Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

DENGAN PENYAKIT VERTIGO

OLEH :

A11-B

Ni Putu Ratih Andriani

(17.321.2752)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020
ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA BAPAK S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS VERTIGO
DI JALAN PENGUBENGAN KAUH KEROBOKAN, BADUNG
TANGGAL 13 JULI - 16 JULI 2020

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Bapak S
Umur : 17 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Warga Negara Indonesia (WNI)
Alamat : Jln. Pengubengan Kauh, Kerobokan Gg.Melati No.1
Tanggal Masuk : Hari Senin, 13 Juli 2020, Pukul : 12.30 WITA
Tanggal Pengkajian : Hari Senin, 13 Juli 2020, Pukul : 12.30 WITA
No. Register : 2576976
Diagnosa Medis : Vertigo

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ibu M
Umur : 46 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Pengubengan Kauh, Kerobokan Gg.Melati No.1
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengeluh sakit kepala sejak 3 hari yang lalu
2) Perjalanan penyakit saat ini
Pasien mengatakan mengeluh sakit kepala dan pusing berkunang- kunang sejak 3
hari yang lalu, sakit kepala yang dirasakan hilang dan timbul, pasien merasa gelisah
dan telinga berdengung. Pasien mengatakan sulit tidur pada malam hari dikarenakan
nyerinya yang timbul pada saat beristirahat dimalam hari sehingga menganggu pola
tidur, pasien. Keluhan sakit kepala bertambah apabila klien melakukan aktivitas
seperti berolahraga, sakit kepala bisa hilang jika pasien beristirahat dengan posisi
tidur terlentang, sakit kepala yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, sakit kepala
menyebar ke area pundak atau leher dengan skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan
selama 5-10 menit, Pasien juga mengatakan bahwa ia pernah mengalami trauma
tumpul seperti jatuh dari tangga sekitar 5 tahun yang lalu dan kepala bagaian
belakangnya terbentur oleh tangga. Pasien mengatakan selama sakit dalam 3 hari ini
pasien sudah sempat di bawa kedokter oleh ibunya, di dokter pasien diberikan obat.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan meminum obat panadol 1 tablet jika nyeri kepalanya timbul
untuk meredakan nyeri kepala dan pasien menggunakan minyak fresh care di oleskan
di dahinya
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yan
2) g pernah dialami
Pasien mengatakan sudah pernah mengalami pusing sebelumnya
3) Pernah dirawat
Pasien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit
4) Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan tetapi pasien alergi terhadap
makanan khususnya telor dan unggas (yang menghasilkan telor)
5) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok, ngopi maupun minum
alkohol
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan pada keluarganya.

d. Diagnosa Medis dan therapy


Vertigo
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi Efek Samping

1 Histigo 6 mg Oral Gangguan Kulit kemerahan, kulit gatal dan


2x1 keseimbangan meradang

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sehat itu sangat penting bagi kehidupan, tanpa kesehatan orang
tidak akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, maka dari itu keluarga selalu
membawa anggota keluarga yang sakit ke dokter terdekat untuk diperiksa. Pasien
mengatakan penyakitnya merupakan penyakit medis karena tanda dan gejalanya
sesuai dengan diagnosa medis.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit porsi makan pasien 3-4 kali dalam sehari dengan
porsi sedang dengan komposisi : Nasi, ikan atau daging, sayur-sayuran dan buah-
buahan. Pasien mengatakan minum air putih kurang lebih 2400 cc sekitar 2,5 botol
dalam sehari.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit porsi makan pasien 3 kali dalam sehari dengan porsi
sedang dengan komposisi : Bubur, tahu dan sayuran. Pasien mengatakan minum air
putih kurang lebih 1500 cc sekitar 1 botol lebih dalam sehari
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAB lancar yaitu 2 kali dalam sehari dengan konsistensi
lembek, bau khas feses dan berwarna kecoklatan
 Saat sakit :
Pasien mengatakan BAB tetap lancar yaitu 1 kali dalam sehari dengan konsistensi
sedikit padat, bau khas feses dengan warna feses kecoklatan
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakn BAK sebanyak 6 kali dalam sehari dengan warna kuning jernih
dengan bau khas urine
 Saat sakit :
Pasien mengatakan BAK sebanyak 3-5 kali dalam sehari dengan warna urine
kuning pekat dan bau khas urine
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0:mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
2) Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan beraktivitas seperti biasa bermain, sekolah dan olahraga.
 Saat sakit
Pasien mengatakan hanya beraktivitas dikamar saja jika pasien beraktivitas
bejalan seperti biasa pasien merasa pusing dan nyeri kepalanya timbul
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien mengatakan pengetahuan pasien tentang penyakitnya sedikit kurang, pasien
hanya bisa menyiapkan obat yang telah diresepkan jika penyakitnya kambuh, pasien
juga selalu mempersiapkan obatnya yang cocok untuk mengatasinya. Pasien
mengatakan sehat itu sangat penting bagi kehidupan, tanpa kesehatan orang tidak
akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, maka dari itu keluarga selalu membawa
anggota keluarga yang sakit ke dokter terdekat untuk diperiksa.

f. Pola Persepsi-Konsep diri


- Citra Tubuh
Pasien mengatakan menerima keadaannya penyakitnya yang dialaminya
- Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya agar bisa beraktivitas seperti
semula
- Harga Diri
Pasien mengatakan tidak malu terhadap sakitnya saat ini
- Peran Diri
Pasien mengatakan berperan dalam kelaurga sebagai seorang anak dan seorang adik
laki-laki, pasien berperan sebagai seorang pelajar yang masih duduk di bangku sekolah
(SMA) untuk sekolahnya pasien tidak terhambat dikarenakan pasien sedang liburan
sekolah untuk saat ini
- Identitas Diri
Pasien mengatakan berjenis kelamin laki-laki
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidurnya terjaga dengan baik yaitu selama 8 jam
dalam sehari dari pukul : 22.00-06.00 WITA
 Saat sakit :
Pasien mengatakan pada saat sakit kualitas tidurnya sangat terganggu dan tidak merasa
puas untuk beristirahat dikarenakan pasien merasa pusing saat malam hari yang
menyebabkan pasien tidak cukup untuk beristirahat untuk tidur pasien kadang
mendapat tidur cuman 1-3 jam saja.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan bahwa pasien sebagai anak dalam keluarga cukup harmonis begitu juga
dengan lingkungan sekitarnya, pasien juga tidak pernah dibatasi dalam bergaul dan sangat
senang berbaur pada lingkungan sekitarnya
i. Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelum sakit :
Pasien adalah seorang laki-laki
 Saat sakit :
Pasien adalah seorang laki-laki
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan ketika sedang ada masalah biasanya pasien bercerita dengan
keluarganya dan lebih suka bercerita terhadap ayahnya yang selalu bisa memberikan
masukan dan motivasi selain itu pasien juga bertemu dengan teman di sekolah, sekitar
rumahnya atau bermain bersama teman-temannya agar masalah yang timbul dapat
terlaihkan
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan sebelum sakit kewajiban sembahyang jarang sembahyang.
Ketika sakit pasien tidak sembahyang. Pasien juga mengatakan saat sakit peran
sebagai adik dari 2 bersaudara tidak berubah dan tidak terganggu.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal : 5 Psikomotor :6 Mata :4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/mnt, Suhu = 36,50 C, TD = 140/70 mmHg, RR =
20x/mnt
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
 Mata
- Infeksi :
Konjungtiva anikterik, sklera ananemis, pupil isokor, tidak ada vabvebra
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
 Hidung
- Infeksi :
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pendarahan, tidak ada polip,
terdapat sekret di hidung
- Palpasi :
Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
 Mulut
- Infeksi :
Tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada lesi,
gigi lengkap semua
- Palpasi :
Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
 Telinga
- Infeksi :
Tidak ada sianosis periver, tidak ada serumen
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benolan
 Leher
- Infeksi :
Tidak ada pembendungan atau pembesaran pada vena jugularis, tidak
terdapat distensi pada vena jugularis, tidak ada lesi

