Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN


DENGAN KEPATUHAN DALAM MELAKUKAN PENGENDALIAN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS BABAKAN TAROGONG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan

Oleh:
Yessica Carolina Panjaitan
1420118058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan faktor resiko terbesar terjadinya kematian
akibat penyakit kardiovaskular dengan prevalensi di seluruh dunia
sebanyak 972 juta jiwa atau sekitar 26,4% dari total penduduk dunia
(Anggraeni, dkk, 2017). Sekitar 2/3 dari penderita hipertensi berasal dari
ekonomi menengah kebawah (Kemenkes, 2019). Hipertensi di beberapa
negara tergolong tinggi. prevalensi hipertensi tertinggi di wilayah Afrika
dengan prevalensi tertinggi (27%) dan di negara Swiss memiliki
prevalensi hipertensi terendah (18%) (WHO, 2021).

Prevalensi Hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di negara


maju tetapi juga di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling banyak
disandang masyarakat (Kemenkes RI, 2019). Secara nasional Menurut
Riskesdas, 2018) menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dengan
tekanan darah tinggi sebanyak 34,1%. Prevalensi tekanan darah tinggi
pada perempuan 36,85% lebih tinggi dibanding dengan laki- laki 31,34%.
Prevalensi diperkotaan sedikit lebih tinggi 34,43% dibandingkan dengan
dengan perdesaan 33,72%. Menurut Riskesdas (2018) menyatakan
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran penduduk usia ≥18
tahun sebesar 34,1. Tertinggi di Kalimantan Selatan 44,1%, sedangkan
terendah di Papua sebesar 22,2%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di
Indonesia sebesar 63.309.620 orang. Sedangkan angka kematian akibat
hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-34 tahun 31,6%, umur


45-54 tahun 43,3%, umur 55-64 tahun 55,2%. Dari prevalensi hipertensi
sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan hipertensi (Kemenkes
RI, 2018). Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat seiring
dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat Pendidikan rendah atau masyarakat yang
tidak bekerja (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).
Menurut Novitasari (2018) prevalensi terjadinya hipertensi cenderung
lebih tinggi pada orang yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan
ketidaktahuan tentang pola makan yang baik, dan sulitnya menerima
informasi tentang kesehatan seperti pola makan yang baik.

Pada tahun 2018, Jawa Barat menduduki urutan kedua sebagai


provinsi dengan kasus hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar
39,6%. Pada urutan pertama yaitu Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1%
(Riskesdas, 2018). Di Kota Bandung Wilayah dengan pemeriksaan
hipertensi tertinggi terdapat di Kecamatan Bandung Wetan 54,43%,
Bandung Kidul 29%, Sukajadi 27%. Adapun wilayah dengan pemeriksaan
hipertensi terendah terdapat di Kecamatan Bandung Kulon 7,7%,
Bojongloa Kaler 8,86% dan Rancasari 9,18% (Profil Kesehatan Kota
Bandung, 2020). Berdasarkan data 20 besar penyakit rawat jalan di
Puskesmas se-Kota Bandung tahun 2020, penyakit Hipertensi menduduki
peringkat kedua dengan jumlah penderita sebanyak 60.153 orang (Profil
Kesehatan Kota Bandung, 2020).

Hipertensi dapat dicegah dan dikontrol dengan membudayakan


perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat antara lain seperti
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan rendah natrium (kurang
dari 6 gr natrium perhari), berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup,
berpikir positif, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol karena
rokok dan alkohol dapat meningkatkan resiko hipertensi. Namun
kurangnya pengetahuan masyarakat yang memadai tentang hipertensi dan
pencegahannya cenderung meningkatkan angka kejadian hipertensi
(Wahid, 2008).

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan pasien hipertensi yaitu


melakukan pemeriksaan rutin, memodifikasi diet, mengurangi asupan
garam, olahraga, mengurangi konsumsi alcohol dan kafein, manajemen
stress, berhenti merokok dan konsumsi obat sesuiai aturan dokter. Tujuan
dari pengedalian hipertensi yaitu menormalkan tekanan darah dan
menurunkan factor resiko dalam usaha pengendalian keparahan hipertensi
(Depkes, RI, 2006).

Menurut Noorhidayah (2016), tingkat keberhasilan pengobatan


pasien hipertensi ditandai dengan terkontrolnya tekanan darah yang
dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.
Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal penting karena
hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus
selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat
berujung pada kematian (Palmer & William, 2007). Dalam
penatalaksanaan hipertensi perawat memiliki peran dalam mengubah
perilaku sakit penderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko dari sakit yang diderita. Perawat mempunyai peran
sebagai educator tentang informasi hipertensi dalam menambah
pengetahuan pasien dan membentuk sikap yang positif agar dapat
melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga komplikasi dapat
dicegah (Cahyono, 2015).

Pengetahuan penderita hipertensi akan sangat berpengaruh pada


sikap untuk patuh kontrol karena semakin tinggi pengetahuan keinginan
untuk kontrol juga semakin meningkat (Annisa, 2013). Menurut Penelitian
Fitri Hidayanti dkk (2021) yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan diet pada pasien hipertensi di puskesmas kalasan sleman
diperoleh nilai p (0,000). <0.05 dan nilai koefisien kolerasi (r) yaitu 0,815
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet pada lansia. Menurut
penelitian Saraswati dkk (2018) yang berjudul hubungan dukungan social
keluarga dan pengetahuan dengan perilaku pengendalian hipertensi di
Puskesmas Karangnunggal, diperoleh nilai signifikan bahwa variabel
dukungan social keluarga dan pengetahuan berhubungan dengan perilaku
pengendalian hipertensi dengan masing-masing nilai p 0,013 dan 0,03

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Babakan Tarogong


rata-rata kunjungan penderita hipertensi setiap bulan berjumlah 90 jiwa,
Hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit Tidak Menular di
Puskesmas Babakan Tarogong. Setelah dilakukan wawancara kepada 6
pasien yang terdiagnosis hipertensi 4 diantaranya mengatakan belum
mengetahui pasti apa saja upaya pengendalian hipertensi, dan masih
melakukan kebiasaan merokok, mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak yaitu kambing, rendang, basko, gorengan dan
sering menggunakan garam berlebih. 2 diantaranya sudah patuh terhadap
upaya- upaya pengendalian hipertensi dengan mengurangi makan-
makanan yang berlemak dan makanan yang mengandung garam tinggi.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas
Babakan Tarogong 2022”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian Hipertensi di
Puskesmas Babakan Tarogong 2022”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas
Babakan Tarogong
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang melakukan
pemeriksaan rutin sesuai anjuran dokter, pengobatan tepat dan
teratur, diet dengan gizi seimbang, olahraga, manajemen stress,
istirahat yang cukup, dan menghindari alcohol dan rokok di
Puskesmas Babakan Tarogong
b. Mengidentifikasi Kepatuhan dalam melakukan pengendalian
pemeriksaan rutin sesuai anjuran dokter, pengobatan tepat dan
teratur, diet dengan gizi seimbang, olahraga, manajemen stress,
istirahat yang cukup, dan menghindari alcohol dan rokok di
Puskesmas Babakan Tarogong
c. Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi
Dengan Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian pemeriksaan
rutin sesuai anjuran dokter, pengobatan tepat dan teratur, diet dengan
gizi seimbang, olahraga, manajemen stress, istirahat yang cukup, dan
menghindari alcohol dan rokok di Puskesmas Babakan Tarogong
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan materi
pendidikan dalam pembelajaran bagi Mahasiswa/i keperawatan terkait
pentingnya Pengetahuan dan Kepatuhan Tentang Pengendalian
Penyakit Hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti lain
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang dapat
dijadikan sebagai acuan dan bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang hendak melakukan penelitian yang berkaitan
dengan factor-faktor lain yang mempengaruhi Kepatuhan dalam
melakukan pengendalian hipertensi selain yang sudah diteliti.
b. Bagi pelayanan keperawatan
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber data dasar bagi Puskesmas dalam usaha peningkatan
pelayanan terutama untuk pemberian Pendidikan kesehatan tentang
pengendalian hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman dan Agus,
2013). Pengetahuan merupakan seluruh apa yang diketahui
berdasarkan hasil pengalaman yang telah didapatkan oleh setiap
manusia. Pengetahuan berbeda dengan kepercayaan, takhayul dan
penerangan yang keliru (Mubarak, 2011).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Mubarak (2011) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain :
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatau usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan seseorang agar dapat memahami
suatu hal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
Pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima
informasi
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan
dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker
seseorang. Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap
dan pola piker seseorang akan lebih berkembang, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin baik
4) Minat
Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi tehadap sesuatu hal.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni,
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam
5) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang
pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman
seseorang, semakin bertambah pula pengetahuan yang didapatkan.
6) Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis maupun social. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam
individu yang berada didalam lingkungan tersebut
7) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya
semakin mudah memperoleh informasi semakin cepat seseorang
memperoleh pengetahuan baru.

3. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda – beda. Menurut Notoatmojo (2014) Secara garis
besarnya dibagi 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehensif)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu
sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

4. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2014). Menurut
Nurhasim (2013) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan responden yang meliputi tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun
pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan
subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif,
misalnya pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1
untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya prosentase
kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76 -
100%), cukup (56 – 75%) dan kurang (<55%). (Arikunto, 2013)

B. Konsep Kepatuhan
1. Defenisi Kepatuhan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti
suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, dan
patuh pada ajaran dan aturan kepatuhan adalah mengikuti suatu
spesifikasi, standar atau hukum yang tekah diatur dengan jelas yang
biasanya diterbitkan oleh Lembaga tau organisasi yang berwenang
dalam suatu bidang tertentu.
Menurut Susan (2009) kepatuhan adalah istilah yang dipakai
untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah
ditentukan. Dengan defenisi yang seperti yang seperti itu, kepatuhan
memiliki nada yang cenderung manipulative atau otoriter dimana
penyelenggara perawatan kesehatan atau pendidik dianggap sebagai
tokoh yang berwenang.
Menurut Siti Noor Fatmah (2012) mendefinisikan kepatuhan
adalah sebagai perilaku untuk menaati saran-saran dokter atau
prosedur tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului proses
konsultasi antara pasien (dan keluarga pasien sebagai orang kunci
dalam kehidupan pasien) dengan dokter sebagai penyedia jasa medis.
Kepatuhan terapi pada pasien hipertensi merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan mengingat hipertensi merupakan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan (Palmer dan
William, 2017).
Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak
hanya dilihat berdasarkan kepatuhandan meminum obat antihipertensi
tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan kesediannya untuk
memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan
usaha Bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya (Burnier,
2001).

2. Factor- factor yang mempengaruhi kepatuhan


Dalam hal kepatuhan Capernito (2013) berpendapat bahwa factor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu
yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan
tidak patuh. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
diantaranya:
a. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorang pun mematuhi seorang pun mematuhi instruksi jika
ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya.
b. Tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang
diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu semakin
tua umur seseorang maka proses perkembangan mental nya
bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika
berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor
umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang
akan mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan
menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring
dengan usia semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya
tingkat pendidikan yang rendah.
c. Keyakinan, sikap dan kepribadian.
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal,
orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi,
ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memilikikekuatan
ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih,
memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang
lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap
lingkungannya. Variabelvariabel demmografis juga digunakan
untuk meramalkan ketidakpatuhan.
d. Dukungan social
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga atau teman merupakan faktor penting dalam kepatuhan.
Menurut teori Green yang dikutip dalam Notoatmodjo 2012),yang
mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3
faktor, yakni
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dan sebagainya.
2) Faktor- faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas
atau sarana kesehatan.
3) Faktor- faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors)
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

3. Kriteria Kepatuhan Menurut Gulo, 2002 dalam Chomadi 2018,


Kriteria kepatuhan seseorang yaitu :
a. Normatifist kepatuhan pada norma-norma hukum meliputi tiga
bentuk kepatuhan pada nilai atau norma itu sendiri.
b. Kepatuhan pada proses tanpa memperdulikan normanya.
c. Kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari
peraturan itu.
d. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran
dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
e. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri
sendiri. Menurut Depkes RI 2004, pengukuran kepatuhan individu
dapat dilakukan menggunakan kuesioner atau lembar observasi
yang berisi pertanyaan yang telah disesuaikan kebutuhan seseorang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

4. Indikator Kepatuhan
Federich mengatakan bahwa kepatuhan kepada otoritas terjadi hanya
jika perintah dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai
kelompok (dalam Umami, 2010). Dalam kepatuhan terdapat tiga
bentuk perilaku yaitu:
a. Konformitas (conformity).
Konformitas adalah sesuatu jenis pengaruh sosial dimana individu
mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan
norma sosial yang ada.
b. Penerimaan (compliance).
Penerimaan adalah kecenderungan dengan orang yang mau
dipengaruhi oleh komunikasi persuasif dari orang yang
berpengetahuan luas atau orang yang disukai. Dan juga merupakan
tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya
terhadap tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau
masyarakat.
c. Ketaatan (obedience).
Ketaatan merupakan suatu bentuk periaku menyerahkan diri
sepenuhnya terhadap pihak yang memiliki wewenang, bukan
terletak pada kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi lebih
pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang berwenang.

5. Pengukuran Kepatuhan dalam melakukan pengendalian hipertensi


Kuisioner Kepatuhan Melakukan pengendalian hipertensi merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mengetahui patuh atau tidak patuhnya
pasien hipertensi. Pertanyaan pada kuisioner ini terdiri dari pertanyaan
positif yang dinilai dengan skala Guttman. Skala yang digunakan
dalam kuisioner ini adalah skala ordinal (Ridwwan, 2006).

C. Factor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam melakukan


pengobatan
1. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang secara
fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan
perempuan (Rostyaningsih, 2013). Jenis kelamin berkaitan dengan
peran kehidupan dan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat. Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya
kaum perempuan lebih memperhatikan kesehatanya dibandingkan
dengan laki-laki. Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh
jenis kelamin, perempuan lebih sering mengobatkan dirinya
dibandingkan dengan laki-laki (Notoatmodjo, 2010). Sampai dengan
umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding
perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit
2. Tingkat Pendidikan Terakhir
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(UU RI no. 20 tahun 2003). Pendidikan menuntut manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupanya yang dapat digunakan untuk
mendapatkaninformasi sehingga meningkatkan kualitas hidup.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan memudahkan
seseorang menerima informasi sehingga meningkatkan kualitas hidup
dan menambah luas pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan
berdampak pada penggunaan komunikasi secara efektif (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2005)
3. Status Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan banyak tantangan (A Wawan dan Dewi
M, 2010: 17). Orang yang bekerja cenderung memiliki.
4. Lama Menderita Hipertensi
Tingkat kepatuhan penderita hipertensi di Indonesia untuk berobat dan
kontrol cukup rendah. Semakin lama seseorang menderita hipertensi
maka tingkat kepatuhanya makin rendah, hal ini disebabkan
kebanyakan penderita akan merasa bosan untuk berobat (Ketut Gama
et al, 2014).
5. Tingkat Pengetahuan
Tentang Hipertensi Pengetahuan adalah hasil penginderaan, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya ( mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintetis, evaluasi (Notoatmodjo,
2010:50).
6. Keterjangkauan Akses ke Pelayanan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2008), perilaku dan usaha yang dilakukan
dalam menghadapi kondisi sakit, salah satu alasan untuk tidak
bertindak karena fasilitas kesehatan yang jauh jaraknya. Akses
pelayanan kesehatan merupakan tersedianya sarana kesehatan (seperti
rumah sakit, klinik, puskesmas), tersedianya tenaga kesehatan, dan
tersedianya obat-obatan (Depkes RI, 2012). Pelayanan kesehatan yang
baik adalah pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh
masyarakat. Akses pelayanan kesehatan dapat dilihat dari sumber daya
dan karakteristik pengguna pelayanan kesehatan
7. Dukungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk
mencapai perilaku sehat masyarakat, maka hasrus dimulai pada
masing-masing tatanan keluarga. Dalam teori pendidikan dikatakan,
bahwa keluarga adalah tempat pesemaian manusia sebagai anggota
masyarakat. Karena itu bila persemaian itu jelek maka jelas akan
berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi
tempat yang kondusif untuk tempat tumbuhnya perilaku sehat bagi
anak-anak sebagai calon anggota masyarakat, maka promosi sangat
berperan (Notoatmodjo,2010:38). Dukungan keluarga merupakan
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap penderita yang sakit.
Hipertensi memerlukan pengobatan seumur hidup, dukungan sosial
dari orang lain sangat diperlukan dalam menjalani pengobatanya.
Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat membantu seseorang
dalam menjalankan program-program kesehatan dan juga secara umum
orang yang menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang
mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung
lebih mudah mengikuti nasehat medis (Suprianto et al, 2009).
8. Dukungan petugas kesehatan
Dukungan dari tenaga kesehatan profesional merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Pelayanan yang baik
dari petugas dapat menyebabkan berperilaku positif. Perilaku petugas
yang ramah dan segera mengobati pasien tanpa menunggu lama-lama,
serta penderita diberi penjelasan tentang obat yang diberikan dan
pentingnya makan obat yang teratur. Peran serta dukungan petugas
kesehatan sangatlah besar bagi penderita, dimana petugas kesehatan
adalah pengelola penderita sebab petugas adalah yang paling sering
berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap konsisi fisik maupun
psikis menjadi lebih baik dan dapat mempengaruhi rasa percaya dan
menerima kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri
penderita dengan baik (A Novian, 2013).
9. Motivasi Berobat
Motivasi berasal dari bahasa latin moreve yang berarti dorongan dari
dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku (reasoning)
seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau
keinginan. Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya. (Notoatmodjo,2010).

D. Pengendalian hipertensi
Pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan mengkombinasikan
obat dan modifikasi gaya hidup (Xie dkk., 2016). Tujuan dan
penatalaksanaan hipertensi menormalkan tekanan darah dan
menurunkan faktor resiko dalam usaha pengendalian keparahan
hipertensi. Upaya pengendalian hipertensi sebagai berikut:
a. Farmakologis
Menurut Lemonen (2016) terapi farmakologis saat ini terhadap
hipertensi melibatkan pemakaian satu kelas obat atau lebih
yaitu:
1) Diuretic
Diuretic mengontol hipertensi terutama dengan mencegah
reabsorpsi natrium di tubulus. Hal ini dapat meningkatkan
eksresi natrium dan air serta menurunkan volume darah.
2) Penyekat alfa- adrenergic
Agen penyekat alfa adrenergic menghambat reseptor alfa
pada otot vascular, menurunkan tegangan vasokontriksi.
Selain itu juga menurunkan kadar serum lipotrein densitas
rendah (LDL) dan lipoprotein densitas sangat rendah
(VLDL).
3) Inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
Inhibitor ACE menurunkan tekanan darah dengan
mencegah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini
dapat mencegah terjadinya vasokontriksi juga retensi
natrium dan air.
4) Agen penyekat beta-adrenergik
Penyekat beta menurunkan tekanan darah dengan
mencegah stimulasi reseptor beta di jantung sehingga
menurunkan frekuensi jantung dan curah jantung.
5) Penyekat saluran kalsium
Obat kelas ini dapat menenangkan otot polos arteri,
menurunkan resistensi perifer lewat vasodilatasi.
6) Simpatolitik kerja sentral
Simpatolitik kerja sentral menstimulasi reseptor ɑ2 pada
SSP untuk menekan aliran keluar simpatis ke jantung dan
pembuluh darah. Penurunan curah jantung dan vasodilatasi
terjadi, menurunkan tekanan darah.
7) Vasodilator
Vasodilator menurunkan tekanan darah dengan
mengendurkan otot polos vaskular (khususnya arterior) dan
menurunkan resistensi vaskular perifer.
b. Non farmakologis
1) Melakukan pemeriksaan rutin
Pemantaun tekanan darah dapat dilakukan dengan cara
pengukuran tekanan darah (Viera dan Jamieson, 2007).
Pemeriksaan tekanan darah secara teratur setidaknya 3
bulan sekali pada tenaga kesehatan profesional dianjurkan
bagi klien hipertensi yang tidak merasakan gejala hipertensi
(Sutanto, 2010 dalam Mahbubah, 2018)

2) Modifikasi Diet DASH ( Dietary Approaches to Stop


Hypertension) adalah modifikasi diet yang
direkomendasikikan oleh JCN 8. Konsumsi buah-buahan,
sayur- sayuran, biji-bijian, daging unggas serta membatasi
konsumsi permen, minum-minuman manis, dan daging
merah merupakan perencanaan makan DASH (Bell dkk.,
2015). Tekanan darah sistolik dapat turun sebanyak 8-14
mmHg dengan melakukan DASH (Ghezelbash dan
Ghorbani, 2012).

3) Olahraga
Tekanan darah pasien hipertensi dapat turun dengan
melakukan olahraga teratur 30-60 menit/ hari, minimal 3
kali/ mimggu (PERKI,2015). Tekanan darah sistolik dapat
turun 4-9 mmHg dengan melakukan olahrahraga teratur
minimal 30 menit selama sekali dalam seminggu
(Ghezelbash dan Ghorbani, 2012). Jalan kaki,
berlari,bersepeda dan berenang merupakan olahraga yang
baik bagi pasien hipertensi (Bell dkk., 2015). Pasien
hipertensi yang tidak memiliki waktu untuk olaharaga dapat
dianjurkan berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki
tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya
(PERKI, 2015).

4) Manajemen stress
Teknik relaksasi dapat membantu menurunkan stres yang
dihasilkan oleh sistem saraf otonom sehingga mengurangi
tekanan darah. Teknik umpan balik biologis telah terbukti
efektif dan dapat dipertimbangkan dalam praktek klinis
untuk menurunkan tekanan darah (Oza Rupal dan Miriam
Garcellano, 2015). Khotimah (2013) stres merupakan
salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan darah
yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara
stres dengan peningkatan tekanan darah.

5) Modifikasi Diet DASH ( Dietary Approaches to Stop


Hypertension) adalah modifikasi diet yang
direkomendasikikan oleh JCN 8. Konsumsi buah-buahan,
sayur-sayuran, biji-bijian, daging unggas serta membatasi
konsumsi permen, minum-minuman manis, dan daging
merah merupakan perencanaan makan DASH (Bell dkk.,
2015). Tekanan darah sistolik dapat turun sebanyak 8-14
mmHg dengan melakukan DASH (Ghezelbash dan
Ghorbani, 2012).

6) Istirahat yang cukup


Seseorang biasanya bekerja selama 40-50 jam dalam
seminggu. Lamanya kerja seseorang dapat meningkatkan
stres yang diduga berpengaruh terhadap peningkatan
tekanan darah. Seseorang mengalami stres katekolamin
yang ada di dalam tubuh akan meningkat sehingga
mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis, dan
terjadi peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis
meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot
jantung sehingga menyebabkan curah jantung meningkat
keadaan inilah yang cenderung menjadi faktor mencetus
hipertensi (Basit et al, 2016).

7) Mengurangi Konsumsi Alkohol dan menghindari asap


rokok Mengurangi Konsumsi Alkohol dan menghindari
asap rokok Tekanan darah dapat meningkat jika wanita
mengkonsumsi alkohol 1 gelas perhari dan jika pria
mengkonsumsi alkohol lebih 2 gelas perhari. Membatasi
atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu
dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015). Konsumsi
kafein akut dapat menaikkan tekanan darah pasien
hipertenai (Black dan Hawks, 2009). Pada pasien hipertensi
tekanan darah sistolik akan turun 2-4 mmHg jika pasien
mengurangi atau berhenti mengkonsumsi alkohol
(Ghezelbash dan Ghorbani, 2012). Berhenti merokok
sampai saat ini belum terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Pada pasien hipertensi disarankan untuk berhenti
merokok karena merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskuler (PERKI, 2015)

E. Konsep Hipertensi
1. Defenisi
Menurut Health Organization Hipertensi atau yang biasa disebut
dengan tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah
sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140mmHg dan tekanan
diastolic lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan tekanan darah
tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg
(Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012). Kesimpulannya
Hipertensi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang
tekanan sistoliknya lebih dari sama dengan 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya lebih dari sama dengan 90 mmHg pada tiga kali
pengukuran.

2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi disebabkan oleh penyempitan arteri yang lebih
kecil (arteriol) sehingga darah memberikan tekanan yang lebih
besar pada dinding pembuluh darah (Hurst, 2016).
3. Factor resiko
a. Factor yang dapat dimodifikasi
1) Asupan natrium tinggi
Konsumsi natrium yang tinggi akan menarik air ke pembuluh
darah. Hal ini dapat meningkatkan jumlah (volume) darah di
pembuluh darah. Ketika darah yang mengalir lebih banyak,
beban kerja jantung meningkat sehingga tekanand arah menjadi
tinggi (American Healt Association, 2017).
2) Obesitas
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit kardiovaskular. Semakin besar massa tubuh, semakin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan volume
darah yang beredar di pembuluh darah meningkat sehingga
memberi tekanan lebih besar kepada dingding arteri. Hal ini
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah
Dewifianita, 2016).
3) Kurang aktifitas fisik
Biasanya orang yang kurang melakukan aktifitas fisik dan
olahraga memiliki detak jantung yang cenderung lebih cepat.
Hal ini membuat jantung harus bekerja keras untuk memompa
darah, yang ahirnya berimbas pada peningkatan tekanan darah
(American Academy of Family Phisicians, 2015)
4) Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan peningkatan aktifitas saraf
simpatik. Hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen miokard
menjadi tinggi melalui peningkatan darah, detak jantung dan
kontraksi miokard (Oza dan Miriam Garcellano, 2015).
5) Konsumsi alcohol yang berlebihan
Orang yang mengkonsumsi alkojol dapat mengakibatkan kadar
kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan volume darah yang berperan dalam peningkatan
tekanan darah (Antyaningrum, 2014).
6) Stress
Kegelisahan, ketakutan, nyeri dan stress emosional dapat
meningkatkan stimulasi simpatis yang meningkatkan frekuensi
denyut jantung, curah dan jantung restensi vascular. Efek
simpatis ini meningkatkan tekanan darah. Kegelisahan
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg (Potter &
Perry, 2010).
7) Kebiasaan minum kopi
Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena megandung
kafein. Kafein dapat merangsang kelenjar adrenal untuk
melepaskan adrenalin. Hal ini membuat diameter pembuluh
darah mengecil dan meningkatkan tekanan darah
(Artiyaningrum, 2014)
b. Factor yang dapat dimodifikasi
Ada beberapa factor yang tidak dapat dimodifikasi pada penyakit
penyakit Hipertensi, yaitu :
1) Bertambahnya usai dapat mempengaruhi metabolisme zat
kapur di dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan banyak zat
kapur yang beredar di aliran darah singga darah menjadi padat
dan tekanan darah meningkat Artiyaningrum (2014). Menurut
Nuraini (2015) tekanan darah meningkat seiring bertambahnya
usia. Hal ini disebabkan dingding arteri akan mengalami
penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah menjadi tinggi
karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompakan
darah. Sedangkan menurut Sirgalaki (2006, dalam
Novityangingsih, 2014) saat usia bertambah, arteri akan
menjadi kurang lentur dan kaku, karena itu darah yang
dipompakan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah
yang sempit daripada biasanya. Hal ini megakibatkan darah
menjadi meningkat.
Kelompok Usia berdasarkan Depkes, (2009) :
a) Masa balita : 0-5 tahun
b) Masa kanak-kanak : 5-11 tahun
c) Masa remaja awal : 12-16 tahun
d) Masa remaja ahir : 17-25 tahun
e) Masa dewasa awal : 26-35 tahun
f) Masa dewasa ahir : 36-45 tahun
g) Masa lansia awal : 46-55 tahun
h) Masa lansia ahir : 56-65 tahun
i) Masa manula : 65 tahun keatas
2) Ras
Menurut (Depkes, 2007) dalam Sagala, 2009) suku Jawa
umumnya lebih cenderung terkena hipertensi karena psikis
yang stress akibat beratnya pekerjaan atau karena pekerjaan
atau karena perkonomian yang tidak stabil. Sedangkan menurut
Irza (2009, dalam Lita, 2017) mengatakan bahwa pada
masyarakat Sumatera Barat memiliki resiko terkena hipertensi
karena konsumsi natrium dalam jumlah yang tiggi, yaitu 5,6
kali lebih besar dibandingkan dengan yang mengkonsmsi
natrium dalam jumlah rendah. Konsumsi natrium yang tinggi
dapat mengecilkan diameter areteri. Hal ini mengakibatkan
jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume
darah yang meningkat melalui ruang yang yang semakin sempit
sehingga menjadi hipertensi.
3) Jenis kelamin
Saat menopause prevalensi Hipertensi meningkat pada
perempuan. Produksi hormon estrogen yang berfungsi
melindungi pembuluh darah dari kerusakan menjadi berkurang
sehingga tekanan darah meningkat (Nuraini, 2015). Menurut
Prihandana, et. al., (2012, dalam Dasopang & Rina, 2017)
perempuan yang akan memasuki masa menopause akan terjadi
ketidakseimbangan hormon, dimana hormon progesteron lebih
tinggi dari pada hormon estrogen. Selain itu, perempuan juga
memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki
sehingga perempuan memiliki resiko lebih tinggi menderita
hipertensi. Sedangkan menurut Sulistyani (2018) resiko
terjadinya Hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan.
Perubahan hormonal pada wanita menopause seperti
berkurangnya hormon estrogen menyebabkan kenaikan berat
badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap
konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.
4) Factor genetic
Faktor genetik berperan dalam metabolisme pengaturan garam
dan renin membran sel. Hal ini menyebabkan orang yang
memiliki riwayat genetik Hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita Hipertensi daripada orang
yang tidak mempunyai riwayat genetik Hipertensi (Nuraini,
2015).

4. Patofisiologi
Menurut (Brunner dan Suddarth’s, 2014) Patofisiologi hipertensi
adalah terdapat pada mekanisme pengontrol relaksasi pembuluh
darah dan kontriksi terdapat di pusat vasomotor tepatnya di
medulla otak. Dari pusat vasomotor berawal dari jaras safar
simpatis, lanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari koluma
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan dari vasomotor di alirkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis.
Selanjutnya dari titik itu neuron preganglion melepas asetikolin,
yang dapat merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dan dengan dilepaskannya norepineplin akan menimbulkan
kontaksi pembuluh darah. Beberapa factor misalnya ketakutan dan
kecemasan bisa berpengaruh terhadap respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriksi. Saat bersamaan dimana system
saraf melakukan rangsangan ke pembuluh darah sebagai respon
rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, dan
mengakibatkan aadnya aktifitas vasokontriksi. Epinefrin di sekresi
oleh medulla adrenal yang dapt mengakibatkan vasokontriksi.
Kortisol dan steroid di sekresi oleh korteks adrenal guna untuk
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
mengakibatkan penurunan aliran ginjal dan memicu pelepasan
renin. Renin merangsang angioestin I dan selanjutnya diubah
menjadi angioestin II, suatu vasokontriktor kuat, yang nantinya
akan merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormone aldosterone ini yang mengakibatkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal sehingga peningkatan volume intra seluler
Semua factor ini dapat mencetus hipertensi, pada keadaan
gerontologis dengan perubahan structural dan fungsional system
pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhdap perubahan
tekanan darah usia lanjut, perubahan itu antara lain ateosklerosis
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah. Akibatnya kan mengurangi
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah
jantung pun ikut menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat.

5. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Sistolik Diastolic Keterangan

<120 mmHg <80 mmHg Normal

120-139 mmHg <80-89 Pre Hipertensi


mmHg

≥140 mmHg 90 mmHg Hipertensi Stage 1

≥160 mmHg ≥100 mmHg Hipertensi Stage 2

Sumber : JVC-VII (2009) pusat data dan informasi Kemenkes 2013


Tabel 2.3
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Usia
Kelompok Normal Hipertensi
Umur
<2 tahun <104/70mmHg >112/74 mmHg
3-5 tahun <108/70 mmHg >116/76 mmHg
6-9 tahun 114/74 mmHg 122/78 mmHg
10-12 tahun 122/78 mmHg 126/82 mmHg
13-15 tahun 130/80 mmHg 136/80 mmHg
14-18 tahun 136/84 mmHg 136/86 mmHg
20-45 tahun 120-125/75-80 >140/90-160/95 mmHg
mmHg
>65 tahun 150/85 mmHg 160/90
Sumber : Bullock, 1996 : Battegay, dkk, 2005

6. Jenis Hipertensi
a. Berdasarkan penyebab
1) Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut sebagai hipertensi essensial.
Adalah tekanan darah sistemik yang naik secara persisten.
Tahap awal hipertensi primer biasanya asimtomik, hanya
ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan
darah pada awalnya sementara tetapi ahirnya menjadi
permanen. Ketika gejala muncul, biasanya samar. Sakit
kepala, biasanya di tengkuk leher, dapat muncul saat
terbangun, yang berkurang selama siang hari (Lemone,
2016).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dicirikan dengan peningkatan tekanan
darah disertai dengan penyebab spesifik, seperti
penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim renal,
hiperaldosteronisme (hipertensi minerakoltikoroid),
medikai tertenu, kehamilan dan koarktasi aorta. Hipertensi
juga dapat bersifat akut, yang menandakan adanya
gangguan yang mennyebabkan perubahan resintensi perifer
atau perubahan curah jantung (Brunner & Suddarth, 2016).
b. Jenis lain
1) Hipertensi pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
tekanandarah pada pembuluh darah arteri paru-paru
yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan saat
melakukan aktifitas.
2) Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi pada kehamilan (gestasional) adalah
peningkatan tekanan darah yang terjadi setelah usia
kehamilan 20 minggu pada wanita non-Hipertensi dan
membaik dalam 12 minggu pascapartum (Aspiani,
2017).

7. Manifestasi klinis
Kebanyakan orang hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali.
Tetapi terkadang hipertensi menyebabkan gejala seperti : sakit
kepala, sesak nafas, pusing, sakit dada, jantung berdebar-debar,
dan hidung berdarah (WHO, 2013).

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien hipertensi, yaitu :
a. Kimia darah
b. Kreatinin serum dan BUN (pada pasien hipertensi meningkat0
c. Darah perifer lengkap
d. Urinalisa

9. Diet
Pendekatan diet untuk menangani hipertensi berfokus pada
menurunkan asupan natrium, mempertahankan asupan kalium dan
kalsium yang cukup dan mengurangi asupan lemak total dan jenuh.
Diet DASH (Dietary to-Stop Hypertension) telah terbukti
bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah. Diet ini kaya buah
dan sayuran serta rendah lemak total dan jenuh (Lemone, dkk,
2016).

10. Komplikasi
Menurut Artiyaningrum (2014) ada beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada penyakit Hipertensi, yaitu :
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non
otak yang terkena tekanan darah. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya berkurang.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh tersebut.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal.
d. Enselofati (kerusakan otak)
Enselofati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.

11. Kebijakan Pemerintah (PROLANIS)


1) Definisi
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan
dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan
yang efektif dan efisien. (Program Pengelolaan Penyakit
Kronis, 2018)
2) Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai
kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar
yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil
“baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2
dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat
mencegah timbulnya komplikasi penyakit. (Program
Pengelolaan Penyakit Kronis, 2018)
3) Sasaran
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis
(Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi)
4) Bentuk Pelaksanaan
Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan
pemantauan status kesehatan. (BAB IV Pelaksanaan
Peningkatan Kesehatan Bagi Peserta Penderita Penyakit
Kronis; Pasal 11-21
F. Kerangka Teori

Faktor predisposisi (Predisposing


Factors) yang terdiri dari
Tekanan Darah
pengetahuan, sikap, kepercayaan, Patuh
Normal
keyakinan, nilai-nilai, dan
sebagainya.
Hidup Sehat

Faktor pendorong (Reinforcing Perilaku


Factors) yang terdiri dari sikap Kepatuhan
Menjalankan
dan perilaku petugas yang Pengendalian
merupakan kelompok referensi Hipertensi
dari perilaku.

Tidak Tekanan Darah


Faktor pendukung (Enabling Meningkat
Patuh
Factors) yang terdiri dari
lingkungan fisik, tersedianya atau
Penyakit jantung
tidak tersediannya fasilitas- Kematian
Stroke, Gagal
fasilitas atau sarana. ginjal
Sumber : Lawrence green 1993, dalam Notoatmodjo, 2014; Notoatmodjo, 2005

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada hakekatnya adalah dugaan sementara terhadap hubungan
variabel yang diteliti (Notoadmojo, 2018)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesa Nol (Ho)
Tidak ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam
Menjalankan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Babakan
Tarogong
2. Hipotesa Alternatif
Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam
Menjalankan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Babakan
Tarogong
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Maka kerangka konsep dalam penelitian ini akan
digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

Faktor yang Mempengaruhi


Pengetahuan
Tingkat
1. Pendidikan
Pengetahuan
2. Media massa/sumber
- Baik
informasi -Cukup
3. Akomodasi - Kurang
4. Sosial budaya dan ekonomi
5. Lingkungan

Ada
Hubungan

Faktor yang Mempengaruhi


Kepatuhan

1. Pemahaman tentang Kepatuhan


Tidak Ada
instruksi - Patuh Hubungan
2. Tingkat pendidikan - Tidak Patuh

3. Dukungan sosial
4. Keyakinan, sikap dan
Diteliti Tidak Diteliti
kepribadian
B. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Deskriptif Korelatif, dengan pendekatan cross-
sectional yang bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel dengan
jenis rancangan Cross Sectional yang bertujuan untuk melakukan analisis sejauh
mana hubungan antara variabelnya diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo,
2018).

C. Variabel Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2018), variabel adalah karakteristik yang diamati yang
mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar bisa
diteliti dan ditentukan tingkatannya.
Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependen
1. Variabel Independen
Variabel indpenden (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab
timbul dari variabel dependen, dapat dikatakan pula sebagai mempengaruhi
variabel dependen. Variabel independen dari penelitian ini adalah Tingkat
Pengetahuan
2. Variabel Dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi yang
menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel Dependen dalam penelitian ini
yaitu Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian Hipertensi
D. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-
variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi
operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel-variabel bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2018). Tabel definisi operasional pada penelitian ini:

Hasil Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Ukur Ukur
1. Independen Pengetahuan yaitu sesuatu Kuisioner Kategori : Ordinal
Pengetahuan yang diketahui pasien Pengetahuan -Tingkat
hipertensi mengenai pengetahu
pengetahuan tentang an Baik
hipertensi termasuk (75-100%)
didalamnya yaitu
pengetahuan pengertian -Tingkat
hipertensi, tanda dan gejala Pengetahu
hipertensi, karakteristik an Cukup
hipertensi, melakukan (56-74%)
pemeriksaan rutin sesuai
anjuran dokter, pengobatan -Tingkat
tepat dan teratur, diet Pengetahu
dengan gizi seimbang, an Kurang
olahraga, manajemen stress, (<55%)
istirahat yang cukup,
menghindari alcohol dan
rokok
Fungsi :
1. C1 : responden
mengetahui tentang
kepatuhan
melakukan
pengendalian
hipertensi
2. C2 : responden
dapat memahami
tentang
pengendalian
hipertensi

2. Dependen Kepatuhan merupakan Kuisioner Patuh = Ordinal


Kepatuhan Perilaku seorang responden Kepatuhan >10
dalam yang mengikuti aturan (17 Median
melakukan dalam melakukan pertanyaan)
pengendalian pengendalian hipertensi Tidak
hipertensi yang terdiri dari kepatuhan patuh = <
melakukan pemeriksaan 10 Median
rutin sesuai anjuran dokter,
pengobatan tepat dan
teratur, diet dengan gizi
seimbang, olahraga,
manajemen stress, istirahat
yang cukup, menghindari
alcohol dan asap rokok
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi sasaran peneliti
(Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
hipertensi yang melakukan kunjungan di Puskesmas Babakan Tarogong. Dengan
rata- rata kunjungan 90 pasien tiap bulannya.
2. Sampel
a. Teknik sampling
Total sampling adalah dengan Teknik penentuan sampel bila jumlah populasi
relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel total
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 90 pasien hipertensi.
1) Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah :
a) dapat membaca dan menulis
b) bersedia tanpa paksaan untuk menjadi responden
c) mempunyai tekanan darah ≥140/90 mmHg
d) tidak dalam keadaan hamil
e) dapat membaca dan menulis

F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2015) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati”. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk
mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun
sosial. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti dengan cara modifikasi, yaitu:
1. Kuesioner tentang pengetahuan Untuk mengukur pengetahuan menggunakan
kuesioner yang sudah berisi pertanyaan dengan bentuk pertanyaan pilihan tunggal
(A,B,C). Setiap pertanyaan memiliki jawaban benar dan salah, dimana jawaban
benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0 dengan kategori Baik: 75-
100%, Cukup: 56-74%, Kurang: < 55% (Arikunto, 2014) Setelah data diolah dan
dianalisis dengan teknik presentase, kemudian untuk mempermudah penarikkan
kesimpulan terlebih dahulu diadakan penafsiran atau interpretasi data berdasarkan
golongan presentase sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
a. 0% : Tak seorang pun
b. 1%-24% : Sebagian kecil
c. 25%-49% : Kurang dari setengahnya
d. 50% : Setengahnya
e. 51%-74% : Lebih dari setengahnya
f. 75%-99% : Sebagian besar
g. 100% : Seluruhnya

a. Kuisioner Kepatuhan menjalankan pengendalian hipertensi


Kuisioner Kepatuhan Melakukan pengendalian hipertensi merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mengetahui patuh atau tidak patuhnya pasien hipertensi.
Pertanyaan pada kuisioner ini terdiri dari pertanyaan positif yang dinilai dengan
skala Guttman. dengan 18 pertanyaan Skala yang digunakan dalam kuisioner ini
adalah skala ordinal (Ridwwan, 2006). Dan menggunakan rumus :
1
Me = x (n +1)
2
Data yang didapatkan dari kuesioner diberi penilaian kemudian dikategorikan
sebagai berikut :
a. Patuh ≥ 10 median
b. Tidak patuh < 10

G. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data selama melakukan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua STIK
Immanuel Bandung.
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Institusi ke
Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Bandung untuk mendapat
surat rekomendasi.
3. Peneliti menyerahkan surat rekomendasi ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
Bandung untuk mendapat surat izin penelitian.
4. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian ke Puskesmas Babakan Tarogong
5. Setelah mendapat izin dari pihak Puskesmas Babakan Tarogong, peneliti
mengidentifikasi pasien Hipertensi di Poli Umum Puskesmas Babakan
Tarogong
6. Peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing responden untuk
memperoleh kesediannya menjadi responden penelitian dengan menjelaskan
tujuan dari penelitian dan keuntungan penelitian.
7. Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
dengan tanpa paksaan.
8. Memberikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara mengisinya
secara langsung di Puskesmas.
9. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk menjawab kuesioner. Jika
ada pertanyaan/pernyataan yang kurang dimengerti, responden dapat bertanya
kepada peneliti.
10. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan dan
mengecek kembali kelengkapan kuesioner. Jika ada pertanyaan/pernyataan
yang belum terisi maka peneliti meminta responden untuk melengkapinya.
11. Setelah selesai peneliti dapat mengakhiri pertemuan dengan responden.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Menurut Setiadi (2013) ada empat tahapan dalam melakukan pengolahan data,
yaitu :
1) Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Dalam melakukan editing
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Kelengkapan data : Memeriksa apakah semua pertanyaan yang
diajukan telah lengkap jawabannya.
b) Data terbaca jelas : Memeriksa jawaban dari pertanyaan apakah
tulisannya cukup jelas/terbaca.
c) Kesinambungan data : Memeriksa apakah semua data
berkesinambungan atau tidak dan apakah jawaban yang tertulis
relevan atau tidak.
d) Konsisten : Memeriksa apakah antar beberapa pertanyaan yang
berkaitan ini jawabannya konsisten.
2) Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahaan dan analisisa data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti kode
suatu variabel.
3) Processing
Yaitu memproses data yang dilakukan dengan cara mengentri data dari
kuisioner ke dalam software computer
4) Cleaning
Yaitu pembersihan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di entri untuk melihat apakah terjadi kesalahan atau tidak

2. Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan memilih uji statistik yang akan digunakan
dalam menganalisis data hasil penelitian. Dalam penelitian ini, analisa data
dilakukan dengan dua tahapan, yaitu :
a. Analisa Univariant
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan pada suatu variabel dari hasil
penelitian, yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel
penelitian (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini mendeskripsikan
variabel tingkat pengetahuan dan variable upaya pengendalian yang disajikan
dalam distribusi frekuensi di dalam tabel. Distribusi frekuensi merupakan
daftar nilai data yang disertai dengan nilai frekuensi yang sesuai Dengan
menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:
F
Rumus : P= x 100%
N
Keterangan :
P : Presentase untuk setiap kategori
F : Jumlah setiap kategori
N : Jumlah total responden
Kemudian hasil dari analisis perhitungan univariat, data dikategorikan sebagai
berikut:
1) Tingkat Pengetahuan
Data tingkat pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
a. Tingkat pengetahuan Baik (75-100%)
b. Tingkat Pengetahuan Cukup (56-74%)
c. Tingkat Pengetahuan Kurang (<55%)
2) Kepatuhan menjalankan pengendalian hipertensi dikategorikan sebagai
berikut :
a. Patuh : >10 Median
b. Tidak patuh : 10 Median

