Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MERAWAT KLIEN KASUS MALARIA

OLEH:

NAMA : AGUSTINA PURWANINGSIH ONAOLA


NPM : 1420115023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MALUKU HUSADA
2018
-2-

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata
dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali
dari gejala meriang. (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang
termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.
(www.depkes.go.id)

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi
binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium dari family
plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi erotrosit (sel darah merah) dan mengalami
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk
anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82
pada jenis burung dan reptil dan 22 pada primata.
Parasit Malaria yang Terdapat di Indonesia Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah
plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijumpai tetapi
sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi
(utara Irian Jaya). (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)

C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena setiap tahun 500 juta
manusia terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di
Afrika namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa negara Eropa. Diduga
sekitar 36% penduduk dunia terkena risiko malaria. (Depkes, 2008)
Di Indonesia pada tahun 2007 telah terjadi 1.700.000 kasus klinis malaria dengan 700 kematian. Dari
576 kabupaten yang ada, 424 kabupaten diantaranya merupakan daerah endemis malaria dan
diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular. Pengukuran angka kesakitan menggunakan
Annual Parasite Incidence (API) dan Annual Malariae Incidence (AMI). Untuk provinsi Kepulauan Riau
yang merupakan daerah endemis malaria pada tahun 2007 melaporkan, bahwa dalam upaya
pemberantasan malaria dengan API 0.87 per 1000 penduduk, AMI 0.88 per 1000 penduduk.
Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola curah air
hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi perkembangbiakan
nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa daerah memililki angka kasus
yang cenderung tetap sepanjang tahun – Negara tersebut digolongkan sebagai "endemis malaria ". Di
daerah lain, ada “musim malaria” yang biasanya berhubungan dengan musim hujan.
Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk
ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan
sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan
rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi
iklim basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik. (www.depkes.go.id)

D. KLASIFIKASI
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara
lain sebagai berikut :
-3-

1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium
Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali
menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk
melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik
lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi
(Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

2. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)


Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil
dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua
sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari
sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran
limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom
nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

3. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya
mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai
untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau
ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria
disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4
tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi
dan terjadi pada malam hari.

4. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)


Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya
lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale
dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejalamalaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan
gejala klasik trias malariadan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak
demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat ditandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999)
antara lain sebagai berikut :
-4-

1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria
Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam
periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara
berurutan:
a. Periode dingin. Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-
gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung
15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas. Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi
sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-
muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang
(anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa
infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan
pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat
umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal
tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411)

4. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam
darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah.
Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan.
Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat
mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan .
b. Ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus
biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).
-5-

F. PATOFISIOLOGI
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite yaitu spesies
plasmodium. Plasmoodium yang menimbulkan penyakit pada manusia terdapat 4 spesies. Plasmodium
falciparum menyebabkan malaria tropikana, Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale, Plasmodium malariae menyebabkan malaria
kuartana.Untuk membedakan jenis infeksi dari masing – masing plasmodium dapat dianalisis dari
pemeriksaan penunjang yang menunjukkan perbedaan morfologi dari hapusan darah, serta manifestasi
klinis baik karakteristik demam, serta manifestasi klinis lainnya yang khas pada setiap plasmodium.
Infeksi plasmodium melibatkan manusia sebagai host dan nyamuk sebagai vektor dan hosr definitif.
Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam
tubuh nyamuk. Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes perantara/manusia ; daur dalam darah
(skozogoni eritrosit),daur dalam sel parenkim hati/stadium jaringan (skizogoni ekso-eritrosit).
Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif. Dalam lambung
nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing telah menjadi mikrogamet
dan makrogamet yang kemudian kawin (singami): zigot - ookinet - oosista (proses sprogoni) dalam
dinding lambung nyamuk - lisis - keluar puluhan ribu – ratusan ribu sporozoit yang akan menuju
kelenjar liur nyamuk inangnya.
Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah selama 1/2-1 jam menuju hati
untuk berkembang biak. Selanjutnya berpuluh-puluh ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke
dalam eritrosit untuk berkembang biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi),
sambil membesarkan puluhan merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan sebagian
lagi membentuk mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh nyamuk Anopheles saat
menghisap darah penderita untuk memulai fase sporogoni.(Darmowandowo,2007)
Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari bentuk aseksual yaitu sporozoite ke dalam sirkulasi
darah. Sporozoite menuju hepatocytes (sel hati) membentuk schizont (bentuk asexsual). . Schizonts
mengalami maturasi dan multiplikasi disebut hepatic schizogony atau preerythrocytic. Pada infeksi P
vivax and P ovale , sporozoite berubah menjadi hupnozoite yang merupakan bentuk dorman sehingga
dapat menyebabkan penyakit setelah terinfeksi beberapa bulan atau tahun. (WHO,2010)
Preerythrocytic schizogony membutuhkan waktu 6-16 hari dan menghasilkan pecahnya sel dan
ledakan invasi ribuan merozoites di darah . Merozoites menuju erythrocytes dan menginisiasi asexual
reproductive siklus, kemudian disebut erythrocytic schizogony. Parasite sukses meleawati fase tersebut
kemudian menjadi trophozoite dan schizont, dan akhirnya berhsil membentuk merozoites yang lebih
poten. Merozoites yang matur menyebabkan rupturnya sel darah merah dan melepaskan merozoite baru
multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang menyebabkan demam) menuju aliran darah. Sebagian
merozoite yang baru akan menginfeksi sel darah merah yang baru, dan sebagian berdiferensiasi
membentuk fase seksual : gametosis jantan dan betina yang merupakan bagian dari siklus erythrocytic
schizogony. Nyamuk yang menghisap darah pasien dengan gametocymia mendapatkan betuk
seksualyang merupakan bagian dari siklus hidup plasmodium. (WHO,2011)
Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak pyrigen yang menyebakan
paroxysms dari demam malaria. Periode demam malaria sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk
siklus eritrosit yang mendefinisikan masing-masing jenis plasmodium. P malariae memerlukan 72 jam
untuk setiap siklus , disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain memerlukan 48 jam untuk 1 siklus
dan menyebabkan alternatife demam di lain hari (tertian malaria). Namun periode ini sesuai dengan
perkembangan parasit dan stimulasi pelepasan substansi kimia biila tidak singkron maka periode demam
tidak dapat diamati.
Selain melalui gigitan nyamuk , malaria juga dapat ditularkan melalui tranfusi darah dan penularan
tranplancental. Parasitemia pada donor kadang tidak menimbulkan manifestasi klini berupa demam. Hal
ini disebabkan karena merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena tidak terjadi perkembangan dalam hati
bila maka pengobatan pada serangan akut merupakan pilihan pengobatan yang lengkap. Selain ini
transmisi juga dapat terjadi melalui transplantasi organ. Penularan lain yaitu transplancental dari ibu
-6-

