Disusun oleh :
1. Maghfiroh Romadhoni [ 18121059 ]
2. Nando Kurniawan [ 18121061 ]
3. Putri Puspitasari [18121067]
A. Definisi
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan parasit dari kelompok
Plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati yang ditularkan oleh
nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi sebanyak 80 spesies
anopheles dan 18 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria.
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa dari
genus plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati. Sampai saat
ini dikenal cukup banyak spesies dari plasmodia yang terdapat pada burung, monyet,
kerbau, sapi, binatang melata.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh
Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja,
2000).
B. Insiden
Penyakit malaria ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia, khususnya di bagian Indonesia Timur.Angka mortalitas akibat penyakit ini
dibeberapa daerah di Indonesia sampai saat ini cukup tinggi yaitu sebesar 20,9 – 50
%. Seperti di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan salah satu daerah
endemis malaria dan penyakit ini menduduki rangking ke 2 dari 10 besar dari
penyakit utama di Puskesmas. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara
Timur dari tahun 2006 s/d 2007, Insiden penyakit malaria yang diukur berdasarkan
Annual Malaria Incidence (AMI) sejak tahun 2006 s/d 2007 cenderung meningkat
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
C. Klasifikasi
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi
tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black
Water Fever).
D. Etiologi
Agen penyebab malaria dari genus Plasmodium, Familia Plasmodiidae, dari
ordo Coccidiidae. Penyebab malaria pada manusia di Indonesia sampai saat ini empat
spesies plasmodium yaitu Plasmodium falciparum sebagai penyebab malaria tropika
yakni nyamuk anopheles, Plasmodium vivax sebagai penyebab malaria tertiana,
Plasmodium malarie sebagai penyebab malaria kuartana dan Plasmodium ovale, jenis
ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika. (Pampana E.J. 1969; Gunawan
S. 2000). Jenis Plasmodium yang sering menyebabkan kekambuhan adalah P. vivax
dan P. ovale (Departemen Kesehatan RI, 2000).
E. Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan
interval tertentu (parokisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) dimana
penderita bebas sama sekali dari demam. Jadi gejala klinis utama dari penyakit malaria
adalah demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala disebut “Trias Malaria”
(Malaria paroxysm). Secara berurutan.
Kadang-kadang menunjukkan gejala klinis lain seperti : badan terasa lemas dan
pucat karena kekurangan sel darah merah dan berkeringat, napsu makan menurun, mual-
mual, kadang-kadang diikuti muntah, sakit kepala dengan rasa berat yang terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan falsiparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala
tersebut diatas disertai dengan pembesaran limpa. Pada malaria berat, gejala-gejala
tersebut diatas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran sampai koma. Pada anak,
makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya, tetapi yang menonjol adalah diare
dan anemia serta adanya riwayat kunjungan atau berasal dari daerah malaria.
1. Stadium menggigil
Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, nadi cepat lemah, bibir
dan jari pucat/kebiruan. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 sampai 1 jam.
2. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit
kering, dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi lebih kuat.
Penderita merasa sangat haus dan suhu tubuh bisa mencapai 41 ºC. Stadium ini
berlangsungantara 2-4 jam.
3. Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak, suhu badan menurun dengan cepat, kadang-
kadang samapai di bawah suhu normal, dapat tidur nyenyak dan setelah bangun tidur
badan terasa lelah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4
jam. Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
F. Patofisiologi
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite
yaitu spesies plasmodium. Plasmoodium yang menimbulkan penyakit pada manusia
terdapat 4 spesies. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropikana,
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium ovale menyebabkan
malaria ovale, Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana.Untuk
membedakan jenis infeksi dari masing – masing plasmodium dapat dianalisis dari
pemeriksaan penunjang yang menunjukkan perbedaan morfologi dari hapusan darah,
serta manifestasi klinis baik karakteristik demam, serta manifestasi klinis lainnya
yang khas pada setiap plasmodium.
Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah selama 1/2-1
jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya berpuluh-puluh ribu merozoit
masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam eritrosit untuk berkembang biak menjadi
tropozoit. Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi), sambil membesarkan puluhan
merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan sebagian lagi
membentuk mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh nyamuk
Anopheles saat menghisap darah penderita untuk memulai fase sporogoni.
(Darmowandowo,2007)
Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari bentuk aseksual yaitu sporozoite
ke dalam sirkulasi darah. Sporozoite menuju hepatocytes (sel hati) membentuk
schizont (bentuk asexsual). . Schizonts mengalami maturasi dan multiplikasi disebut
hepatic schizogony atau preerythrocytic. Pada infeksi P vivax and P ovale , sporozoite
berubah menjadi hupnozoite yang merupakan bentuk dorman sehingga dapat
menyebabkan penyakit setelah terinfeksi beberapa bulan atau tahun. (WHO,2010)
G. Pathway
H. Komplikasi
1. Anemia parah
Komplikasi ini terjadi karena banyaknya sel darah merah yang hancur atau rusak
(hemolysis) akibat parasit malaria.
2. Malaria otak
Komlikasi ini terjadi saat sel darah dipenuhi parasit sehingga menghambat
pembuluh darah kecil pada otak. Akibatnya otak menjadi bengkak atau rusak.
Gejalanya berupa kejang dan koma.
3. Gagal fungsi organ tubuh tubuh
Ada beberapa organ yang dapat terganggu karena parasit malaria, antara lain
ginjal, hati atu limpa. Kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa penderita.
4. Gangguan pernafasan
Komplikasi ini terjadi saat cairan menumpuk pada paru-paru (edema paru),
sehinngga membuat penderita sulit bernapas.
5. Hipoglikemia
Malaria yang parah dapat menyebabkan hipoglikemia atau kadar gula darah
rendah.Gula darah yang sangat rendah bisa berakibat koma atau bahkan kematian
(Mansjoer 1999).
I. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa malaria didasarkan atas manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan menemukan parasit (Plasmodium) malaria dalam darah penderita.
Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium memerlukan persyaratan
tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi yaitu : waktu pengambilan
sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode berkeringat,
karena pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi mencapai maksimal dan
cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit. Volume darah yang
diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler. Kualitas preparat harus baik untuk
menjamin identifikasi spesies Plasmodium yang tepat (Purwaningsih, 2000).
Diagnosa malaria dibagi dua (Departemen Kesehatan RI., 2000), yaitu :
1. Secara laboratorium (Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah)
Darah Lengkap dilakukan guna mengetahui kadar eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Biasanya pada kasus-kasus malaria, dijumpai kadar eritrosit dan
hemoglobin yang menurun. Hal ini disebabkan karena pengrusakan eritrosit oleh
parasit, penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh
proses imunologis. Pada malaria akut juga terjadi penghambatan eritropoesis pada
sumsum tulang, dapat dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses
koagulasi. Pada malaria tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat
menurun yang disebabkan peningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya
koagulasi intravskuler.
2. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II).
Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus,
sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks
sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi
laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara
immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal
dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah
infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah
lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat
(Rapid test).
3). Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody
specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes
ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah
beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai
infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi
antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques,
ELISA test, radio-immunoassay.
4). Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) --->pemeriksaan infeksi
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA,
waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan
hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Non Farmakologi
The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan
hal berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria:
1) Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
2) Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
3) Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi
nyamuk mendekat
4) Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau
tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk
b. Terapi Farmakologi
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan
terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
e. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk. mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam
waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan
lain-lain Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian/tugas dalam
jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personaI protection seperti
pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium
falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk
kemoprofilaksis Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb
selama tidak Iebih dari 4-6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada
anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin
dengan dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu
sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.
Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dan 3-6 bulan.
2. Keperawatan
a. Pertahankan fungsi vital (sirkulasi, kebutuhan cairan dan infuse)
b. Hindari trauma (bagaimana tindakan yang dilakukan supaya klien tidak mengalami
truma)
c. Hati-hati komplikasi (perhatikan keadaan klien agar tidak terjadi akibat lanjut)
d. Posisi tidur sesuai dengan kebutuhan (mengatur posisi klien agar lebih nyaman)
e. Monitoring (temperatur, nadi,TD, dan respirasi)
f. Perbaikan diet (diet yang digunakan pada pasien)
K. Fokus Pengkajian
1. Kaji Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah Pasien biasanya mengeluh suhu tubuhnya panas, pusing, mual,
muntah, lemah, sesak nafas, pucat yang menunjukkan anemia.
2. Kaji Riwayat penyakit sekarang
Pasien biasanya mengeluh suhu tubuhnya panas, pusing, Kulit kuning dan
perut kelihatan membesar bila sudah dalam kondisi parah, hilangnya nafsu makan
dan kadang mual. Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian
atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang
berfungsi sebagai alat transport.
3. Kaji Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan pada RPD meliputi adanya Riwayat
transfuse darah/ komponen darah, penyakit ginjal kronis, hepar, kanker, infeksi
kronis, pernah mengalami pendarahan, dan alergi multiple.
e. B5 (Bowel)
Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada
epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran limpa, pembesaran
hati, abdomen tegang, terdapat pembesaran limpa dan hati (hepato dan
splemagali).
f. B6 (Bone)
Kulit kelihatan pucat karena adanya penurunan kadar hemoglobin dalam
darah, selain itu warna kulit kekuning- kuningan. Nyeri otot / sendi, kelemahan,
penurunan aktifitas.
L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada pasien malaria adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme,
dehidrasi, perubahan pada regulasi temperatur.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d mual, muntah dan anoreksia.
3. Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah, kelebihan volume
cairan, kekurangan volume cairan, muntah
5. Kekurangan volume cairan b.d output berlebih sekunder terhadap muntah dan
berkeringat banyak
6. Gangguan perfusi jaringan otak/perifer b.d penurunan suplai O2 ke otak / perifer
Intervensi :
Ukur tanda - tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, dan tugor
kulit
R: indikator keadekauatan volume sirkulasi dan cairan
Ukur haluran urine dengan akurat
R: Untuk mengetahui jumlah intake dan jumlah output
Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal
R: gangguan volume cairan dapat menggangu fungsi ginjal dan memerlukan
intervensi tambahan
Beri tambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi
R: untuk mempercepat kesembuhan
5. Kekurangan volume cairan b.d output berlebih sekunder terhadap muntah dan
berkeringat banyak
Intervensi:
Ukur tanda - tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, dan tugor
kulit
R: indikator keadekauatan volume sirkulasi dan cairan
Ukur haluran urine dengan akurat
R: Untuk mengetahui jumlah intake dan jumlah output
Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal
R: gangguan volume cairan dapat menggangu fungsi ginjal dan memerlukan
intervensi tambahan
Beri tambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi
R: untuk mempercepat kesembuhan