- Palpasi :
Nadi karotis teraba, trill tidak ada, irama reguller, tidak ada kelenjar tiroid,
tidak ada kelenjar getah bening
 Rambut
- Infeksi :
Warna rambut hitam, tidak ada ketombe, tidak ada kutu, tidak memakai cat
rambut
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
b. Dada :
 Paru
- Infeksi :
Tidak ada sianosis, pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
- Perkusi :
Ics 3,4,5 lateral ke medial sonor (Suara dada bagian paru)
- Auskultasi :
Tidak ada suara tambahan seperti whezing ataupun ronchi
 Jantung
- Infeksi :
Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada trill
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
- Perkusi :
Suara dada bagian jantung (ICS 3,4,5 lateral ke medial dullnes)
- Auskultasi :
Bunyi suara jantung normal
c. Payudara dan ketiak :
- Infeksi :
Kebersihan pada payudarah pasien terjaga, bentuk payudarah simetris, tidak
ada lesi, tidak ada dimpling, puting menonjol
- Palpasi :
Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
d. Abdomen :
- Infeksi :
Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, bentuk abdomen simetris, tidak ada
bendungan vena, tidak ada pembesaran vena umbilikalis dan inguinalis
- Auskultasi :
Terdengar suara bising usus 14x/mnt
- Palpasi :
Tidak ada pembesaran hepar dan limfe, tidak sakit pada bawah umbilikus,
pada kontur dan kolon tidak ada pembengkakan atau benjolan, tidak ada
penumpukan massa
- Perkusi :
Tidak ada tanda-tanda asites, perkusi 4 kuadran (redup,tympani,redup,redup)
e. Genetalia :
Pasien seorang laki-laki
f. Integumen :
- Infeksi :
Tidak terlihat area gelap pada kulit, persebaran rambut merata
- Palpasi :
Turgor kulit elastis
g. Ekstremitas :
 Atas
- Infeksi :
Jari tangan lengkap (10), tidak ada lesi, tidak ada clubing finger
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada odema, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik
 Bawah
- Infeksi :
Tidak ada lesi, jari kaki lengkap (10)
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada odema, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik
h. Neurologis :
 Status mental dan emosi :
Tidak ada masalah a
tau tidak mengalami emosi yang berlebihan
 Pengkajian saraf kranial :
- Olfaktorius (Penciuman/Penghidungan): Normal
- Opticus (Penglihatan) : Normal
- Okulomotoris, Troklearis, Abdusen (Pergerakan bola mata) : Normal
- Trigeminus (Sensori dan Motorik) : Normal
- Fasialis (Fungsi Motorik dan Sensori) : Normal
- Vestibulo-Acusticus (Pendengaran) : Normal
- Glosofaringeus, Vagus (Kemampuan Menelan) : Normal
- Assesorius (Mendukung Motorik atau pergerakan otot leher) : Normal
- Hipoglosus (Mengatur pergerakan lidah) : Normal
 Pemeriksaan refleks :
Terdapat reflek biseps : siku di pukul maka siku akan reflek ke depan
Terdapat reflek patela : lutut di pukul maka lutut akan reflek ke depan

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Pemeriksaanradiologi
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

3. Hasilkonsultasi
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Pemeriksaanpenunjang diagnostic lain
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Interpretasi MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)

DS : Trauma cerebellum, aliran darah ke otak Nyeri Akut


Pasien mengatakan sakit terganggu, infeksi vestibular, gangguan (00132)
kepala dan pusing telinga

berkunang- kunang ,
Gangguan pada alat keseimbangan
telinga berdengung.
tubuh(sentral/perifer)
P : Pasien mengatakan
nyeri yang disebabkan
Pengelolaan informasi terganggu
oleh trauma tumpul
Q : Pasien mengatakan Muncul tanda kegawat daruratan
nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk Vertigo

R : Paien mengatakan
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
nyeri menyebar ke
area pundak atau leher Nyeri Kepala

S : Pasien mengatakan
Nyeri Akut
nyeri yang dirasakan
dengan skala nyeri
dari (0-10) : 5

T : - Pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan
selama 5-10 menit

- Pasien mengatakan
sakit kepala yang
dirasakan hilang dan
timbul
DO :

Pasien tampak gelisah,


mengeluh nyeri, meringis
kesakitan, lemah

TTV :
N : 90x/mnt
TD : 140/70 mmHg

DS : Trauma cerebellum, aliran darah ke otak Gangguan Pola Tidur


Pasien mengatakan sulit terganggu, infeksi vestibular, gangguan (000198)
tidur , kualitas tidurnya telinga
sangat terganggu dan tidak
merasa cukup untuk Gangguan pada alat keseimbangan
beristirahat tubuh(sentral/perifer)
DO :
Pasien tampak sulit tidur, Pengelolaan informasi terganggu
gelisah, perubahan pola
tidur tidak normal Muncul tanda kegawat daruratan
TTV :
Nadi = 90x/mnt Vertigo
Suhu = 36,50 C
TD = 140/70 mmHg, Central
RR = 20x/mnt
Saluran Vestibuler

Pengiriman impuls ke otak terganggu

Keseimbangan menurun

Nyeri kepala

Perubahan pola tidur

Gangguan Pola Tidur


B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas

N TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd


O JAM TERATASI
DITEMUKAN

1. 13 Juli 2020 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik 13 Juli 2020
Pukul yang ditandai dengan sakit kepala dan pusing
12.30 WITA berkunang- kunang, sakit kepala yang dirasakan
hilang dan timbul, telinga berdengung, nyeri
yang disebabkan oleh trauma tumpul, nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri menyebar
ke area pundak atau leher, nyeri yang dirasakan
dengan skala nyeri dari (0-10) : 5 , nyeri yang
dirasakan selama 5-10 menit, sakit kepala yang
dirasakan hilang dan timbul, gelisah, lemah,
meringis kesakitan N : 90x/mnt, TD : 140/70
mmHg
2. 13 Juli 2020 Gangguan pola tidur trauma cerebellum berhubungan 13 Juli 2020
Pukul dengan yang ditandai dengan sulit tidur , kualitas
12.30 WITA tidurnya sangat terganggu, tidak merasa cukup untuk
beristirahat, gelisah, perubahan pola tidur tidak
normal, Nadi = 90x/mnt, Suhu = 36,50 C, TD =
140/70 mmHg, RR = 20x/mnt
C. Rencana Tindakan Keperawatan
N Rencana Perawatan Ttd
Hari/ o
Tgl D Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
x

Senin, 1 NOC: NIC : Nsxmzmx


13 juli Tujuan : Setelah diberikan Akupressur
1) Untuk mengetahui titik atau
2020 asuhan keperawatan 3x24 jam
1) Observasi tanda lokasi mana saja yang akan
diharapkan kontrol nyeri pada
verbal atau postur dilakukan akupresure
pasien kembali normal
yang
dengan kriteria hasil : 2) Untuk memberikan rasa
mengidentifikasi
nyaman pada pasien selama
1) Pasien mampu titik yang diharapkan
tindakan akupresure
mengenali kapan atau lokasi yang
nyeri terjadi diharapakn 3) Untuk keluarga atau pasien
2) Pasien mampu faktor 2) Aplikasi tekanan mampu memahami terapi
penyebab nyeri yang stabil pada akupresur dan dapat
3) Pasien mampu jaringan otot yang dilakukan secara mandiri
mengenali apa yang hipertonik untuk
terkait dengan gejala nyeri yang dirasakan
nyeri sampai relaksasi
dirasakan atau nyeri
menurun biasanya
15-20 detik
3) Ajarkan kelurga atau
pasien untuk bisa
melakukan
penanganan melalui
akupresure

Senin, 2 NOC: NIC : 1) Untuk mengetahui kulaitas


13 juli Tujuan : Setelah diberikan Peningkatan Tidur tidur pasien
2020 asuhan keperawatan 3x24 jam 1) Monitor pola tidur 2) Untuk meningkatkan kulitas
diharapkan tidur pada pasien dan jumlah tidur tidur pasien
kembali normal dengan pasien
3) Untuk memberikan rasa
kriteria hasil : 2) Bantuk
nyaman dan rileksasi saat
meningkatkan
1) Jam tidur tidak pasien tidur
jumlah jam tidur
terganggu
3) Ajarkan pasien 4) Untuk memberikan
2) Perasaan segar
bagaimana pengetahuan kepada keluarga
setalah tidur tidak
melakukan relaksasi dan pasien mengenai tehnik
terganggu
otot autogenik atau untuk meningkatkan tidur
3) Kualitas tidur tidak
bentuk non-
terganggu
farmakologilainnya
4) Pasien mampu
untuk memancing
tertidur tanpa
tidur
terganggu
4) Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
mengenai tehnik
untuk meningkatkan
tidur
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx

Selasa, 14 1 1) Observasi tanda verbal atau DS : Pasien mengatakan sakit


Juli 2020 postur yang mengidentifikasi kepala dan pusing pada
Pukul : titik yang diharapkan atau lokasi kepala dari skala nyeri 0-10 :
11.35 WITA yang diharapakan 4
DO : Pasien tampak nyeri dan
pusing pada kepala dan
Pukul 11.35 2) Aplikasi tekanan yang stabil gelisah
WITA pada jaringan otot yang DS : Pasien mengatakan merasa
hipertonik untuk nyeri yang nyaman dan telinganya
dirasakan sampai relaksasi masih berdengung
dirasakan atau nyeri menurun DO : Pasien tampak nyaman dan
biasanya 15-20 detik rileks saat dilakukan
Pukul 12.10 3) Ajarkan kelurga atau pasien tindakan
WITA untuk bisa melakukan DS : Pasien mengatakan lebih
penanganan melalui akupresur memahami saat diajarkan
tehnik akupresur
DO : Pasien tampak lebih
memahami saat diberikan
edukasi tehnik akupresur
Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx

Selasa, 14 2 1) Monitor pola tidur dan jumlah DS : Pasien mengatakan tidurnya


Juli 2020 tidur pasien hanya 1-3 jam saja sejak
Pukul : sakit
08.05 WITA DO : Pasien tampak gelisah dan
lemah
Pukul 09.40 2) Bantu pasien unuk menetapkan DS : Pasien mengatakan masih
WITA rutinitas tidur untuk sulit tidur saat nyeri muncul
memfasilitasi perpindahan dari DO : Pasien tampak dan gelisah
terjaga menuju tidur meringis
Pukul 09.40 3) Ajarkan pasien bagaimana DS : Pasien mengatakan lebih
WITA melakukan relaksasi otot tenang saat melakukan
autogenik atau bentuk non- relaksasi otot
farmakologilainnya untuk DO : Pasien tampak nyaman dan
memancing tidur mampu melakukan
relaksasi otot
Pukul 09.45 4) Diskusikan dengan pasien dan DS : Pasien mengatakan belum
WITA keluarga mengenai tehnik untuk mengetahui tehnik
meningkatkan tidur meningkatkan kualitas tidur
DO : Pasien tampak gelisah
Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx

Rabu, 15 1 1) Observasi tanda verbal atau DS : Pasien mengatakan sakit


Juli 2020 postur yang mengidentifikasi kepala dan pusing sudah
Pukul : titik yang diharapkan atau lokasi mulai berkurang dari skala
18.35 WITA yang diharapakan nyeri 0-10 : 2
DO : Pasien tampak lebih
mendingan dan tidak
gelisah dari sebelunya
Pukul 18.35 2) Aplikasi tekanan yang stabil DS : Pasien mengatakan merasa
WITA pada jaringan otot yang nyaman saat dilakukan
hipertonik untuk nyeri yang relaksasi dan telinganya
dirasakan sampai relaksasi sudah tidak berdengung lagi
dirasakan atau nyeri menurun DO : Pasien tampak nyaman dan
biasanya 15-20 detik rileks saat dilakukan tehnik
akupresur
Pukul 19.00 3) Ajarkan kelurga atau pasien DS : Pasien mengatakan sudah
WITA untuk bisa melakukan memahami saat diajarkan
penanganan melalui akupresur tehnik akupresur
DO : Pasien tampak memahami
saat diberikan edukasi
tehnik akupresur dan lebih
mandiri
Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx

Rabu, 15 2 1) Monitor pola tidur dan jumlah DS : Pasien mengatakan tidurnya


Juli 2020 tidur pasien lebih nyenyak dan pada
Pukul : malam hari tidak terbangun
09.35 WITA DO : Pasien tampak sudah mulai
lebih tenang
Pukul 09.35 2) Bantu pasien unuk menetapkan DS : Pasien mengatakan sudah
WITA rutinitas tidur untuk tidak terbangun pada
memfasilitasi perpindahan dari malam hari
terjaga menuju tidur DO : Pasien tampak lebih tenang
Pukul 09.40 3) Ajarkan pasien bagaimana DS : Pasien mengatakan lebih
WITA melakukan relaksasi otot nyaman saat melakukan
autogenik atau bentuk non- tehnik relaksasi
farmakologilainnya untuk DO : Pasien tampak mampu
memancing tidur melakukan relaksasi otot
dan sudah mulai mandiri
Pukul 09.45 4) Diskusikan dengan pasien dan DS : Pasien mengatakan
WITA keluarga mengenai tehnik untuk mengetahui tehnik
meningkatkan tidur bagaiamana cara
meningkatkan kualitas tidur
DO : Pasien tampak lebih tenang
Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx

Kamis, 16 1 1) Observasi tanda verbal atau DS : Pasien mengatakan sakit


Juli 2020 postur yang mengidentifikasi kepala dan pusingnya sudah
Pukul : titik yang diharapkan atau lokasi berkurang dari skala nyeri 0-
10.05 WITA yang diharapakan 10 : 1 dan telinga sudah tidak
berdengung lagi
DO : Pasien tampak lebih
mendingan dari sebelunya
Pukul 10.05 2) Aplikasi tekanan yang stabil DS : Pasien mengatakan merasa
WITA pada jaringan otot yang nyaman saat dilakukan
hipertonik untuk nyeri yang relaksasi
dirasakan sampai relaksasi DO : Pasien tampak nyaman dan
dirasakan atau nyeri menurun rileks tidak gelisah saat
biasanya 15-20 detik dilakukan tehnik akupresur
DS : Pasien mengatakan sudah
memahami saat diajarkan
tehnik akupresur
Pukul 11.10 3) Ajarkan kelurga atau pasien DO : Pasien tampak memahami
WITA untuk bisa melakukan saat diberikan edukasi tehnik
penanganan melalui akupresur akupresur dan mandiri
Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx

Kamis, 16 2 1) Monitor pola tidur dan jumlah DS : Pasien mengatakan tidurnya


Juli 2020 tidur pasien nyenyak dan pada malam
Pukul : hari tidak terbangun lagi
08.35 WITA dikarenakan pusing
DO : Pasien tampak sudah mulai
lebih tenang dan tidak
gelisah
Pukul 08.35 2) Bantu pasien unuk menetapkan DS : Pasien mengatakan sudah
WITA rutinitas tidur untuk tidak terbangun pada
memfasilitasi perpindahan dari malam hari
terjaga menuju tidur DO : Pasien tampak lebih tenang
Pukul 08.40 3) Ajarkan pasien bagaimana DS : Pasien mengatakan lebih
WITA melakukan relaksasi otot nyaman saat melakukan
autogenik atau bentuk non- tehnik relaksasi
farmakologilainnya untuk DO : Pasien tampak mampu
memancing tidur melakukan relaksasi otot
Pukul 08.45 4) Diskusikan dengan pasien dan dan sudah mulai mandiri
WITA keluarga mengenai tehnik untuk DS : Pasien mengatakan
meningkatkan tidur mengetahui tehnik
bagaiamana cara
meningkatkan kualitas tidur
DO : Pasien tampak lebih tenang
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam

1 Selasa, 16 Juli 1 S : Pasien mengatakan sakit kepala


2020 dan pusing sudah tidak timbul
12.00 WITA lagi, telinga sudah tidak
berdengung, nyeri yang
dirasakan dengan skala nyeri
dari (0-10) : 1
O : Pasien tampak lebih tenang, tidak
gelisah setelah dilakuka tehnik
akupresur
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Kondisi

Selasa, 16 Juli 2
S : Pasien mengatakan tidurnya sudah
2 2020
mulai nyenyak dan cukup dan
12.00 WITA
pasien mampu melakukan tehnik
relaksasi
O : Pasien tampak lebih tenang, tidak
gelisah, perubahan pola tidur
mulai normal TD : 120/70
mmHg, N : 80x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Kondisi
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
Efektifitas Relaksasi Autogenik & Akupresur Menurunkan Sakit Kepala & Tekanan Darah
pada Lansia Hipertensi

