PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Varicella disebut juga dengan Chickenpox, di Indonesia penyakit ini biasa
dikenal dengan cacar air. Cacar air merupakan salah satu penyakit yang umum ditemui
pada anak-anak namun dapat juga menyerang orang dewasa. Di Indonesia, cacar air
diduga sering terjadi pada saat pergantian musim hujan ke musim panas ataupun
sebaliknya. Zulkoni (2011) menyebutkan bahwa penyakit Varicella terdapat diseluruh
dunia dan tidak ada perbedaan ras ataupun jenis kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh
Varicella Zoster Virus (VZV).
Cacar air atau Varicella merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada
individu yang berkontak dengan virus Varicella-Zoster. Pada 3 sampai 5 individu dari
100 individu, virus Varicella-Zoster mengalami reaktivasi yang menyebabkan infeksi
rekuren yang kemudian dikenal dengan Herpes Zoster atau Shingles. Infeksi cacar air
menyerang semua usia dengan puncak insidensi pada usia 5-9 tahun. 90% pasien
Varicella berusia dibawah 10 tahun, sangat sedikit sekali terjadi pada orang dewasa
(Widoyono, 2011). Angka kematian akibat penyakit ini sangat kecil sekali kecuali
adanya komplikasi. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit cacar air yaitu sakit kepala,
demam, kelelahan ringan kemudian diikuti dengan munculnya ruam pada kulit dan rasa
gatal (Esson et al, 2014).
Mengingat kasus cacar air banyak menyerang anak-anak, sifat penularannya
yang begitu cepat dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu cara untuk mengendalikan penyebaran penyakit cacar air agar tidak
menjadi wabah dalam suatu populasi. Salah satu caranya yaitu dengan program
vaksinasi. Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh untuk memberikan
kekebalan aktif pada suatu penyakit. Menurut Ranuh (2014), vaksinasi dapat diberikan
kepada anak-anak yang berumur 12-15 bulan dan kepada setiap orang yang belum
mendapat vaksinasi atau bagi yang belum pernah menderita penyakit cacar air
sebelumnya.
Mempertimbangkan hal tersebut maka penulis turut berperan aktif dalam
mempertimbangkan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan anak
pada pasien varisella yang akan disusun dalam bentuk studi kasus berjudul “Asuhan
keperawatan anak usia toddler dengan diagnosa medis varisella di Surabaya”.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Melakukan Asuhan keperawatan anak usia toddler dengan diagnosa medis
varisella di Surabaya.
2.2 Etiologi
Menurut (Richard, 1992) etiologi varisela adalah varisela disebabkan oleh herpes
virus varisela atau disebut juga virus varicella zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat
pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis
yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela,
kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam
bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh
trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan
vesikel dan dalam darah penderita varisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan
dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibrobias paru embrio
manusia.
2.4 Patofisiologi
Varisela primer disebabkn oleh infeksi varicella zoster virus, suatu herpes virus.
Penularan melalui inhalasi (droplet) atau kontak langsung dengan lesi di kulit penderita.
Infeksi biasanya terjadi dengan menembus selaput konjungtiva atau lapisan mukosa
saluran napas atas penderita. Kemudian terjadi replikasi virus di lomfonodi setelah 2
sampai 4 hari sesudahnya, dan diikuti viremia primer yang terjadi setelah 4 sampai 6
hari setelah inkulasi awal. Virus kemudian menggandakan diri di liver, spleen dan organ
lain yang memungkinkan. Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel – partikel
virus yang menyebar di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan
typical vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat terjadi saat itu. Proses
inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21 hari. Pasien mampu menularkan
penyakitnya sejak 1 sampai 2 hari sebelum muncul rash sampai muncul lesi yang
mengeras, biasanya 5 – 6 hari setelah muncul rash pertama kali. Meskipun kebanyakan
infeksi varisela menimbulkan kekebalan seumur hidup, pernah dilaporkan infeksi
ulangan pada anak yang sehat. Hal ini harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV
bertahan hidup dengan cara menjadi dormant di system saraf sensorik, terutama
Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant. Mekanisme
imunologi host gagal menekan replikasi virus, namun VZV diaktifkan kembali jika
mekanisme host gagal menampilkan virus. Kadang – kadang terjadi setelah ada trauma
langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes zoster. Virus bermigrasi
dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan sensoris pada dermatom dan rash
yang nyeri dan khas.