dengan malaria kepada bayinya di dalam kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya adalah orang
yang bepergian dari daerah endemis, serta pasca bepergian namun tidak lengkap mendapatkan
chemoprofilaksis, serta bayi dan orang dengan imunocompromise (WHO,2010) Beberapa keadaan
klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : serangan primer, periode latent, recrudescense, relapse
atau rechute. Periode latent mulai akhir masa inkubasi hingga timbul gejala paroksima trias malaria
(dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu masa tanpa keluhan fisik dan tanpa
parasitemia.Recrudescense adalah berulangnnya parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan
primer. Relaps adalah berulangnnya keluhan klinik lama setelah terjadi masa latent biasanya terjadi pada
P vivax atau ovale. (Harijanto,2007)
Infeksi P falciparum menyebabkan malaria yang parah. Spesies ini lebih virulen dari yang lain
karena menyebabkan parasitemia yang tinggi dan tumpukan virus yang berkontribusi pada kematian sel
organ. Faktor parasit yang mempengaruhi P,falcifaraum adalah sitoadherensi (perlekatan eritrosit parasit
pada permukaan endotel vaskuler sehingga memiliki variasi antigenik yang sangat besar), sekuetrasi
(karena adanya sitoadherensi menyebabkan P.falciparum terperangkap dalam mikrovaskuler dan
menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada pembuluh darah perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung,
usus, dan kulit yang mememgang peranan patofisiologi malaria berat), Rosetting (berkelompoknya
eritrosit parasit matur diselubungi 10 atau lebih eritrosit non parasit; rosetting akan menyebabkan
obstruksi dan mempermudah terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit oksida)
yang berlebihan karena respon infeksi.Penyimpanan bagian dari parasite ini merupakan cirri spesifik
dari spesies ini. Sesuai dengan perkembangan siklusnya setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum
masih tertingal pada pembulu postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal infeksi parasit
ini dapat dideteksi pada pembuluh darah perifer dan merupakan waktu penting diagnostik malaria infeks
P falcifarum. Sequestrasi dari parasit menyebabkan perubaman status mental hingga koma pada infeksi
P falciparum pada anak kejang, konvulsi sering menuju kematian karena infeksi hingga microvaskular
pada jaringan otak.Selain itu cytokine dan ivasi parasit dalam jumlah besar menyebabkan kematian sel
tertuama pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal. Bebberapa penderita infeksi P
falciparum meninggalkan sequele seperti (hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity)
Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia karena glukosa darah banyak diambil alih oleh plasmodium.
Anemia berat dapat karena banyaknya sel darah merah yang lisis. Mekanisme lain dari anemia pada
malaria adalah dyserythropoiesis, dan hypersplenism sehingga anemia pada malaria cenderung berat dan
dapat menyebabkan kematian. Berkurangnya umur sel darah merah yang beredar diikuti dengan
penekanan sumsum tulang ditunjukkan dengan trombositopenia mengganggu koagulasi intravaskular
sehingga dapat mengarah pada perdarahan sistemik. Anemia kronik pada anak menyebabkan malnutrisi
dan terhentinya pertumbuhan.malaria serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler
darah di otak karena sitoadherensi dan sekuetrasi. Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat
biasanya disertai dengan gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan edema paru.
Gagal ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria dewasa diduga disebabkan adanya anoksia karena
penurunan darah ke ginjal akibat dari obstruksi kapiler. Kecenderungan terjadinya perdarahan karena
trombositopenia karena pengaruh sitokin sehingga terjadi gangguan intrakoagulai pada infeksi P
falciparum. Edema paru yang disebabkan adanya kelebihan cairan dibuktikan dalam otopsi terdapat
edema yang difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan membran hialin. Manifestasi
gastrointestinal yang sering muncul adalah nausea dan muntah , diare, konstipasi, kembung diduga
terkait dengan proses infeksi virus. Hiponatremia bersamaan penurunan osmolalitas plasma akibat
kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret (Harijanto,2007)
-7-

Pathway

Pathway malaria untuk askep malaria

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Imunoserologis
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita.
2. Pemeriksan Biomolekuler
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC (Semi
Quantitative Buffy Coat) merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung
kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat
membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium
dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
3. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
4. Pemeriksaan tes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dengan hasil negatif
maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh
-8-

tenaga yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Adapau pemeriksaan darah
tepi dapat dilakukan melalui:
5. Tetesan preparat darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di
lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit.
Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit
6. Tetesan darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit
dilakukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila
jumlah parasit >100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting
untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaopun komplikasi dapat timbul dengan
jumlah parasit yang minimal.
7. Tes antigen:
P-F test Yaitu mendeteksi antigen P-Falciparum (histidine rich protein II). Deteksi sangat
cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak
memerlukan alat khusus.
8. Tes serologi
Tes serologi mulai dikembangkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat
sebagai alat diganostik sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia.
Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah.
Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test>1:20 dinyatakan positif. Metode-
metode tes serologi antara lain indirect hemagglutinin test, immunoprecipitation techniques,
ELISA test, radio-immunoassay.
9. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
Pemeriksaan ini dianggap paling peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktunya singkat
dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.

H. PENATALAKSANAAN
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina,
primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis,
pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program
pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria
falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk pengobatan radikal
malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk pengobatan malaria berat
atau malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria
klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria
tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah Sakit, obat tersebut
dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria diuji coba sebagai profilaksis dan pengobatan
malaria diantaranya adalah derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim
dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat antimalaria yang bekerja cepat dan
menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.
-9-

1. Pengobatan malaria falciparum


Lini pertama : Arte sunat + Amodiakuin + Primakuin. Dosis artesunat = 4 mg/kgBB (dosis
tunggal), amodiakuin = 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis
tunggal).

2. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale


Lini pertama : Klorokuin+Primakuin. Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk
pengobatan malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit
stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh
hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit. Dosis total klorokuin
= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin = 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari).