Priyo 1*, Margono 2 Nurul Hidayah3


1
Program Studi Profesi Ners/Fakultas,Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
Keywords Abstract
Autogenic Merapi is a volcano that has high destructive power. It is the most active
Relaxation, and ferocious volcano in Indonesia. The eruption of Merapi in 2010 still
Acupressure, causes post-disaster trauma in some elderly people until now. This
Blood Pressure, psychological impact triggers the increasing incidence of hypertension in
Headache, society, especially in elderly people. Patients with hypertension usually
Hypertension complain of headaches and blood pressure increases. The safe therapy, easy
and has minimal side effects is by using autogenic relaxation and
acupressure therapy. This study used a quasy experiment design with two
group pre-post test design. The number of samples was 40 respondents.
The treatment was done twice a week during 3 weeks. The results showed a
decrease in blood pressure and pain in
2
Program Studi D3 Keperawatan/Fakultas,Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
3
Program Studi Profesi Ners/Fakultas,Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
priyo@ummgl..ac.id

Kata Kunci Abstrak


Relaksasi Merapi merupakan gunung api yang mempunyai daya rusak tinggi, paling
Autogenik, aktif dan terganas di Indonesia. Peristiwa erupsi merapi tahun 2010 masih
Akupresur, menimbulkan trauma pasca bencana pada sebagian lansia sampai dengan
Tekanan Darah, sekarang. Dampak psikologis ini memicu semakin meningkatnya penyakit
Sakit Kepala, hipertensi di masyarakat terutama pada lansia. Penderita hipertensi
Hipertensi biasanya mengeluh sakit kepala dan tekanan darahnya meningkat. Terapi
secara aman, mudah dan minimal efek sampingnya yaitu dengan
menggunakan relaksasi autogenik dan terapi akupresur. Penelitian ini
menggunakan rancangan quasy experiment dengan rancangan two group
pre-post test design. Jumlah sampel sebanyak 40 responden. Perlakuan
dilakukan selama 2 kali perminggu selama 3 minggu. Hasil penelitian
menunjukkan adanya penurunan tekanan darah maupun nyeri pada klien
lansia hipertensi baik dengan relaksasi autogenik maupun akupresur. Hasil
analisis uji T dependent diperoleh hasil tekanan sistolik (P^ 0,00 ) dan
diastolik (P^ 0,00), setelah diintervensi relaksasi autogenik dan tekanan
sistolik (P^ 0,00 ) dan diastolik (P^ 0,01) setelah diintervensi akupresur.
Artinya ada perbedaan tekanan darah sistolik maupun diastolik setelah
dilakukan intervensi relaksasi autogenik maupun akupresur. Sedangkan
hasil uji T independent diperoleh hasil 0,316, artinya bahwa tidak terdapat
perbedaan antara teknik relaksasi dan teknik akupresur. Tenaga kesehatan
terutama perawat diharapkan dapat menjadikan relaksasi autogenik
maupun akupresur sebagai terapi alternatif pada hipertensi.

The Effectiveness of Autogenic Relaxation & Acupressure in Lowering Headache & Blood Pressure
on Elderly People With Hypertension

24
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

elderly clients with hypertension after having both autogenic relaxation


and acupressure. From the result of the T dependent test, it was obtained
that the systolic pressure was (P ^ 0.00) and the diastolic was (P ^ 0.00),
after autogenic relaxation intervention, and after the intervention of
acupressure, the systolic pressure was (P ^ 0.00) and the diastolic was (P
<0.01). This means that there is a difference in systolic and diastolic blood
pressure after autogenic relaxation intervention or acupressure therapy.
While the result of the independent T test obtained was 0.316, meaning
that there is no difference between relaxation technique and acupressure
technique. Health workers, especially nurses are expected to apply
autogenic relaxation as well as acupressure as an alternative therapy in
hypertension.

1. PENDAHULUAN perhatian oleh pemerintah maupun


Bencana alam meletusnya gunung Merapi masyarakat. Berdasarkan hasil pengukuran
pada tahun 2010 telah meluluhlantahkan tekanan darah dapat diketahui bahwa
sebagian kabupaten Magelang. Bencana ini penderita hipertensi di Indonesia masih
menelan banyak korban jiwa, kehilangan sebesar 26,5 %. Jumlah penderita hipertensi
tempat tinggal, harta benda, ketakutan, pada lansia mengalami peningkatan dengan
suasana yang mencekam (gemuruh perut bertambahnya umur, yaitu: umur 55-64 tahun
Merapi) dan harus tinggal di pengungsian. sebesar 45,9 %, umur 65-74 tahun sebanyak
Peristiwa inilah yang memicu berbagai macam 57,6%, dan pada umur lebih dari 74 tahun
gangguan psikologis seperti kecemasan sebanyak 63,8% (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
maupun trauma (Tentama, 2014). Dampak Hipertensi di Jawa tengah sendiri
psikologis pasca trauma Merapi meliputi: persentasenya masih sebesar 26,4% dan
mengingat akan peristiwa traumatik, gangguan menempati proporsi terbanyak dari seluruh
tidur dan menghindari pembicaraan yang penyakit tidak menular yang dilaporkan yaitu
berhubungan dengan erupsi Merapi (Sumarno, sebanyak 57, 87%. Hipertensi di kabupaten
2013). Kondisi semacam ini dapat menurunkan Magelang persentasenya sebanyak 23,60%
kualitas hidup dan memicu meningkatnya (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
penyakit hipertensi pada populasi lansia. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di
Desa Ngargomulyo yang merupakan salah satu
Pada tahun 2010, diperkirakan orang yang
daaerah rawan bencana Merapi didapatkan
menderita hipertensi sebanyak 1,39 miliar
kasus penyakit tidak menular yang tertinggi
orang yang terdiri dari 349 juta di negara
dengan keluhan tekanan darahnya meningkat
berpenghasilan tinggi, dan 1,04 miliar dinegara
dan pusing.
yang berpenghasilan rendah dan menengah
(Mills. 2016). Prevalensi hipertensi di Indonesia Meningkatnya penyakit hipertensi ini bisa
berkisar antara 8,6–10% atau diperkirakan 15 mengakibatkan komplikasi seperti: penyakit
juta orang. Angka kejadian penyakit ini jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal
cenderung menjadi hipertensi berat ginjal kronik dan retinopati. Penyebab
(Ikhtiarsyah dkk, 2012). terjadinya hipertensi sampai sekarang belum
dapat dipastikan banyak menyerang
Jumlah penderita hipertensi baik regional
masyarakat dan merupakan penyebab
maupun nasional masih membutuhkan

25
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
kematian dan kesakitan, yang biasa disebut Instrumen yang digunakan adalah
The Silent Killer utama di Indonesia (Nuraini, automatic blood pressure monitor Omron
2015). HEM-8712, penilaian Impact of Event Scale
(IES), dan Visual Analog Scale. Analisis untuk
Untuk mengatasi hipertensi di daerah rawan membandingkan hasil pre dan post terapi
bencana Merapi diperlukan sebuah terapi yang menggunakan dependent sample T Test pada
bersumber pada kelokalan yang murah, mudah signifikan 5%. Sedangkan membandingkan
dan bisa dilakukan masyarakat secara mandiri relaksasi autogenik dan akupresur
yaitu relaksasi autogenik dan terapi akupresur. menggunakan pengujian independent sample T
Relaksasi autogenik merupakan suatu metode Test diperoleh hasil P value sebesar 0,316
relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dan (lebih besar dari < 0,05).
kesadaran tubuh untuk mengurangi stres dan
ketegangan otot yang memungkinkan dapat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengatasi sakit kepala dan menurunkan Hasil yang akan diuraikan meliputi hal-hal
tekanan darah. Akupresur merupakan salah berikut ini: karakteristik responden, distribusi
satu pengobatan tradisional dengan melakukan rata-rata penurunan tekanan darah setelah
pemijatan pada titik tertentu yang dapat diterapi dan distribusi kelompok yang berbeda
digunakan untuk pengobatan di rumah dalam antara terapi relaksasi autogenic dan
rangka meningkatkan kemandirian sehat, akupresur.
menurunkan tekanan darah dan mengurangi
nyeri kepala. 3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik
Dari uraian diatas sangat jelas pentingnya responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
kedua terapi komplementer relaksasi agama, pendidikan, dan pekerjaan pada
autogenik dan akupresur untuk menurunkan kelompok intervensi relaksasi dan akupresur
tekanan darah dan nyeri kepala tanpa lansia hipertensi adalah sebagai berikut:
menimbulkan efek samping, mudah dilakukan
sewaktu-waktu bahkan oleh orang awam Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden
sekalipun dan bersumber daya masyarakat. Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Agama,

2. METODE PENELITIAN Pendidikan, dan Pekerjaan Pada Kelompok


Penelitian ini merupakan penelitian Intervensi Relaksasi Autogenik dan
eksperimen semu (quasy-experiment) dengan Akupresur Lansia Hipertensi
menggunakan rancangan two group pre-post
test design. yang dilakukan di desa Kelompok
Ngargomulyo yang merupakan daerah rawan Kelompok
bencana Kabupaten Magelang. Penelitian Intervensi
dilaksanakan sebanyak 6 kali terapi selama 3 Karakteristik Intervensi
minggu (seminggu 2 kali terapi). Pengukuran
Relaksasi
tekanan darah dan sakit kepala dilakukan
Responden Akupresur
sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi
autogenic dan akupresur pada responden. Autogenik
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah tehnik purposive sampling. Jumlah N % N %
sampel yang didapatkan sebanyak 40 Usia
responden.

26
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
55-59 3 15,0 2 10,0 intervensi akupresur terbanyak tidak sekolah
60-64 5 25,0 2 10,0 sebanyak 17 responden (85,0%). Karakteristik
65-69 1 5,0 2 10,0 responden berdasarkan pekerjaan pada
70-74 4 20,0 10 50,0 kelompok relaksasi autogenik terbanyak adalah
>75 7 35,0 4 20,0
petani sebanyak 19 responden (95,0%), dan
pada kelompok intervensi akupresur sebanyak
Jenis
19 responden (95,0%).
Kelamin
Laki-laki 2 10,0 1 5
3.1.2 Gambaran Trauma Akibat Bencana Merapi
Perempuan 18 90,0 19 95,0 Gambaran trauma akibat bencana Merapi pada
responden lansia hipertensi adalah sebagai
berikut:
Agama
Islam 11 55,0 19 95,0 Tabel 2. Gambaran Trauma Akibat
Katolik 8 40,0 1 5.0 Bencana Merapi
Kristen 1 5,0 0,0 0,0
Kelompok
Pendidikan

Tidak Kelompok
9 45,0 17 85,0 Intervensi
Sekolah
SD 11 55,0 3 15,5
Intervensi
Pekerjaan Trauma Relaksasi

Buruh 1 5,0 1 5,0 Akupresur


Petani 19 95,0 19 95,0 Autogenik
Berdasarkan tabel 3.1.1 dapat diketahui bahwa
karakteristik responden berdasarkan usia yang N N %
terbanyak pada kelompok intervensi terapi Rimgan 0 0,0 3 15,0
Sedang 20 100,0 17 85,0
autogenik adalah umur 51-70 tahun sebanyak
Total 20 100,0 20 100,0
7 responden (35,0%) dan kelompok intervensi
%
akupresur yaitu kategori 70-74 tahun sebanyak
10 responden (50,0%). Berdasarkan jenis Berdasarkan tabel 3.1.2 diketahui bahwa
kelamin yang terbanyak kelompok intervensi responden yang mengalami trauma akibat
relaksasi autogenik adalah perempuan yaitu bencana terbanyak pada kelompok intervensi
sebanyak 18 responden (90,0%) , dan relaksasi autogenik adalah trauma sedang yaitu
intervensi akupresur sebanyak 19 responden sebanyak 75 responden (85,0%), dan trauma
(95,0%). ringan sebanyak 3 responden (15%).
Sedangkan pada kelompok intervensi
Karakteristik responden berdasarkan agama,
akupresur yang mengalami trauma akibat
yang terbanyak pada intervensi relaksasi
bencana yang terbanyak adalah trauma sedang
autogenik adalah Islam yaitu sebanyak 11
yaitu sebanyak 75 responden (85,0%), dan
responden (55,%), dan pada kelompok
trauma ringan sebanyak 3 responden (15%).
intervensi Akupresur sebanyak 19 responden
(95,0%). Pendidikan pada kelompok intervensi
relaksasi autogenik yang terbanyak adalah SD
sebanyak 11 responden (55%), dan pada

27
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
1.3 Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik berdasarkan pengujian dependent sample T
Responden Sebelum Dan Sesudah Diberikan Test pada tekanan sistolik di peroleh P value
Intervensi Relaksasi Autogenik
0,000 (P value <0,05), artinya ada perbedaan
Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi
diberikan intervensi relaksasi autogenik pada
relaksasi autogenik dan pada uji Wilcoxon pada
lansia hipertensi adalah sebagai berikut:
tekanan darah diastolik diperoleh P value 0,001
Tabel 3. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan (P value<0,05), artinya ada perbedaan tekanan
diastolik setelah diberikan intervensi relaksasi
Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi autogenik.
Autogenik pada Lansia Hipertensi
3.1.4 Nyeri Kepala Pada Responden Sebelum Dan
P Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi
Tekanan Darah Mean Std.deviation value Autogenik
Sistolik Nyeri kepala responden sebelum dan sesudah
Sebelum 173,85 17,005 ,000
diberikan intervensi relaksasi autogenik pada
Relaksasi MmHg
lansia hipertensi adalah sebagai berikut:
Autogenik
Sesudah 134,00 13,306
Relaksasi MmHg Tabel 4. Nyeri Kepala Responden Sebelum
Autogenik dan
Paired Samples 39,850 12,080 ,000
Test Paired Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi
Differences Autogenik Pada Lansia Hipertensi
Diastolik
P
Sebelum 95,15 8,493 ,001 Nyeri Kepala Mean Std.deviation
Relaksasi MmHg
Autogenik value
Sesudah 80,20 7,523 Sebelum 5,05 1,317 ,
Relaksasi MmHg Relaksasi 2
Autogenik Autogenik 8
Wilcoxon ,000
2
Signed Ranks
Sesudah 1,05 1,099
Test
Relaksasi
Berdasarkan tabel 3.1.3 dapat dijelaskan
Autogenik
bahwa nilai rata-rata tekanan darah sistolik Paired Samples 4,000 1,487 ,000
sebelum dilakukan intervensi relaksasi
autogenik adalah sebesar 173,85 MmHg, dan Test
standar deviasi sebesar 17.005, dan setelah
Paired
dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah
sebesar 134,00 MmHg, dan standar deviasi Differences
sebesar 13,306. Sedangkan nilai rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum dilakukan
intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar
95,15 MmHg, dan standar deviasi sebesar Berdasarkan tabel 3.1.4 dapat diidentifikasi
8,493, dan setelah dilakukan intervensi bahwa nilai rata-rata nyeri kepala sebelum
relaksasi autogenik adalah 80,20 MmHg, dan dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah
standar deviasi sebesar 7,523. Sedangkan 5,05, dengan standar deviasi sebesar 1,317 dan

28
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
sesudah dilakukan intervensi relaksasi Wilcoxon Signed Ranks Test
autogenik adalah 1,05, dengan standar deviasi
sebesar 1,099. Sedangkan berdasarkan Berdasarkan tabel 3.1.5 dapat dijelaskan
pengujian dependent sample T Test di peroleh bahwa nilai rata-rata tekanan darah sistolik
P value 0,000 (P value <0,05), artinya ada sebelum dilakukan intervensi akupresur adalah
perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan sebesar 179,25 MmHg, dan standar deviasi
intervensi relaksasi autogenik. sebesar 17,812 dan sesudah dilakukan
intervensi akupresur sebesar 138,10 MmHg,
3.1.5 Tekanan Darah Pada Responden Sebelum dengan standar deviasi sebesar 10,382.
Dan Sesudah Diterapi Akupresur Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah
Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diastolik sebelum dilakukan intervensi
diberikan intervensi akupresur pada lansia akupresur adalah sebesar 100,20 MmHg, dan
hipertensi adalah sebagai berikut: standar deviasi sebesar 11,976 dan sesudah
dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar
Tabel 5. Tekanan Darah Sistolik Responden
84,20 MmHg, dan standar deviasi sebesar
Sebelum dan Sesudah Diterapi Akupresur
14,606.
pada Pasien Lansia Hipertensi
Tekanan P Sedangkan berdasarkan pengujian dependent
Mean Std.deviation sample T Test pada tekanan sistolik di peroleh
Darah value P value 0,000 (P value <0,05), artinya ada
perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan
Sistolik intervensi akupresur dan pada uji Wilcoxon
Sebelum 179,25 17,812 ,028
pada tekanan darah diastolik diperoleh P value
Akupresur MmHg
0,001 (P value<0,05), artinya ada perbedaan
Sesudah 138,10 10,382
tekanan diastolik setelah diberikan intervensi
Akupresur MmHg
akupresur.
41,150
Paired 15,601 3.1.6 Nyeri Kepala Pada Responden Sebelum Dan
Samples Test Sesudah Diberikan
,000
Paired Intervensi Akupresur
Differences Nyeri kepala responden sebelum dan sesudah
Tekanan diberikan intervensi akupresur pada lansia
hipertensi adalah sebagai berikut:
Darah

Diastolik Tabel 6. Identifikasi Nyeri Kepala Responden

Sebelum dan Sesudah Akupresur Pada


Sebelum 100,20 11,976 Pasien Lansia Hipertensi
P
,001
Nyeri Kepala Mean Std.deviation
Akupresur MmHg value

Sesudah 84,20 14,606 Sebelum 1,850

Akupresur MmHg 4,50

Akupresur

29
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
,478 dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar
Sesudah 1,353 4,50, dengan standar deviasi sebesar 1,850 dan
sesudah dilakukan intervensi akupresur adalah
1,40
sebesar 1,40, dengan standar deviasi sebesar
Akupresur
1,353.

Sedangkan berdasarkan pengujian dependent


Paired 2,100
sample T Test diperoleh P value 0,000 (P value
Samples Test < 0,05), artinya ada perbedaan pengaruh nyeri
setelah dilakukan intervensi akupresur.
3,100 ,000
Paired 3.1.7 Perbedaaan Rata-Rata Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi
Differences Relaksasi Autogenik dan Akupresur
Perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum
dan sesudah relaksasi autogenik dan terapi
Berdasarkan tabel 3.1.6 dapat dijelaskan akupresur adalah sebagai berikut:
bahwa nilai rata-rata nyeri kepala sebelum

Tabel 7. Perbedaaan Rata-Rata Tekanan Darah Sesudah Iberikan Intervensi


Relaksasi Autogenik Dan Akupresur Pada Pasien Lansia Hipertensi

Variable N Mean Mean Different Std. Error Mean P value


Tehnik relaksasi 20 -1.1834 .11654

-.15845 0,664
Akupresur 20 -1.0250 .10350

*Uji Independent T Test independent sample T Test, diperoleh hasil P


value sebesar 0,316 (P value > 0,05). Hal ini
Berdasarkan tabel 3.1.7, dari hasil perhitungan berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara
pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah teknik relaksasi dan teknik akupresur.
N adalah sebanyak 20 responden untuk
masing-masing perlakuan. Mean yang 3.2 Pembahasan
dihasilkan pada teknik relaksasi autogenik 3.2.1 Karakteristik Responden
sebesar -1,1834, sedangkan pada teknik Karakteristik responden berdasarkan usia
akupresur sebesar -1,0250. Selanjutnya yang terbanyak lanjut usia (elderly) 60-74.
Standard Error of Mean pada teknik relaksasi Perubahan pada sistem kardiovaskuler lansia
sebesar 0,11654 dan pada teknik akupresur mengalami penurunan kemampuan memompa
sebesar 0,10350. darah 1% setiap tahun. Umur merupakan salah
satu Faktor penyebab hipertensi yang tidak
Sebelum uji T, terlebih dahulu dilakukan uji
bisa dimodifikasi (Nuraini, 2015). Karakteristik
kesamaan varian dengan F Test, artinya jika
responden berdasarkan usia yang terbanyak
varian sama, maka t menggunakanequal
lanjut usia (elderly) 60-74. Seiring
variance assumed dan jika varian berbeda
meningkatnya lansia berakibat meningkatnya
maka menggunakan equal variance not
kasus hipertensi. Bertambahnya umur akan
assumed. Kriteria pengujian Ho diterima jika P
diikuti peningkatan tekanan darah sebagai
value > 0,05. Dari hasil perhitungan pengujian
akibat pengerasan pembuluh nadi (Divine,

30
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
2012). Peningkatan tekanan darah yang terjadi makan yang kurang baik sesuai hasil Riskesdas
lansia karena menurunnya elastisitas arteri (2013).
pada proses menua (Padila, 2013).
Arteriosklerosis atau pengerasan arteri inilah 3.2.2 Perbedaaan Tekanan Darah Sebelum
serigkali memicu peningkatan tekanan darah Dan Sesudah Diberikan
Intervensi Relaksasi Autogenik Dan
pada lanjut usia (Wade, 2016).
Akupresur
Hasil penelitian ini sesuai dengan Riskesdas Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
(2013) yang melaporkan bahwa dengan dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah
meningkatnya umur pada lansia, maka sebesar 173,85 MmHg dan setelah intervensi
mengalami kecenderungan peningkatan kasus menjadi 134,00 MmHg, artinya terdapat
hipertensi. penurunan rata-rata 39, 85 MmHg. Nilai rata-
rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan
Penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar
yang terbanyak adalah perempuan. Hasil 95,15 MmHg, dan setelah intervensi menjadi
penelitian Anwar dan Andriani (2010) 80,20 MmHg, artinya mengalami penurunan
menunjukkan bahwa jumlah responden lansia 14,95 MmHg.
hipertensi yang terbanyak adalah perempuan
yaitu sebesar 61,8%. Pada populasi umum, laki- Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
laki lebih banyak menderita hipertensi dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar
dibandingkan perempuan (39% laki-laki dan 179,25 MmHg, menurun menjadi sebesar
31% perempuan). Aziza (2007) menyebutkan 138,10 MmHg setelah dilakukan intervensi.
bahwa resiko hipertensi lebih besar pada laki- Artinya ada penurunan sebesar 41,15 MmHg.
laki dibandingkan perempuan, dan akan Sedangkan berdasarkan pengujian dependent
menurun seiring bertambahnya umur. Jumlah sample T Test pada tekanan sistolik di peroleh
lansia hipertensi terbanyak adalah perempuan. P value 0,000 dan diastolik dengan
Hal ini dimungkinkan karena kecenderungan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh P value
perempuan lebih banyak melakukan aktifitas di 0,000 (P value <0,05), artinya ada perbedaan
rumah pada saat pengambilan data dan lebih pengaruh tekanaan darah sistolik maupun
banyak yang bersedia berpartisipasi menjadi diastolik setelah dilakukan intervensi relaksasi
responden penelitian ini. Penelitian ini sesuai autogenik.
dengan Riskesdas (2013) bahwa proporsi Nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum
penderita hipertensi pada perempuan dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar
cenderung lebih banyak daripada laki-laki 100,20 MmHg dan setelah dilakukan intervensi
(perempuan 28,8% dan laki laki 22,8%). menjadi 84,20 MmHg. Artinya terdapat selisih
Karakteristik responden berdasarkan agama penurunan 16 MmHg. Berdasarkan pengujian
terbanyak pada intervensi relaksasi autogenik dependent sample T Test pada tekanan sistolik
adalah Islam. Berdasarkan pendidikan, di peroleh P value 0,000 dan tekanan diastolik
penderita hipertensi terbanyak adalah yang dengan uji Wilcoxon diperoleh hasil P value
tidak sekolah. Karakteritik responden 0,01 (P value <0,05), artinya ada perbedaan
berdasarkan pekerjaan, yang terbanyak adalah pengaruh tekakan darah sistolik maupun
yang bekerja sebagai petani. Kondisi ini sesuai diastolik setelah dilakukan intervensi
dengan data demografi dari desa Ngargomulyo akupresur.
dan juga adanya kemungkinan akibat pola

31
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
Nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan sebagai respon terhadap penurunan tekanan
intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar darah atau penurunan konsentrasi natrium
5,05 dan mengalami penurunan menjadi 1,05 plasma. Apabila tekanan darah naik maka sel
setelah intervensi. Artinya ada penurunan sel otot polos mengurangi pelepasan
nyeri kepala sebesar 4,0. Sedangkan renninnya. Renin beredar di dalam darah di
berdasarkan pengujian dependent sample T hati mengubah angiotensinogen menjadi
Test diperoleh P value 0,000 (P value <0,05), angiotension I. Angiotension I bereaksi dengan
artinya ada perbedaan pengaruh nyeri kepala enzim (angiotension-converting enzyme, ACE)
setelah dilakukan intervensi relaksasi mengaktifkan angiotension I menjadi
autogenik. angiotension II yang bersifat konstriktor pada
system vaskuler. Reaksi ini menyebabkan
Nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan sintesis hormon mineralokortikoid atau
intervensi akupresur adalah sebesar 4,50, dan aldosteron. Aldosteron menyebabkan
mengalami penurunan menjadi 1,40 setelah peningkatan resorpsi natrium dan berakibat
intervensi. Artinya terdapat penurunan nyeri rearbsorbsi air sehingga volume plasma
kepala sebesar 3,10. Berdasarkan pengujian meningkat dan meningkatkan aliran plasma,
dependent sample T Test diperoleh P value peningkatan curah jantung, dan secara
0,000 (P value <0,05), artinya ada perbedaan langsung meningkatkan tekanan darah.
pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi
akupresur. Penurunan tekanan darah mempengaruhi
peningkatan produksi renin dan kadar natium
Dari pengujian independent sample T Test di dalam darah. Peningkatan renin tersebut
diperoleh hasil P value sebesar 0,316 (lebih akan mengubah angiotensinogen menjadi
besar dari < 0,05). Ini berarti bahwa tidak angiotensin I. Selanjutrnya angiotension I
terdapat perbedaan antara teknik relaksasi dan secara cepat bereaksi dengan angiotensin-
teknik akupresur. converting enzym menjadi angiotension II yang
Secara umum tekanan darah sangat berfungsi sebagai vasokonstriktor untuk
dipengaruhi oleh kecepatan denyut jantung, meningkatkan kontraksi otot polos dan
volume sekuncup dan TPR. Oleh karena itu, peningkatan resistensi perifer total sistemik
peningkatan salah satu dari ketiganya yang serta merangsang kortek adrenal memproduksi
tidak dikompensasi dapat menyebabkan aldosteron. Kadar kalium plasma yang rendah
hipertensi. juga menghambat sekresi aldosteron yang
menyebabkan volume darah menurun
Hipertensi bisa disebabkan akibat peningkatan sehingga curah jantung menurun (Ridwan,
aktifitas susunan saraf simpatis. Stres jangka 2009).
panjang mengakibatkan pengaktifan sistem
simpatis dan mengakibatkan kelebihan genetik Hipertensi dapat disebabkan oleh gangguan
reseptor norepineprin di jantung atau otot transport aktif dari pompa Na+ dan K+. Kondisi
polos vaskuler. (Corwin, 2009). ini akan diikuti dengan kenaikan Ca2+
intraseluler sehingga otot lebih mudah
Mekanisme ini akan berpengaruh terhadap berkontraksi yang mengakibatkan munculnya
eksresi natrium dan air oleh ginjal, kepekaan efek simpatis atau vasokontriksi (Ridwan,
baroreseptor, respon vaskuler, dan skekresi 2009). Epineprin (adrenalin) juga dilepaskan ke
renin. Renin adalah hormon yang dikeluarkan dalam darah selama stress dan cemas yang
oleh ginjal yaitu aparatus jukstaglomerulus (JG) menyebabkan detak jantung meningkat,

32
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
pembuluh darah menyempit dan kepala pusing Stres pada lansia karena trauma pasca bencana
(Wade, 2016). merapi akan mampu menurunkan kadar
hormon serotonin dan melatonin yang
Terapi Autogenik mengembalikan menjadikan factor pemicu meningkatnya
keseimbangan fisik dan emosional yang kita tekanan darah. Upaya untuk mengatasi
butuhkan pada saat stres yang berlebihan gangguan tekanan darah ini adalah dengan
dengan cara mengembalikan keseimbangan relaksasi autogenik. Relaksasi meningkatkan
fisik dan emosional yang sehat. Terapi ini kualitas dan jumlah waktu tidur , mengurangi
memungkinkan kita untuk mematikan respons rasa sakit, meelepaskan ketegangan, mengatasi
stres dan beralih pada lawannya yaitu respon stress, meninmbulkan rasa damai dan
relaksasi dan mengembalikan keseimbangan penerimaan (Padila, 2013). Terapi relaksasi
alami tubuh kita (Rodin, 2017). Metode ini autogenik akan mengubah pikiran kllien
berfokus pada berbagai manifestasi fisik menjadi tentaram dan berakibat meningkatnya
relaksasi dalam tubuh yang dapat membantu hormon serotonin dan melatonin yang
menyeimbangkan kembali keseluruhan sistem berakibat menurunnya tekanan darah pasien
tubuh dan pikiran, dengan menguasainya tentram (Muhrosin, Susilo & Novitasari, 2016).
sendiri (Bird, 2006).
Hasil penelitian Wicaksono, Aini Haryani
Keadaan fisik istirahat secara mendalam akan (2016), menunjukkan relaksasi autogenik
mengatasi respons stres yang dirasakan. efektif terhadap tekanan darah lanjut usia
Kondisi ini diaktifkan oleh parasympathetic dengan nilai p = 0,000 (α=0,05) untuk tekanan
nervous system, cabang lain dari sistem saraf darah systole dan p value = 0,003 (α =0,05)
otonom. Seluruh sistem tubuh dan pikiran untuk tekanan darah diastole dengan
kembali ke keadaan harmonis dan seimbang. penurunan rata-rata tekanan darah sebesar
Detak jantung dan pernapasan menjadi lebih 21,429/ 11,905 mmHg.
lambat, ketegangan otot dan tekanan darah
menurun, metabolisme melambat dan aktivitas Pada saat dilakukan terapi relaksasi autogenik,
mental yang lebih tenang. Respons relaksasi keadaan fisik istirahat secara mendalam akan
memunculkan proses penyembuhan diri yang mengatasi respons sistem yang dirasakan. Hal
menyebabkan tubuh istirahat, perbaikan dan ini diaktifkan oleh parasympathetic nervous
penyembuhan, meningkatkan sistem system, cabang lain dari system saraf otonom.
kekebalan tubuh dan mengembalikan Seluruh sistem tubuh dan pikiran kembali ke
keseimbangan emosional. Teknik relaksasi keadaan harmonis dan seimbang. Detak
mendalam yang komprehensif dikembangkan jantung dan pernapasan menjadi lebih lambat,
pada tahun l932 oleh seorang psikiater Jerman, ketegangan otot dan tekanan darah menurun
Dr. Johannes Schultz mengembangkan yang akan mampu menurunkan sakit kepala.
serangkaian latihan sederhana atau perintah Terapi autogenik akan mampu memperbaiki
sugestif otomatis yang memungkinkan kerusakan vaskuler pada hipertensi dengan
seseorang beralih dari keadaan kecemasan menurunkan resistensi pembuluh darah otak
berubah menjadi kedamaian dalam waktu yang (Nurarif & Kusuma, 2013).
sangat singkat (Sauders S &
Terdapat penurunan sakit kepala pada terapi
Chairman, 2006). Hasil penelitian Dwiyanti relaksasi sebanyak 96% pada indeks sakit
(2015), menyatakan bahwa adanya pengaruh kepala pasien dibandingkan dengan 25% pada
terapi relaksasi autogenik terhadap tekanan pasien kelompok alprazolam (p <0,001). Pada
darah tinggi pada hipertensi. responden yang diberikan terapi relaksasi,

33
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
kadar kortisol plasma rata-rata ditemukan penurunan rata-rata tekanan darah antara
secara signifikan lebih rendah pada mereka sebelum dan sesudah diberikan akupresur.
yang menderita sakit kepala kronis selama Akupresur membantu memperbaiki sirkulasi
lebih dari 5 tahun (Dickinson, dkk, 2008) dan menurunkan tekanan darah (Padila, 2013).
Stimulasi titik akupresur akan mampu
Akupresur dapat membantu meringankan merangsang endorpin yang membuat pasien
gejala atau mengurangi atau menghilangkan merasa tenang dan nyaman. Stimulasi titik
gejala sakit kepala dan ketegangan yang akupresur juga akan merangsang
mampu menurunkan tekanan darah tinggi. dilepaskannya histamin yang menyebabkan
Adapun titik titik penekanan yang dilakukan vasodilatasi pembuluh darah. Proses tersebut
adalah meliputi: titik Taichong (H3) terletak 3 berakibat menurunkan tekanan darah dan sakit
jari dari lipatan jari kaki I dan II. Titik ini kepala dengan cara terjadinya vasodilatasi dan
membersihkan panas hati dan mengatasi sakit menurunnya resistensi pembuluh darah
kepala. Titik Zusanli (Lb 36) terletak 4 jari (Nurarif & Kusuma, 2013). Kedua manfaat
dibawah patela lutut, Titik ini mempunyai akupresur tersebut dapat menurunkan tekanan
fungsi menambah energi dan menjernihkan darah lansia (Majid & Rini, 2016).
panas lambung serta meningkatkan daya tahan
tubuh. Titik Hegu (UB 4) terletak di punggung Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam
tangan pada puncak yang paling tinggi jika ibu penelitian ini karena adanya faktor yang sulit
jari dan jari telunjuk dirapatkan, berfungsi dikendalikan antara lain: stres, pola diet,
mengatasi sakit kepala depan dan samping. aktivitas dan faktor lingkungan responden.
Titik Ist.1 terletak diantara 2 alis, berfungsi
untuk membuyarkan hambatan energi daerah 4. SIMPULAN
Karakteristik responden berdasarkan usia yang
kepala depan yaitu mengatasi sakit kepala
terbanyak adalah lanjut usia (elderly) 60-74,
bagian depan dan pusing. Titik Baihul (Tu 20)
jenis kelamin yang terbanyak adalah
terletak dipuncak kepala yang berfungsi
perempuan, agama terbanyak adalah Islam,
membuyarkan energi daerah kepala atas, sakit
pendidikan yang terbanyak adalah tidak
kepala atas dan pusing. Akupresur titik
sekolah, dan pekerjaan yang terbanyak adalah
Fungche (KE 20) berada di lekukan tengkuk
petani.
atas di bawah kepala, 2 jari dari garis tengah
tengkuk dan Jianjing (KE 21) berada pada Setelah dilakukan intervensi relaksasi
lekukan di atas bahu, lurus ke bawah dengan autogenik terjadi penurunan rata rata tekanan
daun telinga, mempunyai fungsi melancarkan darah sistolik sebesar 39,85 MmHg dan
energi daerah samping kepala, nyeri kepala diastolik sebesar 14,95 MmHg.
(Depkes RI, 2009 & Kemenkes RI, 2015).
Perangsangan pada titiktitik tersebut akan Setelah dilakukan intervensi akupresur terjadi
menghasilkan enzim endorpin (substansi penurunan nilai rata-rata tekanan darah
sejenis morfin) dari otak yang menimbulkan sistolik 41,15 MmHg dan diastolik mengalami
rasa nyaman dan dapat menurunkan kadar penurunan sebesar 16 MmHg.
kortisol dalam darah melalui pengaturan HPA
Ada perbedaan pengaruh tekanaan darah
axis (Syaifullah, 2010).
sistolik maupun diastolik setelah dilakukan
Hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan intervensi relaksasi autogenic maupun
terapi akupresur menunjukkan perbedaan yang akupresur.
bermakna. Perbedaan tersebut terlihat dari

34
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
Setelah dilakukan intervensi relaksasi (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
autogenik terjadi penurunan rata rata nyeri Kementerian Kesehatan RI.
kepala sebesar 4,0 dan setelah dilakukan
Bird, J. (2006). Autogenic Therapy,
intervensi akupresur terjadi penurunan nilai International Therapist Issue.
rata-rata nyeri kepala sebesar 3,10.
Corwin, E,J. (2009). Buku saku Patofisiologi.
Ada perbedaan pengaruh nyeri kepala setelah Jakarta: EGC
dilakukan intervensi relaksasi autogenic Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman
maupun akupresur. Pelatihan Akupresur untuk Petugas
Kesehatan, Jakarta: Direktorat Jendral
Pengujian independent sample T Test diperoleh
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat
hasil P value sebesar 0,316 (lebih besar dari <
kesehatan Komunitas.
0,05). Ini berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan teknik relaksasi dengan teknik Dickinson, et al. (2008). Relaxation for the
akupresur. management of primary hypertension
in adults: a Cochrane review.
Hendaknya perawat menggunakan terapi Newcastle University, Institute
relaksasi autogenik dan terapi akupresur of health and Society.
sebagai terapi pendukung dalam pemberian Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. (2015).
asuhan keperawatan pada lansia yang Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
mengalami hipertensi akibat trauma bencana. Semarang:
www.dinkesjatengprov.go.id
Hendaknya diajarkan kepada para mahasiswa
keperawatan dalam melakukan tindakan Divine, J.G. (2012). Program Olahraga Tekanan
keperawatan pada pasien hipertensi dengan Darah Tinggi Panduan untuk mengatur
melihat sumber daya yang ada di masyarakat olahraga dan medikasi mengobati
seperti dengan terapi relaksasi autogenik dan hipertensi. Yogyakarta: PT Citra Aji
terapi akupresur. Parama.
Dwiyanti, Y. (2015). Pengaruh
Perlunya penelitian eksperimen penggabungan
relaksasi autogenik dalam upaya
terapi relaksasi dan akupresur sebagai satu penurunan tekanan darah pada
kesatuan terapi dengan cara dikombinasikan. penderita hipertensi dengan
pendekatan model teori adaptasi Roy.
5. REFERENSI Surabaya: Universitas Airlangga.
Anwar, S., Andriani, I. (2010). Analisa Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan:
Hubungan Faktor Demografi dan Basic data analysis for health research
Hipertensi Terhadap Terjadinya Cedera training. Depok: Fakultas Kesehatan
Pada Lansia Di Posbindu Matahari RW Masyarakat Universitas Indonesia.
09 Kelurahan Kota Baru Bekasi Barat.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Panduan
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan UMJ,
Akupresur mandiri bagi Pekerja Di
Vol. 6, 107202.
Tempat Kerja.
Aziza, L. (2007). Hipertensi, the Silent Killer. Lin, G.H., et al .(2016). Effectiveness of
Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Akupressure on the Taichong Acupoint
Dokter Indonesia. in Lowering Blood Pressure in Patients
Badan Penelitian dan Pengembangan with Hypertension; A Randomized
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Clinical Trial. Evidenced-Based

35
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id
Complemntary and Alternative Tentama, F. ( 2014). Dukungan Sosial Post-
Medicine. Hindawi Publishing
Corporation. http://dx.doi.org/ Traumatic Stress Disorder Pada Remaja
Penyintas Gunung Merapi. Jurnal
10.1155/2016/1549658.
Psikologi UNDIP, 133-138.
Majid, Y.A., Rini, P.S.( 2016). Terapi Akupresur
Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman Snyder, M. Lindquist, R. (2010).
serta Mampu Menurunkan Complementary & Alternative
Tekanan Darah Lansia. Palembang: Therapiesin Nursing. Springer
STIKES Muhammadiyah Palembang. Publishing Company, LLC
Mills, K.T., Bundy, J.D., Kelly, T.N., Reed, J. E., Sumarno. (2013). Dampak Psikologis Pasca
Trauma Akibat Erupsi Merapi,
Kearney, P.M, Reynolds K, Chen, J., He, Yogyakarta: Universitas Islam Sunan
J. (2016).Global Disparities of Kalijaga, Yogyakarta, Skripsi.
Hypertension Prevalence and Control. Sauders , S., Chairman. (2006). Autogenic
https://doi.org/10.1161/CIRCULATION Therapy: Short Term Therapy for Long
AHA.115.018912. Term Gain, www.positivehealth.com
Muhrosin, Susilo, Novitasari. (2016). Pengaruh Wade, C. (2016). Mengatasi
Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Hipertensi. Bandung: Nuansa
Darah pada Lansia Di Unit Pelayanan Cendekia.
Sosial Wening Wardoyo
Ungaran. Ungaran: STIKES Ngudi Wahjudin. (2008). Keperawatan Gerontik &
Waluyo Geriatrik. Jakarta: EGC
Ungaran.
Wicaksono, M.T.A., Aini, F., Haryani, S. (2016),
Nuraini, B. (2015). Risk Faktors of Hypertension, Efektifitas Relaksasi Autogenic
J Majority Volume 4 No.5, Lampung: terhadap tekanan darah pada lansia
Fakulty of Medicine University of hipertensi di
Lampung
Puskesmas Lerep Ungaran Barat
Nurarif, A.H. (2013). Aplikasi
Kabupaten Semarang. Stikes Ngudi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Waluyo.
diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ridwan, M. (2009). Mengenal, Mencegah,
Mengatasi Silent Killer
Hipertensi. Jakarta: Pustaka
Widyamara
Rodin, S. (2017). Autogenic Therapy: A
powerful stress reduction technique,
The Hale Journal.
Sinta,S. (2011). 14 Penyakit Paling Sering
Menyerang dan Sangat Mematikan.

Jakarta: Flash Book.

36

Anda mungkin juga menyukai