Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.2 DEFINISI
Kanker Lambung adalah suatau keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainnya adalah leiomisarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu
terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun (Osteen, 2003).
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering
sebagai massa ireguler dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke
lumen dan menyerang lumen dinding lambung. (Harnawatiah, 2008).
Secara umum, kanker lambung lebih sering gerjadi pada laki-laki dengan
perbandingan 2:1 pada kanker kardiak lambung, insidensi pada laki-laki tujuh
kali lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia
50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35
tahun dan 1% kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
2.2 ETIOLOGI
Faktor predisposisi yang bisa meningkatkan perkembangan kanker
lambung, diliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Kandungan garam yang masuk ke dalam lambung akan memeperlambat
pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung. Gabungan kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi
nitrosamines di dalam lambung memberikan konstribusi terbentuknya
kanker lambung (Yarbrough, 2005).
b. Infeksi Helicobacter pylori.
H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan
80% tukak lambung (Fuccio, 2007). Mekanisme utama bakteri ini dalam
menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA.
Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung
melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi
endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam
mebran plasma, atau apoptosin (pengktifan bunuh diri sel). Bila kondisi ini
sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih luas yang
tidak hanya memengaruhi ulkus di daerah badan lambung, tetapi juga
meningkatkan kondisi kanker lambung. Infeksi H.pylori berperan penting
dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi
dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (Santacroce, 2008).
c. Sosioekonomi.
Menurut hasil penelitian di Amerika Serikat, kondisi sosioekonomi yang
rendah dihubungkan dengan factor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan
miskin dengan sanitasi buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi
transmisi inspeksi H.pylori yang menajdi predisposisi penting peningkatan
terjadinya kanker lambung (Yarbrough, 2005).
d. Mengkonsumsi rokok dan alcohol.
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan
dikombinasi dengan konsumsi alcohol kronik akan meningkat resiko
kanker lambung (Gonzalez, 2003).
e. NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dan hal ini (polip lambung) dapat
menjadi precursor kanker lambung. Kondisi polip lambung berulang akan
meningkatkan resiko kanker lambung (Houghton, 2006).
f. Faktor Genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memilik hubungan
genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung.
Adany riwayat keluarga anemia, pernisosa dan polip adenomatus juga
dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani,
2003).
g. Anemia Pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan absorpsi kobalamin
(vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik sekresi
lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori
memberikan kontribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding
lambung (Santacroce, 2008).
3.2 PATOFISIOLOGI
Sekitar 95% kanker lambung adalah jenis adenokarsinoma, dan 5 % nya
bisa berupa limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut
Fuccio (2009), adenokarsinoma lambung terdiri atas 2 tipe, yaitu tipe
intestinal (tipe struktur glandular ) dan tipe difus (tipe infiltrative pada dinding
lambung).
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvansi
muskularis propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening
regional. Lesi pada kanker lambung, memberikan berbagai macam keluhan
yang timbul, gangguan dapat dirasakan pada pasien biasanya jika sudah padat
fase prigresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dyspepsia,
anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta
muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan.
4.2 MANIFESTASI KLINIS
Kanker lambung sering tidak ada tanda dan gejala awal yang spesifik,
keluhan yang paling sering adalah rasa tidaknyaman epigastrik, tidak dapat
makan (dispepsi), dan perasaan kembung setelah makan. Gejala tersebut
merupakan gejala semu yang sering dikaitkan dengan kegagalan lambung,
stress atau makan makanan yang merangsang seperti makanan pedas.
Seringkali gejala tersebut telah muncul beberapa bulan dan dokter
memberikan obat antasida atau obat pencegah ulkus karena klien tidak dapat
menjelaskan secara akurat lamanya gejala itu menetap. Gejala lanjut kanker
lambung meliputi penurunan berat badan, nyeri abdomen, nyeri punggung,
anemia, anoreksia, mual,muntah, cepat kenyang, disfagia, konstipasi dan
malaise serta hematemesis.
Menurut Davey (2005), tanda dan gejala pada klien yang menderita Ca
Gaster adalah:
a. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibatkan
defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang
paling umum.
b. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit
metastasis lanut.
c. Muntah, merupakan indikasi akan terjadi (impending) obstruksi aliran
keluar lambung.
d. Disfagia
e. Nausea
f. Kelemahan
g. Hematemesis
h. Regurgitasi
i. Mudah kenyang
j. Asites perut membesar
k. Kram abdomen
l. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.
5.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Lumongga (2008), pemeriksaan diagnostic pada klien dengan Ca
Gaster adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah
endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosa ca lambung. Endoskopi dengan resolusi tinggi
dapat mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan
permukaan mukosa gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster
(Lumongga, 2008).
b. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologibrushing. Pada
keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang reguler
membentuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini mempunyai inti
yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga, 2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang
sedikit dan inti sedikit membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar
ataupun sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn
hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant
nukleus (Lumongga, 2008). Pemeriksaan sitologi brushing ini jika
dilakukan dengan benar, mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi
bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai
keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).
c. Pemeriksaan Makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas
dua golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm disebut dengan minute
dan tumor dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengansmall (Lumongga,
2008). Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan
antrum (50-60%), curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor
(12%).
d. CT Staging pada karsinoma lambung
Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
e. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan Ca Gaster adalah memeriksa:
1. Status hemodinamik: tekanan darah, nadi, akral dan pernafasan.
2. Berat badan berkurang, kaheksia, konjungtiva, kadang-kadang anemis.
3. Pemeriksaan abdomen daerah epigastrium dapat teraba masa, nyeri
epigastrium. Pada keganasan dapat ditemukan hepatomegali, asites.
4. Bila ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan colok dubur.
5. Keganasan, cari pembesaran kelenjar supraklavikula (Virchow’s
node), kelenjar aksila kiri (Irish’s node), ke umbilicus (Sister Mary
Joseph’s node), teraba tumor daerah pelvis cul-de-sac pada
pemeriksaan colok dubur (Blumer’s shelf), pembesaran ovarium
(Krukenberg’s tumor).
f. CT-Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan untuk
melihat stadium dengan dan penyebaran ekstrak lambung yang penting
untuk penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian informasi
prabedah pada pasien.
g. Pemeriksaan darah pada tinja
Pada Ca Lambung sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult
blood) untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.
6.2 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging)
dan pengelompokan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah
tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi dan intervensi bedah. Pada polip
lambung jinak, diangkat dengan endoskopi bila karsinoma ditemukan di dalam
lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk mencoba menyembuh
kannya. Sebagian besar atau semua lambung diangkat (gastrektomi) dan
kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat. Bila karsinoma telah
menyebar ke luar lambung, tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk
megurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien. Kemoterapi dan
terapi penyinaran, bisa meringankan gejala. Di dapatkan hasil kemoterapi
dalam terapi penyinaran pada limfoma lebih baik pada karsinoma. Beberapa
pasien dengan tingkat toleransi yang baik akan bertahan hidup lebih lama
bahkan bisa sembuh total.
Menurut Smeltzer (2001), penatalaksaan medis yang dapat dilakukan pada
klien dengan Ca Gaster adalah:
a. Bedah
Jika penyakit belum menunjukan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan sudah
dapat dilakukan sebagai tindakan palitif. Reaksi kuratif akan berhasil bila
tidak ada tanda metastasis ditempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan
lambung, reaksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar
limfa secukupnya.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau
kombinasi kemoterapi. Diantara obat yang digunakan adalah 5 FU,
trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan
hasil 18-30%.
7.2 KOMPLIKASI
Menurut Sudayo (2006), komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai
berikut:
a. Perforasi.
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
b. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.
c. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan mintah-muntah.
d. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut.
8.2 PATHOFISIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Bresciani, J. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC
Devay, P. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia, A., dkk. Jakarta:
Erlangga.
Fuccio, L. 2007. Dyspeptic Symptoms And Endoscopie Findings In The
Community. Amerika: The American Journal Of Gastroenterology.
Lumongga, F. 2008. Invasi Sel Kanker. Medan: Departemen Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Mutaqqin, Arif. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine, M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Vol 1 edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC
Yarbrough, L.D. 2005. Medicine of Ca Gaster. Alih Bahasa: Rahmalia, A. dkk.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai