DISUSUN OLEH :
INRI SURYANI BR SINAGA
224054
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering ditemukan
pada balita dan anak-anak. Bronkopneumonia disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Tanda gejala bronkopneumonia
berupa demam tinggi, gelisah, dispnue, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare, batuk kering dan produktif (Ngastiyah, 2014).
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh bakteri Stafilococcus aureus dan Haemofilus influenza yang masuk ke
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, batuk
produktif, ronchi positif. Mikroorganisme yang terdapat dalam paru dapat
menyebar ke bronkus, bronkus akan mengalami fibrosis dan pelebaran.
Pelebaran tersebut dapat menyebabkan akumulasi sekret di bronkus. Bayi dan
balita tidak dapat mengatur bersihan jalan napas secara mandiri, oleh sebab
itu jika akumulasi sekret di bronkus tidak segera ditangani akan terjadi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Riyadi, 2015).
Bronkopneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada
di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari
fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas
masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kayaprotein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Masuknya jamur, virus dan bakteri ke paru-paru yang
mengakibatkan terjadinya infeksi parenkim paru. Salah satu reaksi infeksi
adalah dengan meningkatnya produksi sputum. Produksi sputum yang
meningkat akan menjadi masalah utama pada anak dengan Bronkopneumonia
yang akan mengakibatkan tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada anak
(Adriana, 2015).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit
ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang
menyebabkan kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari,
atau di perkirakan 2 anak Balita meninggal setiap menit pada tahun 2018
(WHO., 2019) dalam (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Berdasarkan data laporan rutin subdit ISPA tahun 2018, didapatkan
penemuan insiden Bronkopneumonia (per 1000 balita) di Indonesia sebesar
20,54 (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Di Indonesia, cakupan penemuan
kasus Bronkopneumonia pada balita dari tahun 2016-2019 mengalami
peningkatan dari 94,12% menjadi 97,30% (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Prevalensi Bronkopneumonia terbanyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun
(Kementrian Kesehatan RI, 2020). Pada tahun 2018-2019 terjadi peningkatan
penemuan penderita Pneumonia atau Bronkopenumonia yaitu 2,82% di Bali
dan perlu kerja keras serta komitmen untuk meningkatkan capaian penemuan
dan tatalaksana penderita secara cepat dan tepat (Dinkes Prov. Bali, 2019)
Cakupan penemuan dan penanganan Pneumonia pada balita di Kabupaten
Tabanan pada tahun 2020 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni
sebesar 81.18% dari total penderita yang ditemukan dan ditangani 2.643
kasus, baik yang ditemukan di puskesmas, sarana pelayanan kesehatan swasta
maupun rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
B. ETIOLOGI
Bronkopneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur.
Menurut hasil penelitian penyebab pneumonia adalah bakteri (70%), kemudian
virus dan jamur yang sangat jarang ditemukan sebagai penyebab pneumonia.
(Kemenkes RI, 2010). Menurut Nurarif & Kusuma (2020), penyebab
bronkopneumonia adalah :
1. Bacteria : Staphylococcus aureus, Hemophilus influinzae,
Streptococcus Pneumoniae, dan Klebsiella Pneumoniae
2. Virus : Respiratory syncytial virus, dan Virus influenza
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : Pneumocystis jiroveci (PCP)
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan
benda asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
C. PATOFIOLOGI
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan
yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini
disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin
bertambah, terdapat fibrin dan leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis
yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah
makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis,
kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem
bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akantetap normal (Kris,
2020).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema
masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian
makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas
lebih jauh lagi ke lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-
paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru,
bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru
mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan comliance paru menurun,
serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt
kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada
hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang
menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas
(Kris, 2020).
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Syahra (2021), tanda-tanda umum bronkopneumonia yaitu :
1. Demam tinggi
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas
dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal.
2. Pernapasan
Batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum berwarna
keputihan, takipnea, bunyi napas ronki atau ronki kasar, pekak pada
saat perkusi, nyeri dada, pernapasan cuping hidung, pucat sampai
sianosis (bergantung pada tingkat keparahan), frekuensi pernapasan > 24
x/menit.
3. Foto toraks
Infiltrasi difusatau bercak-bercak dengan distribusi peribronkial.
4. Perilaku
Sensitive, gelisah, dan letargik
5. Mengalami lemas/ kelelahan
Gejala lemas/ kelelahan juga merupakan tanda dari pneumonia, hal ini
disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien sehingga
kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas normal dan
kebutuhan energi yang juga terkuras akibat usaha dalam bernapas.
6. Gastrointestinal
Anoreksia, muntah, diare, dan nyeri abdomen
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Ryusuke dan Damayanti (2017) pemeriksaan penunjang penyakit
bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Rontgen thorax atau sinar X : Mengidentifikasi distribusi structural,
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empysema (stapilococcus).
Infiltrasi penyebaran atau terlokalisasi (bakterial) atau
penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikroplasma
sinar X dada mungkin bersih.
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan
peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume
menurun, tekanan jalan napas meningkat.
3. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum
dan darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau
biopsi atau pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru.
5. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat, complain
menurun, dan hipoksemia.
6. Pewarnaan darah lengkap (Complete Blood Count – CBC):
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih
(white blood count - WBC) rendah pada infeksi virus.
7. Tes serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.
G. KOMPLIKASI
1. Infeksi aliran darah
Infeksi aliran darah (bakteremia) terjadi akibat adanya bakteri yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ
lain. Bakteremia berpotensi menyebabkan infeksi menyebar ke beberapa
organ lain dan mengakibatkan syok sepsis, yang bisa menyebabkan
kematian.
2. Abses paru atau paru bernanah (empiema)
Penumpukan nanah bisa menyebabkan terbentuknya abses
paru atau empiema. Pada beberapa keadaan, kondisi ini dapat ditangani
dengan pemberian antibiotik. Namun, jika tidak kunjung membaik,
diperlukan tindakan medis khusus membuang nanahnya.
3. Efusi pleura
Efusi pleura adalah kondisi ketika cairan memenuhi ruang di antara
kedua lapisan pleura, yaitu selaput yang menyelimuti paru-paru dan
rongga dada. Efusi pleura merupakan kondisi berbahaya yang dapat
menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas.
4. Acute respiratoty distress syndrome (ARDS)
ARDS terjadi ketika cairan memenuhi kantong-kantong udara (alveoli) di
dalam paru-paru sehingga menyebabkan penderita tidak bisa bernapas
(gagal napas).
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Yuyun (2019), fokus pengkajian bronkopneumonia meliputi :
1) Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis
2) Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk
mengenal tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam
keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah,
produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama
pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, mengi,
wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan
seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga
klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan bersihan
jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan
kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada
riwayat kesehatan sekarang
b) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah sistem
pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya,
dengan sakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat,
pengobatan yang pernah dijalani dan riwayat alergi, adakah
lingkungan tempat tinggalnya merokok
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0001)
2. Hipertermi berhungan dengan proses penyakit (D.0130)
3. Resiko hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
(D.0034)
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(D.0005)
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler (D.0003)
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmapuan mencerna makanan
(D.0019)
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
No Keperawatan Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
nafas tidak tindakan keperawatan (I.01011)
efektif …… x jam 24, bersihan O:
berhubungan jalan nafas efektif. - Monitor pola nafas
dengan Kriteria hasil: Bersihan (frekuensi, kedalaman
sekresi yang jalan nafas (L.01001) usaha nafas)
tertahan Frekuensi nafas normal - Monitor bunyi nafas
(D.0001) 24-40 x/menit tambahan (gurgling,
Pola nafas teratur mengi, wheezing, ronchi
Tidak ada sianosis kering)
Tidak ada kesulitan - Monitor sputum
berbicara (jumlah, wana, aroma)
Sekret berkurang T:
- Berikan terapi nebulizer
- Posisikan semi fowler
- Berikan minum hangat
E:
- Ajarkan teknik batuk efektif
K:
Kolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
muolitik, jika perlu
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012). Menurut Mufidaturrohmah (2017) implementasi merupakan tindakan
yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri merupakan aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan, pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang
terjadi telah teratasi seluruhnya, teratasi sebagian, atau belum teratasi
semuanya (Debora, 2012). Menurut Mufidaturrohmah (2017) tujuan
evaluasi keperawatan adalah untuk mengetahui perawatan yang diberikan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif adalah hasil dari umpan balik selama
proses keperawatan berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan
dan memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut A. Alimul and
Hidyat (2012) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
1. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pasien pneumonia
dengan bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan mampu dan tidak
mengeluh sulit sulit bernapas (dispnea), pasien tidak mengeluh sulit
bicara, pasien tidak mengeluh ortopnea.
2. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
3. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan
telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan
simpulan yaitu :
a. Tujuan tercapai, yaitu respons klien sama dengan hasil yang
diharapkan
b. Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian
yang berhasil dicapai (2 indikator evaluasi tercapai)
c. Tujuan tidak tercapai
4. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis.
BAB III
PENGELOLAAN KASUS
Biodata Pasien
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 70 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. No. Register : 01059xxx
5. Alamat : Sumatra Utara
6. Status : Menikah
7. Keluarga terdeka : Istri
8. Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : Sesak nafas
Saat Pengkajian : Sakit dada, sesak nafas, dan batuk berlendir
serta mudah lelah saat beraktivitas
B. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan dadanya sakit, merasa
sesak nafas, batuk berlendir dan mudah lelah saat beraktivitas. Pasien
mengatakan susah mengeluarkan dahaknya. Kemudian pasien
memutuskan untuk berobat ke RS. Dari hasil anamnesa, pasien tampak
lemah, kesadaran composmentis dengan GCS 15, pasien tampak gelisah,
pasien tampak batuk dan susah mengeluarkan dahak. Hasil pemeriksaan
TTV : TD : 123/69 mmHg, N : 101 x/menit, RR : 28 x/menit, S : 36,7◦C.
Pasien mendapat advis untuk rawat inap.
C. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Pasien mengatakan belum pernah dirawat di
RS sebelumnya, pasien juga mengatakan belum pernah menjalani operasi,
pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada riwayat
menurun seperti hipertensi, DM, ataupun stroke.
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
1) TD : 12369 mmHg
2) Nadi : 101 x/menit
3) RR : 28 x/menit
4) Suhu : 36,7⁰C
5) BB : 65 kg
6) TB : 168 cm
7) Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith : 23,04
Pasien termasuk : ( Ideal )
B. KEADAAN UMUM
KU lemah, kesadaran composmentis dengan GCS 15
C. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
a) Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut
Warna Kulit : sawo matang
Palpasi : Tekstur (halus), Turgor / Kelenturan (baik), Struktur (keriput),
Lemak subcutan (tipis), tidak ada nyeri tekan
b) Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata), tidak ada rambut rontok, warna hitam beruban
c) Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi, warna putih tulang, bentuk oval, kebersihan baik
d) Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px.Kulit
Tidak ada
D. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER
a) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala mesocephal, simetris, tidak ada hidrochepalu,
tidak ada luka/benjolan, tidak ada perdarahan, tidak ada trepanasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Mata ka/ki simetris
b. Tidak ada ekssoftalmus, tidak ada endofthalmus
c. Kelopak mata / palpebra : tidak terjadi oedem, tidak ada ptosis, tidak
ada peradangan, tidak ada luka, tidak ada benjolan
d. Bulu mata : tidak rontok
e. Konjunctiva dan sclera : Anemis
f. Warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya ka/ki miosis, pupil
isokor
g. Kornea : warna putih
Tidak ada nigtasmus
Tidak ada strabismus
h. Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : Tidak terkaji
Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Kurang )
i. Pemeriksaan lapang pandang
Haemi anoxia
Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak terkaji
1. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Bagian telinga luar : bentuk normal
Ukuran normal, Warna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada peradangan, ada sedikit penumpukan serumen di telinga
kanan.
Membran tympany, tidak ada perdarahan, tidak ada perforasi.
Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Fungsi pendengaran ka/ki baik
- Uji weber : lateralisasi kanan
- Uji rinne : hantaran tulang lebih keras
- Uji swabach : memendek
2. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Tidak ada pembengkokan bentuk tulang hidung dan posis septum nasi
Amati meatus : tidak ada perdarahan, ada sedikit kotoran di hidung
kanan, tidak ada pembengkaka, tidak ada pembesaran / polip
3. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
Bibir : Tidak ada kelainan konginetal
Warna bibir pucat, tidak ada lesi, gigi ,gusi, dan lidah : bersih, tidak ada
caries gigi, tidak ada kotoran, tidak memakai gigi palsu, tidak ada
gingivitis
Warna lidah : merah muda, tidak ada perdarahan dan abses
Orofaring atau rongga mulut : bersih, uvula ( simetris )
Benda asing : tidak ada
Tidak ada pembesaran tonsil
Perhatikan suara klien : tidak ada perubahan suara
4. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien : tegang, warna dan kondisi wajah klien
pucat
Struktur wajah klien : normal, tidak ada kelumpuhan otot-otot fasialis
1. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi :
a. Bentuk leher simetris, tidak ada peradangan, tidak ada jaringan parut,
tidak ada perubahan warna, tidak ada massa
b. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Tidak ada pembesaran vena jugularis
c. Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, posisi trakea simetris
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. kepala, wajah, leher :
tidak ada
E. PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
Tidak terkaji
F. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU
1) Inspeksi
Bentuk torak normal chest, susunan ruas tulang belakang (normal),
bentuk dada simetris, keadaan kulit kering
Retrasksi otot bantu pernafasan : tidak ada retraksi intercosta, tidak ada
retraksi suprasternal, tidak ada sternomastoid, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Pola nafas : cepat
2) Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
sama
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Wheezing
Suara ucapan terdengar : Normal
Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : Dada sakit,
sesak nafas, dan batuk berdahak
G. PEMERIKSAAN JANTUNG
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak kuat angkat
2) Palpasi : Ictus cordis teraba kuat angkat di ICS V
3) Perkusi : Bunyi pekak
Batas-batas jantung :
Batas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
4) Auskultasi : Suara lub-dup
BJ I terdengar ( tunggal ), ( keras ), ( reguler )
BJ II terdengar ( tunggal ), (keras ), ( reguler )
Keluhan lain terkait dengan jantung : Tidak ada
H. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : datar
Tidak ada massa/benjolan, simetris
Tidak ada bayangan pembuluh darah vena
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 16 x/menit
c. Palpasi
Palpasi Hepar : Tidak teraba
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran ogan pembesaran
Palpasi Appendik : Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada Shiffing Dullnes, tidak ada undulasi
Palpasi Ginjal :
Ka/ki tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
Perkusi : Suara tympani
I. PEMERIKSAAN GENETALIA
Genetalia Pria : Tidak terkaji
J. PEMERIKSAAN ANUS
Tidak terkaji
K. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL ( EKSTREMITAS )
1) Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak ada deformitas, tidak ada
fraktur
2) Palpasi
Oedem : tidak ada
Uji kekuatan otat 5 5
5 5
L. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1) Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale)
a) Menilai respon membuka mata : 4
b) Menilai respon Verbal : 5
c) Menilai respon motorik : 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
Composmentis
2) Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Tidak terjadi penigkatan suhu tubuh, tidak ada nyeri kepala, tidak ada
kaku kuduk, tidak ada mual –muntah, tidak terjadi kejang, tidak terjadi
penurunan tingkat kesadaran
3) Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) : Normal
Nervus II, Opticus ( penglihatan ) : Normal
4) Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot simetris, tidak ada atropi, tidak ada gerakan-gerakan yang
tidak disadari oleh klien
a. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : Cemas
Tingkah laku yang menonjol : Gelisah
Suasana yang membahagiakan klien : Kedatangan anak cucunya
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : Rasa
sakit/nyeri
b. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (ya), apakah pola
komunikasinya spontan, apakah klien menolak untuk diajak
komunikasi (tdk), apakah komunikasi klien jelas (ya), apakah klien
menggunakan bahasa isyarat (tdk)
c. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berespon : Setiap orang yang mengajak
berinteraksi
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : Istri dan anaknya
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif), apakah tipe
kepribadian klien (terbuka)
d. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya
: Membicarakan masalah dengan anak dan istrinya
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. DARAH LENGKAP
Leukosit : 21.2 ribu/uL
Eritrosit : 3.64 juta/uL
Trombosit : 359 ribu/uL
Haemoglobin : 11.5 g/dL
Haematokrit : 35.5 %
b. KIMIA DARAH
Ureum : 30 mg/dL
Creatinin : 1.24 mg/dL
SGOT : 25 u/L
SGPT : 13 u/L
c. ANALISA ELEKTROLIT
Natrium : 136 mmol/l
Kalium : 3.4 mmol/l
Clorida : 100 mmol/l
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil EKG : Sinus Rythm
b. Hasil RO Thoraks
- Bercak infiltrat pada paracardial kanan
- Cor tidak membesar, aorta normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang tervisualisasi intak
Kesan :
Bronchopneumonia dextra
9. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan dadanya sakit, - Pasien tampak lemah
merasa sesak nafas, batuk berlendir. - Kesadaran composmentis dengan
Pasien mengatakan susah GCS 15
mengeluarkan dahaknya
- Nafas cepat
- Terdengar bunyi wheezing
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak batuk dan susah
mengeluarkan dahak
- Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 123/69 mmHg
N : 101 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,7◦C
SpO2 : 92%
- Kesadaran makrofag
composmentis
dengan GCS 15 Infeksi
- Nafas cepat
Peradangan/inflamasi
- Terdengar bunyi
wheezing
Oedem
- Pasien tampak
gelisah
Produksi secret
- Pasien tampak
meningkat
batuk dan susah
mengeluarkan
Bersihan jalan nafas
dahak
tidak efektif
- Hasil pemeriksaan
TTV :
TD : 123/69 mmHg
N : 101 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,7◦C
SpO2 : 92%
11. PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan Setelah Manajemen Jalan 1. Mengetahui
jalan nafas dilakukan Nafas (I.01011) status
tidak efektif tindakan Observasi pernafasan
b.d sekresi keperawatan - Monitor pola pasien
yang tertahan selama 1x24 nafas (frekuensi, 2. Mengetahui
jam, kedalaman bunyi tambahan
diharapkan usaha nafas) dalam paru
bersihan - Monitor bunyi 3. Memaksimalkan
jalan nafas nafas tambahan ventilasi
efektif (gurgling, 4. Mengeluarkan
Dengan mengi, secret yang
kriteria wheezing, tertahan
hasil : ronchi kering)
Bersihan - Monitor sputum
jalan nafas (jumlah, wana,
(L.01001) aroma)
1. Frekuensi Terapeutik
nafas - Berikan terapi
normal 18- nebulizer
24 x/menit - Posisikan semi
2. Pola nafas fowler
teratur - Berikan minum
3. Tidak ada hangat
sianosis
4. Sekret
berkurang Edukasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
bronkodilator,
ekspetoran,
mukolitik, jika
perlu
12. IMPLEMENTASI
Hari/tgl/Jam No Dx Tindakan Keperawatan Hasil Ttd
Tindakan
20 Januari 1 1. Melakukan monitoring S : Pasien
2023 pola nafas (frekuensi, mengatakan
08.00 kedalaman usaha dadanya sakit,
nafas) dan sesak nafas,
2. Melakukan monitoring serta dahaknya
bunyi nafas tambahan susah keluar
(gurgling, mengi,
wheezing, ronchi O :
kering) - Keadaan
3. Melakukan monitoring umum :
sputum (jumlah, wana, lemah
aroma) - Frekuensi
nafas 28
x/menit
- Nafas cepat
- Terdapat
bunyi nafas
tambahan
wheezing
- Dahak susah
dikeluarkan
10.00 1. Memberikan posisi S : Pasien
semi fowler mengatakan
2. Memberikan minum posisinya sudah
air hangat nyaman
O : Pasien
dalam posisi
semi fowler
Pasien
menghabiskan
minum hangat
¼ gelas
belimbing
3. Melakukan kolaborasi S : Pasien
dengan dkter tentang mengatakan
pemberian obat mau diberikan
Anbacim 4 gr/12 jam obat
O : Obat
Anbacim 4
gr/12 jam telah
diberikan
13. EVALUASI
Hari/tgl/ No Dx Evaluasi Ttd
Jam
20 Januari 1 S : Pasien mengatakan dadanya sakit, dan
2023 sesak nafas, serta dahaknya susah keluar
13.00 O:
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran Composmentis dengan
GCS 15
- Pasien tampak gelisah
- Dahak susah keluar
- Frekuensi nafas 28 x/menit
- Nafas cepat
- Terdapat bunyi nafas tambahan
wheezing
- Pasien menghabiskan minum air
hangat ¼ gelas belimbing
- Pasien telah diberikan obat Anbacim
4 gr/12 jam
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan
(gurgling, mengi, wheezing, ronchi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, wana,
aroma)
4. Berikan terapi nebulizer
5. Ajarkan teknik batuk efektif
6. Kolaborasi pemberian obat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada pasien
bronkopneumonia, didapatkan hasil bahwa pasien sulit mengeluarkan dahak,
nafas cepat, pasien tampak gelisah, dan kondisi lemah. Pasien telah diberikan
tindakan selama 1x24 jam dan masalah belum teratasi, maka intervensi harus
dilanjutkan.
A. Saran
Pasien disarankan untuk mengulangi latihan yang diberikan perawat
karena semua program yang telah diberikan juga akan lebih maksimal hasilnya
apabila pasien juga melakukannya secara rutin. Agar dahak bisa keluar dan
pasien tidak kesulitan bernafas.
DAFTAR PUSTAKA