Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KETIDAKPATUHAN

PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KEBONSARI KOTA PASURUAN

LAPORAN KASUS

Oleh :
Izeh Ratul Qomariyah
NIM 202303102111

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah utama yang serius dan sering
ditemukan pada masyarakat, baik di negara maju ataupun negara berkembang
terutama di negara Indonesia. Hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak
menular sampai saat ini masih dikenal sebagai The Silent Killer karena
penderita hipertensi pada dasarnya tidak mengetahui bahwa dirinya sedang
mengalami hipertensi karena tidak ada gejala yang menyertai. Hipertensi pada
umumnya diketahui ketika terjadi komplikasi. Data WHO pada tahun 2019
menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang didunia mengalami hipertensi, sebagian
besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Hipertensi adalah sumber utama kematian dini di seluruh dunia. Salah satu
fokus utama dunia untuk penyakit tidak menular adalah untuk menurunkan
prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun 2025.
Jantung, resiko stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan.
Diseluruh dunia hampir 1 milliar orang menderita hipertensi. Dua pertiga
penyakit hipertensi ini terjadi di Negara berkembang. Di tahun 2025
diperkirakan 1,56 miliar orang-orang yang menderita hipertensi. Data WHO
pada tahun 2019 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang didunia mengalami
hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Hipertensi adalah sumber utama kematian dini di
seluruh dunia. Salah satu fokus utama dunia untuk penyakit tidak menular
adalah untuk menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun 2025.
Hipertensi mengakibatkan 8 jutaorang meninggal setiap tahunnya.
Indonesia sendiri pevalensi hipertensi sudah melebihi rata-rata
nasional. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan data Riskesdas terbaru
tahun 2018 sebelumnya sebesar 25,6% dan mengalami kenaikan menjadi
34,1% dengan estimasi jumlah kasus sebesar 63.309.620 orang, sedangkan
angka kematian di Indonesia sebesar 427.218. Berdasarkan data Riskesdas
Provinsi Jawa timur tahun 2018 prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa timur
sebelumnya sebesar 24,6% dan mengalami kenaikan 28,99% pada tahun 2018.
Sementara itu data yang didapatkan di Puskesmas Lumbang tahun 2020
sebanyak 1003 kasus baru dan 3.525 kasus lama dengan total 4.532 penderita
hipertensi, 1.203 orang diantaranya menderita hipertensi (usia 45-54 tahun)
dengan kasus baru sebanyak 273 dan kasus lama sebanyak 930. Sedangkan
pada bulan Desember tahun 2020 didapatkan data penderita hipertensi
berjumlah 73 orang, 7 orang diantaranya berumur 45-54 tahun.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia
adalah gaya hidup, seperti konsumsi junkfood, rokok, alkohol, dan olahraga
yang kurang. Pada makanan junkfood yang tinggi kalori, tinggi lemak, rendah
serat, dan tinggi natrium atau garam (Ridwan & Nurwanti, 2019). Tinggi lemak
dan natrium atau garam merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi,
kemudian pada rokok terdapat kandungan nikotin yang memicu kelenjar
adrenal melepaskan epinefrin atau adrenalin menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah dan membuat jantung memompa lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea G.Y., 2019). Konsumsi
alkohol dapat meningkatkan keasaman darah yang membuat darah menjadi
lebih kental dan jantung menjadi lebih berat dalam memompa (Komaling J.K.,
Suba B., Wongkar D., 2019). Sedangkan olahraga yang kurang merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan yang
diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni S., 2019).
Faktor risiko hipertensi dapat digolongkan atas umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas
fisik, stress, penggunaan estrogen. Dari faktor resiko hipertensi, sebagian besar
disumbangkan dari faktor makanan atau dampak dari perilaku salah terhadap
makanan. Maka, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu diberikan
terapi diuretik dan perubahan gaya hidup.
Terapi diet yang diberikan adalah diet rendah garam (RG) dengan
tujuan menurunkan tekanan darah menuju normal. Penatalaksanaan diet RG
juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang
berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Selain
itu, perlu diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah
tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus. Prinsip diet untuk penderita
hipertensi adalah makanan beraneka ragam, jenis dan komposisi makanan
memenuhi gizi seimbang dan disesuaikan dengan kondisi penderita serta
jumlah garam dibatasi sesuai dengan tingkat hipertensi dengan jenis makanan
yang terdapat dalam daftar diet. Garam yang dimaksud disini adalah garam
natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang terutama
berasal dari hewan, makanan olahan dan bumbu. Garam dapur merupakan
salah satu sumber utama garam natrium. Oleh karena itu, konsumsi garam
dapur dan makanan yang mengandung natrium perlu dibatasi. Belakangan ini,
muncul diet untuk penyakit hipertensi selain diet RG yang disebut Diet DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertension). Tidak seperti diet populer untuk
menurunkan BB yang belum banyak diuji secara klinis diet DASH yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan darah tinggi telah lebih banyak diteliti. 7
Diet DASH adalah pola makan yang kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian,
kacang-kacangan, ikan, dan susu rendah lemak. Makanan ini memiliki tinggi
zat gizi penting, seperti kalium, magnesium, kalsium, serat, dan protein. Diet
DASH dapat menurunkan tekanan darah karena akan mengurangi garam dan
gula dalam diet ini. Diet DASH juga menghindari minuman manis, lemak,
daging merah, dan daging olahan, yang membedakan antara diet DASH dengan
diet rendah garam ialah diet DASH mengutamakan konsumsi banyak sayur,
buah, dan makanan atau produk rendah lemak serta mengurangi konsumsi
makanan atau produk lemak jenuh. Sedangkan, diet RG hanya mengurangi
konsumsi garam (natrium) dengan tidak lebih dari 100 mmol sehari atau setara
dengan 2,4 g natrium atau 6 gram garam dapur.
Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk menambah rasa
percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan meningkatkan
kepatuhan diet hipertensi. Peran keluarga harus dilibatkan dalam pemenehuan
kebutuhan, mengetahui kapan keluarga harus mencari pertolongan serta
mendukung dalam kepatuhan untuk mengurangi resiko kekambuhan dan
komplikasi. Keluarga dapat membantu dalam perawatan hipertensi dengan
mengatur pola makan yang sehat, mengajak berolah raga, menemani dan
meningkatkan pemeriksaan secara rutin dalam pemeriksaan tekanan darah
(Susriyanti, 2020). Menurunkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi
garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar (Dewi
dkk, 2019). Menurunkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi garam, diet
tinggi serat, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar (Dewi dkk, 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian studi kasus mengenai hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan dengan masalah
keperawatan ketidakpatuhan pada pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan dengan masalah
keperawatan ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil pengkajian dengan masalah keperawatan
ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebonsari Kota Pasuruan.
b. Mengidentifikasi rumusan diagnosa keperawatan dengan masalah
keperawatan ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
c. Mengidentifikasi rencana keperawatan dengan masalah keperawatan
ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebonsari Kota Pasuruan.
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan dengan
masalah keperawatan ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan dengan masalah keperawatan
ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebonsari Kota Pasuruan.
f. Mengidentifikai dokumentasi keperawatan dengan masalah
keperawatan ketidakpatuhan pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan teori asuhan keperawatan pada klien
hipertensi dan memberikan informasi mengenai hipertensi pada
masyarakat umum sehingga masyarakat dapat lebih waspada terhadap
penyebab dan faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit ini
sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi.
1.4.2 Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat mengembangkan informasinya mengenai cara
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien hipertensi yang
benar. Dan dapat menyampaikan melalui penyuluhan kepada
masyarakat.
1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan acuan bagi pembangunan kurikulum pendidikan
kesehatan agar pendidikan senantiasa lebih mengedepankan terhadap
kenyataan yang ada di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Hipertensi


2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi
naik yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg karena gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Apriyani,
2020).
Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan peningkatan
tekanan pembuluh darah arteri (Ampofo et.al, 2020). Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg (Buernier & Egan, 2019).
Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah diatas batas normal yang akan
menyebabkan kesakitan bahkan kematian. Seseorang akan dikatakan
Hipertensi ababila tekanan darahnya melebihi batas normal yaitu lebih
dari 140/90 mmHg. Tekanan darah naik apabila terjadinya peningkatan
sistole, yang tingginya tergantung dari masing-masing individu yang
terkena, dimana tekanan darah berfluaksi dalam batas-batas tertentu,
tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami (Fauziah
dkk, 2021).
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi menurut James (2014) dalam Apriyani
(2020), yaitu:
Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II ≥ 160 ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (2008) dalam Apriyani


(2020), yaitu :
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol
(mmHg)
Optimal normal normal-tinggi
< 120 < 80
< 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(isolated systolic hypertension)
Sub-grup : perbatasan 140-149 < 90

Sedangkan klasifikasi Hipertensi menurut Perhimpunan Dokter


Spesialis Kardivaskuler (2015) dalam Apriyani (2020) adalah sebagai
berikut :
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 Dan/ atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/ atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/ atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/ atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan/ atau ≥ 110
Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi
2.1.3 Etiologi
Penyebab Hipertensi menurut Apriyani (2022) dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Penyebab Hipertensi Esensial
a. Herediter atau faktor genetik
b. Lingkungan, termasuk asupan garam, obesitas, pekerjaan, kurang
olah raga, asupan alkohol, stress psikososial, jenis kelamin dan usia
c. Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron
d. Defek membran sel dalam eksresi Na, yaitu penurunan pengeluaran
Na dari dalam sel yang disebabkan oleh kelainan pada sistem
Na+K+ATPase dan Na+H+exchanger
e. Resistensi insulin atau hiperinsulinemia mengakibatkan retensi
natrium ginjal, meningkatkan arteri, dan hipertrofi otot polos.
2. Penyebab Hipertensi Sekunder
a. Penggunaan estrogen
b. Penyakit ginjal
c. Hipertensi vaskuler renal
d. Hiperaldosteronisme primer
e. Sindrom chushing
f. Feokromositoma
g. Koarktasio aorta
h. Kehamilan
2.1.4 Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan darah merupakan salah satu gejala
Hipertensi. Hipertensi primer biasanya timbul tanpa gejala dan baru
timbul setelah terjadi komplikasi organ target seperti ginjal, mata, otak,
dan jantung (Apriyani, 2020).
Gejala Hipertensi sangat bervariasi, namun yang biasanya muncul
adalah sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Jantung berdebar-debar
3. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat
4. Mudah lelah
5. Penglihatan kabur
6. Wajah memerah
7. Hidung berdarah
8. Sering buang air kecil, terutama di malam hari
9. Telinga berdering (tinnitus)
10. Vertigo
11. Rasa berat di tengkuk
12. Sulit tidur
13. Mudah marah
14. Mata berkunang-kunang dan pusing
2.1.5 Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jatung dan tahanan
perifer akan mempengaruhi tekanan darah.
Awal dari kelainan tekanan darah tinggi disebabkan oleh
peningkatan aktivitas pusat vasomotor dan meningkatnya kadar
norephineprin plasma sehingga terjadi kegagalan sistem pengendalian
tekanan darah, yaitu tidak berfungsinya reflek baroreseptor ataupun
kemoreseptor. Ephineprin adalah zat yang disekresikan pada ujung-ujung
saraf simpatis atau saraf vasokontriktor yang langsung bekerja pada otot
polos pembuluh darah sehingga menyebabkan vasokontriksi (Apriyani,
2020).
Impuls baroreseptor menghambat pusat vasokontriksi di medulla
oblongata dan merangsang pusat nervus vagus. Efeknya adalah
vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer dan menurunnya frekuensi
serta kekuatan kontriksi. Oleh karena itu, perangsangan baroreseptor oleh
tekanan didalam arteri secara refleks menyebabkan penurunan tekanan
arteri.
Sedangkan mekanisme refleks kemoresptor berlangsung jika
terjadi perubahan kimia darah seperti rendahnya kadar oksigen,
meningkatnya kadar karbon dioksida dan hydrogen atau menurunnya pH.
Hal ini merangsang reseptor kimia yang terdapat di sinus caroticus untuk
mengirim rangsang yang berjalan di dalam Herving’s nerve dan saraf
vagus ke pusat vasomotor di area pressor atau vasokontriktor, yang juga
terdapat bagian cardiaccelelator yang mengeluarkan rangsang yang
berjalan dalam saraf simpatis menuju ke jantung dan area vasokontriktor
mengirim rangsang ke pembuluh darah sehingga mnyebabkan
pengecilan diameter pembuluh darah. Dengan tidak berfungsinya kedua
refleks tersebut mengakibatkan pusat vasomotor di batang otak menjadi
hiperaktif.
Peningkatan sistem saraf simpatis dengan terjadinya respon
maladaptif terhadap stimulasi saraf simpatis dan perubahan gen pada
reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap, peningkatan
aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) secara langsung
menyebabkan vasokontriksi, tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan
menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat,
memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding
pembuluh darah), hipertrofi, pembuluh darah, dan ginjal (Alfeus, 2019).
2.1.6 Pathway

Umur

Elastisitas menurun, Jenis kelamin, gaya


arterosklerosis hidup, obesitas

Perubuhan status
Hipertensi
kesehatan

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Ansietas Kurang
paparan
Perubuhan struktur informasi

Penyumbatan pembuluh darah Defisit


pengetahuan

Vasokontriksi-gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Vasokontriksi Spasme
pembuluh arteriole
Resistensi Suplai Sistemik Koroner
darah ginjal
pembuluh O2 otak v
darah otak menurun
Diplopia
meningkat Vasokontriksi Iskemi
Blood flow
miocard
Aliran darah
Sinkop menurun Resiko jatuh
Nyeri akut Afterload
meningkat Nyeri akut
Perfusi perifer Respon
tidak efektif RAA
Penurunan curah
jantung
Rangsang
aldosteron Retensi Na Edema Hipervolemia
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita Hipertensi menurut
Alfeus (2019), adalah :
1. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan dan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronik apabila
arteri yang mengaliri darah ke otak mengalami hipertrofi atau
menebal, sehingga aliran darah ke otak menjadi berkurang. Arteri
yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan terjadinya aneurisma.
2. Infark miokard
Arteri koroner yang mengalami arterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena
oksigen yang tidak terpenuhi maka terjadi iskemia jantung yang
menyebakan infark.
3. Gagal ginjal
Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler ginjal,
glomerulus, mengakibatkan darah akan mengalir ke unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia bahkan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang sehingga menyebabkan edema yang sering terjadi
pada hipertensi kronik.
4. Gagal jantung
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,
kaki, dan jaringan (edema), yang mana cairan di paru akan
menyebabkan sesak nafas.
5. Ensefalopati
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang intertisium di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron disekitarnya akan mengalami kolaps sehingga terjadi
koma bahkan kematian.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan Hipertensi menurut Alfeus (2019), adalah sebagai
berikut :
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur dan berolahraga secara
teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (stress) membantu
menurunkan berat badan dan dapat membakar lemak yang berlebihan
3. Diet rendah garam atau makanan
4. Latihan olahraga seperti senam aerobik, jalan cepat, dan bersepeda
5. Memperbanyak minum air putih 8-10 gelas/hari
6. Memeriksa tekanan darah secara berkala, terutama pada penderita
Hipertensi
7. Menjalani gaya hidup yang wajar, mempelajari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Hipertensi menurut Alfeus (2019),
adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium Hematologi dan Urine
a. Hemoglobin/hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia
b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal
c. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah faktor pencetus Hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan Hipertensi)
d. Kalium Serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik
e. Kalsium Serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan Hipertensi
f. Kolesterol dan Trigliserida Serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
risiko terjadinya Hipertensi
h. Urinalisa : darah, protein, dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes
i. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer
j. VMA Urine (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokromositoma; VMA Urin 24 jam
dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma apabila
Hipertensi hilang timbul
k. Steroid Urine : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s, kadar
renin dapat juga meningkat
2. IVP : dapat mengidentifikasikan penyebab Hipertensi, seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter
3. Foto Thoraks : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katub deposit pada EKG atau takik aorta, pembesaran jantung
4. CT Scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau
feokromositoma
5. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, catatan : luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung dan Hipertensi.
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertensi menurut Antonia, dkk (2021) adalah
sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Intervensi Keperawatan (perubahan pola hidup)
a. Pembatasan konsumsi garam
b. Perubahan pola makan
c. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
d. Olahraga teratur
e. Berhenti merokok
2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita Hipertensi
merupakan upaya untuk menurunkan tekanan darah secara efektif
dan efisien. Meskipun demikian pemberian obat antihipertensi
bukan selalu merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan
Hipertensi.
a. Target pengobatan Hipertensi
Esensial Target penurunan tekanan darah minimal
20/10 mmHg, idealnya <140/90 mmHg

