Di susun Oleh :
18200100021
JAKARTA
2020
ELIMINASI
A. DEFINISI
Eliminasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Sedangkan dalam bidang kesehatan,
eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (fases).
Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-
padat yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Fisiologi Defekasi
Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang
mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air
besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh
reflek gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah
makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka
peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum
mulai bergerak. Isi kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum.
Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot obdominal, sfinkter anii mengendor dan
kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
2. Fisiologi miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi adalah
ginjal, ureter, kandung kemih, da uretra. Proses ini terjadi dari dua
langkah utama yaitu : kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudia
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut reflek
miksi (reflek berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini
gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih.
D. PATHWAY
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain :
a. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik fases, tetapi
juga pengontrolannya. Nak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuscular berkembang, biasanya
antara umur 2- 3 tahun. Orang dewasa juga megalami perubahan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot
yang normal) dari oto-oto
polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltic
dan mengerasnya (mongering) fases, dan menurunnya tonus dari
otot- otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung, beberapa orang dewasa juga mengalami
penurunan control terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
b. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
fases. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume fases. Makanan tertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaa, di beberapa bagian jalur
dari pengairan fases. Makan yang tidak teratur dapat menggangu
keterturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang
sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltic dan colon.
c. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi fases. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (contoh :
urin, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsobsi air dan chime ketika ia lewat di
sepanjang colon. Dampaknya chime menjadi lebih kering dari
normal, memperlambat perjalanan chyne di sepanjang intestinal,
sehingga meningkatkan reabsobsi cairan dari chyme.
d. Tonus otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting
untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltic yang
memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Oto-oto yang
lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan
defekasi. Oto-oto yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya
latihan(exercise), imobilitas atau gangguan dungsi syaraf.
e. Faktor psikologi
Dapat dilihat bahwa stress dapat mempengaruhi defekasi.
Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus
pada colitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui
juga bahwa beberapa orang yang cemas atau marah dapat
meningkatkan aktivitas peristaltic dan frekuensi diare. Ditambah
lagi orang yang depresi bisa memperlambat mitilitas intestinal,
yang berdampak pada konstipasi.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa nyeri
2. Perubahan eliminasi urin
3. Gejala gastrointestinal
4. Gejala lain pada setiap sistem tubuh
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Intervensi
Diare berhubungan dengan Observasi karakteristik fases dan
pdikologis situasional fisiologis frekuensi diare
Observasi turgor kulit
Monitor kulit di area anal dari
iritasi
Instruksikan keluarga untuk
mencatat warna, volume,
konsistensi fases serta frekuensi
BAB
Identifikasi factor yang
menyebabkan diare (kuman,
bacteri, dll)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diit yang hiegienis
Kolaborasi dengan dokter untuk
menggunakan obat antidiare
Gangguan keseimbangan cairan Pantau tanda kekurangan cairan
observasi/ catat hasil intake output
Anjurkan klien untuk banyak
minum
Jelaskan pada ibu tanda
kekurangan cairan
Berikan terapi sesuai advis : Infus
RL 15 tpm
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN KEBUTUHAN ELIMINASI DI
RUANG TULIP RSU ANDHIKA JAKARTA SELATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. T
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Cipedak, Jagakarsa
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 13/10/2020
Tanggal pengkajian : 14/10/2020
DX Medis : GEA Dehidrasi Sedang
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama :
Klien mengatakan BAB sudah kurang lebih 5 kali sejak tadi pagi (jam 3
pagi), klien mengatakan mual, muntah sebanyak kurang lebih 3x, nafsu
makan menurun.
2. Riwayat penyakit sekarang :.
Klien mengatakan awalnya perutnya terasa mulas, klien mengatakan BAB
lebih dari 5 kali sejak tadi pagi, klien mengatakan badannya terasa lemas.
Klien mengatakan mual (+), muntah (+) lebih dari 3 kali. Bagian bokong
lecet dan kemerahan.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Klien mengatakan sebelumnya dia sudah pernah terkena penyakit ini.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan sebelumnya ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama.
5. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai kebiasaan
memakan makanan pedas dan menyukai makanan yang mengandung
cuka seperti pempe, bakso dan tekwan.
6. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat ataupun makanan
dan minuman.
7. Pengkajian Sistem Tubuh
a. Sistem Pernapasan
Inspeksi :
o tidak ada pernafasan cuping hidung
o pengembangan dada simetris.
Palpasi :
o tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa di dada klien
Auskultasi :
o suara nafas : vesikuler
o respiratory rate : 20x/menit
o Suara napas : Vesikuler
Perkusi :
o Terdengar suara sonor
b. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung : Reguler
Tekanan darah 120/80 mmHg
Bunyi jantung : Normal
CRT : < 3 detik
Akral : hangat
Masalah :Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskuler
c. Sistem Persyarafan
Nervus I (Olfactorius) hasil pemeriksaan : baik, bisa
mencium bau
Nervus II ( Opticus) hasil pemeriksaan : ketajaman
penglihatan baik, lapang pandang baik, melihat warna
baik
Nervus III ( Okulomotoris) hasil pemeriksaan : pupil,baik,
isokor, reflek cahaya(+), Reflek (+)
Nervus IV (Trochlearis) hasil pemeriksaan : pergerakan
bola mata keatas dan ke bawah baik
Nervus V (Trigeminus) hasil pemeriksaan : membuka
leher, mampu menggerakkan, dan mampu menggigit
Nervus VI (Abduscen) hasil pemeriksaan: pergerakan
mata lateral baik
Nervus VII (Facial) hasil pemeriksaan : mampu
mengenyitkan kening pada kedua sisi wajah, sedangkan
mulut sebelah kanan dan kiri bisa di angkat
Nervus VIII (Vestibulachleasis) hasil pemeriksaan :
terdengar jelas
Nervus IX (Glassoparingeus) hasil pemeriksaan: reflek
paring mengilang
Nervus X (Vagus) hasil pemeriksaan : mampu menelan
ludah dengan baik dan bicara jelas
Nervus XI (Accesonus) hasil pemeriksaan : mampu
mengangkat bau kanan namun yang kiri susah,mampu
menoleh kedua arah
Nervus XII (hypeglosus) hasil pemeriksaan : tidak terjulur,
agak pendek kearah kanan dan kiri, mampu
menggerakkkan dengan baik pada kedua arah
d. Sistem Perkemihan
Inspeksi :
o klien tidak terpasang kateter urine
o tidak tampak distensi kandung kemih
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada daerah kandung kemih
Auskultasi : -
Perkusi : -
e. Sistem Pencernaan
Inspeksi :
o tidak tampak massa dan lesi pada perut pasien,
o bentuk perut datar, tidak cembung
Palpasi :
o tidak ada nyeri tekan, tidakteraba hepar, lien dan
massa pada abdomen.
Auskultasi :
o Terdengar bising usus 33 kali/menit
Perkusi :
o bunyi perut timpani pada kuadran kiri atas, kiri bawah
dan kanan bawah, bunyi pekak pada kuadran kanan atas
f. Sistem Muskuloskeletal
Aktifitas dibantu keluarga karena klien merasa lemas, tidak ada
keterbatasan gerak, klien terpasang infus di tangan kiri, kekuatan otot 4
4 4 4. Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi ,
mampu melawan dengan tahanan sedangan kiri.
g. Sistim Endokrin
Inspeksi :
o tidak terdapat pembesaran kelenjar tirioid,tidak ada
pembesaran jvp,tidak ada kelainan warna kulit
(hiperpigmentasi/hipopigmentasi pada daerah leher)
Palpasi :
o Tidak adanya nyeri tekan pada daerah leher,tidak teraba
pembesaran kelenjar tiroid,isthimus teraba
Auskultasi : -
Perkusi : -
h. Sistim sensori persepsi/Pengideraan
Inspeksi :
o konjungtiva tampak tidak anemis,sclera tidak icterik
sedikit kemerahan, pupil isokor,kelopak mata baik,tidak
tampak ptosis,ukuran daun telinga simetris,tidak ada
tinnitus,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata dan telinga
Perkusi : -
Auskultasi : -
i. Sistim integument
Inspeksi :
o tidak tampak sianosis, warna rambut tampak hitam,tidak
ada kotoran pada kepala,warna kulit cokelat, penyebaran
warna kulit merata ,mukosa bibir kering, warna pucat,
tampak kemerahan pada bagian bokong.
Palpasi :
o turgor kulit tidak baik, capillary refill time < 3 detik ,akral
teraba agak dingin, kulit teraba halus
Perkusi : -
Auskultasi : -
j. Sistim imun dan hematologi
Suhu : 36,5 ºC
k. Sistem Reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi .
8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
Respiratory rate : 20 kali/menit
Klien tidak mengeluh sesak
2. Cairan dan Elektrolit
di rumah klien minum 8 – 10 gelas / hari
di rumah sakit klien minum 6 – 7 gelas/ hari
3. Nutrisi
Sebelum di bawa ke rumah sakit klien mengeluh perut mules,
mual dan muntah, BAB lebih dari 5 kali dari jam 3 pagi .
4. Aman dan Nyaman
Klien merasa lebih tenang karena sudah diberi obat dan infus.
