LAPORAN KASUS
Oleh :
Izeh Ratul Qomariyah
NIM 202303102111
Umur
Perubuhan status
Hipertensi
kesehatan
Ansietas Kurang
paparan
Perubuhan struktur informasi
Vasokontriksi-gangguan sirkulasi
Vasokontriksi Spasme
pembuluh arteriole
Resistensi Suplai Sistemik Koroner
darah ginjal
pembuluh O2 otak v
darah otak menurun
Diplopia
meningkat Vasokontriksi Iskemi
Blood flow
miocard
Aliran darah
Sinkop menurun Resiko jatuh
Nyeri akut Afterload
meningkat Nyeri akut
Perfusi perifer Respon
tidak efektif RAA
Penurunan curah
jantung
Rangsang
aldosteron Retensi Na Edema Hipervolemia
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita Hipertensi menurut
Alfeus (2019), adalah :
1. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan dan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronik apabila
arteri yang mengaliri darah ke otak mengalami hipertrofi atau
menebal, sehingga aliran darah ke otak menjadi berkurang. Arteri
yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan terjadinya aneurisma.
2. Infark miokard
Arteri koroner yang mengalami arterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena
oksigen yang tidak terpenuhi maka terjadi iskemia jantung yang
menyebakan infark.
3. Gagal ginjal
Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler ginjal,
glomerulus, mengakibatkan darah akan mengalir ke unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia bahkan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang sehingga menyebabkan edema yang sering terjadi
pada hipertensi kronik.
4. Gagal jantung
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,
kaki, dan jaringan (edema), yang mana cairan di paru akan
menyebabkan sesak nafas.
5. Ensefalopati
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang intertisium di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron disekitarnya akan mengalami kolaps sehingga terjadi
koma bahkan kematian.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan Hipertensi menurut Alfeus (2019), adalah sebagai
berikut :
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur dan berolahraga secara
teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (stress) membantu
menurunkan berat badan dan dapat membakar lemak yang berlebihan
3. Diet rendah garam atau makanan
4. Latihan olahraga seperti senam aerobik, jalan cepat, dan bersepeda
5. Memperbanyak minum air putih 8-10 gelas/hari
6. Memeriksa tekanan darah secara berkala, terutama pada penderita
Hipertensi
7. Menjalani gaya hidup yang wajar, mempelajari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Hipertensi menurut Alfeus (2019),
adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium Hematologi dan Urine
a. Hemoglobin/hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia
b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal
c. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah faktor pencetus Hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan Hipertensi)
d. Kalium Serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik
e. Kalsium Serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan Hipertensi
f. Kolesterol dan Trigliserida Serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
risiko terjadinya Hipertensi
h. Urinalisa : darah, protein, dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes
i. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer
j. VMA Urine (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokromositoma; VMA Urin 24 jam
dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma apabila
Hipertensi hilang timbul
k. Steroid Urine : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s, kadar
renin dapat juga meningkat
2. IVP : dapat mengidentifikasikan penyebab Hipertensi, seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter
3. Foto Thoraks : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katub deposit pada EKG atau takik aorta, pembesaran jantung
4. CT Scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau
feokromositoma
5. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, catatan : luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung dan Hipertensi.
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertensi menurut Antonia, dkk (2021) adalah
sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Intervensi Keperawatan (perubahan pola hidup)
a. Pembatasan konsumsi garam
b. Perubahan pola makan
c. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
d. Olahraga teratur
e. Berhenti merokok
2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita Hipertensi
merupakan upaya untuk menurunkan tekanan darah secara efektif
dan efisien. Meskipun demikian pemberian obat antihipertensi
bukan selalu merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan
Hipertensi.
a. Target pengobatan Hipertensi
Esensial Target penurunan tekanan darah minimal
20/10 mmHg, idealnya <140/90 mmHg