Hasil presentase dari pengolahan data, dinterprestasikan menggunakan


kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2013):
a) 0% : Tidak seorangpun responden
b) 1%-25% : Sebagian kecil responden
c) 26%-49% : Hampir sebagai responden
d) 50% : Sebagian responden
e) 51%-75% : Lebih dari sebagian responden
b. Analisis bivariat
Spearman rho Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis yang digunakan adalah
analisis korelasi untuk variabel berbentuk ordinal dan tidak harus
berdistribusi normal. Rumus yang digunakan menggunakan korelasi
spearman rho yaitu mencari hubungan atau menguji signifikan bila
masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal (Sugiyono,
2018). sebagai berikut
6 Ʃ b ²1
Rumus : p = - n¿ ¿

Keterangan :
𝜌 = koefisien korelasi spearman rho
𝑏𝑖 = selisih peringkat setiap data
n = jumlah data
dengan keterangan :
a. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka berkorelasi
b. Jika nilai signifikasi ≥ 0,05, maka tidak berkorelasi

I. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran yang mempunyai validitas yang tinggi apabila
menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel
yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut (Azwar,2019).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan akan di uji oleh peneliti pada
20 responden pasien hipertensi di Puskesmas Babakan Tarogong
b. Kuesioner Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian Hipertensi
Uji validitas pada kuesioner Kepatuhan Dalam Melakukan Pengendalian
Hipertensi akan di uji oleh peneliti pada 20 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Babakan Tarogong
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Pearson
Product Moment, dengan rumus sebagai berikut:

N ( ∑ XY )−(∑ X )(∑ Y )
r xy =
√ { N .∑ X 2−( ∑ X )2 } . { N . ∑ Y 2−( ∑ Y )2 }
Keterangan :
rxy: Koefisien kolerasi
X : skor tiap responden
Y : skor tiap responden
n : Jumlah responden
Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang
dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,0444.
Karena jumlah responden uji validitasnya 20 orang, berdasarkan tabel nilai dari r
Product Moment (Riyanto, 2011).
Keputusan Uji :
Bila r hitung ≥ r table (0,0444) ; artinya pertanyaan tersebut valid, tetapi bila r
hitung ≤ r table (0,0444) ; artinya pertanyaan tersebut tidak valid (Riyanto, 2017).

2. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, selama asfek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah (Azwar, 2019).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cronbach’s Alpha,
dengan rumus sebagai berikut:

[ ][ ]
2
k ∑s
r ii = . 1− 2 t
k −1 st
Keterangan :
rii = koefisien reliabilitas tes
k = cacah butir
2
si = varians skor total
2
st = varians skor total
Keputusan uji :
- Bila nilai Cronbach’s Alpha lebih ≥ konstanta (0,6), maka pernyataan reliabel.
- Bila nilai Cronbach’s Alpha lebih ≤ konstanta (0,6), maka pernyataan tidak
reliabel (Riyanto,2017).

J. Etika Penelitian
Menurut Kementrian Republik Indonesia (2017) ada tiga prinsip etika umum
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons)
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia
sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih
dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.
Maka dari itu responden berhak menolak jika tidak ingin menjadi responden
dalam penelitian ini. Secara mendasar prinsip ini bertujuan untuk menghormati
otonomi, yang mempersyaratkan bahwa manusia yang mampu memahami pilihan
pribadinya untuk mengambil keputusan mandiri (selfdermination), dan
melindungi manusia yang otonominya tergantung atau kurang, mempersyaratkan
bahwa manusia yang berketergantungan (dependent) atau rentan (vulnerable)
perlu diberikan perlindungan terhadap kerugian atau penyalahgunaan (harm and
abuse).
2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non maleficence)
a) Jawaban dari responden akan dirahasiakan dan hanya untuk proses penelitian.
Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian kesehatan yang sesuai untuk
diaplikasikan kepada manusia. Prinsip etika berbuat baik, mempersyaratkan
bahwa: Resiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang
diharapkan, peneliti harus menggunakan masker untuk mencegah resiko
adanya COVID-19.
b) Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically sound).
c) Para penelitian mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian, dan mampu melindungi masyarakat
dikarenakan adanya wabah COVID-19.
d) Prinsip do no harm (nonmaleficent-tidak merugikan) yang menentang segala
tindakan dengan sengaja merugikan subjek penelitian. Prinsip tidak merugikan
adalah jika tidak dapat melakukan hal yang bermanfaat, maka sebaiknya
jangan merugikan orang lain. Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek
penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana dan memberikan perlindungan
terhadap tindakan penyalahgunaan. Peneliti akan memberikan masker apabila
di sekitar lingkungan kita ada yang terkena ODP (Orang Dalam Pengawasan)
maka peneliti akan memberikan masker ke responden.
3. Prinsip keadilan (justice)
Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap
orang sama dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya tidak
membeda-bedakan responden satu dengan yang lainnya. Prinsip etik keadilan
terutama menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) yang
mempersyaratkan pembagian seimbang (equitable), dalam hal beban dan manfaat
yang diperboleh subjek dari distribusi usia dan gender, status ekonomi, budaya
dan pertimbangan etnik. Perbedaan dalam distribusi beban dan manfaat hanya
dapat dibenarkan jika didasarkan pada perbedaan yang relevan secara moral antara
orang-orang yang diikutsertakan. Salah satu perbedaan perlakuan tersebut adalah
kerentanan (vulnerability). Kerentanan adalah ketidak mampuan untuk melindungi
kepentingan diri sendiri dan kesulitan memberi persetujuan, kurangnya
kemampuan menentukan pilihan untuk memperoleh pelayanan atau keperluan lain
yang mahal, atau karena tergolong yang muda atau berkedudukan rendah pada
hirarki kelompoknya. Untuk itu, diperlukan ketentuan khusus untuk melindungi
hak dan kesejahteraan subjek yang rentan.

K. Lokasi dan Waktu


Lokasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu di Puskesmas Babakan
Tarogong. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2022.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, dkk. (2017). Perilaku Diet, Aktivitas Fisik dan Tekanan Darah pasien Hipertensi
di Klinik Pratama Widuri Kabupaten Sleman : Perlukah Program Lifestyle
Modification?
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Artiyaningrum, Budi.( 2014). Skripsi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan Rutin Di
Puskesmas Kedungmundu. Semarang
Depkes, 2019, Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2020. Profil Kesehatan Kota Bandung 2020. Bandung :
Dinas Kesehatan Kota Bandung
BIBLIOGRAPHY Green, L. (1980). Health Education : A Diagnosis Approach. The Jhon Hopkins University:
Mayfield Publishing Co.
Hasbi Taobah, E. W. (2017). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Aisyiyah.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Jakarta : Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 19 April
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2011). Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik
Keperawatan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mujiram dkk (2019). Skripsi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi dan Sikap
Dalam Pencegahan Komplikasi Hipertensi Pada Lansia Pesera PROLANIS.
Karanganyar
Novitasari, Puput. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap
Kepatuhan Diet Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Moyudan Sleman Yogyakarta. Yogyakarta
Notoadmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nuraini, Bianti. (2015). Risk Factors Of Hipertension. Jakarta
Niven, Neil. (2012). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat & Profesional
Kesehatan Lain Edisi 2. Jakarta : EGC
Perry & Potter. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Sumantri dkk (2019. Skripsi. Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencagahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Karangmulya. Garut
Setiadi, (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Dua. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Wahyuni, S. (2021). Pengembangan Aplikasi Digital untuk Meningkatkan Pengetahuan dan
Pengetahuan Pasien Hipertensi
BIBLIOGRAPHY
Lampiran
A. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

B. Petunjuk Pengisisan
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap benar, dengan memberikan tanda (x)
pada huruf pilihan tersebut
1. Hipertensi adalah ?
a. Meningkatnya tekanan darah
b. Menurunnya tekanan darah
c. Kurangnya asupan darah
2. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?
a. Penyakit dibagian persendian
b. Gangguan system pencernaan
c. Tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg
3. Hipertensi termasuk penyakit?
a. Penyakit menular
b. Penyakit Tidak Menular
c. Penyakit gangguan pencernaan
4. Yang termasuk tanda dan gejala hipertensi
a. Pusing dan sakit kepala
b. Sakit didaerah lutut
c. BAB lebih dari 3 kali
5. Gejala umum yang ditemui pada hipertensi
a. Sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan pusing
b. Nyeri dibagian persendian
c. Stress dan tidak nafsu makan
6. Berapa kali minimal melakukan pemeriksaan tekanan darah kepelayanan
kesehatan?
a. 3 bulan sekali
b. 1 bulan sekali
c. 1 kali 6 bulan
7. salah satu upaya pengendalian penyakit hipertensi adalah
a. istirahat yang cukup
b. tidur larut malam
c. pola tidur tidak teratur
8. Berapa tekanan darah normal?
a. Tekanan darah 150/80 mmHg
b. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
c. Tekanan darah 120/80 mmHg
9. Yang termasuk tekanan darah tinggi
a. Tekanan darah 130/90 mmHg
b. Tekanan darah lebih dari 120/90 mmHg
c. Tekanan darah 120/80 mmHg
10. Hipertensi berat jika tekanan darah?
a. 120/80 mmHg
b. 140 sampai 150 mmHg
c. Lebih dari 160 mmHg
11. Salah satu diet Hipertensi adalah
a. Diet rendah gula
b. Diet rendah garam
c. Diet rendah serat
12. Salah satu makan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
a. Sayur-sayuran dan buah-buahan
b. Makanan dalam kaleng (sarden, korned, sosis)
c. Makanan yang diawetkan (dengdeng, abon)
13. Salah satu makanan yang harus dihindari penderita hipertensi adalah
a. Sayuran dan buah-buahan
b. Ikan dan telur
c. Makanan yang tinggi lemak (makanan yang bersantan)
14. waktu olahraga yang tepat untuk hipertensi
a. 30 menit (3-5 kali dalam seminggu)
b. 2 jam setiap hari
c. kadang-kadang
15. cara menghindari stress yang tepat
a. menghadapinya dengan emosi
b. menghadapinya dengan tenang
c. menghadapinya dengan tergesa-gesa dan penuh emosi
16. salah satu cara supaya tidak mengalami stress
a. menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang yang dipercaya
b. mengeluh
c. memendam sendiri
17. Salah satu olahraga yang dapat menurunkan hipertensi?
a. Jogging, berenang, naik sepeda
b. Tinju
c. Angkat beban
18. salah satu kebiasaan yang menyebabkan darah tinggi
a. merokok dan minum alkohol
b. olahraga
c. mengontrol pola makan
19. berapa jam Istirahat cukup yang dianjurkan?
a. 10-12 jam
b. 7-8 jam
c. 3- 4 jam
20. Bagaimana mencegah terjadinya hipertensi?
a. Melakukan pemeriksaan rutin
b. Merokok dan minum alcohol
c. Makan makanan yang tinggi lemak
21. Apa yang seharusnya dilakukan jika timbul gejala hipertensi?
a. Membiarkannya
b. Melakukan aktifitas yang berat
c. Melakukan pemeriksaan Tekanan darah
22. Apa manfaat melakukan pemeriksaan rutin
a. Berat badan menurun
b. Tekanan darah terkontrol
c. Menghilangkan stress
23. Manfaat olahraga bagi hipertensi
a. Tekanan darah meningkat
b. Menurunkan kualitas hidup
c. Mencegah resiko terkena hipertensi
24. Merokok dan minum alcohol dapat menyebabkan
a. Menghilangkan nyeri badan
b. Hipertensi
c. Menghilangkan pegal- pegal

variabel indikator No soal A B C

Pengetahuan 1. Pengetahuan 1, 2, 3 1, 4, 5, 3, 6, 11, 2, 8, 10,


tentang 7, 9, 12, 15, 19, 13, 21,
hipertensi 14, 16, 22, 24 23
17, 18,
20

2. Pengetahuan 4, 5, 21
tentang
tanda dan
gejala
hipertensi
3. Pengetahuan 8, 9, 10
tentang
karakteristik
hipertensi

4. Pengetahuan 6, 20, 22
tentang
melakukan
pemeriksaan
rutin

5. pengetahuan 11, 12, 13


tentang diet
hipertensi

6. pengetahuan 17, 23, 14


tentang
olahraga

7. pengetahuan 18, 24
menghindari
asap rokok
dan alcohol

8. pengetahuan 15, 16
tentang
manajemen
stres

9. pengetahuan 7, 9
tentang
istirahat
yang cukup
A. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. Petunjuk Pengisisan
1. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan jawaban anda
2. Satu pertanyaan hanya bisa dijawab dengan satu jawaban, Ya dan Tidak

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap
bulannya ke puskesmas
2. Saya selalu menyempatkan waktu minimal 3
bulan sekali melakukan pemeriksaan rutin ke
pelayanan kesehatan
3. Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap
merasakan gejala
4. Saya selalu menyempatkan waktu untuk istirahat
walaupun kerjaan menumpuk
5. saya selalu memberikan waktu untuk istirahat 7-
8 jam sehari
6. saya mengontrol emosi jika sedang marah dan
banyak pikiran
7. Saya berolahraga 3 kali dalam seminggu untuk
mengontrol tekanan darah
8. Saya meluangkan waktu sehari 30-40 menit
olahraga untuk mengontrol tekanan darah
9. Saya mengkonsumsi minuman keras jika
mengalami masalah ataupun tidak mempunyai
masalah
10. Saya tidak merokok dan selalu menghindari asap
rokok disekitar saya
11. Saya mengkonsumsi garam lebih dari 2 sendok
teh perhari
12. Saya mengurangi makan-makanan yang
diawetkan seperti ikan asin, telur asin, dan lain-
lain
13. Saya mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi seperti daging, gorengan dan
makanan bersantan
14. Saya tidak merokok dan minum alkohol

15. Saya menceritakan masalah saya kepada orang


terdekat saat saya mempunyai masalah
16. Saya berolahraga secara teratur untuk
mengontrol tekanan darah seperti berenang, lari
dan naik sepeda
17. Saya selalu memendam masalah sendiri
18. Saya meluangkan waktu untuk istirahat setelah
menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan

variabel indikator No soal positif negatif


Kepatuhan Pemeriksaan rutin 1,2,3 1, 2, 3, 4, 9, 13, 11, 17
5, 6, 7, 8,
10, 12, 14,
15, 16, 18
Istirahat yang cukup 4,5,18
Manajemen stress 6,15,17
Olahraga 7,8,16
Modifikasi diet 11,12,13,
Mengindari alcohol 9,10,14
dan rokok

Anda mungkin juga menyukai