Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUANG ISMAIL II

RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun oleh

Pramudya Yopalika Pangesti

22020111120013

Kelompok 9 A11.2

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRAGIC FEVER

A. DEFINISI
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo Aru, dkk, 2009).
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam
akut terutama pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang
dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertedensi
manimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian (Depkes, 2006).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti dan panyakit ini menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama pada anak (Nursalam, 2005).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit akut demam akut yang
disebabkan oleh empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis
yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda- tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai
akibat kebocoran plasma yang menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
henorraghic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aeges aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. ETIOLOGI
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya
virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti
(betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain
menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling
bertindak menjadi vektor adalah berturut turut nyamuk (Soegijanto,2004).
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang dibawa
oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B
Arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus,
family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang paling banyak
sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan melibatkan tiga factor yaitu menusia,
virus dan virus perantara. Nyamuk- nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue
kepada manusia baik secara langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang
mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi
dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-
14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam, 2005).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi orang itu mendapat
infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi
yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama
kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2000).

C. PATOFISIOLOGI
Virus Dengeu akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dimana virus tersebut akan masuk ke alliran darah, maka terjadilah viremia
(virus dalam aliran darah). Kemudian aliran darah beredar ke seluruh tubuh maka
virud tersebut dapat dengan mudah menyerang organ tubuh manusia. Paling banyak
organ yang terserang adalah sistem gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan pada
reaksi imunologi. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang
klien mengeluh mual, muntah, dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar,
maka virus dengeu tersebut mengganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya
adalah tempat sintesis dan oksidasi lemak, namun karena hati terserang virus dengeu
maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi benda-benda keton,
sehingga akan menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana
pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen
(Mansjoer, 2000).
Virus dengue juga masuk ke pembuluh darh dan menyebabkan peradangan pada
pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah
trombosit (trombositopenia) dan faktor koagulasi merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat. Dapat terjadi kebocoran plasma yang akan menyebabkan
hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. Bila virus
bereaksi dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah atau terjadi demam, dimana dapat DHF dengan derajat I, II, III.IV
(Mansjoer,2000).
D. DERAJAT/KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut (Mansjoer,
2005):
1. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi
perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang positif.
2. Derajat II (Sedang)
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena ditemukan
perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis
(mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena (muntah darah). Gangguan
aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.
3. Derajat III (Berat)
Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur dan
nadi yang tidak dapat diraba.

E. MANIFESTASI KLINIS
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga merupakan
suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus
Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic
fever dan dengue shock syndrome (Depkes, 2006).
a. Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik seperti
anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala. Pada umumnya
gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam berlangsung antara 2-7 hari
kemudian turun secara lysis.
b. Perdarahan
Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk perdarahan dapat
berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura, echimosis, epistasis, perdarahan
gusi dan yang paling parah adalah melena.
c. Hepatomegali
Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadang-kadang juga di
temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus.
d. Shock
Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh
sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya mempunyai prognosa
buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan peredaran darah dimulai dengan
kulit yang terasa lembab dan dingin pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis
sekitar mulut dan akhirnya shock.
e. Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila dibawah
150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai ketujuh sakit.
f. Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap terjadinya
shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik.
g. Gejala Klinik Lain
Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium, muntah-
muntah, diare dan kejang-kejang (Depkes ,2006).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative
disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes
serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa
antibody total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
 Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
 Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
 Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
 Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
 Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
 SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
 Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG (WHO, 2006).
3. Serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi
antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan
komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
b. Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur
antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue
yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.
G. PATHWAY
Virus dengue

Reaksi antibodi Masuk kedakam tubuh


melalui gigitan nyamuk
Aedes sp.
Pelapasan histamine yang Merangsang pirogen
bersifat vasoaktif Reaksi kompleks Ag-Ab (PGE2) di Hipotalamus

Peningkatan Peningkatan pelepasan


permeabilitas vaskular Aktivasi system pirogen (PGE2)
komplemen C3 dan C5
Difusi plasma lebih mudah Instabil Termoregulasi
Pelepasan histamine,
Kebocoran plasma bradikinin, serotonin, C3a
dan C5a
Kehilangan plasma dalam
vaskular

Vasoaktif pembuluh Hipertermia


Hipovolemik Ht meningkat darah
Permeabilitas vaskuler
Ketidakseimban Fungsi plasma Statis aliran meningkat Menstimulasi
gan cairan dan menurun darah meduda
elektrolit Peningkatan reabsorpsi Na dan air vomitting

Perfusi Anoksia Peningkatan hidrostatik


inadekuat, Mual dan
suplay oksigen muntah
ke jaringan Kebocoran vaskular
menurun Anoreksia
Aerob menjadi
Gangguan perfusi anaerob Intake nutrisi
jaringan kurang dari
kebutuhan tubuh
Produk akhir: as.
Laktat
Trombositopenia Ke
(< 100rb u/mm2) ekstravaskul Penumpukan as. Laktat
er :
abdomen Ph darah menurun;
Penurunan factor
HCO2 menurun
factor pembekuan
kompleks Gagal konpensasi
ascites
Asidosis metabolik
Risiko tinggi Gagal napas
cidera: Konpensasi:
perdarahan hiperventilasi Kematian
Ketidakefektifan pola
napas
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Hadinegoro (2001) dan Hendrawanto (2003), pengobatan demam
berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah
atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
 Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,inguinal.
 Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
 Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
 Larutan fisiologis NaCl
 Larutan Isotonis ringer laktat
 Ringer asetat
 Glukosa 5%

