Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPOID

DISUSUN OLEH:

CITRA BORNEO

I4052171020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM TYPOID

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah Noer, 2015).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella thypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia &
Lorraine M. Wilson,2015).
Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa Demam Typhoid adalah
penyakit infeksi akut yang terjadi pada saluran percernaan dengan gejala demam
lebih dari satu minggu yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thyposa dan dapat
masuk melalui makanan, minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine
dan mengalami gangguan kesadaran.

B. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram
negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari ologoskarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015).
C. Tanda dan gejala
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 beberapa tanda dan gejala demam tifoid yaitu:
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :

Minggu Keluhan Gejala Patologi

Minggu Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia


1 insidious, tipe cerna
panas stepladder
yang mencapai 39-
40º c, menggigil,
nyeri kepala

Minggu Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis, hiperplasi pada


2 abdomen, diare splenomegali, peyer’s patches, nodul
atau konstipasi, hepatomegali typhoid pada limpa dan
delirium hati
Minggu Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada payer’s
3 perdarahan saluran ketegangan patches, nodul tifoid pada
cerna, perforasi abdomen, koma limpa dan hati
dan syok

Minggu Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis, carrier kronik


4 relaps, penurunan berat, kakeksia
berat badan

D. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa
dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat
sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke
beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada
minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi
ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai
perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, 2013).
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui
pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain,
terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati
dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri
pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuat antibody (agglutinin)
4. Kultur
- Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
- Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua
- Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibody igM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya
demam (Nurarif & Kusuma, 2015).
F. Pathway

Makanan yang terkontaminasi

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Bakteri memasuki aliran darah


sistemik

Hati Limpa Endotoksi


Kalenjer limfoid
n
usus halus
Demam
Hepatomegali Splenomegali
Tukak

Hipertermi
Nyeri perabaan Mual/tidak
Pendarahan dan
nafsu makan
perforasi

Perubahan
Resiko kurang
nutri
volume cairan
G. Komplikasi

1. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan


tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat
disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum.

3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi


usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan

4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,


yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013)

G. Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
a. Bed rest
b. Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat
2. Farmakologis
a. Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian,
oral atau IV selama 14 hari
b. Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV saat belum dapat
minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali, pemberian oral/IV selama 21 hari
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral selama 14 hari
c. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena,
selama 5-7 hari
d. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon (Ngastiyah, 2014).
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1 Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua,
pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.
2 Keluhan Utama
Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing demam,
nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan
berkurang (terutama selama masa inkubasi).
3 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada
hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-
obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi
pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada
epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing,
letih atau lesu.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
d. Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik
(gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
e. Riwayat sosial ekonomi
Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana dari segi
ekonomi dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi klien baik di
kehidupan sosial maupun masyarakat atau selama di rumah sakit.
f. Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum sakit
dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan dan
perawatan pasien, biasanya mencakup :
 Nutrisi
 Eliminasi
 Pola istirahat/ tidur
 Pola kebersihan
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda vital
Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan
yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis
i. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri
tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan
bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
k. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada
wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah
ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
m. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi usus

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

3. Ganguan keseimbangan cairan berhubungan dengan out put berlebih

4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan keletihan fase penyakit thypoid


C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1. Hipertermi berhubungan NOC Fever treatment


dengan proses inflamasi Thermoregulation
1. Monitor suhu sesering
usus ditandai dengan
mungkin
DS: Setelah dilakukan tindakan
2. Monitor IWL
 klien mengeluh keperawatan
3. Monitor warna dan suhu kulit
demam selama……….diharapkan
4. Monitor tekanan darah, nadi
 klien mengeluh masalah keperawatan dapat
dan RR
lemas teratasi dengan kriteria hasil:
5. Monitor penurunan tingkat
DO DO : 1. Suhu tubuh dalam rentang
kesadaran
 kenaikan suhu tubuh normal 36,5-37,5 C
6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
diatas rentang 2. Nadi dan RR dalam
7. Monitor intake dan output
normal 36,5-37,5 C rentang normal 16-20
8. Berikan anti piretik
 kulit kemerahan dan x/menit
9. Berikan pengobatan untuk
kering 3. Tidak ada perubahan
mengatasi penyebab demam
 pertambahan RR warna kulit dan tidak ada
10. Selimuti pasien
Noormal 16-20 pusing, merasa nyaman
11. Lakukan tapid sponge
x/menit
12. Berikan cairan intravena
 tatikardi
13. Kompres pasien pada lipat
 kulit teraba panas
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil

Temperature regulation

1. Monitor suhu minimal tiap 2


jam
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.

NIC
2. Ketidakseimbangan NOC
1. Nutrition Management
nutrisi kurang dari Nutritional Status : food and
2. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Fluid Intake
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
untuk menentukan jumlah
anoreksia keperawatan
kalori dan nutrisi yang
Ditandai dengan selama…………..diharapkan
dibutuhkan pasien.
DS : masalah keperawatan dapat
4. Anjurkan pasien untuk
 klien mengeluh teratasi dengan kriteria hasil:
meningkatkan intake Fe
mengalami 1. Adanya peningkatan berat
5. Anjurkan pasien untuk
penurunan nafsu badan sesuai dengan
meningkatkan protein dan
makan tujuan
vitamin C
 klien mengeluh 2. Berat badan ideal sesuai 6. Berikan substansi gula
mengalami dengan tinggi badan
7. Yakinkan diet yang dimakan
penurunan berat 3. Mampu mengidentifikasi mengandung tinggi serat
badan kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
DO DO: 4. Tidak ada tanda tanda 8. Berikan makanan yang
- BB sebelum sakit : malnutrisi terpilih
.....kg, BB sesudah sakit 5. Tidak terjadi penurunan ( sudah dikonsultasikan
: .....kg berat badan yang berarti dengan ahli gizi)
9. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
10. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
11. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
12. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuh
13. Nutrition Monitoring BB
pasien dalam batas norma
14. Monitor adanya penurunan
berat badan
15. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
16. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
17. Monitor lingkungan selama
makan
18. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
19. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
20. Monitor turgor kulit
21. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
22. Monitor mual dan muntah
23. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
24. Monitor makanan kesukaan
25. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
26. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva.

NIC :
3.
Ganguan keseimbangan NOC o Keseimbangan cairan
cairan berhubungan - Keseimbangan cairan 1. antau warna, jumlah dan
dengan out put berlebih Setelah dilakukan tindakan frekuensi kehilangan
ditandai dengan keperawatan cairan
DS : selama…………..diharapkan 2. Observasi khususna
- Klien mengatakan masalah keperawatan dapat terhadap kehilangan
lelah teratasi dengan kriteria hasil: cairan yang tinggi
- Klien mengatakan 1. status mental normal elektrolit
sering buang air 2. turgor kulit dan lidah 3. Pantau perdarahan
Besar/diare normal 4. Identifikasi factor
DO DO: 3. jumlah urin normal pengaruh terhadap
- Perubahan status 4. Penurunan pengisian vena bertambah buruknya
mental 5. Kulit dan membrane dehidrasi
- Penurunan turgor mukosa lembab 5. Pantau hasil laboratorium
kulit dan lidah 6. Kematokrit normal yang relevan dengan
- Penurunan haluaran 7. Suhu tubuh normal, keseimbangan cairan
urin frekuensi nadi,penurunan 6. Kaji adanya vertigo atau
- Penurunan TD,penurunan volume hipotensi postural
pengisian vena dan tekanan nadi normal, 7. Kaji orientasi terhadap
- Kulit dan berat badan yang normal, orang, tempat dan waktu
membrane mukosa tidak merasa Kelemahan 8. Cek arahan lanjut klien
kering untuk menentukan apakah
- Kematokrit penggantian cairan pada
meningkat pasien sakit terminal tepat
- Suhu tubuh dilakukan
meningkat 9. Manajemen cairan (NIC):
- Peningkatan 10. Pantau status hidrasi
frekuensi nadi, 11. Timbang berat badan
penurunan TD, setiap hari dan pantau
penurunan volume kecenderungannya
dan tekanan nadi Pertaruhkan keakuratan
- Konsentrasi urin catatan asupan dan haluaran.
meningkat
- Penurunan berat
badan yang tiba-
tiba

NIC :
4. Intoleran aktifitas NOC : Energy Management
berhubungan dengan - Energy conservation 1) Observasi adanya
keletihan fase penyakit - Self Care : ADLs pembatasan klien dalam
thypoid ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan melakukan aktivitas
keperawatan 2) Dorong anal untuk
DS: selama…………..diharapkan mengungkapkan perasaan
- klien mengatakan masalah keperawatan dapat terhadap keterbatasan
aktivitasnya dibantu teratasi dengan kriteria hasil: 3) Kaji adanya factor yang
- klien mengatakan
1. 1. Berpartisipasi dalam menyebabkan kelelahan
lemah dan cepat aktivitas fisik tanpa disertai 4) Monitor nutrisi dan
lelah peningkatan tekanan darah, sumber energi tangadekuat
- klien mengatakan nadi dan RR 5) Monitor pasien akan
adanya sesak
2. 2. Mampu melakukan adanya kelelahan fisik dan
membuat klien aktivitas sehari hari (ADLs) emosi secara berlebihan
tidak nyaman saat secara mandiri 6) Monitor respon
beraktivias
DO DO: kardivaskuler terhadap
- BAB dan BAK aktivitas
diantum oleh 7) Monitor pola tidur dan
keluarga dan lamanya tidur/istirahat pasien
perawat Activity Therapy
- terpasang infus 1) Kolaborasikan dengan
- klien terlihat lemah Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
2) Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
4) Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
5) Bantu untuk
5.
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda,
krek
6) Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
7) Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8) Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
10) Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
11) Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual

15)
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito – Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2012-2014. Philadelphia :


NANDA International

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagosa Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi, 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.
Syaifullah Noer, (2015). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI
Jakarta.
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson,(2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta
Ngastiyah, 2014, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai