Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDHULUAN KEPERAWATAN ANAK

MORBILI

DISUSUN OLEH :

IRA PURNAMASARI

5022031060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2022


LAPORAN PENDAHULUAN
MORBILI

A. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium
konvalensensia. Morbili dapat disebut juga campak,”measles”,rubeola.
(IKA,2009) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal
dan stadium erupsi (Rampengan, 2007).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan
(Smeltzer,2008). Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu, stadium kataral, stadium erupsi dan
stadirum konvelensi. (Rusepno, 2007)
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas
komplemen. (Rampengan, 2011).
C. Epidemologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah
menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui
plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang
wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada
trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati
atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat
ditularkan dengan 3 cara, antara lain :
1. Percikan ludah yang mengandung virus
2. Kontak langsung dengan penderita
3. Penggunaan peralatan makan & minum bersama. Penderita dapat
menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit
dan selama ruam kulit ada. Kekebalan terhadap campak diperoleh
setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi
yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
1) Bayi berumur lebih dari 1 tahun
2) Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
3) Daya tahan tubuh yang lemah
4) Belum pernah terkena campak
5) Belum pernah mendapat vaksinasi campak.
6) Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua

D. Klasifikasi Morbili
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan
tanda gejala sebagai berikut:
a. Demam
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas
(hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI,
2006).

E. Manifestasi Klinis
Infeksi Morbili bisa berlangsung selama beberapa minggu, mulai 7-14 hari
saat seseorang terpapar virus. Namun, masa Inkubasi terjadi pada 7-18
hari. Gejala awal morbili muncul ketika 1-3 hari pertama sakit. Sementara
masa penularan penyakit campak terjadi saat 4 hari sebelum ruam hingga 4
hari setelah timbulnya ruam. Adapun gejala campak antara lain:
1. Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat C. Umumnya, demam
berlangsung 3 hari atau lebih.
2. Disertai salah satu atau lebih gejala, meliputi batuk, pilek, mata merah,
maupun mata berair.
3. Muncul bercak kemerahan (rash) yang dapat dimulai dari belakang
telinga.
4. Makulopapular atau ruam kulit yang tampak sebagai area kulit yang
tampak sedikit menonjol dengan warna yang berbeda dari kulit normal.
Biasanya ruam ini muncul selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran
4-7 hari menjalar keseluruh tubuh.
5. Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi
bagian dalam

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mencari antibodi dalam darah.
Antibodi dapat terbentuk saat tubuh terserang infeksi penyakit yang
bersumber dari antigen asing, seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit.
Saat masuk ke tubuh, sistem imun menyerang antigen dengan
memproduksi antibodi. Tujuannya untuk menempel pada antigen,
kemudian menonaktifkannya. Untuk mendeteksi antigen dan antibodi,
diperlukan pemeriksaan darah yang disebut pemeriksaan serologi.
Campak adalah salah satu penyakit yang dapat diperiksa melalui
pemeriksaan serologi. Pemeriksaan serologi campak yang ditujukan untuk
mendeteksi jumlah antibodi IgG terhadap campak dalam serum manusia.
Pemeriksaan campak IgM dilakukan dengan menggunakan teknologi
chemiluminescence immunoassay (CLIA) untuk penentuan jumlah
antibodi IgM spesifik terhadap virus campak dalam serum manusia.

G. Penatalaksanaan
masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman
dan dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan
gizi yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh
dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan,
penderita campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan
nasehat agar selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan
segera kontrol bila penyakit bertambah berat. Umumnya dilakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.

H. Komplikasi
1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang
dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten,
atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis
media
5. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah),
menderita komplikasi. (Rampengan, 2011)
J. Asuhan Keperawatan
1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam
terusmenerus berlangsung 2 – 4 hari.
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit. Adanya nafsu makan menurun,
lemah, lesu.

Riwayat keperawatan dahulu


Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi. Anamnesa riwayat penyakit
yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak
Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak.
c. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan
darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat
genetik atau familial.
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan
saat bernafas.
b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum
sebelum dan selama MRS . Kebiasaan : pola makan, frekuensi,
jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit.
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah saki.
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada
di RS.
e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien.
Perubahan setelah sakit.
f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C),
pireksia/demam (38°-40°C), hiperpireksia 40°C< ataupun
hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu
kenyamanan pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia
rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi
pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan
keluarganya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien.
m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan
sengaja meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk
mengetahui teknik yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga
mengenai cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran
perawat untuk memberikan HE kepada keluarga pasien mengenai
cara pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik Kulit :
a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular
( penonjolan pada kulit yang berwarna merah ). Timbul dari
belakang telinga pada batas rambut dan menyebar ke daerah pipi,
seluruh wajah, leher, lengan bagian atas dan dada bagian dalam 24
jam. 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen,
seluruh lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke
2-3, maka rash pada wajah mulai menghilang. Proses
menghilangnya rash berlangsung dari atas ke bawah dengan urutan
sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam waktu 4-5 hari
menjadi kehitam-hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan
(desquamasi).
b. Kepala
1) Mata
Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis
melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada
sepanjang tepi kelopak mata (Transverse Marginal Line
Injectio) pada palpebrae inferior, rasa panas di dalam mata &
mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat pada
kantong konjungtiva.
2) Hidung
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen
dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta
menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.
3) Mulut
Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak-bercak
kecil yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna
merah terang dan bagian tengahnya berwarma putih kelabu.
Berada pada mukosa pipi berhadapan dengan molar ke-2, tetapi
kadang-kadang menyebar tidak teratur mengenai seluruh
permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke-2 setelah
erupsi kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas
pada morbili.
4) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas
jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus
morbili).
5) Dada
a) Paru :
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan
bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi
pernafasan, retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas
tambahan. Batuk yang disebabkan oleh reaksi inflamasi
mukosa saluran nafas bersifat batuk kering. Intensitas batuk
meningkat mencapai puncak pada saat erupsi dan secara
menghilang bertahap dalam 5-10 hari.
b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
1) Abdomen :
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat
menurun.
2) Anus & genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak t.erpengaruh.
3) Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya. 5. Pemeriksaan penunjang
Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan.

A. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan Rasa Nyaman
4. Defisit nutrisi.
5. Risiko infeksi.
6. Nyeri
7. Gangguan integritas kulit
Diagnosis
Luaran (Outcome) Intervensi
No Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Hipertermia bd dengan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
proses penyakit keperawatan selama 2x24 jam, maka Observasi:
diharapkan termoregulasi membaik  Identifikasi penyebab hipertermia
dengan kriteria hasil:  Monitor suhu tubuh
 Kulit merah menurun  Monitor kadar elektrolit
 Konsumsi oksigen menurun  Monitor haluaran urine
 Vasokontriksi perifier menurun  Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Hipoksia menurun Terapeutik:
 Suhu tubuh membaik  Longgarkan/lepaskan pakaian
 Suhu kulit membaik  Berikan cairan oral
 Pengisian kapiler membaik  Ganti linen setiap hari/lebih sering jika
 Ventilasi membaik mengalami hiperhidrosis
 Lakukan pendinginan ekstrenal
 Anjurkan tirah baring
 Berikan oksigen, jika perlu
 Hindari pemberian antipiretik/aspirin
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian cairan & elektrolit
intravena, jika perlu.

2 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi Observasi


. tidak efektif keperawatan selama 1x24 jam, maka  Identifikasi kemampuan batuk pasien
berhubungan dengan diharapkan Bersihan jalan napas  Monitor tanda gejala infeksi saluran napas
proses infeksi meningkat dengan kriteria hasil: Terapeutik
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


diagnose medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinik
DPP PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Persartuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Kperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI, T. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;2010
Doenges, E. Marilynn. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dkk.2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
PenyakitEdisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.
Markum.AH. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai