Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KEGAWATDARURATAN SISTEM PULMONOLOGI :


BRONKOPNEUMONIA

DISUSUN OLEH :
AMBARWATI KHAIRUNNISAK
01202308082

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMUKESEHATAN
ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023/2024
A. KONSEP DASAR BRONKOPNEUMONIA
1. Definisi
Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi pernapasan.
Berdasarkan kelompok umur penduduk, periode prevalence pneumonia
yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dan kemudian mulai
meningkat pada umur 45-54 tahun (Suryani, 2020).
Bronkopneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang
menyerang jaringan paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil
yang disebut alveoli, yang terisi udara ketika orang sehat bernafas. Ketika
seseorang menderita pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan,
yang membuat sulit bernapas dan membatasi asupan oksigen (WHO, 2019).
Bronkopneumonia merupakan suatu proses peradangan parenkim
paru yang terjadi pada pengisian rongga alveoli oleh eksudat dan terdapat
konsolidasi. Umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-
benda asing pada saluran pernapasan (Ardiansyah,2021).

2. Etiologi
Bronkopneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan
jamur. Menurut hasil penelitian penyebab pneumonia adalah bakteri (70%),
kemudian virus dan jamur yang sangat jarang ditemukan sebagai penyebab
pneumonia. (Kemenkes RI, 2010). Menurut Nurarif & Kusuma (2020),
penyebab bronkopneumonia adalah :
1. Bacteria : Staphylococcus aureus, Hemophilus influinzae,
Streptococcus Pneumoniae, dan Klebsiella Pneumoniae
2. Virus : Respiratory syncytial virus, dan Virus influenza
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : Pneumocystis jiroveci (PCP)
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan
benda asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
3. Manifestasi Klinis
Menurut Syahra (2021), tanda-tanda umum bronkopneumonia yaitu :
1. Demam tinggi
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas
dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal.
2. Pernapasan
Batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum berwarna
keputihan, takipnea, bunyi napas ronki atau ronki kasar, pekak pada saat
perkusi, nyeri dada, pernapasan cuping hidung, pucat sampai sianosis
(bergantung pada tingkat keparahan), frekuensi pernapasan > 24 x/menit.
3. Foto toraks
Infiltrasi difusatau bercak-bercak dengan distribusi peribronkial.
4. Perilaku
Sensitive, gelisah, dan letargik
5. Mengalami lemas/ kelelahan
Gejala lemas/ kelelahan juga merupakan tanda dari pneumonia, hal ini
disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien sehingga
kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas normal dan kebutuhan
energi yang juga terkuras akibat usaha dalam bernapas.
6. Gastrointestinal
Anoreksia, muntah, diare, dan nyeri abdomen

4. Patofisiologi
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian
perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi
jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan
sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi
serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin
semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit di alveoli dan terjadi proses
fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu.
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini
disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak
terkena akantetap normal (Kris, 2020).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan
edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak,
kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini
bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang sama, atau mungkin ke bagian
lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran
limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena
jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan comliance
paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan
pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga
berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena
saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat
bisa terjadi gagal nafas (Kris, 2020).

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ryusuke dan Damayanti (2017) pemeriksaan penunjang
penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Rontgen thorax atau sinar X : Mengidentifikasi distribusi structural,
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empysema (stapilococcus).
Infiltrasi penyebaran atau terlokalisasi (bakterial) atau
penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikroplasma
sinar X dada mungkin bersih.
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan
peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume
menurun, tekanan jalan napas meningkat.
3. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum
dan darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau
biopsi atau pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru.
5. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat, complain
menurun, dan hipoksemia.
6. Pewarnaan darah lengkap (Complete Blood Count – CBC): Leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count - WBC) rendah pada infeksi virus.
7. Tes serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ardiansyah (2021), penatalaksanaan yang umum
dilakukan pada penderita bronkopneumonia adalah :
1) Oksigenasi 1-2 liter/menit
2) Intravena fluid dripdextrose10%,NaCl0,9%=3:1,KCl10mEq/500 ml
cairan, jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu
dan status hidrasi.
3) Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip jika sesak tidak terlalu berat.
4) Jika terdapat sekresi lendir berlebihan dapat dilakukan pemberian
inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk meperbaiki
transport mukosilier. Seperti pemberian terapi nebulizer dengan
flexoid dan ventolin yang bertujuan untuk mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
5) Pemberian antibiotic sesuai jenis pneumonia.
Penatalaksanaan untuk bronkopneumonia bergantung pada
penyebab, antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
1) Untuk kasus bronkopneumonia community based:
a) Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
b) Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Untuk kasus bronkopneumonia hospital based:
a) Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b) Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Timah (2021), penatalaksanaan keperawatan
bronkopneumonia adalah :
1) Pemberian terapi nebulizer
Pemberian terapi inhalasi yaitu teknik yang dilakukan dengan
pemberian uap dengan menggunakan obat ventolin 1 ampul dan
flexotide 1 ampul. Ventolin adalah obat yang digunakan untuk
membantu mengencerkan secret yang diberikan dengan cara diuap.
Flexotide digunakan untuk mengencerkan secret yang terdapat dalam
rongga.
2) Fisioterapi dada
Teknik dala tindakan fisioterapi dada dimaksudkan untuk melepaskan
sekresi dari dinding bronkial dan merangsang batuk untuk
mengeluarkan secret yang tertahan.
3) Pemberian oksigen
Pasien dengan pneumonia akan mengalai gangguan pernafasan yang
disebabkan karena inflamasi di alveoli paru-paru.
4) Pemberian terapi antibiotik
Antibiotik kombinasi yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi
ampicillin dan gentamicin, hal ini disebabkan gentamicin yang
dikombinasikan dengan penisilin atau vankomisin menghasilkan efek
bakteri yang kuat
5) Pemberian posisi semi fowler
Posisi tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi dari pada
posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi flower kepala dan dada
dinaikkan dengan sudut30°-45°. Posisi ini digunakan untuk pasien
yang mengalami masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan
jantung.
7. Pathways

Jamur, bakteri, virus protozoa

Terhirup/teraspirasi

Masuk ke paru-paru > bronkus

Proses peradangan

Infeksi
Eksudat dan serous masuk ke dalam bronkus
Kerja sel goblet
Peningkatan Peningkatan konsentrasi
meningkat SDM dan leukosit
suhu tubuh protein cairan bronkus
PMN mengisi alveoli

Produksi sputum
Tekanan hidrostatik
mningkat Hipertermi Konsilidasi di
meningkat, tekanan osmosis
alveoli
meningkat
Keringat
Akumulasi meningkat
sputum di jalan Complience
Difusi menurun
nafas paru menurun
Hypovolemia
Suplai O2 Akumulasi cairan di
Bersihan jalan bronkus
Tertelan ke menurun
nafas tidak
lambung
efektif
Intoleransi Cairan menekan Gangguan
Akumulasi aktivitas saraf pertukaran gas
sputum di
lambung
Nyeri akut
Lambung mengadakan usaha
untuk menyeimbangkan asam
Pola nafas tidak efektif
basa

Peningkatan Defisit nutrisi


Mual, muntah
asam lambung
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer – Primary Survey
a) Airway  Ada tidaknya sumbatan jalan nafas baik parsial maupun
total dan ada tidaknya kemungkinan cidera cervical, serta suara nafas
b) Breathing  Ada tidaknya sesak napas (dypsneu). frekuensi napas,
irama napas, ada tidaknya bunyi nafas tambahan (pada kasus
bronkopneumonia biasanya suara nafas wheezing/ronchi), ada tidaknya
penggunaan otot bantu napas dan ada tidaknya retraksi dinding dada,
hasil AGD (jika ada)
c) Circulation  Kekuatan denyut nadi teraba kuat/tidak, irama, akral
hangat/dingin, CRT, ada tidaknya edema, tekanan darah serta frekuensi
nadi
d) Disibility  Tingkat kesadaran, GCS, reaksi pupil, refleks pupil
e) Eksposure  Ada tidaknya luka post op, ada tidaknya nyeri, suhu
tubuh

2. Pengkajian Sekunder
a) Penampilan umum : Baik/Sedang/Lemah
b) Pemeriksaan GCS dan Tingkat Kesadaran
ITEM SKOR RESPON
EYE 4 Membuka mata spontan
VERBAL 5 Berorientasi baik
MOTORI 6 Dapat mengikuti perintah
K
Total Skor GCS :
Tingkat Kesadaran :
c) Tanda – tanda Vital
Tek. Darah Frekuesi nadi Frekuensi Suhu tubuh
(TD) (N) pernafasan (RR) (S)
d) Kepala/ Head :
Rambut : Warna rambut, bersih/tidak, ada lesi/tidak, rambut
lepek/normal
Mata : Simetris/asimetris, konjungtiva anemis/ananemis, sklera,
refleks pupil isokor, ada gangguan penglihatan/tidak
Hidung : Simetris/asimetris, ada lesi/tidak, ada pembengkokan
tulang hidung/tidak dan ada polip/tidak
Mulut : Bersih/kotor, terdapat stomatitis/tidak, mukosa bibir
lembab/kering, gigi rapi dan bersih/tidak, ada/tidak gigi palsu, fungsi
pengecapan baik/terdapat gangguan
Telinga : Terlihat serumen/tidak, terdapat luka/tidak, dan terdapat
hematoma/tidak, fungsi pendengaran baik/terdapat gangguan
e) Leher/Neck
Inspeksi : Simetris/asimetri, ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak
Palpasi : Ada nyeri tekan/tidak
f) Dada /Thorax
1) Paru/Pulmonal
Inspeksi : Dada terlihat simetris/asimetris, bentuk dada, ada/tidaknya
jejas
Palpasi : Fokal fremitus (normal teraba sama kuat di kedua lapang
paru)
Perkusi : Bunyi ketuk paru (normal terdengar sonor)
Auskultasi : Bunyi nafas (normal vesikuler, tidak ada bunyi nafas
tambahan)
2) Jantung/Heart
Inspeksi : Ictus cordis (normal tidak tampak kuat angkat)
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat angkat di ICS V (normal)
Perkusi : Suara perkusi (normal pekak)
Auskultasi : Bunyi jantung (normal BJ 1 dan 2 murni (lub-dup))
g) Perut/Abdomen
Inspeksi : Simetris/asimetris, terdapat laserasi/tidak
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan padakuadran abdomen
Perkusi : Suara perkusi (normal tympani)
Auskultasi : Peristaltic usus (normal 5-30 x/menit
h) Genetalia dan Rektal
Inspeksi : Terpasang kateter/tidak
Palpasi : Terkaji/tidak
i) Kulit/Integument
Inspeksi : Warna kulit, kulit lembab/kering/bersisik
Palpasi : Akral teraba hangat/dingin
j) Ekstermitas
Ekstremitas Superior : Ada/tidaknya odema, ada/tidaknya luka,
ada/tidaknya atropi, terpasang infus/tidak (ka/ki), kekuatan otot kanan-
kiri (normal 5/5)
Ekstremitas Inferior : Ada/tidaknya odema, ada/tidaknya luka,
ada/tidaknya atropi, kekuatan otot kanan-kiri (normal 5/5)

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0001)
b. Hipertermi berhungan dengan proses penyakit (D.0130)
c. Resiko hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
(D.0034)
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(D.0005)
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler (D.0003)
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
g. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmapuan mencerna makanan
(D.0019)
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
No Keperawatan dan Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
nafas tidak tindakan keperawatan (I.01011)
efektif …… x jam 24, bersihan O:
berhubungan jalan nafas efektif. - Monitor pola nafas
dengan Kriteria hasil: Bersihan (frekuensi, kedalaman
sekresi yang jalan nafas (L.01001) usaha nafas)
tertahan  Frekuensi nafas normal - Monitor bunyi nafas
(D.0001) 24-40 x/menit tambahan (gurgling,
 Pola nafas teratur mengi, wheezing, ronchi
 Tidak ada sianosis kering)

 Tidak ada kesulitan - Monitor sputum

berbicara (jumlah, wana, aroma)

