gangguan penglihatan,
jika tidak ditangani (benar)

2. Persepsi pasien hipertensi ((Abd El-Hay,S.A; El Mezayen,SE. 2015))


Berilahtanda“√“pada kotak sesuai jawaban saudara
No Pertanyaan Sangat setuju Ragu-ragu Tidak setuju
1- Saya pikir bahwa diet/makan sehat saja
berhasil untuk mengendalikan
hipertensi. 
2+ Saya pikir mudah bagi saya untuk
mengatur makan sehat saya. 
3+ Saya pikir saya sudah bisa memenuhi
makan sehat
4+ Saya merasa bisa menggunakan &
menikmati makanan rendah lemak.
5+ Saya merasa buah hanya bisa membantu
saya mengendalikan hipertensi  
6+ Saya mencoba makan buah hampir setiap
hari.
7+ Saya mencoba makan sayur setiap hari.
8+ Saya pikir saya akan menikmati makanan
tanpa garam
9+ Saya ingin menambahkan lebih sedikit
garam dalam makanan saya
10+ makan tinggi serat adalah hal penting
untuk saya terus menerus saya lakukan.
11+ Saya mencoba secara teratur untuk
mengurangi lemak hewani dari makanan
saya.
12+ Saya pikir saya ingin mengurangi asupan
lemak jenuh seperti daging sapi,
kambing,susu tinggi lemak,makanan
berminyak dan berlemak dll
13+ Saya mencoba makan asam lemak
Omega-3 secara teratur seperti minyak
ikan setiap minggu.

14+ Saya ingin mengganti susu murni dengan


susu rendah lemak untuk mengurangi
asupan lemak
15+ Saya secara teratur mengurangi
asupan kafein misalnya kopi, teh,
minuman bersoda.
16+ Saya pikir latihan dapat membantu saya
mengendalikan hipertensi
17+ Saya mencoba meningkatkan aktivitas
harian saya di rumah dan di tempat kerja
18- Saya tidak punya waktu untuk
berolahraga.  
19+ Saya mencoba memeriksa berat badan
saya secara teratur.
20- Saya pikir saya tidak bisa menurunkan
berat badan saya
21+ Saya pikir saya perlu saran untuk
menurunkan berat badan
22- Saya memiliki lebih banyak kegugupan
di sepanjang hidup saya.
23+ Saya mencoba mengurangi stres dalam
pekerjaan saya
24- Saya percaya bahwa saya terlalu banyak
berpikir.  
25+ Saya mencoba untuk pergi dari perokok.
26- Saya tidak dapat menghindari rokok dan
konsumsi alkohol.
27- Saya tidak suka mengikuti jenis obat apa
pun.  
28+ Saya percaya bahwa pengobatan akan
membantu saya merasa lebih baik.

3. Stres Pasien Hipertensi (Perceived Stress Scale (PSS), Cohen (1983))


Berilah tanda chek list (√) pada kolom yang sesuai, dengan pilihan jawab sebagai
berikut
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Sangat
Pernah( (1) kadang (3) Sering
0) (2) (4)
1 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda marah karena sesuatu yang terjadi
secara tidak terduga?
2 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda merasa bahwa Anda tidak dapat
mengendalikan hal-hal penting dalam
hidup Anda ?

3 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering


Anda merasa gugup dan "stres" ?
4 Dalam sebulan terakhir, seberapa serig
Anda berhasil menangani gangguan
hidup Anda yang menjengkelkan ?

5 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering


Anda merasa bahwa Anda mampu
mengatasi perubahan penting yang
terjadi dalam hidup Anda ?
6 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda merasa yakin tentang kemampuan
Anda menangani masalah pribadi Anda ?
7 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda merasa bahwa segala sesuatunya
berjalan sesuai keinginan Anda?
8 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda menemukan bahwa Anda tidak
dapat mengatasi semua hal yang harus
Anda lakukan ?
9 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda dapat mengendalikan gangguan
dalam hidup Anda?
10 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda merasa bahwa Anda berada di atas
segalanya?

11 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering


Anda marah karena hal-hal yang terjadi
di luar kendali Anda?
12 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda menemukan diri Anda memikirkan
hal-hal yang harus Anda selesaikan?
13 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda dapat mengontrol cara Anda
menghabiskan waktu
14 Dalam sebulan terakhir, seberapa sering
Anda merasa sangat kesulitan sehingga
Anda tidak dapat mengatasinya

4. KUESIONER PENGENDALIAN HIPERTENSI


Pertanyaan berikut menanyakan tentang aktivitas perawatan diri
hipertensi (tekanan darah tinggi) selama 7 hari terakhir. Jika Anda sakit selama 7
hari terakhir, pikirkan kembali 7 hari terakhir bahwa Anda tidak sakit. Untuk
setiap pertanyaan, lingkari jumlah hari yang Anda lakukan aktivitas tersebut.

Penggunaan Obat-obatan Jumlah Hari


Berapa banyak dari 7 hari terakhir Anda
melakukan :
1. Minum obat tekanan darah ? 0 1 2 3 4 5 6 7
Saya tidak diresepkan obat tekanan darah
2. Minum obat tekanan darah pada waktu yang 0 1 2 3 4 5 6 7
sama (tepat waktu) setiap hari? Saya tidak diresepkan obat tekanan darah
3. Minum obat tekanan darah sesuai dosis yang 0 1 2 3 4 5 6 7
dianjurkan? Saya tidak diresepkan obat tekanan darah
Diet Jumlah Hari
Berapa banyak dari 7 hari terakhir Anda
melakukan :
4. Mengikuti rencana makan sehat  0 1 2 3 4 5 6 7
5. Makan   keripik   kentang,   kacang 0 1 2 3 4 5 6 7
asin, popcorn   asin , ikan   asin atau   makanan
yang asin
6. Makan  acar,  buah  zaitun  atau  sayuran asin  0 1 2 3 4 5 6 7
7. Makan  daging  olahan  seperti  hamburger 0 1 2 3 4 5 6 7
bakso,atau sosis dll?
8. Makan daging bakar atau ikan bakar? 0 1 2 3 4 5 6 7
9. Hindari makan makanan berlemak 0 1 2 3 4 5 6 7
10. Makan lima porsi atau lebih buah-buahan 0 1 2 3 4 5 6 7
dan sayuran dalam sehari
11. Makan malam yang dibekukan / pizza beku 0 1 2 3 4 5 6 7
12. Makan roti  yang di kemas 0 1 2 3 4 5 6 7
13. Memberi garam makanan Anda di meja 0 1 2 3 4 5 6 7
14. Menambahkan garam ke makanan ketika 0 1 2 3 4 5 6 7
Anda memasak
15. Makan  makanan  yang  digoreng seperti 0 1 2 3 4 5 6 7
ayam, kentang goreng, atau ikan
Aktivitas Fisik Jumlah Hari
Berapa banyak dari 7 hari terakhir Anda
melakukan :
16. Melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 0 1 2 3 4 5 6 7
menit ?
17. Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang, 0 1 2 3 4 5 6 7
berjalan atau bersepeda) selain dari apa yang
Anda lakukan disekitar rumah atau sebagai
bagian dari pekerjaan Anda?
Merokok Jumlah Hari
Berapa banyak dari 7 hari terakhir Anda
melakukan :
18. Menghisap rokok atau cerutu, bahkan hanya 0 1 2 3 4 5 6 7
satu isapan ?
19. Tinggal diruangan atau naik kendaraan tertutup 0 1 2 3 4 5 6 7
saat seseorang merokok ?

Pertanyaan berikut menanyakan tentang upaya Anda untuk mengatur berat badan
Anda selama 30 hari terakhir. Jika Anda sakit selama sebulan terakhir, tolong
ingat kembali ke bulan sebelumnya bahwa Anda tidak sakit. Lingkari satu
jawaban yang paling menggambarkan apa yang Anda lakukan untuk menurunkan
berat badan atau mempertahankan berat badan Anda.
Manajemen Berat Badan Sangat tidak tidak setuju sangat
untuk menurunkan berat badan atau
Tidak setuju yakin setuju
mempertahankan berat badan saya..
setuju

20. Saya berhati-hati dengan apa yang


saya makan
21. Saya membaca label makanan
ketika saya berbelanja
22. Saya berolahraga untuk
menurunkan atau mempertahankan
berat badan
23. Saya mengurangi minum soda dan
teh manis
24. Saya makan dengan porsi keceil
atau dengan porsi yang lebih sedikit
25. Saya berhenti membeli atau
membawa makanan yang tidak
sehat ke rumah
26. Saya mengurangi atau membatasi
makanan yang saya suka
27. Saya jarang makan di restaurant
atau tempat makan siap saji
28. Saya mengganti makanan yang
biasa saya makan dengan makanan
yang sehat
29. Saya merubah resep ketika
memasak.
Tiga pertanyaan berikutnya adalah
tentang konsumsi alkohol.
30. Rata-rata, berapa hari dalam se 0 1 2 3 4 5 6 7
minggu Anda minum alkohol?
31. Pada hari-hari biasa anda minum
alkohol, berapa banyak yang Anda
minum? # .................

32. Berapa jumlah paling besar dari


minuman yang sudah Anda minum
selama sebulan terakhir? # .................

Anda mungkin juga menyukai