I. ANALISA DATA
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat
terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang
dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen),
observasi, konsultasi.
J. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


1. Hipertermia (00007) NOC: NIC:
Batasan Karakteristik: 1. Hidration Fever treatment
- kenaikan suhu tubuh diatas rentang 2. Adherence behavior 1. Monitor suhu sesering mungkin
normal 3. Immune status 2. Monitor IWL
- serangan atau konvulsi (kejang) 4. Risk control 3. Monitor warna dan suhu kulit
- kulit kemerahan 5. Risk detection 4. Monitor tekanan darah, nadi dan
- pertambahan RR Kriteria hasil: RR
- takikardi 1. Keseimbangan antara 5. Monitor penurunan tingkat
- saat disentuh tangan terasa hangat produksi panas, panas kesadaran
Faktor faktor yang berhubungan yang diterima, dan 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
- penyakit/ trauma kehilangan panas 7. Monitor intake dan output
- peningkatan metabolism 2. Seimbang antara 8. Berikan anti piretik
- aktivitas yang berlebih produksi panas, panas 9. Berikan pengobatan untuk
- pengaruh medikasi/anastesi yang diterima, dan mengatasi penyebab demam
- ketidakmampuan/penurunan kehilangan panas selama 10. Selimuti pasien
kemampuan untuk berkeringat 28 hari pertama 11. Lakukan tapid sponge
- terpapar dilingkungan panas kehidupan 12. Berikan cairan intravena
- dehidrasi 3. Keseimbangan asam 13. Kompres pasien pada lipat
- pakaian yang tidak tepat basa bayi baru lahir paha dan aksila
4. Temperature stabil : 36,5 14. Tingkatkan sirkulasi udara
– 37,5°C 15. Berikan pengobatan untuk
5. Tidak ada kejang mencegah terjadinya menggigil
6. Tidak ada perubahan Temperature regulation
warna kulit (pengaturan suhu)
7. Pengendalian risiko: 1. Monitor suhu minimal tiap dua
hipertermia jam
8. Pengendalian risiko: 2. Rencanakan monitoring suhu
hipotermia secara kontinyu
9. Pengendalian risiko: 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
proses menular respiratory rate
10. Pengendalian 4. Monitor warna dan suhu kulit
risiko: paparan sinar 5. Monitor tanda-tanda hipertermi
matahari dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada orang tua pasien
cara mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
10.Beritahu tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganann emergency yang
diperlukan
11.Ajarkan indikasi dari hipotermia
dan penanganan yang diperlukan
yang diperlukan
12.Berikan anti piretik jika
diperlukan
2. Kekurangan volume cairan (00027) NOC NIC
Batasan Karakteristik : 1. Fluid balance Fluid management
- Kelemahan 2. Hydration 1. Timbang popok jika perlu
- Haus 3. Nutritional status: food 2. Pertahankan catatan intake dan
- Penurunan turgor kulit/lidah and fluid intake output yang akurat
- Membran mukosa/kulit kering Kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi
- Peningkatan denyut nadi, 1. Mempertahankan urine (kelembaban membrane mukosa,
penurunan tekanan darah, output sesuai dengan nadi adekuat, tekanan darah
penurunan volume/tekanan nadi usia dan berat badan, ortostatik) jika diperlukan
- Pengisian vena menurun berat jenis urine normal , 4. Monitor vital sign
- Perubahan status mental HT normal 5. Monitor masukan makanan atau
- Konsentrasi urine meningkat 2. Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake kalori
- Temperatur tubuh meningkat suhu tubuh dalam batas harian
- Hematokrit meninggi normal 6. Kolaborasikan pemberian cairan
- Kehilangan berat badan seketika 3. Tidak ada tanda-tanda IV
(kecuali pada third spacing) dehidrasi, elastisitas 7. Berikan cairan IV pada suhu
Faktor-faktor yang berhubungan: turgor kulit baik, ruangan
- Kehilangan volume cairan secara membran mukosa 8. Dorong masukan oral
aktif lembab, tidak ada rasa 9. Berikan nasogastrik sesuai
- Kegagalan mekanisme pengaturan haus yang berlebihan. output
10. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
11. Tawarkan makanan ringan
(jus buah, buah segar) untuk
anak usia bermain sampai
remaja/dewasa
12. Kolaborasi dengan dokter
apabila diperlukan transfusi
Hypovolemia management
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien atau orang tua
pasien untuk menambah intake
oral
8. Pemberian cairan IV monitor
untuk mengindikasi adanya
tanda dan gejala kelebihan
volume cairan yang diberikan
9. Monitor adanya tanda gagal
ginjal

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC


dari kebutuhan tubuh (00002) 1. Nutritional status Weight Management (1260)
Batasan karakteristik : 2. Nutritional status: Food 1. Bina hubungan dengan keluarga
- Berat badan 20 % atau lebih di and fluid intake klien
bawah ideal 3. Nutritional status: 2. Jelaskan keluarga klien
- Dilaporkan adanya intake nutrient intake mengenai pentingnya pemberian
makanan yang kurang dari RDA 4. Weight control makanan, penambahan berat
(Recomended Daily Allowance) Kriteria Hasil: badan dan kehilagan berat badan
- Membran mukosa dan 1. Adanya peningkatan 3. Jelaskan kelurga klien tentang
konjungtiva pucat berat badan sesuai kondisi berat badan klien
- Kelemahan otot yang digunakan dengan tujuan 4. Jelaskan resiko dari kekurangan
untuk menelan/mengunyah 2. Berat badan ideal sesuai berat badan
- Luka, inflamasi pada rongga dengan tinggi badan 5. Berikan motivasi keluarga klien
mulut 3. Mampu mengidentifikasi untuk meningkatkan berat
- Mudah merasa kenyang, sesaat kebutuhan nutrisi badan klien
setelah mengunyah makanan 4. Tidak ada tanda 6. Pantau porsi makan klien
- Dilaporkan atau fakta adanya malnutrisi 7. Anjurkan klien makan teratur
kekurangan makanan 5. Menunjukan
- Dilaporkan adanya perubahan peningkatan fungsi
sensasi rasa pengecapan dari menelan
- Perasaan ketidakmampuan untuk 6. Tidak terjadi penurunan
mengunyah makanan berat badan yang berarti
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan
cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
4. Pola napas tidak efektif (00032) NOC: NIC:
Batasan karakteristik : 1.Respiratory status : Airway Management
- Penurunan tekanan Ventilatior 1. Buka jalan nafas, guanakan
inspirasi/ekspirasi 2.Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
- Penurunan pertukaran udara per Airway patency bila perlu
menit 3.Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
- Menggunakan otot pernafasan Kriteria Hasil: memaksimalkan ventilasi
tambahan 1.Mendemonstrasikan 3. Identifikasi pasien perlunya
- Nasal flaring batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
- Dyspnea nafas yang bersih, tidak buatan
- Orthopnea ada sianosis dan dyspneu 4. Lakukan fisioterapi dada jika
- Perubahan penyimpangan dada (mampu mengeluarkan perlu
- Nafas pendek sputum, mampu bernafas 5. Keluarkan sekret dengan batuk
- Assumption of 3-point position dengan mudah, tidak ada atau suction
- Pernafasan pursed-lip pursed lips) 6. Auskultasi suara nafas, catat
- Tahap ekspirasi berlangsung 2.Menunjukkan jalan nafas adanya suara tambahan
sangat lama yang paten (klien tidak 7. Lakukan suction pada mayo
- Peningkatan diameter anterior- merasa tercekik, irama 8. Berikan bronkodilator bila perlu
posterior nafas, frekuensi 9. Berikan pelembab udara Kassa
- Pernafasan rata-rata/minimal pernafasan dalam rentang basah NaCl Lembab
 Bayi : < 25 atau > 60 normal, tidak ada suara 10. Atur intake untuk cairan
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 nafas abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.

 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 3.Tanda Tanda vital dalam 11. Monitor respirasi dan status

 Usia > 14 : < 11 atau > 24 rentang normal (tekanan O2

- Kedalaman pernafasan darah, nadi, pernafasan)


Terapi Oksigen
 Dewasa volume tidalnya 500
1. Bersihkan mulut, hidung dan
ml saat istirahat
secret trakea
 Bayi volume tidalnya 6-8
2. Pertahankan jalan nafas yang
ml/Kg
paten
- Timing rasio
3. Atur peralatan oksigenasi
- Penurunan kapasitas vital
4. Monitor aliran oksigen
Faktor yang berhubungan :
5. Pertahankan posisi pasien
- Hiperventilasi
6. Onservasi adanya tanda tanda
- Deformitas tulang
hipoventilasi
- Kelainan bentuk dinding dada
7. Monitor adanya kecemasan
- Penurunan energi/kelelahan
pasien terhadap oksigenasi
- Perusakan/pelemahan muskulo-
skeletal
Vital sign Monitoring
- Obesitas
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Posisi tubuh
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
- Kelelahan otot pernafasan
darah
- Hipoventilasi sindrom
3. Monitor VS saat pasien
- Nyeri
berbaring, duduk, atau berdiri
- Kecemasan
4. Auskultasi TD pada kedua
- Disfungsi Neuromuskuler
lengan dan bandingkan
- Kerusakan persepsi/kognitif
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
- Perlukaan pada jaringan syaraf
selama, dan setelah aktivitas
tulang belakang
6. Monitor kualitas dari nadi
- Imaturitas Neurologis
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di


Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Hadinegoro et al. 2001. Tatalaksanan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI
Hendrawanto. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi ketiga.jakarta:
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Cetakan Keenam. Jakarta:
Media Aesculapius
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta: Salemba Medika
Soegijanto, Soegeng. Demam Berdarah Dengue. Edisi Pertama. Surabaya:
Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai