DISUSUN OLEH:
1. FERRO SISCA SINDY ROSALIA (20191660115)
2. DEVI IKA MIRANTI (20191660118)
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Darmanto, 2009). Penyakit ini biasanya
menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ-organ lain selain paru.
Sumber penularan adalah penderita TB paru BTA (+) yang dapat menularkan ke
orang-orang disekitarnya terutama pada orang-orang yang berkontak erat dengan
penderita. Setiap 1 penderita BTA (+) akan menularkan pada 10-15 orang per
tahun.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa
TB paru telah didiagnosis pada kelompok umur < 1 tahun sebesar 2‰, kelompok
umur 1-4 tahun sebesar 4‰, kelompok umur 5-14 tahun sebesar 0,30‰,
sedangkan pada kelompok umur orang dewasa lainnya juga menunjukkan
prevalensi yang sama sebesar 3‰. Hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 juga
memperlihatkan bahwa terjadi suatu masalah kesehatan terbaru terkait kejadian
TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita (Kemenkes
RI, 2013).
Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB
paru mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis
juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan
penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah
mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang
mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari
orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB
paru yang mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat
menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru
(Kemenkes RI, 2016).
Atas dasar permasalah di atas, maka kami akan menganalisa dalam konteks
keperawatan tentang TB paru pada anak.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Sebagai landasan dan acuan bagi mahasiswa keperawatan dan masyarakat
dalam penanganan TB paru
2) Tujuan Khusus
- Bagi mahasiswa, sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien
- Bagi masyarakat, memberi informasi tentang penanganan TB paru pada
anak
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
A. Definisi Penyakit
Tuberkulosis paru (tb paru) adalah infeksi paru yang menyerang jaringan
prenkim paru, disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. (Alwi, 2017 ).
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernafasan
yang disebabkan oleh mikrobakterium tubekuloasa yang dapat mengenai bagian
paru. UmumnyaTB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary
TB. (Maryunani Anik, 2010).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yaitu suatu tahan asam.Penyakit
Tuberculosis Paru dapat diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan
dapat mengenai seluruh organ tubuh kita manapun, walaupun yang terbanyak
adalah organ paru (Suriadai dan Lita Yuliani, 2010).
B. Etiologi Penyakit
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang
lain melalui percikan dahak( droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma
bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan
(Aditama,2000)
Tuberkulosis paru disebabkan oleh mycrobacterium tuberculosis,yaitu
jenis kuman yang bebentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal
0,3-0,6um. Sebagian besar kuman terdiri asam lemak(lipid). Lipid membuat
kuman lebih tahan terahadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat
lain dari kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih senang jaringan yang tinggi
kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru
lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis (Soeparman,1999).
C. Manifestasi Klinis Penyakit
Diagnosis pada Tb anak sering sulit dilakukan. Berdasarkan anmnesis
keluhan bisa bersifat umum dan spesifik
1. Keluhan umum
a. gejala TB, harus sudah menyingkirkan penyebab demam yang lain
seperti tifus,malaria, atau infeksi saluran nafas akut,dapat disertai
keringat malam. Bila diperiksakan dengan Lab sederhana hasilnya
normal Demam yang lama tanpa diketahui sebabnya
Demam biasanya tidak terlalu tinggi, naik turun dan berlangsung
cukup lama. Untuk mecurigai anak demam lama dan tidak tinggi
sebagai
b. Berat badan yang tidak naik dalam jangka waktu tertentu
Penurunan berat badan perlu dicurigai sebagai gejala Tb apabila telah
diberikan tatalaksana gizi tetap belum ada perbaikan
c. Anoreksia
Gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to
thrive).
d. Batuk
Keluhan batuk yang merupakan gejala utama pada TB dewasa, bukan
merupakan gejala yang menonjol pada TB anak, hal ini disebabkan
karena Tb pada anak prosesnya adalah parenkim yang tidak
mempunyai reseptor batuk, batuk akan timbul apabila terdapat
rangsangan pada reseptor batuk. Tapi pada TB anak dapat terjadi batuk
apabila pembesaran kelenjar yang terjadi sudah menekan
bronkus,penekanan ini merupakan rangsangan pada reseptor batuk di
bronkus yang akan menyebabkan batuk. Batuk pada anak penderita TB
bersifat non remitting cough yang artinya batuk terus sepanjang hari,
batuk ini berbeda dengan batuk pada penderita asma yang batuknya
terjadi terutama pada malam dan pagi hari yang disertai dengan faktor
pemicu.
