Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

DENGAN GANGUAN SISTEM RESPIRASI


TB PARU PADA ANAK

DISUSUN OLEH:
1. FERRO SISCA SINDY ROSALIA (20191660115)
2. DEVI IKA MIRANTI (20191660118)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Darmanto, 2009). Penyakit ini biasanya
menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ-organ lain selain paru.
Sumber penularan adalah penderita TB paru BTA (+) yang dapat menularkan ke
orang-orang disekitarnya terutama pada orang-orang yang berkontak erat dengan
penderita. Setiap 1 penderita BTA (+) akan menularkan pada 10-15 orang per
tahun.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa
TB paru telah didiagnosis pada kelompok umur < 1 tahun sebesar 2‰, kelompok
umur 1-4 tahun sebesar 4‰, kelompok umur 5-14 tahun sebesar 0,30‰,
sedangkan pada kelompok umur orang dewasa lainnya juga menunjukkan
prevalensi yang sama sebesar 3‰. Hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 juga
memperlihatkan bahwa terjadi suatu masalah kesehatan terbaru terkait kejadian
TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita (Kemenkes
RI, 2013).
Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB
paru mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis
juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan
penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah
mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang
mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari
orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB
paru yang mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat
menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru
(Kemenkes RI, 2016).
Atas dasar permasalah di atas, maka kami akan menganalisa dalam konteks
keperawatan tentang TB paru pada anak.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Sebagai landasan dan acuan bagi mahasiswa keperawatan dan masyarakat
dalam penanganan TB paru
2) Tujuan Khusus
- Bagi mahasiswa, sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien
- Bagi masyarakat, memberi informasi tentang penanganan TB paru pada
anak
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

A. Definisi Penyakit
Tuberkulosis paru (tb paru) adalah infeksi paru yang menyerang jaringan
prenkim paru, disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. (Alwi, 2017 ).
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernafasan
yang disebabkan oleh mikrobakterium tubekuloasa yang dapat mengenai bagian
paru. UmumnyaTB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary
TB. (Maryunani Anik, 2010).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yaitu suatu tahan asam.Penyakit
Tuberculosis Paru dapat diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan
dapat mengenai seluruh organ tubuh kita manapun, walaupun yang terbanyak
adalah organ paru (Suriadai dan Lita Yuliani, 2010).

B. Etiologi Penyakit
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang
lain melalui percikan dahak( droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma
bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan
(Aditama,2000)
Tuberkulosis paru disebabkan oleh mycrobacterium tuberculosis,yaitu
jenis kuman yang bebentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal
0,3-0,6um. Sebagian besar kuman terdiri asam lemak(lipid). Lipid membuat
kuman lebih tahan terahadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat
lain dari kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih senang jaringan yang tinggi
kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru
lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis (Soeparman,1999).
C. Manifestasi Klinis Penyakit
Diagnosis pada Tb anak sering sulit dilakukan. Berdasarkan anmnesis
keluhan bisa bersifat umum dan spesifik
1. Keluhan umum
a. gejala TB, harus sudah menyingkirkan penyebab demam yang lain
seperti tifus,malaria, atau infeksi saluran nafas akut,dapat disertai
keringat malam. Bila diperiksakan dengan Lab sederhana hasilnya
normal Demam yang lama tanpa diketahui sebabnya
Demam biasanya tidak terlalu tinggi, naik turun dan berlangsung
cukup lama. Untuk mecurigai anak demam lama dan tidak tinggi
sebagai
b. Berat badan yang tidak naik dalam jangka waktu tertentu
Penurunan berat badan perlu dicurigai sebagai gejala Tb apabila telah
diberikan tatalaksana gizi tetap belum ada perbaikan
c. Anoreksia
Gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to
thrive).
d. Batuk
Keluhan batuk yang merupakan gejala utama pada TB dewasa, bukan
merupakan gejala yang menonjol pada TB anak, hal ini disebabkan
karena Tb pada anak prosesnya adalah parenkim yang tidak
mempunyai reseptor batuk, batuk akan timbul apabila terdapat
rangsangan pada reseptor batuk. Tapi pada TB anak dapat terjadi batuk
apabila pembesaran kelenjar yang terjadi sudah menekan
bronkus,penekanan ini merupakan rangsangan pada reseptor batuk di
bronkus yang akan menyebabkan batuk. Batuk pada anak penderita TB
bersifat non remitting cough yang artinya batuk terus sepanjang hari,
batuk ini berbeda dengan batuk pada penderita asma yang batuknya
terjadi terutama pada malam dan pagi hari yang disertai dengan faktor
pemicu.
e. Anak terlihat lemah, lesu,mudah letih, tidak aktif bergerak

2. Keluhan spesifik
Keluhan speifik bisa ditemukan dengan gejala dan tanda klinis organ yang
terkena. Contoh Tb di luar paru adalah tuberkulosis kelenjar,TB tulang,TB
ginjal,TB abdomen,TB jantung,TB pada otak. TB diluar paru tersebut
dapat ditemukan gejala dan tanda klinis seperti:
a. Konjungtivitis pliktenularis
Gejala ini harus dibuktikan Tb sebagai penyebabnya dan harus
dibedakan penyebab konjungtivitisnya apakah karena Tb atau infeksi
paru
b. Skrofuloderma
Harus dibedakan dengan limfadenitis nontuberkulosis atau infeksi
banal. Sebenarnya karakteristik skrofulderma beda dengan limfadenitis
banal yaitu skrofulderma terdapat benjolan multipel,tidak nyeri
tekan,warna kulit sama dengan sekitarnya,ulkus,bridging dan
berwarana livide.
c. Kaku kuduk
d. Muntah
e. Gibbus
f. Kesadaran menurun
g. kejang
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengakkan dignostik pada
pasien TB paru anak adalah:
1. Uji tuberkulin
Manfaat uji tuberkulin adalah membantu menegakkan diagnosis TB
anak, khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas. Uji
tuberkulin tidak bisa membedakan antar infeksi dan sakit TB. Uji
tuberkulin yang hasilnya positif menunjukkan adanya infeksi dan tidak
menunjukkan ada tidaknya sakit TB, sebaliknya bila hasil negatif
belum tentu menyingkirkan diagnosis TB. Banyak diagnosis TB pada
anak diketahui dengan uji tuberkulin tanpa ada gejala yang umum atau
khusus yang dikeluhkan oleh orang tua.

2. Imunoglobulin Release Assay (IGRA)


IGRA tidak dapat membedakan antara infeksi TB laten dengan Tb
aktif, penggunaan IGRA untuk deteksi infeksi TB tidak lebih unggul
dibandingkan uji tuberkulin. Program nasional belum
merekomendasikan penggunaan IGRA karena harganya yang mahal.
3. Foto rontgen dada
Pemeriksaan foto rontgen dada pada anak ini tidak khas. Foto rontgen
dada dapat dicurigai apabila terdapat gambaran milier, pembesaran
kelenjar hilus, paratrakeal,atelektasis, dan efusi pleura.
4. Pemeriksaan Kultur dahak /PCR TB
Diagnosis pasti TB adalah di temukan M.tuberculosis pada kultur
dahak. Pada anak, kultur dahak pada anak sangat sulit dilakukan dan
hasil positf sangat kecil,berbeda dengan dewasa yang lebih mudah
mendapatkan sputum untuk dibiakkan. Tapi disisi lain ada
pemerikasaan yang dapat menggantikan biakan kuman Tb yaitu
pemeriksaan PCR TB,namun PCR TB belum bisa membedakan Tb
aktif atau hanya infeksi Tb atau pasca Tb
5. Uji serologi
Uji serologi yang dilakukan misalnya PAP Tb,myco-dot Tb, igG dan
igM TB dan masih banyak lagi. Banyak penelitian yang dilakukan
untuk uji serologi, namun sebagian besar tidak setuju bahwa uji
serologi bermanfaat dalam menentukan diagnosis Tb aktif,karena uji
serologi tidak dapat menentukan apakah seseorang menderita Tb aktif
atau tidak.uji serologi hanya bisa mendeteksi adanya kuman
M.tuberculosis saja tanpa menentukan aktivitasnya. UKK pulmonolgi
berpendapat bahwa pemeriksaan serologis tidak direkomendasikan
untuk mennetukan diagnosis Tb pada anak karena hasilnya tidak lebih
unggul dari pemeriksaan uji tuberkulin.
6. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan uji yang terpenting untuk menentukan
apakah anak sudah terinfeksi tuberkulosis atau tidak. Prosedur yang di
anjurkan adalah uji mantoux. Cara melakukan uji mantoux adalah
dengn menyuntikkan cairan tuberkulin yang dilarutkan dengan pz
kemudian di injeksi secara intradermal. Pembacaan dilakukan setelah
48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter melintang dari
durasi yang terjadi. hasil positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm
keatas, negatif bila 4mm, meragukan bila 5-9 mm, jika lebih dari 10
mm keatas jelas positf.
7. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat
reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak
dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih
cepat dan besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat
diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta
pelindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan
secara injeksi intradermal atau intrakutan pada lengan bagian atas atau
injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin sulit
menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut :
a. infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu
dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg.
b. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan
satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.
Diagnosis TB pada anak sulit karena gejala yang ada tidak khas, UKK
pulmonologi telah membuat alogaritme dignosis dan tatalaksana TB pada
anak menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu melakukan
pembobotan tanda dan gejala

Tabel 2.1 sistem penilaian (scoring) gejala dan pemeriksaan TB


Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan klg BTA (+)
BTA (-) atau
tidak tau
Uji tuberkulin Negatif Positif (≥ 10 mm,
atau ≥ 5 mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan Gizi cukup Bawah garis merah Klinis gizi buruk
(berdasarkan KMS) atau riwayat bb
turun/ tidak naik
dalam 2 bln
berturut0- turut
Demam tanpa sebab - +
yang jelas
Batuk * < 3minggu ≥ 3 minggu
Pembesaran kelenjar - ≥ 1cm , jumlah
limfe >1,tidak nyeri
kolli,aksila,inguinal
Pembengkakan Tidak ada Ada pembengkakan
tulang/sendi
panggul,lutut,falang
Foto rontgent toraks Normal Sugestif atau
curiga

Catatan:
1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
2. Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
3. Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Puskesmas
4. Foto Rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada TB Anak
5. Semua anak dengan Reaksi Cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem
skoring TB Anak
6. Didiagnosis TB bila jumlah skor >6, (skor maksimal 13)
7. Pasien yang mendapat skor 5, dengan usia balita atau ada kecurigaan
TB yang kuat, rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut
8. Profilaksis diberikan bila ada anak yang kontak dengan pasien TB
dewasa sputum BTA (+) namun evaluasi dengan sistem skoring
nilainya ≤ 5

E. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
a. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali
sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong,
diberikan selama 6-9 bulan.
b. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis
INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
c. Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis
30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
d. Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.

e. Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat


antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran
bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang
buruk.
2. Non farmakologi
a. Melakukan postural drainase
b. Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
c. pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh
klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang
lainnya
d. memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya

F. komplikasi Tb paru pada anak


1. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak
bila fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat
perkejuan yang besar. Pencarian dapat menyebabkan pembentukan
kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basili.
Pembesaran fokus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus
yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
2. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula
keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau
limfonodi.
3. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.

4. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer
yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa
dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu
atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan basil tuberkel
kedalam ruang subarakhnoid.
5. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis
tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran
corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis
skeletona adalah komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi
perwujudan yang jarang sejak terapi antituberkulosis tersedia.
6. Tuberkulosis Milier
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB yang berat dan
merupakan 3−7% dari seluruh kasus TB, dengan angka kematian yang
tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi). Tuberkulosis milier
merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat penyebaran
kuman M. tuberculosis dari kompleks primer, yang biasanya terjadi
dalam waktu 6 bulan pertama, sering dalam 3 bulan pertama, setelah
infeksi awal. Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan
anak kecil, terutama usia <2 tahun. Hal ini disebabkan karena imunitas
selular spesifik,fungsi makrofag, dan mekanisme lokal pertahanan
parunya belum berkembang sempurna, sehingga kuman TB mudah
berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh. Tb miler tidak
hanya terjadi pada bayi tetapi bisa terjadi pada anak besar dan remaja,
hal ini karena akibat dari pengobatan paru primer sebelumnya yang
tidak adekuat. Pada usia dewasa terjadi dikarenakan reaktivasi kuman
yang dorman.

G. Pengkajian
1. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis
kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua,
pendidikan, dan pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
 Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah
sakit.
 Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian
meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale,
timing)
b. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda
dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula
c. Riwayat Kehamilan
 Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit
infeksi selama hamil.
 Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan
lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita
cepal hematom.
 Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi,
asfiksia, icterus.

d. Riwayat Masa Lalu


 Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien
pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada
leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan,
apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah
berobat tapi tidak teratur?)

 Pernah di rawat di Rumah Sakit


Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil
sampai membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia,
apakah keadaannya parah atau seperti apa.
 Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk
diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang timbul
dapat di ketahui. Pemberian antibiotik dalam jangka
panjang perlu diidentifikasi.
 Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi,
pada bagian apa, atas indikasi apa.
 Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan,
udara atau makanan.
 Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat
sebelumnya, apabila mengalami kecelakaan apakah
langsung di beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter
atau hanya di diamkan saja.

 Imunisasi
 Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh
sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat
antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya.
Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada
imunisasi pasif
 Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat
anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan
cara penyuntikkan bahan atau serum yang telah
mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak
bergairah
b. Tanda-tanda vital
sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama
atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau
panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
c. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta
berat badan.
d. Pemeriksaan fisik
1.1 Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambu
1.2 Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
1.3 Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada
penumpukkan sekret atau tidak, simetris tidak.
1.4 Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi
yang tumbuh
1.5 Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan
mata, ada cairan atau tidak, uji pendengaran anak
1.6 Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
1.7 Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus;
batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen
(menghasilkan sputum).
 Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
 Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura.
 Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu
malam hari.
 Pada tahap dini sulit diketahui.
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
 Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
1.8 Perut : kaji bentuk perut, bising usus
1.9 Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah,
apakah ada kelemahan
1.10 Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
 Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla,
 inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
1.11 Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia,
kaji bentuk, skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang
ureter ditengah
e. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
 Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
 Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum,
mengenal gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian
tubuhnya.
 Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
 Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-
balok bangunan secara konstruktif.

H. Dignosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan,hipersekresi
jalan nafas d.d batuk tidak efektif, sputum
berlebih,ronkhi,wheezing,dispnea,pola nafas berubah,bunyi nafas
menurun
2. Hipertermia b.d proses penyakit infeksi d.d suhu tubuh diatas nilai
normal, takipnea, kulit terasa hangat
3. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
menelan makan, keengganan untuk makan d.d berat badan
menurun,nafsu makan menurun,

I. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan - Monitor adanya produksi sputum
nafas tidak tindakan keperawatan (jumlah,warna,aroma)
efektif selama 1x24jam - Monitor bunyi nafas tambahan
diharapkan: - Monitor pola nafas
a. Batuk efektif - Pertahankan kepatenan jalan
meningkat nafas
b. Produksi sputum - Posisikan semi fowler atau
menurun fowler
c. Wheezing - Monitor adanya sumbatan jalan
membaik nafas
d. Frekuensi nafas - Jika perlu lakukan fisoterapi
membaik dada
e. Pola nafas
membaik - Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 menit
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik jika perlu
2 Hipertermia Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab
tindakan keperawatan hipertermia
selama 3 jam diharapkan: - Monitor suhu tubuh anak setiap
a. Menggigil 2 jam jika perlu
menurun - Sediakan lingkungan yang
b. Suhu tubuh dingin
membaik - Lakukan pendinginan eksternal
c. Suhu kulit misal kompres dingin pada dahi
membaik leher,dada,abdomen,aksila
- Monitor dan catat tanda gejala
hipertermia

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan - Identifikasi intoleransi makan


tindakan keperawatan - Identifikasi status nutrisi
selama 3x24 jam - Monitor asupan makanan
diharapkan : - Monitor berat badan
a. Porsi makanan - Sajikan makanan yang menarik
yang dihabiskan dan suhu yang sesuai
meningkat - Beri makanan tinggi serat, tinggi
b. Nafsu makan kalori dan tinggi protein
membaik - Identifikasi kemungkinan
c. Frekuensi makan penyebab bb kurang
membaik - Monitor adanya mual muntah
- Identifikasi kepatuhan menjalani
program pengobatan
- Libatkan keluarga untuk
mendukung program pengobatan
yang di jalani
- Informasi manfaat yang akan di
peroleh jika teratur menjalani
program pengobatan
- Anjurkan keluarga untuk
mendaampingi selama menjalani
program pengobatan
- Informasikan program
pengobatan yang harus di jalani

J. DISCHARGE PLANNING
1. Edukasi orang tua Melakukan imunisasi BCG sebanyak 1 kali ketika
bayi berumur 2 bulan, menjelaskan pentingnya imunisasi BCG serta
resiko bila tidak dilakukan imunisasi
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TB maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan
3. Bila ada yang menderita TB anjurkan untuk tidak meludah di
sembarang tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau
bahan lainyang di anjurkan dokter
4. Bila batuk dan bersin anjurkan untuk menutup mulut dan hidung tidak
dengan telapak tangan melainkan dengan tissu atau sapu tangan, serta
menggunakan masker
5. Anjurkan untuk meminum obat dengan rutin bila perlu anjurkan orang
tua untuk membuat jadwal minum obat setiap hari
6. Anjurkan untuk rumah ada ventilasi yang baik
7. Ajari orang tua dan anak terapi relaksasi bila ada tanda-tanda mual
muntah

BAB III
WOC

Droplet nucler/dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)
Faktor dari luar: Batuk, bersin
- Faktor toksik (alkohol, Faktor dari dalam:
rokok) - Usia
- Sosial ekonomi rendah muda/bayi
- Terpapar penderita -
Dihirup masuk paruGizi buruk
TBC - Lanjut usia
- Lingkungan buruk

Mycobacterium menetap/dormant

Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman

merangsang hipotalamus
Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB  Inflamasi sehingga suhu tubuh Hipertermi
meningkat

Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru

Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura

Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Pembuluh
Malaise Batuk
darah pecah

Skret kental Nyeri dada


Anoreksia

Batuk darah Resiko kerusakan


pertukaran gas
Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Gangguan tumbuh Bersihan jalan napas


Penurunan
kembang tidak efektif
status gizi
BAB 4
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

8. Pengertian
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari

konsepsi sampai maturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor

bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak

sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran

merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak

dapat dengan mudah dipahami

Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil

dari kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

dalam perjalanan waktu tertentu. Hasil pertumbuhan contohnya berupa

bertambahnya ukuran kuantitatif dari fisik anak, seperti tinggi dan berat

badan, kekuatan atau proposi. Dengan demikian di simpulkan secara

ringkas bahwa pertumbuhan adalah proses perubahan dan kematangan

fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau perbandingan.

Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu

atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya

(maturation), yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan

berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis

(rohaniah). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2008), perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola teratur, dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dan proses pematangan.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak
a. Hereditas ( Keturunan/pembawaan)

Hereditas/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk dirubah

ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil

akhir dari dari proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik

yang tergantung di dalam sel telur yang telah di buahi dapatlah ditentukan

kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetik ini

adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras. Misalnya, anak keturunan

bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika di bandingkan dengan

keturunan asia termasuk indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan

berbeda dengan laki-laki.

b. Faktor lingkungan

1) Lingkungan internal

Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga

hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon

somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi jumlah sel

tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkurangnya

hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid akan

mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan

menyebabkan kretinesme dan hormon gonadotropin yang berfungsi

untuk merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi

spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang perkembangan seks

sekunder wanita dan produksi sel telur, jika kekurangan hormon

gonadrotopin ini akan meneyebabkan terhambatnya perkembangan

seks.
2) Lingkungan eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang

mempengaruhinya. diantaranya adalah kebudayaan,kebudayaan

suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat kebiasaan dan

tingkah laku dalam bagaimana orang tua mendidik anaknya. Status

sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonomi

menengah ke atas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya di

sekolah-sekolah yang berkualitas, sehingga mereka dapat menerima

atau mengadopsi cara-cara baru bagaimana cara merawat anak

dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua

dengan ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan

tambahan buat anaknya, sehingga anak akan kekurangan asupan

nuitrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun dan

akhirnya anak akan jatuh sakit.

3) Faktor pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekitar

lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan

tumbuh anak dapat di pantau. Sehingga apabila terdapat sesuatu

yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam


perkembangannya, anak dapat segera mendapat pelayanan kesehatan

dan di berikansolusi pencegahanya (Nabiel ridha,2014).

c. Neuroendokrin
Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan
system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua
hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormon-
hormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa
setiap hormone yang mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan
memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang berbeda.
d. Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada
pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap
perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit.
e. Penyakit
Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan
member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
f. Bahaya lingkungan
Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan kesehatan
dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan. Bahaya dari
residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik,
dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995)

g. Stress pada masa kanak-kanak


Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan
sumber koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut.
( mastern dkk, 1998)
Usia anak, temperamen situasi hidup, dan status kesehatan
mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk
mengatasi stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu
terhadap stressor. Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi
stersor ang dibedakan dari gaya koping yang relative tidak mengubah
karakteristik kepribdian atau hasil koping. ( Ryan-wengger, 1992)
h. Pengaruh media masa
Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media
pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)

10. Tahap- tahap tumbuh kembang

Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak
akan melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari
tumbuh kembang anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri
tersendiri. adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) :

1) Masa pranatal
 Masa mudigah / embrio : Konsepsi – 8 minggu
 Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir
2) Masa bayi
 Masa neonatal : 0 – 28 hari
 Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
 Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
 Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
 Masa prasekolah : 1 – 6 tahun

3) Masa sekolah : 6 – 10/20 tahun


 Masa praremaja : 6 – 10 tahun
 Masa remaja
 Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun
 Masa remaja lanjut : Wanita, usia 13-18 tahun dan Pria,
usia 15-20 tahun
Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 5 fase
:
1) Fase oral (0-1 tahun)
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber
pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan
atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat
menyusu.
2) Fase anal (1-3 tahun)
Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama
saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan
disiplin pada anak termasuk toilet training.
3) Fase falik (3-5 tahun)
Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin.
Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan
perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya
menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus
Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra
Complex.
4) Fase laten (5-12 tahun)
Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan
pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal
diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.

5) Fase genital (12 ke atas)


Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya
berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk
hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota
keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.

Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8


tahap :
1) Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada
umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini
adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus
menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan
2) Masa anal-muskular yaitu kebebasan vs perasaan malu-malu
atau ragu-ragu.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages),
masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari
usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan
pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat
memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
3) Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-
locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini
pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau
6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini
ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu
melakukan kesalahan.
4) Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah
dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang
diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan
bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
5) Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai
pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.
melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam
pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
6) Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan
yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun.
Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha
menghindar dari sikap menyendiri
7) Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan
ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan
tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
8) Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja
yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke
atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan
berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

Ringkasan Kemajuan Perkembangan Anak dari Lahir Sampai 5


Tahun (Sacharin, 1996)

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif

0 hari  Dapat
Sampai menghisap
1 bulan  Menggenggam,
 Memberikan
respon terhadap
suara-suara
mengejutkan
 Reflek –reflek
primitif
1-3  Menegakkan  Memberikan
bulan kepala respon senyum
sebentar,
 Mengadakan
gerakan-
gerakan
merangkak jika
tengkurap

3-4  Mengangkat  Tersenyum.  Bersuara jika diajak  Mulai


bulan kepala dari bicara. mengamati
posisi tangan
tengkurap sendiri
dalam waktu
 Mampu
yang singkat.
untuk
 Memalingkan memegang
kepala ke arah
kerincingan
suara.

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif

5-9  Berguling dari  Memperlihatkan  Bervokalisasi suara-  Mulai


bulan sisi ke sisi kegembiraan suara bergumam, memindahk
ketika dengan berlagak suaraseperti "da", an benda
terlentang. dan tersipu- "ma". dari satu
 Memalingkan sipu.
tangan ke
kepala pada tangan
orang yang lainnya.
berbicara.  Mampu
memanipul
asi benda-
benda.

9-10  Duduk dari  Mengenal dan  Ngoceh dan  Memungut


bulan posisi menolak orang bervokalisasi benda
berbaring asing  Mengatakan kata- diantara
 Berpindah  Meniru kata seperti da-da, jari-jari dan
 Merangkak. mam- mam. ibu jari.
 Berteriak untuk
menarik
perhatian.

1 tahun  Merangkak  Menurut  Mengucapkan kata-  Memegang


dengan baik perintah kata tunggal gelas untuk
 menarik badan sederhana minum.
sendiri untuk  meniru orang
berdiri dewasa.
 Dapat berjalan  Memperlihatka
dengan n berbagai
dibimbing. emosi.
1½  Berjalan tanpa  Ingin bermain  Telah menggunakan  Mencoret-
ditopang dekat anak- 20 kata-kata yang coret,
tahun  Menaiki anak lain. dapat dimengerti.  Membalik-
tangga atau  Meminta balik
peralatan minum. halaman,
rumah tangga  Mengenal  Bermain
(kursi) gambar- dengan
gambar balok-
binatang. balok
 Mengenal bangunan
beberapa ecara
bagian konstruktif.
tubuhnya.

2 tahun  Mampu  Mulai bernain  Mulai menggunakan  Berpakaian


berlari dengan anak- dua atau tiga kata sendiri,
 Memanjat anak lain secara bersamaan tidak
 Menaiki mampu
tangga untuk
mengikat
 Membuka
atau
pintu.
memasang
kancing.

3 tahun  Berlari bebas  Mengetahui  Berbicara dengan  Menggamb


 Melompat nama dan jenis kalimat-kalimat ar
 Mengendari kelaminnya pendek. lingkaran
sepeda roda sendiri dapat  Menggamb
tiga. diberi ar gambar-
pengertian gambar
 Bermain secara yang dapat
konstruktif dan dikenal.
imitatif.

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif

4-5  Mengetahui  Bernyanyi


tahun banyak huruf-  Berdendang
huruf dari
alphabet
 Mengetahui
lagu kanak-
kanak
 Dapat
menghitung
sampai 10.
PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang


disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yaitu suatu tahan
asam.Penyakit Tuberculosis Paru dapat diderita oleh siapa saja, orang
dewasa atau anak-anak dan dapat mengenai seluruh organ tubuh kita
manapun, walaupun yang terbanyak adalah organ paru
b. Keluhan umum gejala TB demam,berat badan tidak
naik,anoreksia,batuk,anak terilihat lemah,lesu,mudah letih anak tidak
aktif bergerak
c. Pencegahan penyakit TB dengan cara melakukan imunisasi BCG
sebanyak 1 kali ketika bayi berumur 2 bulan, perhatikan kebersihan
rumah,jangan dibiasakan meludah di sembarang tempat, segera periksa
ke puskesmas jika ditemukan tanda dan gejala TB
d. Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri mikrobacterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TB batuk,dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita Tb dewasa. Bakteri mikrobacterium bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah)dan dapat menyebar ke pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.

2. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut
penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang
dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke
klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

R. Darmanto Djojodibroto. (2009). Dr. Sp.P. FCCP. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran

EGC. 2. Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical

Series. 3. Hery Unita Versitaria, Haryoto Kusnoputro. Tuberkulosis Paru di


Palembang, Sumatera Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional.2011;5(5):67

http://www.yankes.kemkes.go.id/read-bagaimana-menegakkan-diagnosis-

tuberkulosis-pada-anak--3887.html

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:


EGC; 2001.

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:


Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999.

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa :


Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC;
2000.

Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001.

Anda mungkin juga menyukai