2.5 WOC
Riwayat kontak dengan
Imunitas tubuh pasien varisella
Reaksi
inflamasi
Pelepasan pirogen Replikasi di sel Terinfeksi
Hepato/spenomegali
endogen epidermal
Timbul papula
Merangsang saraf Vakuovakuolisasi Mendesak rongga (benjolan)
vagus sel dan lisis abdomen
Vesikel
Prostagladin berikatan Terjadi makula Mual, muntah (gelembung berisi
vdengan neuron prepiotik di (bintik merah14 hari) cairan)
hipotalamus
Terinfeksi Anoreksia
Pustula (gelembung
Memproduksi asam
keruh)
arakidonat
Mengenai saraf nyeri Penurunan BB
pada kulit MK:
Dikirim ke hipotalamus Terbentuk lesi Gangguan
anterior MK: Integritas Kulit
MK:
Defisit Nutrisi
Nyeri Akut Lesi menjadi
Meningkatkan thermostat (set
krusta
point) pada pusat termoregulator
Krusta mengelupas
Mengigil
Meninggalkan
MK:
bekas hitam
Hipertermia
MK:
Gangguan Citra
Tubuh
2.6 Tanda gejala
Menurut (Rampengan, 2008) tanda gejala varisela adalah masa inkubasi varisela
bervariasi antara 10 – 21 hari, rata – rata 10-14 hari, penyebaran varicella terutama secara
langsung melalui udara dengan perantaran percikan liur. Pada umumnya tertular dalam
keluarga atau sekolah.
Perjalanan penyakit ini diabagi menjadi 2 stadium yaitu:
a. Stadium prodromal
Terjadi 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas yang tidak terlalu
tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung dan
kadang – kadang disertai batuk kering diikuti eritema pada kulit dapat berbentuk
scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bila panas
tubuh menetap dapat dicurigai ada komplikasi atau gangguan imunitas.
b. Stadium erupsi
Dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam) berubah menjadi
macula kecil, kemudian papula yang kemerahan menjadi vesikel. Vesikel ini biasanya
kecil, berisi cairan jernih, mudah pecah serta mengering membentuk krusta, bentuk ini
sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”
Lesi kulit mulai tampak didaerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke bagian
perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit ini akan didapatkan
tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel, krusta dalam waktu yang
bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf.
2.7 Komplikasi
Menurut (Rampengan, 2008) komplikasi varisela adalah :
a. Infeksi sekunder
Disebabkan oleh stafilokok atau streptokok dan menyebabkan selulitis, frunkel. Infeksi
sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok usia dibawah 5 tahun. Infeksi sekunder
bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3 - 4 hari atau bahkan memburuk
b. Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “acute postinfectious
cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang ditemukan. Ataxia timbul tiba
– tiba biasanya 2 – 3 minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan.
c. Pneumonitis
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus,
imunodefisiensi, dan organ dewasa.
d. Sindrom reye
Komplikasi ini jarang dijumpai, gejalanya seperti mual, muntah, hepatomegali dan pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGPT dan SGOT serta ammonia.
e. Komplikasi lain
Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Puspitasari, 2010) dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan non
farmakologi dan farmakologi .
Penatalaksanaan non farmakologi pada penderita varisela adalah :
a. Penderita di isolasikan dari orang lain yang sehat
b. Bila demam tinggi, kompres badan
c. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air
mandi
d. Makan makanan yang bergizi
e. Upayakan agar vesikel tidak pecah dengan cara tidak menggaruk vesikel, kuku tidak
boleh panjang, bila akan mengeringkan badan dengan handuk cukup ditepuk – tepuk saja
jangan digosok.
2.9 Pencegahan
Pencegahan varisela menurut (Rampengan, 2008) adalah :
a. Hindari kontak dengan penderita
b. Tingkatkan daya tahan tubuh
c. Imunoglobulin varisela zoster
Dapat mencegah atau meringankan terjadinya cacar air bila diberikan dalam waktu
maksimal 96 jam sesudah terpapar. Dan dianjurkan bagi bayi baru lahir yang ibunya
menderita cacar beberapa saat sebelum dan sesudah melahirkan.
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Klien mengeluh nyeri pada Varisella Nyeri Akut
benjolan-benjolan dan merasa
gatal-gatal pada seluruh Reaksi inflamasi
tubuh
DO: Replikasi di sel epidermal
Tampak meringis kesakitan
Frekuensi nadi meningkat Vakuovakuolisasi sel dan lisis
Sulit tidur
Terjadi makula (bintik merah 14 hari)
Terinfeksi
Nyeri akut
Mengigil
Hipertermia
Terbentuk lesi
Gangguan
integritas kulit
1. Nyeri akut berhubungan Setelah Manajemen nyeri (Hal. 201) 1. Untuk mengetahui
dengan agen dilakukan Observasi perkembangan kondisi
pencedara fisik:abses tindakan 1. Identifikasi lokasi, skala, klien
dibuktikan dengan keperawatan kualitas, durasi dan
klien mengeluh nyeri selama 2x24 keluahan nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
pada benjolan- jam
2. Identifikasi respons nyeri ketidaknyamanan
benjolan dan merasa diharapkan
gatal-gatal pada nyeri akut non verbal dirasakan oleh klien
seluruh tubuh, tampak teratasi
meringis kesakitan, dengan Terapeutik
frekuensi nadi kriteria hasil: 3. Fasilitasi istirahat dan 3. Memperbanyak istirahat
meningkat, sulit tidur. - Keluhan nyeri tidur dan tidur dapat membantu
menurun 4. Berikan lingkungan yang proses penyembuhan
- Klien tampak nyaman dan tenang
rileks 4. Lingkungan yang nyaman
- Skala nyeri 1- Edukasi dapat meningkatkan
3 5. Ajarkan tentang teknik kenyamanan pada klien
- Frekuensi relaksasi dengan nyeri
nadi normal 6. Jelaskan penyebab nyeri
5. Dapat mengurangi rasa
Kolaborasi nyeri pada perut
7. Berikan terapi obat
analgesik 6. Dengan menjelaskan
penyebab nyeri keluarga
dapat mengetahui
penyebab nyeri
7. Obat-obatan analgesik
akan memblok reseptor
nyeri sehingga dapat
membantu mengurangi
nyeri
http://www.wima.ac.id
IDENTITAS KLIEN
No. Register :
Nama : An S
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Suku : Jawa
Tanggal/Jam MRS :-
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. G
RIWAYAT KESEHATAN
√ Campak 2x √ Hepatitis 4 x
Imunisasi lainnya :
Jumlah : Sejak :
GENOGRAM
An. S
2 tahun
Varisela
Keterangan :
= Laki-laki = Pasien
X = Meninggal
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : tidak dapat tekaji karena pengkajian dilakukan via daring
Suhu : □ Aksila □ Rectal
Suhu, Pernapasan, Nadi tidak terkaji karena Ny L tidak mempunyai termometer dan
tidak dapat mengukur RR dan nadi karena tidak mengetahui cara pemeriksaan.
OKSIGENASI
□ Istirahat □ Aktifitas
SIRKULASI
□ Strabismus, D / S
□ Tinitus, D / S
Kejang : √ Tidak □ Ya
GCS : 4/5 /6
Kualitas : Waktu :
Radiasi/ Lokasi :
□ Aktifitas fisik
ELIMINASI
Warna : Kuning
Inkontinentia : √ Tidak □ Ya
Jenis makanan :
Penggunaan alat medis : √ Tidak □ NGT, No. : ………. Tanggal pasang: ………..
Skrining Gizi
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir?
Parameter Sko
r
a. Tidak ada penurunan BB 0
b. Tidak yakin/ tidak tahu/ baju terasa longgar 2
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut 1 - 5 Kg 1
6 - 10 Kg 2
11 - 15 Kg 3
> 15 Kg 4
Catatan: Jika skor ≧ 2 dan / atau pasien dengan diagnosa khusus, pengkajian
lanjutan dilakukan oleh dietisen
Ekstremitas
5 5 □ Hemi / paraplegi
Mobilisasi
√ Semua dibantu
tahun
Faktor Resiko S
k
o
r
Anak tidak dapat berpindah tanpa kesulitan/ perubahan kondisi 2
0
Tidak mampu merubah posisi anak tanpa bantuan 1
5
Mampu sedikit bergerak tapi tidak sesuai umur anak 1
0
Pergerakan normal sesuai umur anak 0
Peralatan/ benda/ permukaan kasar menekan/ bergesekan dengan 1
kulit 5
Anemia signifikan (Hb < 90 g/l) 1
Demam persisten (> 380C lebih dari 4 jam) 1
Perfusi perifer buruk 1
Nutrisi inadekuat 1
Serum albumin rendah (< 35 g/l) 1
Berat < 10 sentil 1
Inkontinensia tidak sesuai umur anak 1
Total skor 1
5
Keluhan lain : Ny L mengatakan An S timbul bercak kemerahan yang berisi
ENDOKRIN
REPRODUKSI
WANITA PRIA
12.00
□ Takut □ Panik
□ Menolak berkomunikasi
Nilai nilai & keyakinan: Ny L mengatakan yakin bahwa An S akan segera sembuh
Orang yg paling dekat : An S paling dekat dengan Ny L karena hubungan sebagai anak
dan ibu
Masalah Keperawatan :
PERENCANAAN PULANG
Bila salah satu jawaban diatas "Ya", maka dilanjutkan perencanaan sbb:
Perawatan hygiene perseorangan (mandi, keramas, eliminasi dll): √ Tidak □Ya, sebutkan…
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dengan atau tanpa alat bantu: √ Tidak
□ Ya, sebutkan…….
Latihan fisik lanjutan, perlu rujuk Rehab Medik: √ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Bantuan tenaga medis dan atau perawatan di rumah (home care): √ Tidak □ Ya, sebutkan….
Lain lain :
DATA PENUNJANG
pemeriksaan Nor
mal
Laboratorium darah
Laboratorium urin
Radiologi
Pemeriksaan lain
Terapi Medik
an
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
pemeriksaan Nor
mal
Laboratorium darah
Laboratorium urin
Radiologi
Pemeriksaan lain
TERAPI MEDIK
an g
Perawat yang mengkaji
TTD
( Dian P )
Terbentuk lesi
Gangguan
integritas kulit
DS :
- Ny L mengatakan tidak tahu Varisella Defisit
cara penanganan cacar air Pengetahuan
Reaksi inflamasi
O:
- Ny L tampak kebingungan saat
ditanya tentang penanganan
cacar air Timbul papula (benjolan)
Vesikel (gelembung berisi
cairan)
Terbentuk lesi
Defisit Pengetahuan
3.3 Diagnosa Keperawatan
An S Kolaborasi :
gendut 9. Rujuk pada
ahli gizi, jika
tidak perlu
sesuai
dengan
berat
badan
pada
usia
anak 2
tahun,
Berat
badan :
15 kg,
Tinggi
badan
85 cm,
IMT :,
Makan
3 x
sehari
dengan
menu
nasi,
sayuran
dan
ikan,
Minum
5 – 6
botol
besar.
Sekali
minum
240 ml,
Total
sehari
minum
1200 –
1500
ml/hari.
N TANGG JA NO.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL T.TANGAN
O AL M DX
1. 16 Jan 11.00 1 1. Mengidentifikasi gangguan integritas kulit
2021 Respon:
- Klien dan orangtua kooperatif
- Ibu klien mengatakan anaknya terkena cacar air
12.
30
3. 16 Jan 13. 3 1. Mengidentifikasi kebiasaan makan pada anak
2021 00 Respon :
- Ibu klien mengatakan anak nafsu makan anak meningkat saat
di berikan suplemen penambah nafsu makan
- Ibu klien mengatakan kebiasaan makan anak sehari 2-3x
berbeda dengan konsumsi snack
2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan pada orangtua tentang gizi anak
Respon :
- Ibu klien mengatakan saat memiliki waktu luang mau
diberikan pendidikan kesehatan
3. Menginforasikan standar gizi sesuai dengan program diet anak
Respon :
- Ibu klien kooperatif
- Ibu klien mengatakan memahami informasi yang diberikan
oleh perawat
4. Menjelaskan faktor resiko terhadap nutrisi berlebih pada anak
Respon :
- Ibu klien kooperatif
- Ibu klien mengatakan sudah memberhentikan pemberian
sumplemen penambah nafsu makan pada anak agar berat badan anak
tidak berlebih
5. Menjelaskan tentang modifikasi diet yaitu program diet yang akan
dilakukan sesuai dengan persepsi klien terhadap program diet
Respon :
- Ibu klien kooperatif
- Ibu klien mengurangi konsumsi snack pada anak
4. 17 Jan 11.00 1 1. Mengidentifikasi gangguan integritas kulit
2021 Respon:
- Klien dan orangtua kooperatif
- Ibu klien mengatakan anaknya terkena cacar air
EVALUASI KEPERAWATAN
N N
TANG JA
O O. EVALUASI T.TANGAN
GAL M
. DX
1 16 Jan 2021 14.00 1 S:
. - Ibu klien mengatakan anaknya terkena cacar
- Ibu klien mengatakan anak membawa anak ke puskesmas
O:
- Anak dan orangtua kooperatif
- Anak tampak akan menggaruk tangan
O:
2 - Ibu anak kooperatif
- Anak tampak gelisah
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
3 16 Jan 2021 14.00 S:
. - Ibu anak mengatakan nafsu makan anak bertambah karena
pemberian suplemen berlebih
- Ibu anak akan mengurangi konsumsi makan anak
O:
3
- Ibu anak kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi di lanjutkan
1 17 Jan 2021 14.00 1 S:
. - Ibu klien mengatakan anaknya terkena cacar
- Ibu klien mengatakan sudah membawa anak ke puskesmas
O:
- Anak dan orangtua kooperatif
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan
P:
- Intervensi dipertahankan
3 17 Jan 2021 14.00 S:
. - Ibu anak mengatakan nafsu makan anak bertambah karena
pemberian suplemen berlebih
- Ibu anak akan mengurangi konsumsi makan anak
O:
3
- Ibu anak kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi di lanjutkan