e. Anak terlihat lemah, lesu,mudah letih, tidak aktif bergerak
2. Keluhan spesifik
Keluhan speifik bisa ditemukan dengan gejala dan tanda klinis organ yang
terkena. Contoh Tb di luar paru adalah tuberkulosis kelenjar,TB tulang,TB
ginjal,TB abdomen,TB jantung,TB pada otak. TB diluar paru tersebut
dapat ditemukan gejala dan tanda klinis seperti:
a. Konjungtivitis pliktenularis
Gejala ini harus dibuktikan Tb sebagai penyebabnya dan harus
dibedakan penyebab konjungtivitisnya apakah karena Tb atau infeksi
paru
b. Skrofuloderma
Harus dibedakan dengan limfadenitis nontuberkulosis atau infeksi
banal. Sebenarnya karakteristik skrofulderma beda dengan limfadenitis
banal yaitu skrofulderma terdapat benjolan multipel,tidak nyeri
tekan,warna kulit sama dengan sekitarnya,ulkus,bridging dan
berwarana livide.
c. Kaku kuduk
d. Muntah
e. Gibbus
f. Kesadaran menurun
g. kejang
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengakkan dignostik pada
pasien TB paru anak adalah:
1. Uji tuberkulin
Manfaat uji tuberkulin adalah membantu menegakkan diagnosis TB
anak, khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas. Uji
tuberkulin tidak bisa membedakan antar infeksi dan sakit TB. Uji
tuberkulin yang hasilnya positif menunjukkan adanya infeksi dan tidak
menunjukkan ada tidaknya sakit TB, sebaliknya bila hasil negatif
belum tentu menyingkirkan diagnosis TB. Banyak diagnosis TB pada
anak diketahui dengan uji tuberkulin tanpa ada gejala yang umum atau
khusus yang dikeluhkan oleh orang tua.
Catatan:
1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
2. Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
3. Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Puskesmas
4. Foto Rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada TB Anak
5. Semua anak dengan Reaksi Cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem
skoring TB Anak
6. Didiagnosis TB bila jumlah skor >6, (skor maksimal 13)
7. Pasien yang mendapat skor 5, dengan usia balita atau ada kecurigaan
TB yang kuat, rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut
8. Profilaksis diberikan bila ada anak yang kontak dengan pasien TB
dewasa sputum BTA (+) namun evaluasi dengan sistem skoring
nilainya ≤ 5
E. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
a. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali
sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong,
diberikan selama 6-9 bulan.
b. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis
INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
c. Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis
30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
d. Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
4. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer
yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa
dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu
atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan basil tuberkel
kedalam ruang subarakhnoid.
5. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis
tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran
corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis
skeletona adalah komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi
perwujudan yang jarang sejak terapi antituberkulosis tersedia.
6. Tuberkulosis Milier
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB yang berat dan
merupakan 3−7% dari seluruh kasus TB, dengan angka kematian yang
tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi). Tuberkulosis milier
merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat penyebaran
kuman M. tuberculosis dari kompleks primer, yang biasanya terjadi
dalam waktu 6 bulan pertama, sering dalam 3 bulan pertama, setelah
infeksi awal. Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan
anak kecil, terutama usia <2 tahun. Hal ini disebabkan karena imunitas
selular spesifik,fungsi makrofag, dan mekanisme lokal pertahanan
parunya belum berkembang sempurna, sehingga kuman TB mudah
berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh. Tb miler tidak
hanya terjadi pada bayi tetapi bisa terjadi pada anak besar dan remaja,
hal ini karena akibat dari pengobatan paru primer sebelumnya yang
tidak adekuat. Pada usia dewasa terjadi dikarenakan reaktivasi kuman
yang dorman.
G. Pengkajian
1. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis
kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua,
pendidikan, dan pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah
sakit.
Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian
meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale,
timing)
b. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda
dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula
c. Riwayat Kehamilan
Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit
infeksi selama hamil.
Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan
lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita
cepal hematom.
Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi,
asfiksia, icterus.