 Sekret berkurang T:
- Berikan terapi nebulizer
- Posisikan semi fowler
- Berikan minum hangat
E:
- Ajarkan teknik batuk efektif
K:
Kolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
muolitik, jika perlu
2 Risiko Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
hypovolemia tindakan keperawatan ....x (I.030116)
berhubungan 24 jam diharapakn status O:
dengan cairan membaik dengan  Periksa tanda dan gejala
kehilangan Kriteria Hasil : hipovolemia (misalnya
cairan secara Status cairan (L.03028) nadi teraba lemah,
aktif (D.0034)  Turgor kulit meningkat tekanan darah menurun,
 Dispnea menurun tugor kulit menurun,
 Membran mukosa membrane mukosa
membaik kering, dan lemah)
 Monitor intake dan
output cairan
T:
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan asupan cairan
oral
E:
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
K:
 Kolaborasi pemberian
diuretik
3 Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermi
berhungan tindakan keperawatan .... (I.15506)
dengan proses x 24 jam diharapkan Suhu O:
penyakit tubuh kembali normal - Monitor suhu tubuh
(D.0130) dengan kriteria hasil : sesering mungkin
Termoregulasi (L.14134) - Monitor haluaran urine
 suhu tubuh anak dalam T:
rentang normal (36- Berikan kompres pada lipat
370C) paha dan aksila
 Tidak ada perubahan E:
warna kulit - Anjurkan tirah baring
- Anjurkan memakai
 Tidak terjadi kejang pakaian yang longgar
dan selimut yang tipis
K:
- Kolaborasi pemberian obat
antipiretik untuk
menurunkan panas
4 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas tindakan keperawatan (I.01014)
berhubungan selama ....x24 jam O:
dengan diharapkan pertukaran gas  Monitor frekuensi,
perubahan meningkat, dengan irama, kedalaman dan
membrane Kriteria hasil : upaya nafas
alveolus- Pertukaran Gas (L.01003)  Monitor pola nafas
kapiler  Dispnea menurun seperti bradipnea,
(D.0003)  Bunyi nafas tambahan takipnea, hiperventilas
menurun T:
 Pusing menurun  Atur interval pemantuan
 Nafas cuping hisung respirasi sesuai kondisi
menurun pasien
E:
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
5 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan (I.08238)
dengan agen selama ....x24 jam O:
pencedera diharapkan tingkat nyeri Identifikasi lokasi,
fisiologis menurun , dengan Kriteria karakteristik, durasi,
(D.0077) hasil : frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri (L.08066) intensitas nyeri
 Keluhan nyeri T:
menurun  Berikan teknik
 Meringis menurun nonfarmakologis untuk
 Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
menurun  Kontrol lingkungan
yang dapat memperberat
rasa nyeri (misalkan
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
E:
 Ajarkan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K:
 Kolaborasi dala pemberian
analgetik
6 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan (I.03119)
dengan selama ....x24 jam O:
ketidakmapua diharapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
n mencerna membaik, dengan Kriteria  Identifikasi makanan
makanan hasil : yang disukai
(D.0019) Status Nutrisi (L.03030)  Monitor asupan
 Porsi makan yang makanan
dihabiskan meningkat T:
 Frekuensi makan Berikan makanna tinggi
membaik kalori dan protein
 Membran mukosa E:
membaik  Anjurkan posisi duduk, jika
perlu
K:
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
7 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas tindakan keperawatan (I.05178)
berhubungan selama ....x24 jam O:
dengan diharapkan toleransi Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimba aktivitas meningkat, tubuh yang mengakibatkan
ngan antara dengan Kriteria hasil : kelelahan
suplai dan Toleransi Aktivitas T:
kebutuhan (L.05047)  Sediakan lingkungan
oksigen  Saturasi oksigen nyaman dan rendah
(D.0056) meningkat stimulus (mis. cahaya,
 Kemudahan dalam suara, kunjungan)
melaukan aktivitas E:
sehari-hari meningkat  Anjurkan tirah baring
 Kelulah lelah menurun K:
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
8 Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
tidak efektif tindakan keperawatan (L01011)
berhubungan selama ...x24 jam O:
dengan diharapkan pola nafas  Identifikasi pola nafas
hambatan membaik, dengan Kriteria (frekuensi, kedalaman,
upaya nafas Hasil : usaha nafas)
(D.0005) Pola Nafas (L.010004)  Monitor bunyi nafas
 Dispnea menurun tambahan (misalnya
 Frekunsi nafas gurgling, mengi,
membaik wheezing, ronchi)
 Penggunaan otot bantu T:
nafas menurun  Posisikan semi fowler atau
 Tekanan inspirasi dan fowler
E:
ekspirasi menurun  Ajarkan teknik batuk efektif.
K:
 kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2021. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.


Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan
Indonesia2016. Diakses tanggal 28 Desember 2021,
https://www.google.com/html
Khasanah, M. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia Di Ruang Kanthil
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, Asuhan Keperawatan Pada
Pneumonia Di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas,
Pp. 9-40
Kris, W. 2020. Asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia di rumah
sakit. KTI. D III Keperawatan: politeknik kesehatan kementrian
kesehatan samarinda
Lina, M. 2020. Bahan Ajar Keperawatan Dasar Anak. Gersik
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2020. Asuhan Keperawatan
Praktis :Berdasarkan Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam
BerbagaiKasus. Yogyakarta: MediAction Publishing
Suryani Manurung. 2020. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan Intranatal. Jakarta: TIM
Tim Poka SLKI DPP PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar diagnosa keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Timah Khusnul Khotimah, T. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Pneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi (Doctoral Dissertation, Stikes Kusuma Husada Surakarta).
Timah Khusnul Khotimah, T. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Pneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi (Doctoral Dissertation, Stikes Kusuma Husada Surakarta).
UNICEF. 2018. Pneumonia-UNICEF Data. https://data.unicef.org/topic/child-
health/pneumonia/htmlDiakses pada November 2022
World Health Organization. 2019. Pneumonia. World Health Organization.
https://www.who.int/newa-room/fact-sheets/detail/pneumonia- Diakses
pada November 2022
Zola. 2021. Karakteristik Anak Bungsu. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 5(3),
109-114.

Anda mungkin juga menyukai