TUBERKULOSIS
DISUSUN OLEH :
YuniAgustia I4051191029
Jamilah I4051191031
Nanda Alvionita I4051191032
Sultana Zakaria I4051191033
Irenius Efren I4052191006
A. LatarBelakang
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahuibahwapenyakit yang seringmuncul pada
musimhujanadalahDemamBerdarah Dengue (DBD) yang
ditularkanmelaluigigitannyamukAedes Aegypti.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengetahui cara mencegah
dan penangana Tuberkulosis secara mandiri.
2) Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat mampu :
a. Mengetahui apa Tuberkulosis
b. Mengetahui penyebab Tuberkulosis
c. Mengetahui tanda dan gejala Tuberkulosis
d. Mengetahui klasifikasi Tuberkulosis
e. Mengetahui komplikasi Tuberkulosis
f. Mengetahui pengobatan Tuberkulosis
g. Melakukan pencegahan penyakit Tuberkulosis
C. PelaksanaanKegiatan
1) Topik : Tuberkulosis, Penanganan dan Pencegahannya
2) Sasaran : Klien dan keluarga klien
3) Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
4) Media & Alat : Leaflet
5) Waktu & Tempat : Jam 09.30 WIB, di RuangMawar RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie
6) Materi : Terlampir
7) Setting Tempat :
P
A A A A
Keterangan :
P : Penyaji
A : Audiens
8) Strategi Pelaksaan
1.1 Definisi
penularan secara inhalasi/ droplet (yaitu pada saat orang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara, bernyanyi atau bernafas) serta di tandai oleh beberapa gejala pada saat fase
pengobatan terbaru mereka, dan sekarang di diagnosis kembali dengan episode berulang
1.2 Etiologi
Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah yaitu sulit
untuk diwarnai tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat
asam, sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini disebabkan oleh karena
kuman bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemak
(asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik, tidak bergerak dan tidak membentuk
Pada tuberkulosis yang relaps dapat terjadi karena pertumbuhan kembali strain
yang dikenal sebagai relaps, atau reinfeksi melalui strain yang berbeda (Potter, 2010).
1.3 Manifestasi Klinis
Gejala umum Tuberkulosis adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah. Keluhan yang
sama sekali. Menurut Wijaya (2013) Tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,
1. Batuk
Gejala batuk merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan dan timbul paling
dini, mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak dan bercampur darah
2. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, tampak berupa garis, bercak-
bercak darah, gumpalan darah atau darah segar. Batuk darah diakibatkan oleh
pecahnya pembuluh darah, berat 20 ringannya batuk darah tergantung dari besar
3. Sesak nafas
Diakibatkan adanya kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal yang
4. Nyeri dada
Nyeri dada pada Tuberkulosis termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala timbul
1. Demam
Gejala yang sering dijumpai biasanya timbul padasore hari dan malam hari mirip
1.4 Klasifikasi
TB di rongga dada atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang
pasien TB paru.
b. Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang sebelumnya sudah pernah
mengonsumsi OAT selama 1 bulan atau lebih (≥28 dosis). Kemudian pasien
Pada klasifikasi ini pasien dikelompokkan berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji
a. Mono resistan (TB MR) adalah resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama.
b. Poli resistan (TB PR) adalah resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
c. Multi drug resistan (TB MDR) adalah resisten terhadap isoniazid (H) dan
d. Extensive drug resistan (TB XDR) adalah TB MDR yang juga resisten terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan resistan minimal salah satu dari
OAT lini kedua jenis suntikan seperti kanamisin, kapreomisin, dan amikasin.
e. Resistan Rifampisin (TB RR) adalah resistan terhadap rifampisisn dengan atau
tanpa resistan terhadap OAT jenis lain yang terdeteksi menggunakan uji genotip
hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mengonsumsi Obat Antiretroviral
(ART) atau hasil tes hiv positifpada saat pasien tersebut didiagnosis TB.
b. Pasien TB dengan HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada saat
dilakukan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif, pasien tersebut harus
c. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung dari hasil tes HIV yang telah dilakukan saat diagnosis TB ditetapkan
dengan catatan: Apabila pada saat pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil
tes HIV, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan hasil tes
paru.
positif.
- Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
1) Kasus baru
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (empat minggu).
2) Kambuh (Relaps)
Penderita yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama penderita menjalani
pengobatan.
6) Kasus lainnya
Semua kasus TB lain yang tidak termasuk ketentuan diatas. Kelompok
ulang kategori 2.
1. Status Gizi
Status gizi yang kurang mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga tubuh
lebih peka terhadap infeksi. Kecukupan gizi dapat berpengaruh terhadap ketahanan
fisik seseorang untuk dapat tumbuh kembang secara sehat dan tidak mudah terinfeksi
Penyakit seperti AIDS, diabetes millitus dan beberapa penyakit lainnya akan lebih
2009).
Riwayat minum obat merupakan tindakan yang dilakukan oleh responden dalam
pengobatan dilihat dari pernah tidaknya penderita minum obat, meminum obat sesuai
waktu selama 6 atau 9 bulan (WHO, 2013). Selama pengobatan, terdapat 2 fase
pyrazinamide dan etambutol selama dua bulan. Kedua ialah pengobatan hanya
menggunakan isoniazid dan rifampicin selama 4 bulan. Hal ini di dilakukan secara
kontinu diharapkan bakteri yang aktif dan dorman dapat musnah (Mc Lafferty, 2013)
Penggunaan dosis obat selain berdasarkan pada berat badan, juga didasarkan pada
lama pengobatan yang terbagi menjadi dua tahap. Tahapan pengobatan tuberculosis
Pengobatan diberikan setiap hari. Tahap ini dimaksudkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada didalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum
pasien mendapatan pengobatan. Pengobatan tahap awal, harus diberikan selama dua
bulan. Umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya
Pada tahap ini penderita mendapatkan jenis obat yang sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lama yaitu empat bulan. Tahap lajutan penting untuk membunuh
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan
pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan.
gunakan di Indonesia :
adalah :
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri
Sikloserin, Moksiflokasin dan PAS, serta OAT lini satu, yaitu Pirazinamid dan
Etambutol.
Paduan kategori ini di sediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap
(OAT-KDT). Tablet OAT dan KDT ini terdiri dari kombinasi dua atau empat jenis
obaat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
3. Paket Kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping
Paduan Kategori ini di sediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap
(OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
Pasien kambuh.
menjadi 2 tahapan yaitu 3 bulan tahap awal dan 5 bulan tahap lanjutan. Paduan OAT
Kategori 2 yang disediakan oleh program adalah dalam bentuk kombinasi dosis tetap
Kaplet Etambutol
Tablet Rifamp Tablet Jumlah
Tahap Lama Tablet Tablet Strepto hari/kali
Isoniasid isin@ Pirazina
Pengo
Pengobatan @300 450 mid@ @250 @400 misin menelan
batan
mgr mgr 500mgr mgr mgr injeksi obat
TahapAwal 2
(dosisharian) bulan 0,75
1 1 3 3 - 56
1 gr
1 1 3 3 - - 28
bulan
TahapLanjutan
5
(dosis3x 2 1 - 1 2 - 60
bulan
semggu)
Cara Penularan TB
1. Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3000 kuman dalam percikan dahak.
3. Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam
4. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
5. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti:
peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.
4. Bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif.
1. Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh. Pasien TB harus menutup
mulutnya dengan saputangan atau tisu atau lengan tangan pada waktu bersin dan batuk, dan
mencuci tangan.
2. Tidak membuang dahak sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup.
Misalnya: dengan menggunakan wadah atau kaleng bertutup yang sudah diberi air sabun.
Buanglah dahak ke lubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari
keramaian.
Pengobatan TB harus lengkap dan teratur sesuai petunjuk sampai dinyatakan sembuh. Bila
3. Kuman menjadi kebal atau tidak mempan terhadap OAT lini pertama. Jika kuman TB tidak
mempan terhadap OAT lini pertama, maka pasien akan membutuhkan penanganan yang
sebagai berikut :
keyakinan yang kuat akan memiliki sikap yang tabah dan tidak pernah putus asa.
2. Dukungan Keluarga
Penderita akan bahagia dan tenang bila mendapat perhatian yang lebih dari
3. Dukungan sosial
Dukungan dalam bentuk emosional dari anggota keluarga lain adalah faktor
Dukungan ini dapat bermanfaat saat pasien menghadapi bahwa perilaku yang
sehat yang baru merupakan hal yang penting, petugas kesehatan dapat menyampaikan
keinginan mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus
program pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul. (2012). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
Balitbang Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Hariadi, Slamet, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Potter, Patricia. (2010). Buku Ajar Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Agung Waluyo.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Soeparman. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada System
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.