Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PADA ANAK

A. Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium


tuberculosis) yang paling sering mempengaruhi paru-paru. Tuberkulosis dapat
disembuhkan dan dapat dicegah (WHO, 2018).

Orang yang terinfeksi dengan bakteri TB memiliki risiko seumur hidup jatuh sakit
dengan TB sebesar 10%. Namun orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah, seperti orang yang hidup dengan HIV, kekurangan gizi atau diabetes, atau orang
yang menggunakan tembakau, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit.

B. Etiologi

Menurut Nanda Nic Noc 2013 penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium


tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,
sinar matahari,dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobacteria tuberkulosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam usus sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus . Basil tipe human bisa berada dibercak ludah (
droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui
udara.

Faktor risiko TBC anak :


 Resiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat - obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang
tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang
tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan
karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan
jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan
sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat
dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
 Resiko penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap
seiring pertambahan usia. Pada bayi <1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan
menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1 – 5 tahun yang menjadi sakit
hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5 – 10%. Anak <5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1 – 2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan
silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang,
kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.

C. Klasifikasi
1. Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama
1. Pembagian secara patologis
 Tuberculosis primer (childhood tuberculosis )
 Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis
 Tuberculosis paru (koch pulmonum) aktif,
 Tuberculosis non aktif dan guescent ( bentuk aktif yang menyenbuh)
3. Pembagian secara radiologis ( luas lesi )
 Tuberculosis minimal
 Moderately advanced tuberculosis
 Far advanced tuberculosis
2. Klasifikasi menurut American thoracic society

Kategori Keterangan Penyakit


0 tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negatif, tes tuberculin negatif
1 terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi, memiliki
riwayat kontak positif, tes tuberculin negatif
2 terimfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif,
radiologi dan sputum negatif
3 terinfeksi tuberculisis dan sakit
3. Klasifikasi Berdasarkan Kelainan Klinis,Radiologis,Dan Makrobiologis
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a. Tuberkulosis tersangka yang diobati ;BTA negativ, tetapi tanda –tanda
lain positif
b. Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati;sputum BTA negative dan
tanda-tanda lain juga meragukan.

4. Klasifikasi Menurut Dep.Kes 2003


1. Berdasarkan organ yang terinvasi
 TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak,
TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
a. TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang – kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau
1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru
menunjukan gambaran TB aktif.
b. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif
dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif. TB
Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni
kerusakan luas dianggap berat.

 TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan
alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu :
a. TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b. TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB
tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
5. Klasifikasi Berdasarkan Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita :
a. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
b. Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
c. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
d. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat.

6. Perbedaan Tb Anak Dan Dewasa


Tuberculosis Anak Tuberculosis Dewasa
Lokasinya pada setiap bagian paru Lokasinya di daerah apeks dan infra
klavikuler
Terjadi pembesaran kelenjar limfe Tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe
regional regional
Penyembuhan dengan perkapuran Penyembuhan dengan fibrosis
Lebih banyak terjadi penyebaran Jarang terjadi penyebaran hematogen
hematogen

D. Manifestasi Klinis
Gejala sistemik/umum:
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
 Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-
50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan
hasil uji tuberkulin positif.
 Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Gejala pada anak jika kuman TB menyerang organ tubuh lain


 Tuberkulosis kelenjar
TB jenis ini menyerang terbanyak di daerah leher, dengan gejala pembesaran
kelenjar getah bening yang banyak dengan diameter ≥ 1 cm. Biasanya benjolan
itu saling melekat sehingga berbentuk seperti kelereng yang berderet dengan
konsistensi kenyal. Benjolan ini tidak nyeri.
 Tuberkulosis otak dan selaput otak (meningitis TB)
Kuman TB juga gampang tersebar ke otak. Bila selaput otak yang terkena, anak
akan menunjukkan gejala rewel, sakit kepala, kaku, sampai kejang. Hal ini terjadi
akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena. Hati-hati bila anak cenderung
diam dan mengantuk. Itu adalah tanda anak mengalami penurunan kesadaran
 Tuberkulosis tulang
Tergantung dari bagian tulang yang terkena, seperti:
- TB tulang belakang (spondilitis): penonjolan tulang belakang (gibbus).
- TB tulang panggul (koksitis): pincang, gangguan berjalan, atau tanda
peradangan di daerah panggul.
- TB tulang lutut (gonitis): pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab
yang jelas.
- TB tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis): bengkak pada
persendian tangan atau kaki
 Skrofuloderma
Disebut juga tuberkulosis kulit. Gejalanya ditandai dengan adanya luka atau borok
yang disertai dengan adanya fistula/jembatan kulit antar tepi luka (skin bridge).
Biasanya juga anak disertai dengan demam karena proses infeksi yang
berlangsung.
 Tuberkulosis Usus
Adanya gejala-gejala pencernaan, seperti kembung, diare, nyeri perut. Biasanya
anak sangat rewel. Komplikasi TB usus adalah radang selaput perut yang biasa
disebut peritonitis TB.
 Tuberkulosis ginjal
 Dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ ginjal yaitu gangguan buang
air kecil, urin yang terlalu pekat, dan nyeri pinggang tanpa sebab yang jelas dan
disertai kecurigaan adanya infeksi TB.

E. Patofisiologi / Pathway
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada
TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru – paru. Jadi, kuman ada di dalam
kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru – paru dan
membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Pada saat batuk, percikan ludahnya
mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak - anak, lalu masuk ke paru –
paru.
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti
saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai
berikut : tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer
sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei,
yaitu statu proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman
tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang
akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar,
keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana
penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang
diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada
bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi
hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar
membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag.
Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus
dengan bakteri di dalam sel – sel.
Drainase limfatik basil tersebut juga masuk ke kelenjar getah bening regional dan
infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang
disekitarnya pada sel – sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk
jatingan parut kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang yang
sehat.
Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis TB pada anak, berikut pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan :
 Pemeriksaan Dahak
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
- S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
- P(Pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
- S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran
kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
 Test kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer)
Reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra
dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi
tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan
atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
 Foto thorax
Pemeriksaan ini dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
 Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster : urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
 Biopsi jarum pada jarinagn paru
Apabila hasil positif untuk granula TB berarti adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
 Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi seperti
Hyponaremia karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
 Pemeriksaan fungsi pada paru
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara
resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (TB paru kronis luas)
 Uji Tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis
dan sering digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan
infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak
umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 1–2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–
12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa
cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih
sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
- Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif. Arti klinis :
tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
- Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan. Hal ini
bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium
atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
- Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif. Arti klinis :
sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksananaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
a) Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 – 3 bulan.
- Streptomisin inj 750 mg.
- Pas 10 mg.
- Ethambutol 1000 mg.
- Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya
adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat
dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
- INH.
- Rifampicin.
- Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.

b) Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan


dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
- Rifampicin.
- Isoniazid (INH).
- Ethambutol.
- Pyridoxin (B6).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan melakukan :
- Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
- Pemberian oksigen yang adekuat
- Latihan batuk efektif
- Fisioterapi dada
- Pemberian nutrisi yang adekuat
- Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin,
etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
- Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan
anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan
aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan
Yuliani, 2001) :
- Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
- Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi
bagi anak
- Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
- Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TB PARU ANAK

A. Pengkajian
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
2) Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
3) Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi
pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
6) Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
7) Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b.d suplai oksigen kurang
2) Nyeri akut b.d agen cidera biologis
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
4) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
5) Defisit pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
6) Resiko infeksi b.d penurunan imunitas
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan
Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
Gangguan pertukaran NOC : NIC
Airway manajement
b.d suplai oksigen  Respiratory status : gas
1. Buka jalan napas,
exchange
kurang gunakan teknik chin lips
 Respiratory status : ventilation atau jaw trust
 Vital sign status 2. Posisikan pasien
semifowler untuk
Setelah dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
keperawatan selama . . x 24 jam 3. Identifikasi pasien
diharapkan pertukaran gas klien perlunya pemasangan
adekuat. alat jalan napas buatan
4. Lakukan fisioerapi dada
Kriteria Hasil : bila perlu
 Mendemonstrasikan 5. Ajarkan pasien batuk
peningkatan ventilasi dan efektif
oksigenasi yang adekuat 6. Auskultasi suara napas
 Memelihara kebersihan paru – catat adanya suara
paru dan bebas dari tanda – tambahan
tanda distreess pernapasan 7. Berikan bronkodilator bila
 Mendemonstrasikan batuk perlu
efektif dan suara napas yang 8. Monitor respirasi dan
bersih, tidak sianosis, dan spO2
dispneu ( mampu
mengeluarkan sputum, mampu Respiratory Monitoring
bernapas, tidak ada pursed 1. Monitor rata – rata
lips) kedalaman, irama dan
 Tanda – tanda vital dalam usaha respirasi
rentang normal 2. Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
supraclavicular dan
intercosta
3. Monitor suara napas
4. Monitor pola napas ;
bradipnea, takipnea,
kussmaul, hiperventilasi
5. Monitor kelalahan otot
diagframa (gerakan
paradoksis)
6. Auskultasi suara napas,
catat area penurunan
atau tidak ventilasi dan
suara tambahan
7. Auskultasi suara napas
setelah tindakan untuk
mengetahui hasil
Nyeri akut b.d agen NOC : NIC :
 Pain level 1. Lakukan pengkajian nyeri
cidera biologis
 Pain control secara komprehensif
 Comfort level termasuk lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama . . x 24 jam faktor presipitasi
diharapkan klien tidak mengalami 2. Observasi reaksi
nyeri/nyeri berkurang. nonverbal dari
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : 3. Anjurkan klien untuk
 Mampu mengontrol nyeri meningkatkan istirahat
(mengetahui penyebab nyeri, 4. Ajarkan klien manajemen
mampu menggunakkan teknik
relaksasi napas dalam untuk nyeri nonfarmakologi
mengurangi nyeri, mencari dengan relaksasi napas
bantuan) dalam
 Melaporkan bahwa nyeri 5. Kolaborasi dalam
berkurang dengan pemberian analgesik
menggunakan manajemen 6. Monitor vital sign
nyeri sebelum dan sesudah
 Mampu mengenali nyeri
pemberian analgesik
(skala, intensitas, frekuensi,
dan tanda nyeri) pertama kali
 Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang
normal

Ketidakseimbangan NOC : NIC :


 Nutritional Status : Food and 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari
fluid intake makanan
kebutuhan tubuh b.d  Nutritional status : nutrien 2. Kolaborasi dengan ahli
intake gizi untuk menentukan
mual muntah
 Weight control jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
Setelah dilakukan tindakan 3. Anjurkan pasien untuk
keperawatan selama .... x 24 jam meningkatkan konsumsi
diharapkan kebutuhan nutrisi protein dan vitamin c
klien adekuat. 4. Anjurkan klien untuk diiet
tinggi serat agar tidak
Kriteria Hasil : konstipasi
 Adanya peningkatan berat 5. Monitor intake output
badan sesuai dengan tujuan 6. Anjurkan untuk makan
 Berat badan ideal sesuai sedikit namun sering
dengan tinggi badan 7. Monitor mual muntah
 Menunjukkan peningkatan 8. Berikan informasi
fungsi pengecapkan dan mengenai kebutuhan
menelan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
 Tidak ada tanda – tanda
malnutrisi
Intoleransi aktivitas b.d NOC NIC
kelemahan  Energy conervation Activity Therapy
 Activity tolerrance 1. Kolaborasikan dengan
 Self care: ADLs tenaga rehabilitasi medik
dalam merencanakan
Setelah dilakukan tindakan program terapi yang
keperawatan selama 3x24 jam tepat
diharapkan energi psikologis 2. Bantu pasien
maupun fisiologi pasien terpenuhi mengidentifikasikan
aktivitas yang mampu
dilakukan
Kriteria Hasil: 3. Bantu untuk
 Berpartisipasi dalam aktifitas mendapatkan alat
fisik tanpa disertai peningkatan bantuan aktivitas seperti
tekanan darah, nadi, RR kursi roda
 Mempu melakukan aktivitas 4. Bantu pasien dan
sehari-hari secara mandiri keluarga untuk
 Tanda tanda vital normal mengidentifikasi
 Energy psikomotor kekurangan dalam
 Level kelemahan aktivitas
 Mampu berpindah: dengan 5. Bantu pasien
atau tanpa bantuan mengembangkan
 Status kardiopulmonari motivasi dan peguatan
6. Monitor respon fisik,
adekuat
emosi, sosial, dan
 Sirkulasi status baik
spiritual
 Status respirasi: pertukaran
gas dan ventilasi adekuat

Definisit pengetahuan NOC : NIC :


 knowlagde : diseases 1. Berikan penilaian
b.d kurangnya paparan
process tentang tingkat
informasi  knowledge : health behavior pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan yang spesifik
keperawatan selama . . x 24 jam 2. Jelaskan mengenai
diharapkan klien dapat penyakit klien, dari
memahami mengenai patofisiologi, tanda
penyakitnya. gejala, dan
pengobatannya.
Kriteria Hasil : 3. Bantu klien untuk
 Pasien dan keluarga menemukan penyebab
menyatakan pemahaman penyakit dengan cara
tentang penyakit, kondisi, yang tepat
prognosis, dan program 4. Sediakan informasi pada
pengobatan klien tentang kondisi
 Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang 5. Sediakan bagi keluarga
tentang kemajuan klien
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu 6. Diskusikan mengenai
menjelaskan kembali apa yang terapi atau penanganan
dijelaskan perawat/tim yang efektif.
kesehatan lainnya

Resiko infeksi b.d NOC : NIC :


 Immune Status Infection Control (Kontrol
penurunan imunitas
 Risk control infeksi)
1. Bersihkan lingkungan
Setelah dilakukan tindakan
setelah dipakai pasien
keperawatan selama . . x 24 jam
diharapkan klien tidak mengalami lain
infeksi. 2. Pertahankan teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung bila
Kriteria Hasil : perlu
 Klien bebas dari tanda dan 4. Instruksikan pada
gejala infeksi
pengunjung untuk
 Menunjukkan kemampuan
mencuci tangan saat
untuk mencegah timbulnya
infeksi berkunjung dan setelah
 Jumlah leukosit dalam batas berkunjung
normal meninggalkan pasien
 Menunjukkan perilaku hidup 5. Gunakan sabun
sehat antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
7. Tingktkan intake nutrisi
8. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukan cairan
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika

Nastiti N Rahajoe, dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. 2005. Jakarta : UKK
Pulmonologi PP IDAI : 33-50

Noenoeng Rahajoe, dkk. Perkambangan dan Masalah Pulmonologi Anak Saat Ini. 1994.
Jakarta : Fakultas Kedokteran UI : 161-179

Mansjoer, Arif. Dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius

Muda, Ahmad A. K. 2012. Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi 2. Surabaya: Gitamedia


Press

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Suriadi dan Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Anak.
Edisi 1. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

World Health Organization. 2018. What is TB? How is Treated?. (Online,


(http://www.who.int/features/qa/08/en/)), diakses pada 01 Febuari 2019.

Anda mungkin juga menyukai