Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS

DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

DISUSUN OLEH:

SRI ANGGITA SARI

P1905037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau


amandel (Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Berikut adalah gambar tonsilitis :

Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang


tenggorokan. Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi dan
membantu tubuh untuk melawan infeksi. Tonsilitis sangat umum dan dapat terjadi
pada semua usia. Hal ini paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. Tonsilitis
akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.
(Mansjoer,A. 2000)
Tonsilitis sebagian besar disebabkan oleh virus dan sering didahului oleh
dingin (hidung meler, batuk dan sakit mata). sedikit kasus (sekitar satu dari tujuh)
yang disebabkan oleh bakteri. paling jenis umum dari bakteri yang terlibat adalah
streptokokus (juga dikenal sebagai 'radang' tenggorokan). Tonsilektomi adalah suatu
tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad
Soepardi,1995)

Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman
yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak
dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin
C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang
gangguan pecernaan.
4.Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun
dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca
kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya
sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang

B. ANATOMI FISIOLOGI
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor
faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil
tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak
saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur
utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium
Tabel 1:Gambar Tonsilitis
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada
daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai
berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari
ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil
dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain
yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
(limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh
kuman dan virus.
Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang
tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang
kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan
tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak
sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran
yang normal.
Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat
menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan
batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada
ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis)
dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak seringkali juga
disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.

C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
1. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus
beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus, staphylococcus,
Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non hemoliticus atau streptoccus viridens.
2. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain streptococcus B
hemoliticus grup A, streptococcus, Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus
influenza serta herpes.
3. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

D. PATOFISIOLOGI
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah
putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh
untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-
kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus
inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses besar yang
terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi
(39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah
tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien
hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.Tonsilitis
dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh
tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa
mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72
jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Orang dengan tonsilitis sering memiliki:
a. sakit tenggorokan dan leher
b. Nyeri ketika menelan
c. drooling pada anak-anak
d. demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38 º
C pada anak-anak)
e. kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat'
f. amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
g. bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi
leher
perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang
tenggorokan, dan mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin hanya
mengalami demam.

F. KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus. Komplikasi yang lain dapat berupa :

1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
a. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur
spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
b. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-
sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi
d. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi
udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa
e. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx

G. PENGOBATAN

Pada kebanyakan orang, infeksi yang disebabkan oleh virus hanya perlu
diobati dengan parasetamol untuk menurunkan demam. Pereda nyeri juga mungkin
berguna untuk mengurangi rasa sakit .
Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri mungkin perlu diobati dengan
antibiotik (misalnya penisilin atau eritromisin, jika alergi terhadap penisilin). Jika
anak Anda mendapatkan antibiotik, penting sekali untuk meminum obat sampai tuntas
agar bakteri benar-benar musnah dan tidak menjadi resisten obat.

Bedah amandel, bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah


menjadi tindakan umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila tonsilitis
sering berulang atau kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan
komplikasi serius. Pengangkatan amandel tidak berefek buruk terhadap daya
kekebalan tubuh secara keseluruhan. Namun demikian, operasi ini kini relatif lebih
jarang dilakukan dibandingkan dulu

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan
yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap
tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut
terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan
kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara
menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dilakukan jika diperlukan

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah :


1. Penatalaksanaan tonsillitis akut
a. Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin
atau klidomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
d. Pemberian antipiretik
2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.

J. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : – kelemahan
– kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : – Takikardia
– Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : – Stress
– Perasaan tidak berdaya
Tanda : – Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : – Perubahan pola berkemih
Tanda : – Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala : – Anoreksia
– Masalah menelan
– Penurunan menelan
Tanda : – Membran mukosa kering
– Turgor kulit jelek
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : – Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
– Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
– Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan
melalui oral, obat-obatan.
Tanda : – Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
K. PATHWAYS KEPERAWATAN

Streptococcus hemolitikus tipe A


Virus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

nyeri saat Respon Pembengka Mulut bau,suara


menelan inflamasi kan tonsil parau

Anoreksia Rangsang sumbatan jalan fungsi tubuh


termoregulasi napas dan cerna
hipotalamus
Intake tidak harga
adekuat suhu tubuh tindakan diri
nyeri cemas rendah
tonsilektomi

resiko kurang Hipertemi terputusnya


nutrisi
pembuluh darah

penumpukkan terputusnya keutuhan luka terbuka


sekret jaringan

pendarahan pertahanan tubuh


Resiko tidak
efektif bersihan Resiko kekurangan
pemajanan
jalan nafas volume cairan
mikroorganisme
berhubungan dengan
perdarahan yang
berlebihan resiko infeksi
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (respon inflamasi)
c. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi (peningkatan suhu tubuh)
d. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.

M. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL


NO. NOC NIC RASIONAL
1. Resiko kurang nutrisi dari 1. Awasi masukan dan berat 1. Memberikan informasi
kebutuhan berhubungan badan sesuai indikasi sehubungan dengan
dengan intake yang tidak kebutuhan nutrisi dan
2. Auskultasi bunyi usus
adekuat ditandai dengan keefektifan terapi.
ancroksia, disfagia 3. Mulai dengan makan kecil 2. Makan hanya dimulai
keperawatan kebutuhan dan tingkatkan sesuai setelah bunyi usus
nutrisi pasien adekuat toleransi membaik setelah operasi
Kriteria hasil : 3. Kandungan makan dapat
4. Berikan diet nutrisi
Kebutuhan nutrisi pasien mengakibatkan ketidak
seimbang (makan cair atau
adekuat, tidak ada tanda- toleransian, memerlukan
halus) atau makanan
tanda malnutrisi, mampu perubahan pada
selang yang sesuai
menghabiskan makanan kecepatan/tipe formula
indikasi
sesuai dengan porsi yang
diberikan atau dibutuhkan

2. Nyeri akut berhubungan 1. Monitoring perkembangan 1. Mengetahui


dengan respon inflamasi nyeri perkembangan tindakan
Tujuan : nyeri dari yang dilakukan
2. Monitoring tanda-tanda
berkurang/terkontrol 2. Mengetahui keadaan
vital darah dan nadi
Kriteria hasil : setelah pasien
dilakukan tindakan 3. Berikan tindakan nyaman 3. Meningkatkan relaksasi
keperawatan nyeri dan akivitas hiburan dan membantu pasien
berkurang, skala memfokuskan perhatian
4. Selidiki perubahan
nyeri menurun pada sesuatu disamping
karakeristik nyeri,periksa
mulut,tenggorokan diri
sendiri/ketidaknyamana,
5. Catatan indikator non-
dapat menurunkan
verbal respon automatic
kebutuhan dosis analgetik
terhadap nyeri evaluasi
4. Dapat menunjukkan
efek samping
terjadinya komplikasi
yang memerlukan evaluasi
lanjutan
5. Dapat meningkatkan
kerjasama dan partisipasi
dalam program
pengobatan
3 Cemas berhubungan 1. Kaji sejauh mana 1. Untuk mengetahui tingkat
dengan akan dilakukannya kecemasan klien. kecemasan klien.
tindakan operasi 2. Informasikan pasien 2. Mengembangkan rasa
tonsilektomi. /orang terdekat tentang percaya diri.
Tujuan : Kecemasan peran advokat perawat 3. Untuk mengetahui tingkat
berkurang /hilang intra operasi kecemasan klien.
Kriteria Hasil : Kecemasan 3. Intifikasikan tingkat rasa 4. Mengidentifikasikan rasa
berkurang ,monitor cemas. takut yang spesifik.
intensitas kecemasan. 4. Validasi sumber rasa 5. Mengurangi rasa takut
takut.
5. Beritahu pasien
kemungkinan dilakukan
operasi.
4. Hipertermi berhubungan 1. Pantau suhu pasien 1. Suhu 38,9-41,1
dengan respon inflamasi (derajad dan pola) menunjukkan proses
Tujuan : setelah dilakukan perhatikan penyakit infeksius
tindakan perawatan menggigil/diaphoresis 2. Suhu ruangan harus
diharapkan suhu tubuh 2. Pantau suhu lingkungan, diubah untuk
normal batasi/tambahan linen mempertahankan suhu
Kriteria hasil : suhu tubuh tempat tidur sesuai mendekati normal
normal (36-37ºC) tubuh indikasi 3. Dapat membantu
tidak terasa panas, pasin 3. Berikan kompres mandi mengurangi demam
tidak gelisah hangat, hindari 4. Gunakan untuk
penggunaan alcohol mengurangi demam
4. Berikan antipiretik dengan aksi sentralnya
misalnya ASA (aspirin) pada hipotalamus
asetaminofon meskipun demam
mungkin dapatberguna
dalam mengatasi
pertumbuhan organism
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi

DAFTAR PUSTAKA

http://health.vic.gov.au/edfactsheets/downloads/tonsilitis.pdf

http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar-5392-2-babiik-
r.pdf

https://sseplyruminding.wordpress.com/2013/06/22/makalah-tonsilitis/

http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-radang-amandel-tonsilitis/

Anda mungkin juga menyukai