Imunisasi
Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh
sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat
antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya.
Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada
imunisasi pasif
Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat
anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan
cara penyuntikkan bahan atau serum yang telah
mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak
bergairah
b. Tanda-tanda vital
sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama
atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau
panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
c. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta
berat badan.
d. Pemeriksaan fisik
1.1 Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambu
1.2 Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
1.3 Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada
penumpukkan sekret atau tidak, simetris tidak.
1.4 Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi
yang tumbuh
1.5 Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan
mata, ada cairan atau tidak, uji pendengaran anak
1.6 Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
1.7 Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus;
batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen
(menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu
malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
1.8 Perut : kaji bentuk perut, bising usus
1.9 Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah,
apakah ada kelemahan
1.10 Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
1.11 Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia,
kaji bentuk, skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang
ureter ditengah
e. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum,
mengenal gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian
tubuhnya.
Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-
balok bangunan secara konstruktif.
H. Dignosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan,hipersekresi
jalan nafas d.d batuk tidak efektif, sputum
berlebih,ronkhi,wheezing,dispnea,pola nafas berubah,bunyi nafas
menurun
2. Hipertermia b.d proses penyakit infeksi d.d suhu tubuh diatas nilai
normal, takipnea, kulit terasa hangat
3. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
menelan makan, keengganan untuk makan d.d berat badan
menurun,nafsu makan menurun,
I. Intervensi Keperawatan
J. DISCHARGE PLANNING
1. Edukasi orang tua Melakukan imunisasi BCG sebanyak 1 kali ketika
bayi berumur 2 bulan, menjelaskan pentingnya imunisasi BCG serta
resiko bila tidak dilakukan imunisasi
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TB maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan
3. Bila ada yang menderita TB anjurkan untuk tidak meludah di
sembarang tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau
bahan lainyang di anjurkan dokter
4. Bila batuk dan bersin anjurkan untuk menutup mulut dan hidung tidak
dengan telapak tangan melainkan dengan tissu atau sapu tangan, serta
menggunakan masker
5. Anjurkan untuk meminum obat dengan rutin bila perlu anjurkan orang
tua untuk membuat jadwal minum obat setiap hari
6. Anjurkan untuk rumah ada ventilasi yang baik
7. Ajari orang tua dan anak terapi relaksasi bila ada tanda-tanda mual
muntah
BAB III
WOC
Mycobacterium menetap/dormant
Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman
merangsang hipotalamus
Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB Inflamasi sehingga suhu tubuh Hipertermi
meningkat
Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru
Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura
Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Pembuluh
Malaise Batuk
darah pecah
8. Pengertian
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari
merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak
bertambahnya ukuran kuantitatif dari fisik anak, seperti tinggi dan berat
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola teratur, dan dapat
anak
a. Hereditas ( Keturunan/pembawaan)
akhir dari dari proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik
yang tergantung di dalam sel telur yang telah di buahi dapatlah ditentukan
bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika di bandingkan dengan
b. Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga
seks.
2) Lingkungan eksternal
dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua
nuitrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun dan
c. Neuroendokrin
Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan
system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua
hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormon-
hormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa
setiap hormone yang mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan
memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang berbeda.
d. Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada
pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap
perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit.
e. Penyakit
Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan
member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
f. Bahaya lingkungan
Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan kesehatan
dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan. Bahaya dari
residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik,
dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995)
Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak
akan melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari
tumbuh kembang anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri
tersendiri. adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) :
1) Masa pranatal
Masa mudigah / embrio : Konsepsi – 8 minggu
Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir
2) Masa bayi
Masa neonatal : 0 – 28 hari
Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
Masa prasekolah : 1 – 6 tahun
0 hari Dapat
Sampai menghisap
1 bulan Menggenggam,
Memberikan
respon terhadap
suara-suara
mengejutkan
Reflek –reflek
primitif
1-3 Menegakkan Memberikan
bulan kepala respon senyum
sebentar,
Mengadakan
gerakan-
gerakan
merangkak jika
tengkurap
1. Kesimpulan
2. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut
penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang
dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke
klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran
Nasional.2011;5(5):67
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-bagaimana-menegakkan-diagnosis-
tuberkulosis-pada-anak--3887.html
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC;
2000.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001.