3. Pengobatan malaria malaria Klorokuin


1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh
parasit bentuk aseksual dan seksual P. malariae. Pengobatan dapat juga diberikan
berdasarkan golongan umur penderita.

4. Kemopofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang
yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan
bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal
protection seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain. Oleh karena P.falciparum
merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama
ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi
P.falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan
setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis
untuk P.vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat
tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah
kembali.

I. PROGNOSIS
Uncomplicated malaria yang disebabkan P vivax,P malariae, and P ovale memiliki prognosisyang
baik. Kebanyakan pasien puluh dengan sempurna tanpa sequelae. Malaria P falciparum sangat
berbahaya bila tidak ditangani dengan cepat dan tuntas karena akan menyebabkan severe malaria dan
menuju progonosis yang buruk Malaria pada anak dibawah 5 tahun memiliki prognosis buruk di daerah
endemic. Pada daerah endemic dengan imunitas yang lemah dapat menyebabkan kematian pada umur
tersebut, malaria berulang, anemia kronis, malnutrisi, pertumbuhan yang terlambat.

J. KOMPLIKASI
 Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, memiliki mortality rate of 25%, mentmeski dengan
treatment terbaik. Kebanyakan kematian disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada
anak umur 6 bulan-3 tahun dapat diobservasi . Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat
meyelamatkan anak dengan malaria. Penderita biasanya meninggalkan sequelae (seperti ,
hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P falciparum melakukan sekuetrasi pada
mikrovaskular sehingga Seizures dan comabiasa terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa
cerebral malaria , anak yang mengalami konvulsi berulang dapat menuju kematian.
-10-

 Perdarahan terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah karena parasitemia yang tinggi
menyebabkan gangguan intrakoagulasi.
 hemolisis pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gagal ginjal terkait glucose-6-phosphatase
dehydrogenase (G-6-PD) deficiency or an antibody-mediated yang menyebabkan destruksi
eritrosit.
 Anemia terjadi karena ada mekanisme dyserythropoiesis, hypersplenism, erythrocyte survival
memendek , bone marrow suppressn. Malarial anemia bisa sangat parah dan menyebabkan
kematian.
 Parasite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat menyeababkan hypoglycemia,
serta berasosiasi dengan quinine and quinidine therapy. Hypoglycemia susah dibedakan dengan
cerebral malaria
 Blackwater fever adalah kondisi hemolysis gagal ginjal akut. Jarang dapat diamati sekarang
lebih diakibatkan karena profilaksis terapi dengan menggunakan quinine. Komplikasi lainnya
adalah :
 Pulmonary edema
 Hyperpyrexia
 Circulatory collapse (algid malaria)
 Jaundice

K. PENCEGAHAN
Metode yang digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit, atau untuk melindungi individu-
individu di daerah di mana malaria endemik, termasuk obat-obatan profilaksis, pemberantasan nyamuk,
dan pencegahan gigitan nyamuk.

1. Pengendalian vektor
Upaya untuk membasmi malaria dengan menghilangkan nyamuk telah berhasil di beberapa
daerah. Malaria pernah umum di Amerika Serikat dan Eropa selatan, tetapi program
pengendalian vektor, dalam hubungannya dengan pemantauan dan pengobatan pada manusia
yang terjangkit, dieliminasi dari daerah-daerah. Teknik serangga steril yang muncul sebagai
metode pengendalian nyamuk potensial. Kemajuan menuju transgenik, atau rekayasa genetika,
serangga menunjukkan bahwa populasi nyamuk liar bisa dibuat malaria resisten. Para peneliti di
Imperial College London menciptakan malaria pertama di dunia nyamuk transgenik, dengan
plasmodium tahan spesies pertama diumumkan oleh tim di Case Western Reserve University di
Ohio pada tahun 2002. Penggantian berhasil populasi saat ini dengan populasi rekayasa genetika
baru, bergantung pada mekanisme drive, seperti elemen transposabel untuk memungkinkan non-
Mendel warisan dari gen yang diinginkan. Namun, pendekatan ini mengandung banyak kesulitan
dan keberhasilan adalah prospek yang jauh. Sebuah metode bahkan lebih futuristik pengendalian
vektor adalah gagasan bahwa laser dapat digunakan untuk membunuh nyamuk terbang.