<65 tahun : target <130/80 mmHg jika dapat


ditoleransi (idealnya >120/70 mmHg)
Optimal >65 tahun : target <140/90 mmHg jika dapat
ditoleransi, pertimbangan target tekanan darah
secara individual dalam konteks kerentanan
pasien dan toleransi terhadap tatalaksana
b. Terapi obat
Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin
direkomendasikan yaitu : ACE Inhibitor, ARB, Beta Bloker,
CCB, dan Diuretik.
Kelas Obat Dosis Frekuensi
(mg/hari) per hari
Obat-obat Lini Utama
Tiazid atau thiazide-type Hidroklorothiazid 25-50 1
diuretics
Indapamide 1,25-2,5 1
ACE Inhibitor Captopril 12,5-150 2 atau 3
Enalapril 5-40 1 atau 2
Lisinopril 10-40 1
Perindopril 5-10 1
Ramipril 2,5-10 1 atau 2
ARB Candesartan 8-32 1
Eprosartan 600-800 1 atau 2
Irbesartan 150-300 1
Losartan 50-100 1 atau 2
Olmesartan 20-40 1
Telmisartan 20-80 1
Valsartan 80-320 1
CCB-dihidropiridin Amlodipin 2,5-10 1
Felodipin 5-10 1
Nifedipin GITS 20-60 1
Lercanidipin 10-20 1
CCB-nondihidropiridin Diltiazem SR 180-360 2
Diltiazem CD 100-200 1
Verapamil SR 120-480 1 atau 2
Obat-obat Lini Kedua
Diuretik loop Furosemid 20-80 2
Torsemid 5-10 1
Diretik hemat kalium Amilorid 5-10 1 atau 2
Triamteren 50-100 1atau 2
Diuretik antagonis Eplerenon 50-100 1 atau 2
aldosteron
Spironolakton 25-100 1
Beta bloker- Atenolol 25-100 1 atau 2
kardioselektif
Bisoprolol 2,5-10 1
Metaprolol 100-400 2
tartrate
Beta bloker- Nebivolol 5-40 1
kardioselektif dan
vasodilator
Beta bloker-non Prepanolol IR 160-480 2
kardioselektif
Prepanolol LA 80-320 1
Beta bloker-kombinasi Carvedilol 12,5-50 2
reseptor alfa dan beta
Obat-obat Lini Utama
Alfa-1 bloker Doxazosin 1-8 1
Prazosin 2-20 2 atau 3
Terazosin 1-20 1 atau 2
Sentral alfa-1 agonis dan Metildopa 250-1000 2
obat sentral lainnya
Klonidin 0,1-0,8 2
Direct vasodilator Hidralazin 25-200 2 atau 3
Minoxidil 5-100 1-3
ACE = Angiotensin-converting Enzyme
ARB = Angiotensin Receptor Blocker
CCB = Calcium Channel Blocker
GITS = Gastrointestinal Therapeutics System
IR = Immediate Release
LA = Long-acting
SR = Sustained Release
c. Algoritma terapi obat untuk penderita Hipertensi
1) Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan
kombinasi dua obat. Bila memungkinkan dalam bentuk SPC,
untuk meningkatkan kepatuhan pasien
2) Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS
blocker (Renin-angiotensin System Blocker), yaitu ACEi atau
ARB, dengan CCB atau diuretik
3) Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan
lain dianjurkan bila ada indikasi spesifik, misalnya angina,
pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol denyut jantung
4) Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1
dengan resiko rendah (TDS <150 mmHg), pasien dengan
tekanan darah normal-tinggi dan beresiko sangat tinggi, pasien
usia sangat lanjut (≥ 80 tahun) atau ringkih
5) Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker
(ACEi atau ARB), CCB, dan diuretik jika tekanan darah tidak
terkontrol oleh kombinasi dua obat
6) Penambahan spironolakton untuk pengobatan Hipertensi
resisten, kecuali ada kontraindikasi
7) Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu apabila
tekanan darah belum terkendali dengan kombinasi obat
golongan diatas.
2.2 Konsep Dasar Diet
2.2.1 Definisi
Diet merupakan pengaturan pola makan individu terhadap jenis
dan jumlah bahan makanan yang diperbolehkan, dibatasi/dihindari dan
yang tidak diperbolehkan serta frekuensi dan waktu makan (Kemenkes,
2022).
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Kemenkes (2022), klasifikasi diet adalah sebagai berikut :
1. Diet keto baru
Metode diet keto baru/sugar sucks ini berbeda dengan diet keto lama
yang membatasi protein <20% total kalori, diet sugar sucks
mengkonsumsi protein >20% total kalori dan lemak 10-15% total
kalori dari sumber makanan yang berkualitas seperti kacang almond,
kelapa dan alpukat
2. Diet immunity rocks
Diet imunitas tubuh menekankan pentingnya diet gizi seimbang untuk
mempertahankan sistem imunitas tubuh. WHO merekomendasikan
konsumsi 4 porsi buah dan 5 porsi sayuran setiap hari ditambah
konsumsi makanan yang kaya vitamin C, E, dan D serta protein yang
berasal dari daging dan kacang-kacangan
3. Diet eat plants
Diet yang mengkonsumsi bahan nabati (vegetarian/vegan) serupa
dengan diet eat plants yang konsumsi >90% makanan nabati dari biji
labu kacang almond, kacang polong, dan kacang-kacangan lainnya
yang memiliki jejak karbon jauh lebih rendah daripada hewan
4. Diet paleo
Diet dengan tidak mengkonsumsi tinggi karbohidrat dan tidak
konsumsi gula, sehingga diharapkan bisa menurunkan berat badan
5. Diet intermitten fasting
Metode diet yang membatasi waktu makan harian menjadi delapan
jam (pukul 12.00-19.00) kemudian berpuasa selama 16 jam (19.00-
12.00), dengan harapan bisa menurunkan berat badan secara alami dan
signifikan
6. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
Diet sayuran serta buah yang banyak mengandung serat pangan (30
gram/hari) dan mineral tertentu (kalium, magnesium, serta kalsium)
sementara asupan garamnya dibatasi
7. Diet rendah garam
Diet rendah garam merupakan diet yang dimasak dengan atau tanpa
menggunakan garam, namun dengan pembatasan tertentu. Diet rendah
garam merupakan diet dengan membatasi asupan garam natrium
seperti NaCl, soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoat,
dan vetsin (monosodium glutamat).
2.2.3 Etiologi
Faktor penyebab seseorang melakukan diet menurut Santi (2021),
adalah :
1. Menyeimbangkan prinsip kerja tubuh
Diet merupakan solusi untuk menyeimbangkan prinsip kerja tubuh
karena dengan diet akan mengatur pola makan dan rutin melakukan
olahraga sehingga kerja tubuh menjadi stabil
2. Pengaturan kadar gizi di dalam tubuh
Diet yang baik yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang sesuai
dengan kebutuhan gizi dan kalori yang dibutuhkan setiap individu,
sehingga proses metabolisme pada tubuh dalam pembakaran lemak
akan lebih baik sehingga akan mempermudah individu dalam
melakukan diet
3. Ingin kurus
Individu dengan masalah obesitas biasanya akan dianjurkan untuk
melakukan diet agar berat badan turun
4. Ingin menjadi lebih percaya diri
Obesitas akan menimbulkan masalah psikososial bagi individu,
sehingga cenderung tidak percaya diri
5. Menjaga tubuh agar tetap sehat
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan
melakukan diet
6. Terbebas dari penyakit
Individu dengan berat badan lebih cenderung resiko terkena penyakit
seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan gangguan jantung
7. Diet untuk berhemat
Diet merupakan ajang untuk berhemat atau agar tidak boros
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Kemenkes (2021), tanda seseorang perlu melakukan diet
adalah sebagai berikut :
1. Bentuk tubuh tidak proporsional
2. Kelebihan berat badan
3. Perut buncit
4. Nyeri sendi
5. Sesak nafas hingga kelelahan kronis
6. Gula darah tinggi atau tekanan darah tiinggi (Hipertensi)
7. Konstipasi
8. Kulit kering
9. Sulit tidur
10. Sering buang air kecil (poliuria)
11. Rambut rontok yang berlebihan
12. Kulit berjerawat
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita
Hipertensi
Menurut Santi (2021), faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
pada penderita Hipertensi adalah :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk menentukan
tindakan seseorang, sehingga perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan yang tidak atau
semakin tinggi pengetahuan seseorang diharapkan perilakunya juga
semakin baik
2. Usia
Seseorang yang berusia >55 tahun belum tentu bisa patuh terhadap
diet yang diberikan tenaga kesehatan dibandingkan dengan penderita
yang berusia ≤55 tahun. Ini bisa disebabkan karena penderita yang
berusia >55 tahun ingin diikuti semua keinginannya, baik dalam segi
makanan karena ada sebagian besar masyarakat mengatakan semakin
bertambahnya usia seseorang semakin kekanak-kanakan pola
pikirnya, yang selalu ingin diikuti keinginannya, sehingga diet yang
dianjurkan tersebut tidak berjalan dengan baik
3. Jenis kelamin
Laki-laki cenderung tidak bisa mematuhi anjuran yang diberikan
tenaga kesehatan, sehingga banyaknya laki-laki yang menderita
hipertensi, ini juga disebabkan gaya hidup, pola makan dan kebiasaan
yang dilakukan laki-laki bisa memicu terjadinya hipertensi dan
menimbulkan komplikasi yang lebih membahayakan
4. Status sosial ekonomi
Seseorang yang memiliki status ekonomi menengah kebawah
cenderung lebih tidak patuh terhadap diet hipertensi yang diberikan,
karena sebagian besar penderita yang berstatus ekonomi menengah
kebawah mempunyai keterbatasan ekonomi untuk memenuhi semua
anjuran yang diberikan
5. Motivasi
Seseorang yang memiliki motivasi tinggi bisa juga tidak patuh, karena
makanan yang disediakan oleh keluarga tidak sesuai dengan anjuran
dari nakes dan kemungkinan lain terjadi karena penderita sering
mengkonsumsi makanan dari luar yang diolah tidak sesuai anjuran
diet.
2.2.6 Proses terjadinya diet pada penderita Hipertensi
Pengaturan makanan bagi penderita hipertensi sangat dianjurkan
untuk menghindari atau membatasi asupan makanan yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah
sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung
(Kemenkes, 2022).
2.2.7 Manajemen Diet
Manajemen diet untuk tekanan darah tinggi adalah salah satu cara
untuk mengobati tekanan darah tinggi tanpa efek samping yang
berbahaya, karena cara alami untuk mengendalikannya. Berhenti dari
kebiasaan buruk seperti mengurangi asupan garam, memperbanyak
asupan serat, merokok, minum kopi, mengkonsumsi sayur, serta minum
obat secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah. Tekanan
darah tinggi dapat diobati dengan mengontrol tekanan darah, seperti
melalui diet atau perubahan pola makan (Kemenkes, 2022).
2.3 Konsep Asuhan Keperwatan Hipertensi
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas (klien dan penanggung jawab)
b. Keluhan utama
Keluhan yang muncul antara lain : nyeri kepala, glisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang mendukung keluhan utama tentang kronologi keluhan
utama, keluhan lain yang menyertai biasanya sakit kepala, penglihatan
buram, mual, detak jantung tidak teratur.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Data ada tidaknya riwayat penyakit Hipertensi, penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Serta riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan riwayat alergi terhadap jenis obat tertentu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ada tidaknya riwayat penyakit keluarga seperti Hipertensi, penyakit
metabolik, penyakit menular seperti TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti DM dan Asma.
f. Pola kesehatan sehari-hari
1. Aktivitas/ istirahat
Tanda : takikardi, perubahan irama jantung, takipneu
Gejala : kelemahan,letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
2. Integritas Ego
Tanda : suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas, peningkatan
pola bicara
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor
stress multiple (ekonomi)
3. Eliminasi
Gangguan ginjal saat dikaji (obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
masa lalu
4. Makanan/ cairan
Tanda : BB nomal/obesitas, edema, glikosuria,
neurosensori, perubahan keterjagaan orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan
Gejala : makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual muntah dan perubahan
BB, riwayat penggunaan diuretic, keluhan pusing berdenyut,
suboksipital, gangguan penglihatan
5. Nyeri/ ketidaknyamanan
Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
6. Keamanan
Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma
scale (GCS) yang berisi penilaian eye, movement, verbal.
2. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu
dan respirasi.
3. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala, observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak,
persebaran pertumbuhan rambut, apakah terdapat
pembengkakan abnormal, warna rambut dan nyeri tekan
b) Wajah, pada wajah apakah terdapat lesi atau tidak, nyeri pada
sinus, terdapat edema atau tidak
c) Mata, observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau
pucat, bentuk mata kiri dan kanan apakah simetris, warna sklera,
warna pupil dan fungsi penglihatan
d) Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada
tulang mastoid dan tes pendengaran
e) Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung,
terdapat secret atau tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes
penciuman
f) Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, terdapat lesi
atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan
g) Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional,
apakah terdapat pembengkakan kelenjar getah bening atau
pembengkakan kelenjar tiroid
h) Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak,
auskultasi suara nafas pada paru-paru dan frekuensi pernafasan,
auskultasi suara jantung apakah ada suara jantung tambahan
i) Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah
cembung, cekung atau datar. Palpasi apakah ada nyeri tekan,
lalukan perkusi dan auskultasi peristaltic usus
j) Genetalia, apakah terpasang dower cateter, bersih atau tidak
k) Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau
tidak, apakah terdapat hemoroid
l) Ekstremitas Atas : pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan
kanan simetris atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema,
observasi juga apakah ada nyeri tekan serta ROM, serta
kekuatan otot
Bawah : pada ekstremitas bawah diobservasi apakah terdapat
varises, edema, pergerakan kaki serta ROM, serta kekuatan otot.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita Hipertensi
berdasarkan pedoman SDKI (2017) :
1. D.0077 Nyeri akut
a. Definisi
Nyeri akut merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan
sebagai pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Tanda Gejala
DS:
Mengeluh nyeri
DO:
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
c. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
Latihan fisik berlebihan).
2. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif
a. Definisi
Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada
level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
b. Tanda Gejala
DS:
Tidak ada
DO:
1) Pengisian kapiler (cappilary refill) >3 detik
2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3) Akral teraba dingin
4) Warna kulit pucat
5) Turgor kulit menurun
c. Penyebab
1) Hiperglikemia
2) Penurunan konsentrasi hemoglobin
3) Peningkatan tekanan darah
4) Kekurangan volume cairan
5) Penurunan aliran arteri dan/atau vena
6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas)
7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis.
diabetes melitus, hiperlipidemia)
8) Kurang aktivitas fisik
3. D.0022 Hipervolemia
a. Definisi
Hipervolemia merupakan diagnosis keperawatan yang
didefinisikan sebagai peningkatan volume cairan intravaskular,
interstitial, dan/atau intraselular.
b. Tanda Gejala
DS:
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
DO:
1) Edema anasarca dan/atau edema perifer
2) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3) Jugular venous pressure (JVP) dan/atau central venous
pressure (CVP) meningkat
4) Refleks hepatojugular positif
c. Penyebab
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (mis: kortikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine)
4. D.0008 Penurunan curah jantung
a. Definisi
Penurunan curah jantung adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Penyebab
1) Perubahan irama jantung
DS:
Palpitasi (dada terasa berdebar kencang)
DO:
a) Bradikardia/takikardia
b) Gambaran EKG Aritmia atau gangguan konduksi
2) Perubahan preload
DS:
Lelah
DO:
a) Edema
b) Distensi vena jugularis
c) Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
d) Hepatomegali
3) Perubahan afterload
DS:
Dispnea (sesak napas)
DO:
a) Tekanan darah meningkat/menurun
b) Nadi perifer teraba lemah
c) Capillary refill time (CRT) > 3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat dan/atau sianosis
4) Perubahan kontraktilitas
DS:
a) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
b) Ortopnea
c) Batuk
DO:
a) Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4
b) Ejection fraction (EF) menurun
5. D.0056 Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Intoleransi aktivitas merupakan diagnosis keperawatan yang
didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
b. Tanda Gejala
DS:
Mengeluh lelah
DO:
Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
c. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
6. D.0143 Resiko jatuh
a. Definisi
Risiko jatuh merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan
sebagai berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh.
b. Faktor Resiko
1) Usia ≥ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis: licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran
14) Gangguan keseimbangan
15) Gangguan penglihatan (mis: glaucoma, katarak, ablasio
retina, neuritis optikus)
16) Neuropati
17) Efek agen farmakologis (mis: sedasi, alkohol, anestesi
umum)
7. D.0080 Ansietas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Tanda Gejala
DS:
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentasi
DO:
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
c. Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-
lain)
12) Kurang terpapar informasi
8. D.0111 Defisit pengetahuan
a. Definisi
Defisit pengetahuan merupakan diagnosis keperawatan yang
didefinisikan sebagai ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik tertentu.
b. Tanda Gejala
DS:
Menanyakan masalah yang dihadapi
DO:
1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
c. Penyebab
1) Keterbatasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
2.3.3 Intervensi Keperawatan
2.3.3.1 Intervensi keperawatan terapi diet garam
a. Definisi
Diet rendah garam merupakan diet yang dimasak dengan atau
tanpa menggunakan garam, namun dengan pembatasan
tertentu. Diet rendah garam merupakan diet dengan
membatasi asupan garam natrium seperti NaCl, soda kue
(NaHCO3), baking powder, natrium benzoat, dan vetsin
(monosodium glutamat) (Gasimova & Elhamamsy, 2019).
b. Tujuan
Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan
retensi garam atau air dalam jaringan tubuh danmenurunkan
tekanan darah pada pasien Hipertensi (Zainiah, dkk, 2022).
c. Manfaat
Menurunkan tekanan darah sistolik 5 sampai 10 dan diastolik
2 sampai 6 mmH.
d. Indikasi
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema
atau asites dan/atau hipertensi seperti yang terjadi pada
penyakit dikompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal
tertentu, toksemia pada kehamilan, dan Hipertensi esensial
(Zainiah, dkk, 2022).
e. Kontraindikasi
Resistensi insulin : kurangnya asupan sodium akan menuat
sinyal dari insulin tidak direspon secara baik, akibatnya gula
darah dalam tubuh cepat naik dan memicu gangguan lain
pada tubuh (Zainiah, dkk, 2022).
f. Prosedur Pelaksanaan
1) Melakukan pengukuran antropometri (BB menggunakan
timbangan injak dan TB menggunakan microtoise)
2) Menghitung kebutuhan gizi pasien dengan menggunakan
rumus Harris Benedict
3) Menerjemahkan hasil perhitungan kebutuhan gizi ke
dalam bentuk pembagian bahan makanan sehari
4) Mengimplementasikan rencana terapi diet ke dalam
bentuk pembagian bahan makanan sesuai dengan keadaan
dan daya terima pasien, yaitu :
a) Diet rendah garam I (200-400 mgNa) : diberikan
kepada pasien dengan edema, asites, dan atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak
ditambahkan garam dapur
b) Diet rendah garam II (600-800 mgNa) : diberikan
kepada pasien dengan edema, asites, dan atau
hipertensi tidak terlalu berat. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan ½ sdt (2 gr) garam
dapur
c) Diet rendah garam III (1000-1200 mgNa) : diberikan
kepada pasien dengan edema dan atau hipertensi
ringan. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur
5) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap respon
pasien dalam terapi gizi yang diberikan.
2.3.3.2 Intervensi keperawatan DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension)
a. Definisi
DASH merupakan diet sayuran serta buah yang banyak
mengandung serat pangan (30 gram/hari) dan mineral
tertentu (kalium, magnesium, serta kalsium) sementara
asupan garamnya dibatasi.
b. Tujuan
1) Mengontrol tekanan darah lewat penurunan asupan
natrium dan peningkatan asupan kalium
2) Menurunkan kadar kolesterol darah
c. Manfaat
1) Menurunkan tekanan darah pada penderita Hipertensi
2) Menurunkan resiko terkena penyakit Hipertensi
3) Menurunkan kadar total kolesterol darah dan kadar LDL
4) Mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler
5) Menurunkan resiko osteoporosis karena peningkatan
asupan kalium menurunkan ekskresi kalsium dalam urine
6) Menurunkan resiko terjadinya glukosa intoleran karena
terjadi peningkatan asupan kalium
7) Menurunkan berat badan efektif dan signifikan terutama
pada pasien obesitas tanpa harus mengurangi jumlah
makanan
d. Indikasi
1) Hipertensi
2) Pasien dengan DM dan overweight atau obesitas
3) Pasien dengan penyakit jantung
4) Pasien konstipasi kronis
5) Pasien prehipertensi
e. Kontraindikasi
1) Intoleransi laktosa
2) Pasien dengan diare berat
3) Peradangan saluran pencernaan
4) Pasien pre atau pasca bedah
5) Pasien gagal ginjal stadium akhir (ESRD)
f. Prosedur Pelaksanaan
1) Jika saat ini makan satu atau dua sayuran sehari,
tambahkan juga pemberian sayur pada makan siang dan
makan malam
2) Jika saat ini tidak makan buah atau jus hanya saat sarapan,
tambahkan pemberian untuk makanan atau sebagai
cemilan
3) Meningkatkan konsumsi susu dan produk susu bebas
lemak dan rendah lemak sampai tiga porsi sehari
4) Batasi daging tanpa lemak untuk 6 ons sehari (semua yang
dibutuhkan), gunakan hanya 3 ons pada makanan
5) Makan sayuran setiap pagi tanpa daging
6) Meningkatkan porsi sayuran, beras merah, pasta gandum,
dan kacang kering yang dimasak dalam makanan
7) Gunakan sayuran dan buah-buahan yang segar untuk
dibuat jus kemudian diminum
8) Pilih makanan gandum untuk mendapatkan nutrisi, seperti
mineral dan serat.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya fisik dan perlindungan pada pasien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari
pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
Menurut Nursalam (2019), tindakan keperawatan mencakup
tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi.
a. Tindakan mandiri adalah aktivitas keperawatan yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk
atau perintah dari petugas kesehatan lain
b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lainnya.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektuan untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanannya sudah berhasil dicapai (Nursalam,
2019).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP operasional :
S : Ungkapan perasaan dankeluhan yang dirasakan secara subyektif oleh
pasien setelah diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat setelah
diberikan implementasi keperawatan
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
masalah pasien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada
tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.
2.4 Artikel Pendukung
No. Judul Tahun Oleh Link Jurnal Hasil
1 Hubungan 2020 Rosa Amelia, https://journal.u Dari hasil penelitian
Dukungan Indah kmc.ac.id/index. didapatkan lebih
Keluarga Kurniawati php/joh/article/d banyak responden
terhadap ownload/232/22 yang mendapatkan
Kepatuhan 5 dukungan keluarga
Diet yaitu sebanyak 75,3%,
Hipertensi dibandingkan yang
pada tidak mendapatkan
Penderita dukungan keluarga
Hipertensi yaitu sebanyak 24,7%.
di Ada hubungan yang
Kelurahan signifikan antara
Tapos dukungan keluarga
Depok terhadap kepatuhan
diet hipertensi pada
penderita hipertensi di
kelurahan Tapos
dengan nilai P-value
0,001.
2 Penerapan 2022 Mauluda http://jurnal.d3p Hasil penelitian
Pola Diet Fitriyana, er.uwhs.ac.id/ind menunjukkan adanya
DASH Maulidta ex.php/mak/articl penurunan tekanan
terhadap Karunianingt e/view/126/98 darah serta perubahan
Tekanan yas lainnya. Pada subjek I
Darah pada terjadi penurunan
Penderita tekanan darah dari
Hipertensi 156/100 mmHG
di Desa menjadi 140/95
Kalikangku mmHg, sementara
ng pada subjek II juga
Semarang terjadi penurunan
tekanan darah dari
155/100 mmHg
menjadi 140/90
mmHg. Penelitian ini
menunjukkan bahwa
pemberian terapi pola
makan diet DASH
dapat menurunkan
tekanan darah pada
penderita Hipertensi.
3 Penerapan 2021 Agustina http://persagi.org Hasil menunjukkan
Anjuran Pungki /ejournal/index.p adanya perbedaan
Diet DASH Astuti, Didit hp/Gizi_Indon/art yang bermakna pada
Dibandingk Damayanti, icle/view/559 tekanan darah
an Diet Iskari diastolik setelah
Rendah Ngadiarti pasien diberi diet
Garam DASH dibandingkan
Berdasarka dengan pasien yang
n Konseling diberi diet RG (p
Gizi <0,05) dan terdapat
terhadap perbedaan delta
Penurunan penurunan sistolik dan
Tekanan diastolik bermakna
Darah pada pada diet DASH
Pasien dibanding diet RG.
Hipertensi Analisa juga
di menunjukkan adanya
Puskesmas penurunan tekanan
Larangan darah sistolik,
Utara diastolik dan asupan
natrium yang
bermakna (p <0,001)
pada kedua kelompok
diet setelah mendapat
konseling diet DASH
dan diet RG.
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Desain Penulisan


Desain penelitian merupakan sebuah rencana aksi penelitian kegiatan
yang berupa urutan menghubungkan antara pertanyaan penelitian dengan
responden yang menjawab. Desain penelitian bukan hanya sebuah rencana
kegiatan kerja maupun tujuan dari hasil penelitian, yakni membantu peneliti
supaya terhindar dari data yang tidak berhubungan dengan pertanyaan
penelitian.
Penelitian inimenggunakan desain laporan kasus yang ditulis dalam
bentuk naratif untuk mendeskripsikan mengenai pengalaman peneliti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dengan masalah
keperawatan defisit pengetahuan tentang diet di wilayah Puskesmas Kebonsari
Kota Pasuruan.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien
Hipertensi dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan terkait diet,
meliputi :
3.2.1 Asuhan Keperawatan
Penelitian ini menggunakan desain laporan kasus yang ditulis dalam
bentuk naratif untuk mendeskripsikan mengenai pengalaman peneliti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dengan
masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang diet di wilayah
Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
3.2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik
yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
≥90 mmHg karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Apriyani, 2020).
Tabel 3.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (2008) dalam
Apriyani (2020)
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol
(mmHg)
Optimal normal normal-tinggi
< 120 < 80
< 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(isolated systolic hypertension)
Sub-grup : perbatasan 140-149 < 90
Sumber : Apriyani (2020)
3.2.3 Defisit Pengetahuan
Defisit pengetahuan merupakan diagnosis keperawatan yang
didefinisikan sebagai ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu.
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penyusunan laporan kasus asuhan keperawatan ini
adalah pasien penderita Hipertensi dengan masalah keperawatan defisit
pengetahuan mengenai diet.
3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu yang telah ditentukan untuk pengumpulan data dilakukan pada
bulan April 2023.
3.5 Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada klien dan
keluarga mengenai keluhan yang dirasakan pada saat dilakukan
pengkajian, peneliti menanyakan mengenai riwayat kesehatan sekarang
tentang sejak kapan keluhan yang dirasakan, tindakan apa yang telah
dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut, bagaimana respon dari
tindakan yang dilakukan. Selain itu, peneliti juga menanyakan riwayat
kesehatan dahulu apakah klien pernah mengalami keluhan seperti
yang dialami sekarang atau adakah penyakit penyerta lainnya. Mengenai
riwayat kesehatan keluarga, peneliti menanyakan adakah anggota
keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit
menurun maupun menular. Alat yang digunakan dalam melakukan
wawancara adalah lembar atau format asuhan keperawatan dan alat tulis.
3.5.2 Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung pada keadaan klien dan hasil
tindakan asuhan keperawatan dengan defisit pengetahuan tentang diet
Hipertensi yang diberikan pada klien dengan Hipertensi. Keadaan yang
diamati adalah adanya perilaku yang tidak sesuai anjuran, ada atau
tidaknya persepsi yang salah dalam menjawab saat klien diberi
pertanyaan oleh peneliti. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi
TTV menggunakan alat Sphygmomanometer, termometer, stetoskop dan
jam arloji.
3.5.3 Dokumentasi
Peneliti menggunakan berbagai sumber catatan dan mendokumentasikan
semua hasil wawancara maupun observasi yang diperoleh dari 2 sumber,
yaitu klien dan keluarga.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau
informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.
Disamping integritas penulis (karena penulis menjadi instrumen utama), uji
keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan atau
tindakan menggunakan sumber informasi tambahan melalui dua sumber, yaitu
klien dan keluarga yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Wawancara ataupun observasi diharapkan dapat mengarahkan
ataumenuntun peneliti untuk memperoleh jawaban yang lengkap dan juga
tepat, sehingga akan mempermudah tujuan penelitian.
3.7 Analisa Data
Analisis data dilakukan peneliti di lapangan, sejak pengumpulan data
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada
kemudian dituangkan dalam opini pembahasan. Teknis analisis yang
digunakan dengan cara menarasikan jawaban yang diperoleh dari hasil
interpretasi wawancara mendalam yang akan dilakukan dengan cara observasi
oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Strategi yang dilakukan peneliti dalam analisa data adalah sebagai
berikut : hasil dari wawancara diketik atau ditranskripsikan terlebih dahulu,
kemudian dibaca secara berulang-ulang. Setelah itu dicari kata-kata yang
seirama untuk menentukan kata kunci. Dari kata kunci tersebut bisa
menentukan hasil berupa sub tema dan juga tema. Urutan dalam analisa data,
yaitu :
3.7.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian dianalisis dalam
bentuk transkrip (catatan terstruktur)
3.7.2 Mereduksi Data
Memilih dan memusatkan perhatian peneliti, dalam hal ini adalah
keluhan kurangnya informasi atau kurang terpaparnya infomasi terkait
diet Hipertensi pada pasien dengan Hipertensi serta jalannya kepatuhan
diet pasien sebagai bentuk asuhan keperawatan untuk mengatasi defisit
pengetahuan terkait diet
3.7.3 Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, ataupun teks naratif.
Dengan tetap merahasiakan identitas klien dengan cara menyamarkan
identitasnya
3.7.4 Kesimpulan
Data yang disajikan kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil
penelitian terdahulu secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cara induksi. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan
evaluasi akhir.
3.8 Etika Penulisan
3.8.1 Pengertian
Etika penulisan atau penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku
untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,
pihak yang diteliti (subjek penelitian), dan masyarakat yang akan
memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2018).
3.8.2 Sifat
Beberapa sifat etika penulisan atau penelitian yang dipaparkan oleh
Notoatmodjo (2018), adalah sebagai berikut :
3.8.2.1 Persetujuan (Inform Consent)
Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau
wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta
persetujuannya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada
responden yang akan diteliti, kemudian responden
menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari
lembar persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian.
Peneliti tidak memaksa responden yang menolak untuk diteliti
dan menghormati keputusan responden. Responden diberi
kebebasan untuk ikut serta ataupun mengundurkan diri dari
keikutsertaannya.
3.8.2.2 Tanpa nama (Anonimity)
Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip
anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada hasil penelitian, tetapi
responden diminta untuk mengisi inisial dari namanya dan
semua kuisioner yang telah terisi hanya akan diberi nomor kode
yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas
responden. Apabila penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satu
identifikasi yang berkaitan dengan responden yang
dipublikasikan.
3.8.2.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan
seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden
kepada siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman
dan tidak terbaca oleh orang lain. Setelah penelitian selesai
dilakukan, maka peneliti akan memusnahkan seluruh informasi.

Anda mungkin juga menyukai