5. Eliminasi
Di rumah klien BAB 5 kali sejak jam 3 pagi
Di rumah sakit klien BAB 2 kali sejak masuk rawat
6. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah sebelum sakit klien setiap hari tidur 8 jam, melakukan
aktifitas sebagai ibu rumah tangga.
Di RS klien istirahat berbaring tidur 6 jam
7. Psikososial
Klien merasa tenang karena sudah diperiksa oleh dokter dan dilakukan
penanganan
penanganan
8. Komunikasi
Klien mampu berkomonikasi 2 arah dengan baik dengan tim kesehatan.
9. Seksual
Tidak ada masalah kesehatan.
10. Nilai dan Keyakinan
Klien selalu berdoa sesuai dengan keyakinannya.
11. Belajar
Klien selalu bertanya mencari tau tentang penyakitnya
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Interpretasi
Normal
14 Hemoglobin 11,2 g/dL 12-14 g/dL Rendah
Oktober Ht 43% 34,9 – 44,5 Normal
2020 Trombosit 350.000 % Normal
Urinalisis Warna 150 – 350 Dehidrasi
kuning ribu
kecoklatan Kuning
jernih
b. Pemeriksaan Diagnostik
Thorax : PA
Kedua apex pulmo tenang
Besar cor normal
Kesan : tidak ada kelainan
10. Progam Terapi
Loperamide 2-1-1 (Dihentikan jika frekuensi nya berkurang)
Ranitidine 2x1
Cotrimazole 3x1
Data Fokus Etiologi Problem
Faktor infeksi
DS:
1.
Klien mengatakan Resiko tinggi
mencret 5 x Masuk melalui makanan yg ketidakseimban
dari tadi pagi tercemar gan nutrisi
Klien mengatakan kurang dari
perutnya sakit kebutuhan
Klien mengatakan Berkembang dalam tubuh
muntah + 3x, usus
mual(+)
DO:
Melepas enteroktosin
TD:
120/80mmHg,Nadi:80x
/I,suhu:36,5C,R Mengiritasi otot dan lapisan
R:20x/i mukosa intestinum
Klien tampak pucat
KU : Lemah Menstimulasi fleksus
Mukosa bibir kering submukosa dan fleksus
Turgor kulit tidak baik mienterik
Hiperperistaltik usus
Menstimulasi fleksus
submukosa dan fleksus
mienterik
Mempercepat
peristaltik usus
Hiperperistaltik usus
Frekuensi BAB
meningkat
Peningkatan kehilangan
cairan dan elektrolit
Mempercepat
peristaltik usus
Hiperperistaltik usus
Menekan lambung
Merangsang reflek mual
muntah
Mual muntah
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual dan tidak nafsu makan
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
cairan berlebihan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
D. Intervensi Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Tanggal Tujuan Intervens Rasional
Keperawatan
(NOC) i (NIC)
14 Oktober Resiko tinggi Setelah dilakukan a) Kaji tanda a) Membantu
2020 ketidakseimb tindakan vital dan mengetahui
angan nutrisi keperawatan status nutrisi keadaan pasien
kurang dari dalam 3 X 24 jam
b) Anjurkan b) Mulut yang
kebutuhan diharapkan nutrisi
untuk bersih
tubuh klien terpenuhi
berhubungan dengan Kriteria menjaga meningkatkan
dengan mual hasil : kebersihan nafsu makan
dan tidak Terjadi mulut c) Mencegah
nafsu makan peningkatan c) Anjurkan mual
berat badan makan sedikt d) Mengidentifika
sesuai batasan tapi sering si
waktu d) Ukur intake ketidakseimba
makanan dan ngan nutrisi
Peningkatan timbang e) Mempercepat
status nutrisi berat badan proses
e) Kolaborasi penyembuhan
dengan ahli
gizi untuk
diet yang
tepat bagi
pasien dan
dengan
dokter dalam
pemberian
obat
15 oktober 2020 Resiko tinggi Setelah dilakukan a) Kaji intake a) Menentukan
kekurangan tindakan dan output kehilangan dan
volume keperawatan pasien kebutuhan
cairan dalam 3 X 24 jam
b) Motivasi pasien
berhubungan diharapkan
dengan masalah pasien pasien untuk b) Memenuhi
pengeluaran dapat teratasi makan kebutuhan
cairan dengan Kriteria c) Kaji Keadaan makan dan
berlebihan hasil : umum pasien minum pasien
Membrane d) Kolaborasi c) Mengetahui
mukosa lembab dengan tim perubahan
Turgor kulit medis dalam keadaan dari
baik pemberian pasien
BAB 1-2 obat d) Mempercepat
kali/hari proses
dengan penyembuhan
kosistensi
lembek
TTV normal
E. Implementasi Keperawatan
F. EVALUASI KEPERAWATAN
No Tindakan Rasional
1. Lakukan tindakan awal (cuci Mencegah infeksi dan membina
tangan, memakai sarung tangan, hubungan saling percaya
mengucapkan salam, dan
menjelaskan prosuder serta dengan pasien serta menerapkan
ucapkan bismillah ketika memulai nilai-nilai islami
tindakan)
2. Atur posisi klien untuk lebih dekat Memudahkan perawat
dengan perawat melakukan tindakan
3. Buka pakaian klien Agar pakaian pasien tidak basah
4. Tutup bagian tubuh yang terbuka Menjaga privasi pasien
dengan handuk
5. Bersihkan mata hanya dengan air Membersihkan area mata
dan keringkan dengan benar.
Gunakan bagian ujung washlap
untuk membersihkan mata.
Lakukan dari dalam ke luar
13. Bantu klien pada posisi miring dan Memudahkan dalam mengatur
letakkan handuk panjang posisi pasien.
punggung dan bokong
14. Bersihkan, basuh, dan keringkan Membersihkan bagian- bagian
punggung, bokong, dan paha yang tertutup pada klien
bagian atas. Perhatikan daerah
lipatan gluteal. Hindari
pembukaan bagan yang tidak
pantas ( misal daerah perut dan
dada). Perhatikan lingkungan
sekitas klien.
7. Kesenjangan Teori
Terdapat kesenjangan teori dan praktek yaitu, untuk pasien bedrest
total akan memerlukan 2 perawat untuk mobilisasi pasien dan untuk
pasien aktif sebagian tidak ingin dibersihkan seluruh badan.
B. Menunjukkan Sikap Caring
Tanggal : 17 Oktiber 2020
1. Definisi
Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan
pasien untuk sembuh. (Watson ,2007).
Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat
pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan
konsen, menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta
dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati,
pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan. (Meidiana, 2007)
Menurut (Morrison dan Burnard ,2009), caring merupakan suatu
proses yang memberikan kesempatan kepada seseorang (baik pemberi
asuhan (carrer) maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi,
yang didukung dengan aspek-aspek pengetahuan, penggantian irama,
kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan
keberanian.
2. Indikasi
Semua klien
3. Tujuan tindakan
Konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab
berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et al., 1999)
4. Masalah Keperawatan
a. Aman nyaman
b. Ansientas
c. Nyeri akut
5. Rasionalisasi tindakan
Caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan
perbuatan seseorang.orang lain disertai perasaan memiliki dan tanggung
jawab (Swanson dalam Waston, 2005).
6. Prosedur
Menurut Watson (2007), terdapat empat langkah dalam proses caring,
yaitu pengkajian, perencanaan, pengimplementasian dan proses evaluasi.
Adapun penjelasan langkah-langkah proses caring adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian.
Proses caring pada tahap ini meliputi pengamatan/observasi,
mengidentifikasi, melakukan review masalah, menggunakan
pengetahuan dan konseptual dari berbagai literatur yang dapat
untuk diterapkan, membentuk konseptualisasi kerangka kerja yang
digunakan untuk mengkaji masalah dan pengkajian juga meliputi
pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam menyelesaikan
masalah.
b. Perencanaan.
Perencanaan dapat membantu menentukan bagaimana
variabel-variabel akan diteliti dan diukur, meliputi pendekatan
konsep atau design untuk menyelesaikan masalah yang mengacu
pada asuhan keperawatan dan meliputi penentuan data yang akan
dikumpulkan pada siapa dan bagaimana data tersebut
dikumpulkan.
c. Implementasi.
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan
dari rencana yang telah disusun berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan.
d. Evaluasi.
Evaluasi adalah metode, proses analisa, serta efek dari tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang meliputi intervensi
hasil, tingkat dimana suatu tujuan tercapai atau tidak, dana apakah
hasil yang didapat dapat digeneralisasikan
7. Kesenjangan teori
Tidak terdapat kesenjangan yang berarti antara teori dan kenyataan
hanya pada setiap situasi dan karakter tiap individu berbeda, sehingga
pelaksanaan tindakan pun akan di modifikasi.
C. Komunikasi Terapeutik
Tanggal : 18 Oktober 2020
1. Definisi
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik,
komunikatif dan bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat
melegakan serta dapat membuat pasien merasa nyaman dan akhirnya
mendapatkan kepuasan (Yubiliana ,2017).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain. (Priyanto, 2009).
Menurut Suryani (2005), komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong
atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi.
2. Indikasi
Semua klien
3. Tujuan tindakan
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien
memperjelas penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan
perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang
lebih baik. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat mengurangi
keraguan serta membantu dilakukannya tindakan efektif, memperat
interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional
dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.
4. Masalah Keperawatan
Semua Masalah keperawatan
5. Rasionalisasi tindakan
Komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai terapi untuk
menurunkan tingkat kecemasan pasien atau meningkatkan rasa percaya
pasien terhadap perawatnya. Dengan pemberian komunikasi terapeutik
diharapkan dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien karena pasien
merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan
untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka
mencapai tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses penyembuhan
akan lebih cepat.
6. Prosedur
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), tahapan-tahapan dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik, adalah sebagai berikut:
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu
dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi
diri tentang kemampuan yang dimiliki. Menganalisa kekuatan dan
kelemahan diri, dengan analisa diri perawat akan dapat
memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika bertemu
dan berkomunikasi dengan pasien, jika dirasa dirinya belum siap
untuk bertemu dengan pasien makan perawat perlu belajar
kembali dan berdiskusi dengan teman kelompok yang lebih
berkompeten. Perawat mengumpulkan data tentang klien,
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat
rencana pertemuan dengan klien.
b. Fase Orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk
pertama kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien
minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan
perawat klien. Dalam memulai hubungan tugas pertama adalah
membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian komunikasi
yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Untuk dapat
membina hubungan saling percaya dengan pasien, perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima pasien, menghargai
pasien dan mampu menepati janji kepada pasien. Selain itu
perawat harus merumuskan suatu kontrak bersama dengan pasien.
Kontrak yang
harus dirumuskan dan disetujui bersama adalah tempat, waktu
dan topik pertemuan.
Perawat juga bertugas untuk menggali perasaan dan pikiran
pasien serta dapat mengidentifikasi masalah pasien. Pada tahap ini
perawat melakukan kegiatan sebagai berikut: memberi salam dan
senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor,
afektif), memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama
kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,
menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan,
menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir pada fase ini ialah terbina
hubungan saling percaya.
c. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang
dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya,
menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang
baik, melakukan kegiatan sesuai rencana. Perawat memenuhi
kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interaksi
yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang
meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada klien.
d. Fase Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan
yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil
wawancara, tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak
(waktu, tempat dan topik), mengakhiri wawancara dengan cara
yang baik. Tahap terminasi dibagi menjadi 2, yaitu:
Terminasi Sementara. Terminasi sementara merupakan
akhir dari pertemuan perawat dengan pasien, akan tetapi
masih ada pertemuan lainnya yang akan dilakukan pada
waktu yang telah disepakati bersama.
Terminasi Akhir. Pada terminasi akhir perawat telah
menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.
7. Kesenjangan teori
Tidak terdapat kesenjangan yang berarti antara teori dan kenyataan
hanya pada setiap situasi dan karakter tipa individu berbeda, sehingga
pelaksanaan tindakan pun akan di modifikasi.
D. Memindahkan Klien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda (Mobilisasi)
1. Definisi
Suatu Kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan
kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.
2. Indikasi
a. Klien yang harus dilakukan pemeriksaan penunjang lain yang
harus dilakukan di ruangan lain.
b. Klien yang malas untuk melakukan aktivitas selian di tempat tidur
padahal klien sudah mampu malakukan secara fisik.
3. Tujuan tindakan
a. Memobalisasi klien.
b. Mendorong dan menstimulasi klien untuk menambah kegiatan
atau aktivitas sosial kepada orang lain.
c. Menerikan klien perubahan suasan selain di tempat tidur.
4. Masalah Keperawatan
Gangguan mobilitas fisikRasionalisasi
5. Rasionalisasi Tindakan
Meminimalisir resiko cidera
6. Prosedur tindakan
a. Jelaskan pada pasien tentag prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Atur kursi roda dengan posisi 45ºdari arah tempat tidur pasien,
pastikan semua roda kursi terkunci.
d. Minta pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
e. Berdiri disamping pasien berpegang telapak dan lengan tangan
pada bahu pasien.
f. Observasi respon pasien saat berdiri dari kursi roda.
g. Bantu pasien untuk jalan ketempat tidur.
h. Posisikan pasiensenyaman mungkindi tempat tidur.
i. Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai di lakukan.
7. Kesenjangan teori
Tidak terdapat kesenjangan yang berarti antara teori dan kenyataan
hanya pada ketersedian alat yang disesuaikan dengan teori terkadang
tidak semua alat tersedia tetapi pada prinsipnya tidak jauh berbeda
dengan teori.