2. Profilaksis obat
Beberapa obat, yang sebagian besar juga digunakan untuk pengobatan malaria, dapat diambil
preventif. Umumnya, obat ini diminum setiap hari atau mingguan, pada dosis yang lebih rendah
daripada yang digunakan untuk pengobatan orang yang benar-benar tertular penyakit itu. Obat
modern yang digunakan preventif meliputi mefloquine (''Lariam''), doxycycline (tersedia umum),
dan kombinasi atovakuon dan hidroklorida proguanil (''Malarone''). Pilihan obat yang akan
digunakan tergantung pada obat parasit di daerah tersebut resisten terhadap, serta efek samping
dan pertimbangan lainnya. Efek profilaksis tidak memulai segera setelah mulai meminum obat,
sehingga orang sementara mengunjungi daerah endemis malaria biasanya mulai mengambil obat
satu sampai dua minggu sebelum tiba dan harus terus membawa mereka selama 4 minggu setelah
-11-

meninggalkan (dengan pengecualian proguanil atovakuon yang hanya perlu dijalankan 2 hari
sebelum dan dilanjutkan selama 7 hari setelahnya). Penggunaan obat profilaksis mana nyamuk
pembawa malaria yang hadir dapat mendorong perkembangan imunitas parsial.

3. Indoor sisa penyemprotan


Penyemprotan residu dalam ruangan (IRS) adalah praktek penyemprotan insektisida pada
dinding interior rumah di daerah yang terkena malaria. Setelah makan, istirahat banyak spesies
nyamuk pada permukaan yang terdekat sementara mencerna bloodmeal, jadi jika dinding tempat
tinggal telah dilapisi dengan insektisida, nyamuk istirahat akan dibunuh sebelum mereka dapat
menggigit korban lain, mentransfer parasit malaria. Satu masalah dengan semua bentuk
Penyemprotan Indoor Residual insektisida resistensi melalui evolusi nyamuk. Menurut sebuah
penelitian yang diterbitkan pada Perilaku Nyamuk dan Pengendalian Vector, spesies nyamuk
yang dipengaruhi oleh IRS adalah spesies endophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat
dan tinggal dalam ruangan), dan karena iritasi yang disebabkan oleh penyemprotan, keturunan
evolusi mereka untuk menjadi tren exophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan
hidup di luar pintu), yang berarti bahwa mereka tidak terpengaruh-jika terpengaruh sama sekali-
oleh IRS, rendering itu agak tidak berguna sebagai mekanisme pertahanan.

4. Kelambu dan seprai


Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan sangat mengurangi infeksi
dan penularan malaria. Jaring bukan penghalang sempurna dan mereka sering diperlakukan
dengan insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum memiliki waktu untuk
mencari cara melewati net. Jaring insektisida (ITN) diperkirakan akan dua kali lebih efektif
sebagai jaring tidak diobati,. Meskipun ITN terbukti sangat efektif terhadap malaria, kurang dari
2% dari anak-anak di daerah perkotaan di Sub-Sahara Afrika yang dilindungi oleh ITN. Sejak
feed Anopheles''''nyamuk di malam hari, metode yang disukai adalah untuk menggantung
"kelambu" besar di atas pusat tempat tidur sedemikian rupa sehingga tirai turun dan meliputi
tempat tidur sepenuhnya.
Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida seperti permetrin atau deltametrin telah terbukti
menjadi metode yang sangat efektif pencegahan malaria, dan juga salah satu metode yang paling
efektif-biaya pencegahan. Jaring ini sering dapat diperoleh untuk sekitar $ 2,50-$ 3,50 (2-3 euro)
dari PBB, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan lain-lain. ITN telah terbukti menjadi metode
pencegahan paling efektif-biaya terhadap malaria dan merupakan bagian dari WHO Millenium
Development Goals (MDGs). Untuk efektivitas maksimum, jaring harus kembali diresapi dengan
insektisida setiap enam bulan. Proses ini menimbulkan masalah logistik yang signifikan di daerah
pedesaan. Teknologi baru seperti Olyset atau DawaPlus memungkinkan produksi tahan lama
kelambu insektisida (LLINs), yang melepaskan insektisida sekitar 5 tahun, dan biaya sekitar US
$ 5,50. ITN melindungi orang-orang tidur di bawah jaring dan sekaligus membunuh nyamuk
bahwa kontak net. Perlindungan juga diberikan kepada orang lain dengan metode ini, termasuk
orang-orang tidur di ruangan yang sama tetapi tidak berada di bawah net.

5. Vaksinasi
Imunitas (atau, lebih tepat, toleransi) tidak terjadi secara alami, tetapi hanya sebagai respons
terhadap infeksi berulang dengan beberapa strain malaria. Saat ini, ada berbagai macam kandidat
vaksin di atas meja. Pra-erythrocytic vaksin (vaksin yang menargetkan parasit sebelum mencapai
darah), dalam vaksin tertentu berdasarkan CSP, membentuk kelompok terbesar penelitian untuk
vaksin malaria. Kandidat vaksin lainnya termasuk: orang-orang yang berusaha untuk membujuk
kekebalan terhadap darah tahap infeksi, orang-orang yang berusaha untuk menghindari patologi
yang lebih parah dari malaria dengan mencegah kepatuhan dari parasit ke venula darah dan
plasenta, dan transmisi-blocking vaksin yang akan menghentikan perkembangan parasit di kanan
-12-

nyamuk setelah nyamuk telah mengambil bloodmeal dari orang yang terinfeksi. Diharapkan
bahwa pengetahuan dari P.'' falciparum''genom, urutan yang selesai pada tahun 2002, akan
memberikan target untuk obat baru atau vaksin.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MALARIA

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.

2. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : Meningkat (di atas 37,5o C)
Tekanan darah : Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Nadi : Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam)
Respirasi : Tackipnea, Napas pendek

3. Pola Fungsi keperawatan


a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan
kekuatan.

b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit
hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,
penurunan aliran darah. Konjungtiva anemis dan capillary refill >2 detik.

c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan


Gejala : Anoreksia mual dan muntah Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan
Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine .

e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan. Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu
atau koma.

f. Pernapasan
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan . Gejala : Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru
saja menjalani operasi/prosedur invasif, luka traumatik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN UNTUK ASKEP MALARIA


Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul
dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):
-13-

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak
sdekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur
tindakan invasif
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.

C. PERENCANAAN ATAU INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA

Rencana asuhan keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :


a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak
adekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/ Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan
klien Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
2. Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat Rasional : Dilatasi gaster
dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia
3. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur. Rasional : Mengawasi penurunan
berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni. Rasional : Dapat meningkatkan
masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
5. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan Rasional :
Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6. Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi. Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan
diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama
tidak adekuat), prosedur invasif.
Tindakan/ Intervensi :
1. Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh. Rasional : Demam disebabkan oleh
efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang
merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.
2. Amati adanya menggigil dan diaforosis. Rasional : Menggigil sering kali mendahului
memuncaknya suhu pada infeksi umum.
3. Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa
terapi Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari
organisme.
4. Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk. Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum
5. Dapatkan spisemen darah. Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
Tindakan/ intervensi :
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil. Rasional : Hipertermi
menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
-14-

2. Pantau suhu lingkungan. Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. Rasional : Dapat membantu
mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu
alkohol dapat mengeringkan kulit.
4. Berikan antipiretik. Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
5. Berikan selimut pendingin. Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan
hipertermi.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Tindakan/ intervensi :
1. Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan. Rasional : Menurunkan beban
kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
2. Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan
perubahan pada tekanan nadi. Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan
kuman yang menyerang darah
3. Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer. Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena
peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus
menerus, penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
4. Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat. Rasional :
Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman pada
pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan,
menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
5. Berikan cairan parenteral. Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar
cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
Tindakan/ intervensi:
1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar
dimana pasien dapat membuat pilihan.
2. Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan
terhadap program. Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam
penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
3. Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang. Rasional : Perlu
untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4. Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal. Rasional : Mencegah pemenatan,
penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.
5. Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan. Rasional : Membantu
mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
6. Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis. Rasional : Pengenalan dini
dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
7. Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan. Rasional : Pengguaan terhadap
pencegahan terhadap infeksi.

D. EVALUASI
 Menunjukkan nutrisi tubuh pasien tercukupi.
-15-

 Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda infeksi.


Menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
 Mempertahankan volume sirkulasi adekuat dengan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien,
nadi perifer teraba, dan haluaran urine adekuat.
 Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas harian).
 Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
 Menunjukkan pengetahuan tentang penyakit malaria memadai.

Anda mungkin juga menyukai