Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruction
Pulmonary Disease (COPD) merupakan istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price,
Sylvia Anderson, 2008).
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat indonesia. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko
seperti : banyaknya jumlah perokok, serta pencemaran udara di dalam ruangan
maupun diluar ruangan (Persatuan Dokter Indonesia, 2011).
PPOK merupakan satu kelompok penyakit paru yang mengakibatkan
obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan nafas di dalam paru, yang
termasuk dalam kelompok ini adalah : bronkitis menahun, empisema paru, asma
terutama yang menahun, bronkikstasi (Arita Murwani, 2011).

2. Epidemologi
The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan, jumlah
penderita PPOK sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik mencapai 56,6
juta penderita dengan angka prevalensi 6,3 persen (Kompas, 2006)
 Angka prevalensi bagi masing-masing negara berkisar 3,5-6,7% antara
lain China dengan angka kasus mencapai 38,160 juta jiwa, jepang (5,014
juta orang), dan vietnam (2,068 penderita).
 Sementara itu, di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita
dengan prevalensi 5,6 persen.
 Kejadian meningkat makin banyaknya jumlah perokok (90% penderita
COPD) adalah smoker atau ex-smoker)

Penyakit paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di


masyarakat. Di Amerika Serikat pada tahun 1991 diperkirakan terdapat 14 juta
orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982, sedangkan
mortalitas menduduki peringkat IV penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000
penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian meningkat 32,9%, dari tahun
1979 sampai 1991. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian
keempat didunia yaitu akan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang setara
dengan 4,8%. Selain itu WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 80 juta orang
akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005.

Data Badab Kesehatan Dunia (WHO, menunjukkan bahwa pada tahun


1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia,
sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Hasil survei penyakit tidak menular oleh
Direktoral Jendral PPM & PL di 5 rumah sakit provensi di Indonesia (Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004,
menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan
(35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%), dan lainnya (2%)
(Depkes RI, 2004).

3. Etiologi
Penyebab PPOK yaitu :
- Merokok
Merokok dapat disebut sebagai faktor penyebab terpenting terhadap
bronkitis menahun, juga ada hubungannya dengan patogenesis empisema
paru.
- Polusi Udara dan polusi lingkungan kerja
- Alergi
- Umur, Genetik
-
4. Faktor Predisposisi
5. Patofisiologi
PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang
berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya
PPOK ini adalah asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-bahan alergen
menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus ataupun bronkiolus akibat
bronkospasme, edema mukosa ataupun hipersekresi mukus yang kental. Karena
perubahan anatomis tersebut menyebabkan kesulitan saat melakukan ekspirasi
dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma initerus berlangsung lama, semakin
menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama bertahun-tahun dapat
menyebabkan PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem
respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor resiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara
menyebabkan pembesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel goblet
akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi lendir yang dihasilkan akan mendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus
terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara
yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak
terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal
inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan mmenimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru : ventilasi,
ditribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
6. Patway
7. Klasifikasi
a. Bronkitis Kronis
Adanya gangguan klinis yang di tandai dengan hiperproduksi mukus dari
percabangan bronkus dengan pencerminan bentuk yang menahun. Simtom
tersebut terus terdapat setiap hari selama 2 tahun berturut-turut. Hal ini
terdapat pada TBC Paru, Tumor Paru, Abses Paru.
b. Empisema
Adanya kelainan paru dengan pelebaran abnormal dari ruang udara distal
dari bronkiolus terminal yang disertai dengan penebalan dan kerusakan di
dinding alveoli.
c. Bronkitis Empisema
Adanya campuran bronkitis menahun dan empisema
d. Asma Kronis dan Bronkitis Asmatis
 Asma menahun pada asma bronkial menahun yang menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas
 Bronkitis Asmatis adalah bronkitis yang menahun kemudian
menunjukkan tanda-tanda hiperaktifitas bronkus, yang ditandai
dengan sesak nafas dan wheezing
e. Penyakit TBC yang berkembang menjadi PPOM
8. Gejala Klinis
Batuk adalah keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung
lama sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya
sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring
dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang
hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah
yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak
dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami
eksaserbasi akut. Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi :
a. Kelemahan badan
b. Batuk bertambah berat
c. Sesak nafas
d. Whezing
e. Ekspirasi memanjang
f. Produksi sputum bertambah
g. Sputum berubah warna
h. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan
frontal di bgian anterior dan oksipitalis di bagian posterior
b. Rambut
Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak
c. Mata
Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak
ikterik, tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada gangguan fungsi pendengaran
e. Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan
f. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
g. Leher
Normal
h. Dada
Tidak ada kelainan pada dada
i. Hepar
Biasanya tidak ada pembesaran hepar
j. Ekstremitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas
10. Pemeriksaan Dignostik atau Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hematologi
 Leokosit
 Eritrosit
 HB
 BBS atau LED
 Analisa darah arteri (PO2 dan saturasi rendah)
 Semuanya sama dengan penyakit primernya
b. Radiologi
- Foto Thorak
 Bayangan lobus
 Corakan paru bertambah (bronkitis kronis)
 Defesiensi arterial corakan paru bertambah (emfisema)
c. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan Avf. Voltase QRS rendah di V1 rasio R/S lebih dari
satu dan V6 rasio R/S kurang dari 1.

11. Prognosis
 Kegagalan respirasi akibat sesak nafas atau dispneu
 Kardiovaskuler yaitu kor pulmonsl aritmea jantung
 Ulkus peptikum sukar diketahui
 PPOK umumnya berjalan secara progresif dalam jangka waktu yang lama,
penderita jadi cacat dan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari
 Kematian biasanya terjadi karena kegagalan respirasi dan kematian
mendadak karena aritmia jantung
12. Therapy
Pengobatan terutama ditujukan pada obstruksi jalan nafas atau sesak nafas
 Bronkodilator
- Golongan adrenalin (emipatomemiatik)
Adrenalin, isoprote NCL, ossiprenalin
- Golongan xantin
Aminopilin, teopilin
 Kortekosteroid
Untuk edema mukosa dan bronkospasme
 Antibiotika
Penicillin, tetracikilin, ampicillin
 Ekspektoransia
Amnium karbonst, acetil sistein, bronheksin, bisolvon, tripsin
 Indikasi Oksigen
- Pemberian oksigen dilakukan pada hipoksia akut atau menahun yang
tak dapat diatasi dengan obat
- Serangan jangka pendek dengan ekserbasi akut, dan serangan akut
pada asma
13. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obtruksi Kronik adalah :
a. Penatalaksanaan Medis
 Berhenti merokok harus menjadi prioritas
 Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis
 Rehabilitas paru khususnya latihan olahraga memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan penyakit sedang – berat
b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Mempertahankan patensi jalan nafas
 Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
 Meningkatkan masukan nutrisi
 Mencegah komplikasi memperlambat memburuknya kondisi
 Memberikan informasi tentang proses penyakit prognosis dan
program pengobatan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesa pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan,
pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama
penanggung jawab
2) Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik didapatkan keluhan
berupa batuk disertai produksi sputum dan sesak nafas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan masalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik biasanya
akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk bertambah berat
disertai produksi sputum bertambah , sesak nafas bertambah berat dan
bertambahnya keterbatasan aktifitas. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit, penyakit
yang pernah diderita misalnya asma,
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami sesak atau mengalami
penyakit gangguan pernafasan

3). Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Pola Manajemen Kesehatan Dan Persepsi Kesehatan


Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien,
pengetahuan status kesehatan pasien saat ini.
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan
kehidupan, jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3
hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya
perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya
perubahan lain.
d. Gerak dan Aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari,
kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi), Mandiri bergantung atau perlu bantuan,
penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga)
e. Pola Istirahat –Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah
waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur,
lingkungan tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu,
kantung mata, keadaan umum, mengantuk
f. Pola Persepsi-Kognitif
Kaji pasien mengenai
- Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan, peraba).
- Penggunaan alat bantu indra
- Persepsi ketidak nyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprahensif)
- Keyakinan budaya terhadap nyeri
- Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri
- Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok
social
- Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan
dari kelemahan yang dimiliki
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh
(yang disukai dan tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri,
murung, tidak mau berinteraksi)
h. Pola Hubungan-Peran
Kaji pasien mengenai:
- Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman
kerja
- Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekat dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
i. Pola Reproduksi-Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman,
pelukan, sentukan dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia,
payudarah, rectum)
j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
- Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
- Tingkat stress yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
- Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya
digunakan dan keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
- Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
k. Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
- Latar belakang budaya atau etnik
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya atau etnik

4) Pengkajian Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat pernafasan
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
Teknik inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi digunakan dalam
pemeriksaan fisik ini.
a. Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan
observasi dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji
kulit dan warna membrane mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sistemik, pola pernafasan dan gerakan
dinding dada.
b. Palpasi, dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan
palpasi jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat
diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus,
getaran pada dada (thrill), angkatan dada (heaves) dan titik implus
jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan untuk meraba
adanya massa atau tonkolan diaksila dan jaringan payudara.
Palpasi pada ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi
perifer, adanya nadi perifer, temperatr kulit, warna dan pengisian
kapiler.
c. Perkusi, tindakan mengetuk–ngetuk suatu objek untuk mengetahui
adanya udara, cairan atau benda padat yang berada di bawah
jaringan tersebut. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di
bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4-6 cm. lima nada
perkusi yaitu, resonansi, hiperesonansi, redup datar dan timpani.
d. Auskultasi, untuk mengidentifikasi bunyi paru, dan jantung yang
normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskuler
harus meliputi pengkajian, dalam menditeksi bunyi, S1 dan S2
normal, menditeksi adanya suara S3 dan S4 yang tidak normal,
bunyi murmur, serta bunyi gesekan, pemeriksaan harus
mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas
bunyi murmur. Auskultasi bunyi paru dilakukan untuk
mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara
nafas tambahan, terdapatnya cairan di suatu lapangan paru, atau
terjadinya obstruksi. Auskultasi juga untuk mengevaluasi
meningkatnya status pernafasan (Potter & Perry, 2006).

2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah
data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di
laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi klien.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah Penyakit Paru
Obstruksi Kronik adalah :

Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom) dengan cara
penyususnan diagnosa keperawatan yaitu : Problem berhubungan dengan Etiologi
yang di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan DO.
4. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

5 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat
6 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan di lakukan dengan cara melibatkan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Elseiver.2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Yogyakarta : Mucumedia

Elseiver.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta : Mucumedia

Murwani Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Penerbit Gosyen
Publishing

Potter & Perry.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Buku 3, Edisi 7. Jakarta EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai