PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai
Gelar Sarjana Farmasi (S.1)
1
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia
hingga saat ini. Menurut laporan Wordh Health Organization (WHO), kematian
diseluruh dunia diperkirakan terus meningkat yang disebabkan oleh penyakit
degeneratif. Di negara berkembang dan negara miskin akan terjadi
peningkatan terbesar. Diprediksikan jumlah total tahun 2030 pertahun akan
ada 52 juta jiwa kematian dari 38 juta jiwa pada tahun ini atau naik 14 juta
jiwa. akibat penyakit degeneratif dari populasi gobal lebih dari dua per tiga
(70%) akan meninggal (Kemenkes, 2020). Salah satu penyakit degeneratif
dengan tingkat morbiditas dan mortalitas paling tinggi adalah hipertensi.
Hipertensi menjadi salah satu penyakit tidak menular yang perlu diwaspadai
yang ditandai dengan peningkatan darah diatas normal secara persisten
(Bustan, 2018).
Hipertensi saat ini semakin meningkat jumlahnya, sebagaimana laporan
WHO angka kejadian hipertensi di dunia mencapai 10% dari seluruh
penduduk dunia (WHO, 2021).Di Amerika populasi dewasa yang menderita
hipertensi antara 20%-25%.Dari populasi ini 90%-95% menderita hipertensi
primer. Data statistik terbaru menyatakan bahwa 24,7% penduduk Asia
tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia mengalami hipertensi. Hasil laporan
Riskesdas menunjukkan bahwa data penderita hipertensi di Indonesia
berdasarkan diagnosa dokter mengalami penurunan yaitu 8.8%. Penderita
hipertensi berdasarkan diagnosa dokter dibedakan pasien rawat inap
sebanyak 34.5% sedangkan pasien di poliklinik sebanyak 65.5% (Kemenkes,
2021). Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah sebesar 26,4% dengan jumlah
544.771 penderita dengan hipertensi esensial (Dinkes Jateng, 2021). Menurut
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati tahun 2021, hipertensi menempati urutan ke
3 setelah artritis dan diabetes yaitu sebanyak 54.131 kasus (7,12%).
Hipertensi terjadi karena peningkatan curah jantung, sehingga jantung
berdenyut lebih cepat yang akan meningkatkan volume sekuncup dengan
cara vasokonstriksi organ perifer sehingga aliran darah balik lebih banyak
(Smeltzer & Bare, 2018). Kondisi ini bila terjadi secara terus-menerus
menyebabkan hipertrofi otot jantung sehingga kontraksi jantung terganggu
yang berakibat pada kondisi infark miokard dan gagal jantung. Komplikasi
3
pada organ tubuh antara lain gagal ginjal, stroke, ensefalopati dan kejang
yang menyebabkan kematian. Gejala yang sering muncul adalah pusing (nyeri
kepala), palpitasi, fatigue, kaku kuduk dan lemah (Bustan, 2018). Hipertensi
tidak menunjukkan gejala awal (silent killer), sehingga langkah preventif
adalah melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin.Tekanan darah
umumnya diukur dengan alat yang disebut sphygmomanometer atau alat
digital.Tekanan darah normal adalah dibawah 120/80, tekanan darah antara
120/80 dan 139/89 disebut prahipertensi, tekanan darah 140/90 atau
diatasnya dianggap hipertensi (Kemenkes, 2018).
Kemenkes (2018) menyatakan bahwa tingginya prevalensi hipertensi
disebabkan kebiasaan yang tidak sehat, masyarakat saat ini cenderung
mengikuti pola konsumsi makanan siap saji yang mengandung bahan
pengawet, bahan pemanis dan zat kimia lainnya. Penderita hipertensi rata-
rata juga mempunyai riwayat pola makan yang tidak sehat. Menurut Sustrani
(2018), berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi idiopatik). Sudoyo (2020) menjelaskan bahwa faktor risiko
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat dihindari dan
faktor risiko yang tidak dapat dihindari. Faktor risiko hipertensi yang dapat
dihindari yaitu obesitas (kegemukan), pola makan (garam berlebihan, tinggi
kolesterol), merokok dan minum kopi, alkohol, stress dan ketegangan jiwa dan
kurang olahraga, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dihindari yaitu
genetik, umur, jenis dan ras atau suku (Bangun, 2020).
Hipertensi harus segera ditangani, karena komplikasinya dapat
membahayakan penderita seperti stroke, serangan jantung dan aneurisma
arterial penyebab utama gagal jantung kronis. Upaya yang bisa dilakukan
adalah pemberian terapi pengobatan secara tepat (Smeltzer & Bare, 2018).
Pengobatan harus dilakukan secara tepat, akan tetapi didapatkan sebanyak
50-70% pasien yang tidak patuh terhadap obat antihipertensi yang
diresepkan. Kepatuhan pengobatan jangka panjang penyakit kronis di Negara
Maju seperti Amerika, Eropa sebesar 50%, sementara di negara berkembang
seperti India, Thailand dan Indonesia lebih rendah yaitu 20-30% (WHO, 2017).
Pengobatan yang kurang tepat pada pasien hipertensi berpotensi menjadi
penghalang tercapainya tekanan darah dan dapat pula dihubungkan dengan
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diambil rumusan masalah yaitu:
“Bagaimana hubungan peran apoteker dengan perilaku swamedikasi pasien
hipertensi di Apotek Vina Farma 2 Pati?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan peran apoteker dengan perilaku swamedikasi
pasien hipertensi di Apotek Vina Farma 2 Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peran apoteker pada pasien hipertensi di Apotek Vina
Farma 2 Pati.
b. Mengetahui perilaku swamedikasi pasien hipertensi di Apotek Vina
Farma 2 Pati.
c. Mengetahui hubungan peran apoteker dengan perilaku swamedikasi
pasien hipertensi di Apotek Vina Farma 2 Pati.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman penelitian dalam
penelitian tentang hubungan peran apoteker dengan perilaku swamedikasi
pasien hipertensi di Apotek Vina Farma 2 Pati.
2. Bagi Instansi Pendidikan
6
E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah tentang hubungan peran
apoteker dengan perilaku swamedikasi pasien hipertensi di Apotek Vina
Farma 2 Pati.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Apotek Vina Farma 2 Pati.
3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan sejak pembuatan proposal pada Bulan September
2022-April 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Apoteker
1. Peran Apoteker Menurut WHO
Untuk bisa efektif sebagai anggota tim kesehatan, apoteker butuh
ketrampilan dan sikap untuk melakukan fungsi-fungsi yang berbeda-
beda. Konsep the seven-star pharmacist diperkenalkan oleh WHO dan
diambil oleh FIP pada tahun 2000 sebagai kebijaksanaan tentang
praktek pendidikan farmasi yang baik (Good Pharmacy Education
Practice ) (Daris, 2006). Adapun peran farmasis yang di gariskan oleh
WHO yang dikenal dengan istilah “ seven stars pharmacist” meliputi
(Firmansyah, 2009):
a. Pemberi Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan mereka harus memandang pekerjaan
mereka sebagai bagian dan terintegrasi dengan sistem pelayanan
kesehatan dan profesi lainnya. Pelayanannya harus dengan mutu
yang tinggi.
b. Pembuat Keputusan
Penggunaan sumber daya yang tepat , bermanfaat , aman dan tepat
guna seperti SDM, obat-obatan, bahan kimia, perlengkapan,
prosedur dan pelayanan harus merupakan dasar kerja dari apoteker.
Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam
penyusunan kebijaksanaan obat-obatan. Pencapaian tujuan ini
memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi, menyintesa informasi
dan data serta memutuskan kegiatan yang paling tepat.
c. Komunikator
Apoteker adalah merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan
antara dokter dan pasien untuk memberikan informasi kesehatan dan
obat-obatan pada masyarakat. Dia harus memiliki ilmu pengetahuan
dan rasa percaya diri dalam berintegrasi dengan profesi lain dan
masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal (langsung),
non verbal, mendengarkan, dan kemampuan menulis.
d. Manajer
Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik dan
keuangan), dan informasi secara efektif. Mereka juga harus senang
dipimpin oleh orang lainnya, apakah pegawai atau pimpinan tim
kesehatan. Lebih-lebih lagi teknologi informasi akan merupakan
tantangan ketika apoteker melaksanakan tanggung jawab yang lebih
besar untuk bertukar informasi tentang obat dan produk yang
berhubungan dengan obat serta kualitasnya.
e. Pembelajar jangka panjang
Tidak mungkin memperoleh semua ilmu pengetahuan di sekolah
farmasi dan masih dibutuhkan pengalaman seorang apoteker dalam
karir yang lama. Konsep-konsep, prinsip-prinsip, komitmen untuk
pembelajaran jangka panjang harus dimulai disamping yang
diperoleh di sekolah dan selama bekerja. Apoteker harus belajar
bagaimana menjaga ilmu pengetahuan dan ketrampilan mereka
tetap up to date.
f. Pengajar
Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk membantu pendidikan
dan pelatihan generasi berikutnya dan masyarakat. Sumbangan
sebagai guru tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang
lainnya, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk
memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan ketrampilan yang telah
dimilikinya.
g. Pemimpin
Dalam situasi pelayanan multi disiplin atau dalam wilayah dimana
pemberi pelayanan kesehatan lainnya ada dalam jumlah yang sedikit,
apoteker diberi tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalan
semua hal yang menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat.
Kepemimpinan apoteker melibatkan rasa empati dan kemampuan
membuat keputusan , berkomunikasi dan memimpin secara efektif.
Seseorang apoteker yang memegang peranan sebagai pemimpin
harus mempunyai visi dan kemampuan memimpin.
2. Peran Apoteker Menurut Peraturan yang Berlaku di Indonesia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014,
dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang Apoteker harus
menjalankan peran yaitu :
a. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan
pasien.Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
c. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien.Oleh
karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin.Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti
kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang
obat dan halhal lain yang berhubungan dengan obat.
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampillan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing
Professional Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan
kefarmasian dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan
pelaksanaan pelayanan kefarmasiaan.
B. Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker (Menkes RI, 2014). Apotek memiliki tugas dan
fungsi sebagai :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan
b. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat-obatan
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
1. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi dua kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi
klinik.Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana dan prasarana (Menkes RI, 2014).
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehaatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan (Menkes RI, 2014).
1) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan.
3) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4) Penyimpanan
a) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
b) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.
d) Pengeluaran obat memakai system FEFO (First expire first
out) dan FIFO (First In First Out).
5) Pemusnahan
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan menggunakan formulir satu
sebagaimana terlampir.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh
apoteker disaksikan sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara dibakar atau pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep
menggunakan formulir 2 sebagaimana terlampir dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
6) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan
serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat,
tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika
(menggunakan formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan
lainnya.
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ciri atau ukuran yang melekat pada objek
penelitian baik bersifat fisik (nyata) maupun psikis (tidak nyata). Variabel
adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian,
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti
ditentukan oleh landasan teorinya dan ditegaskan oleh hipotesis
(27)
penelitiannya . Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable terikat. Variabel
independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu Perilaku Swamedikasi
Pasien Hipertensi Apotek Vina Farma 2 Pati.
2. Variabel Terikat
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel beba. Variabel dependen (terikat)
dalam penelitian ini yaitu peran apoteker apotek vina farma 2 pati.
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis digunakan untuk mengetahui kebenaran dari dugaan
sementara. Hipotesis pada dasarnya diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun Hipotesis Penelitian ini
adalah :
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif.
Pada penelitian ini, akan dilakukan olah data terhadap variabel
yang diteliti untuk mendapatkan peran apoteker dengan perilaku
swamedikasi pasien hipertensi di apotek vina farma 2 pati.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,
yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh saat itu juga. Cara ini
dilakukan dengan melakukan survei, wawancara, atau dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengambil data antara variabel
independent (Perilaku Swamedikasi Pasien Hipertensi Apotek Vina Farma
2 Pati) dengan variabel dependen (peran apoteker apotek vina farma 2
pati).
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi yang berguna untuk mengamati atau mengatur dan mencatat
kejadian yang sedang diteliti pada sebuah lembar observasi yang
berisikan variable - variabel penelitian dan menggunakan survey dengan
menggunakan wawancara dan kuesioner untuk mendapatkan data
berupa responden sampel penelitian(29).
Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, yaitu
menggunakan kuesioner dan hasilnya berupa data dalam bentuk bilangan
(numerik). Menurut(29) pengumpulan data adalah proses pengumpulan
karakteristik responden yang diperlukan dalam suatu penelitian. Data
yang dikumpulkan meliputi :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan
sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan
hasil pengisian angket atau kuesioner.
Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung
dengan cara mengisi angket (kuesioner) yang diberikan pada pasien
hipertensi apotek vina farma 2 pati.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua. Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain, dengan
kata lain bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari
pendokumentasian yang telah dilakukan oleh pihak apotek vina farma
2 pati.
4. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang
melakukan swamedikasi di apotek vina farma 2 pati.
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karenaketerbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara
perhitungan statistik yaitu dengan menggunakan rumus Lemeshow.
Rumus Lemeshow digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari
Keterangan:
n : Besar Sampel
Zα2 : Deviasi baku alfa
P : Proporsi kategori
Q : 1-P
d : Presisi
Berdasarkan rumus diatas, nilai yang harus di cari dari
kepustakaan adalah nilai p (prevalensi), sedangkan nilai yang di tetapkan
oleh peneliti adalah Zα dan nilai d. Peneliti mendapatkan bahwa belum
ada penelitian sejenis yang di lakukan di Apotek Vina Farma 2 Pati. Oleh
karena belum ada penelitian sebelumnya, maka ditetapkan p sebesar 50
% berdasarkan hukum Lemeshow. Untuk nilai yang di tetapkan peneliti
menetapkan alfa sebesar 5% sehingga nilai Zα²=1,96, dengan nilai presisi
(d) sebesar 10%. Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan
adalah:
n=¿ ¿
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang
tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebagai sebab(33).
Pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah:
1) Masyarakat yang berlatar belakang pendidikan kesehatan
2) Masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis
3) Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah memperoleh data tentang status sesuatu
dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan(33).
Instrument penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun social yang diamati (variabel penelitian)(34).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list dan
kuesioner, check list adalah suatu daftar yang mencakup faktor-faktor
yang ingin diselidiki, sedangkan kuesioner adalah seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang ditujukan kepada responden
untuk dijawabnya(34
8. Teknik pengolahan dan Analisa Data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting(33). Data yang telah dikumpulkan masih dalam
bentuk data mentah (raw data) harus diolah sedemikian rupa sehingga
menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian(33). Menurut(33), pengolahan data terdiri dari 5 tahap, yaitu:
1) Editing (pemeriksaan Data)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi
lembar cheklist dan kuesioner yang sudah di isi lengkap, jelas,
jawaban dari responden, relevan antara jawaban dengan pertanyaan
dan konsisten. Sehingga apabila terdapat ketidak sesuaian dapat
dilengkapi oleh peneliti.
2) Coding (Pemeriksaan Kode)
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan yang berguna untuk
mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada saat
entry data. Tujuannya adalah mempermudah pada saat analisis data
dan juga pada saat memasukkan data.
3) Scoring (penilaian)
Kegiatan melakukan scoring terhadap jawaban dari kuesioner.
Pemberian skore atau nilai pada jawaban pertanyaan yang telah
diterapkan.
4) Processing (Memasukkan Data)
Setelah merubah data menjadi angka, selanjutnya data dari kuesioner
dimasukkan ke dalam program komputer. Program komputer yang
digunakan adalah SPSS for window.
5) Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidak lengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
6) Analisis Data
Data yang telah diolah tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.
Tujuan dari analisis data untuk memperoleh gambaran dari hasil
penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian,
membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan,
dan memperoleh kesimpulan secara umum(33). Pada penelitian ini, data
yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan Analisa nyata yang
digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
a) Analisa Univariat
Menurut(33) analisa univariat adalah analisa yang dilakukan
pada tiap variabel. Analisa ini menghasilkan data numerik dan
kategorik berupa distribusi frekuensi atau prosentase. Data yang
telah dikumpulkan akan dianalisa dengan cara analisa univariat,
dengan pengkategorian variabel dalam penelitian ditentukan
berdasarkan nilai interval.
b) Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan atau pengaruh dua
variabel. Analisa bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan
atau pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam
penelitian ini analisa bivariat yang digunakan untuk mengetahui
peran apoteker dengan perilaku swamedikasi pasien hipertensi di
apotek vina farma 2 pati menggunakan tabel silang yang dikenal
dengan baris kali kolom (B x K) dengan derajat kebebasan (df) yang
sesuai dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Skor diperoleh dengan
menggunakan metode statistik Chi-Square test (x2), dengan
menggunakan software komputer. Hasil yang diperoleh
diinterpretasikan untuk menolak dan menerima hipotesis adalah:
jika p-value< 0,05 maka Ho ditolak, dan jika p-value ≥ 0,05 maka Ho
diterima.
E. Etika Penelitian
F. Jadwal Penelitian
(Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA