Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
KEPERAWATAN ANAK

WIYAH
5022031124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2022-2023
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

1. Pengertian
Menurut prawirohardjo dalam buku mencegah kematian neonatal dengan
p4k tahun ( 2018 ) mengatakan bahwa BBLR adalah bayi baru lahir yang
berat badanya 2500 gram atau kurang. Menurut WHO BBLR adalah bayi
yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram atau sampai dengan 2.499 gram
(Rohmatin, Widayati, & Narsih , 2018).

2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Manifestasi Klinis
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering diumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus dan lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupu
kehamilannya sudah agak lanjut.
4) Pertabahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi
BBLR :
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7) Kepala lebih besar dari badan
8) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
10) Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan
aktif pada lengan dan sikunya
11) Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
12) Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
13) Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak
efektif dan tangisnya lemah.
14) Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

4. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dn mortlitas bayi berat lahir rendah masih
menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun waktu sedang hamil, lebih serng menghasilkan bayi BBLR.
Faktor – faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat,
komplikasi kehamilan, kurang gizi keadaan stres paa hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa
ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transport zat – zat
gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik
oleh karena itu ia kan sulit utuk hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek
usia kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat – alat dalam
tubuhnya, denga akubat mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggii
angka kematiannya. Berkaitan kurang sempurnanya alat – alat dalam
tubuhnya baik anatomi maupun fisiologi maka mudah tinmbul maslah
misalnya :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya jarigan lemak dibawah kulit permukaan tubuh yang relatif
lebih luas dibandingkan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi
panas yang berkurang.
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit pada BBLR,
hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru belum
sempurna, otot pernafasan yang masih lemah.
c. Gangguan alat pencernaan dan problrm nutrisi, distensi abdomen
akibat dari mortilitas usus kurang, volumme lambung kurang, ehingga
waktu pengosongan lambung bertambah.
d. Ginjal yang immatur baik secara anatoms maupus fisiologi, produksi
urine berkurang.
e. Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya produksi kadar igG. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya faositas serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.
f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi
prematur sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernafasan
akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperapnea, dan
dimana keadan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan
keadaan ini disebabkan oleh karena idak adanya otoregulasi serebral
pada bayi prematr sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh
kapiler yang rapuh.
Pathway

5. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti
bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3
jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-
lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut
untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas.
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
7. PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Identitas bayi : nama, jenis kelamin, berat badan tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar dada.
2) Identitas orangtua : nama. Usia, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Berat badan <2500 gr, timggi badan <45 cm, lingkar dada <30 cm,
lingkar kepala <33 cm, hipotermia
c. Riwayat kesehatan sekarang
1) Masalah berkaitan dengan ibu (Pantiawati,2010)
Penyakit yang berkaitan dengan ibu seperti hipertensi, toksemia,
plasenta previa, absorpsio lasenta, inkompeten servikal, kehamilan
kembar, malnutrisi, dan diabetes melitus, status sosial ekonomi
yang rendah dan tidak adanya perawatan sebelum kelahiran/
prenatal care, infeksi seperti TORCH
2) Bayi pada saat kelahiran (Pantiawati,2010)
Usia kehamilan biasanya antara 24 – 37 minggu, rendahnya berat
badan pada saat kelahiran, berat badan biasanya kurang dari 2500
gram, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala
relatife lebih besar dibandingkan badan, apgar pada 1 sampai 5 menit,
0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan
sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami abortus sebelumnya, Ibu memliki riwayat kelahiran
prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
g. Pemerikasaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik persistem

a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung


rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).

b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,


penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.

c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut


bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
mengisap yang lemah.

d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,


urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm,
respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak.

f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu


lingkungan.

g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,


lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.

h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari


2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46
cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit
1 dan ke 5, kulit keriput. (Pantiawati, 2010).

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat


pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengeabsorbsi nutrient
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.

9. RENCANA KEPERAWATAN

Data Subjektif/ Etiologi Masalah Keperawatan


Data Objektif
DS : Faktor ibu/ faktor janin/ factor Pola napas tidak efektif
 kehamilan

DO : Dinding otot rahim lemah


 Dipsnea
 Penggunaan
Rahim terbuka sebelum
alat bantu
waktunya
pernapasan
 Fase ekspirasi
memanjang Prematur

 Pola napas
abnormal (mis. BBLR
Takipnea, Imaturitas organ paru Paru
tidak optimal
bradipnea,
hiperventilasi,
dsb) pembentukan cairan surfaktan
 Pernapasan
cuping hidung Defesiensi cairan surfaktan

Tekanan untuk membentuk


alveolus besar

Kelelahan otot pernapasan

Pola napas tidak efektif


DS : Faktor Ibu/Janin/Lingkungan Defisit nutrisi

BBLR
DO :
 Berat badan
Refleks menelan dan
menurun
menghisap kurang baik
minimal 10%
dibawah
rentang ideal Intake nutrisi tidak adekuat

 Otot penguyah
lemah Asupan gizi kurang
 Otot menelan
lemah
Sel – sel kekurangan nutrisi
 Membran
mukosa pucat
Kekurangan sel

Penurunan BB / Kematian

Defisit nutrisi

DS : Persalinan premature Hipotermi


DO :
 Kulit teraba BBLR
dingin
 Menggigil
Paparan lingkungan
 Suhu tubuh
ekstrauterine
dibawah nilai
normal
 Hipoksia Perbedaan suhu ekstra dan
intrauterine

Fluktuasi temperature tubuh


Hipotermia

Ds : Persalinan premature Ikterik neonatus


Do :
 Neonatus BBLR
 Bayi prematur

Fungsi organ belum baik


(hati)

Konjugasi bilirubin belum


sempurna

Hiperbilirubin

Ikterik neonatus
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosis Luaran (Outcome) Intervensi Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI) Perawat
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
efektif b,d imaturitas intervensi keperawatan Observasi Observasi
neurologis dibuktikan selama 2 x 24 jam  Monitor pola napas  Memonitor pola
dengan : diharapkan Pola napas
(Frekuensi, kedalaman, napas (Frekuensi,
membak, dengan kriteria
DS : usaha napas) kedalaman, usaha
hasil :
  Monitor bunyi napas napas)
 Dispnea menurun  Monitor sputum
DO :  Memonitor bunyi
 Penggunaan otot (jumlah, warna, aroma)
 Dipsnea napas
bantu Terapeutik
 Penggunaan
pernapasan  Pertahankan kepatenan  Memonitor sputum
otot bantu
menurun jalan napas (jumalh, warna,
pernapasan
 Pemanjangan  Posisikan semi fowler aroma)
 Fase ekspirasi ekspirasi atau fowler
Terapeutik
memanjang menurun  Lakukan penghisapan
 Mempertahankan
 Pernafasan cuping lender kurang dari 15
 Pola napas kepatenan jalan
hidng menurun detik
abnormal (mis. napas
 Frekuensi napas  Lakukan
Takipnea,
membaik
bradipnea, hiperoksigenasi  Memposisikan semi
hiperventilasi, sebelum penghisapan fowler atau fowler
dsb) endotakreal
 Melakukan
 Keluarkan sumbatan
 Pernapasan penghisapan lender
benda padat
cuping hidung kurang dari 15 detik
menggunakan forsep
McGill  Melakukan
 Berikan Oksigen, jika hiperoksigenasi
perlu sebelum
Terapeutik penghisapan
 Anjurkan asupan endotakreal
cairan 2000 ml/hati,
 Mengeluarkan
jika tidak terjadi
sumbatan benda
kontraindikasi
padat
Kolaborasi
menggunakan
 Kolaborasi pemberian
forsep McGill
bronkodilator,
mukolitik, jika perlu  Memberikan
Oksigen, jika
perlu

Terapeutik
 Menganjurkan
asupan cairan 2000
ml/hati, jika tidak
terjadi
kontraindikasi

Kolaborasi
 Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator,
mukolitik, jika perlu

2. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Observasi


ketidakmampuan intervensi keperawatan  Mengidentifikasi
menelan makanan selama 2 x 24 jam Observasi status nutrisi
dibuktikan dengan : diharapkan status  Identifikasi status
 Mengidentifikasi
DS : nutrisi membaik, nutrisi
perlunya
DO : dengan kriteria hasil :
 Identifikasi perlunya penggunaan
 Berat badan  Berat Badan
penggunaan nasogastritik
menurun meningkat
nasogastritik
minimal 10%  Memonitor asupan
 Prematuritas
dibawah  Monitor asupan makanan
menurun
rentang ideal makanan
 Memonitor berat
 Kesulitan
 Otot penguyah makan menurun  Monitor berat badan badan
lemah
 Poses tumbuh  Monitor hasil  Memonitor hasil
 Otot menelan kembang pemeriksaan pemeriksaan
lemah membaik laboratorium laboratorium

 Membran
mukosa pucat Terapeutik Terapeutik
 Hentikan pemberian  Menghentikan
makan melalui selang pemberian makan
nasogastritik jika melalui selang
asupan oral dapat nasogastritik jika
ditoleransi asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, Edukasi
jika mampu  Menganjurkan
posisi duduk, jika
 Anjurkan diet yang
mampu
diprogramkan
 Menganjurkan diet
Kolaborasi
yang diprogramkan
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum Kolaborasi
 Kolaborasikan
makan pemberian medikasi
sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan  Kolaborasikan
jumlah kalori dan jenis dengan ahli gizi
nutrien untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient

3 Hipotermia b.d Setelah dilakukan Manajemen hipotermia Observasi


Kekurangan lemak intervensi keperawatan  Memonitor suhu
subkutan dibuktikan selama 2 x 24 Observasi tubuh
dengan : diharapkan  Monitor suhu tubuh
 Meonitor tanda
DS : Termoregulasi
 Monitor tanda dan dan gejala akibat
 neonatus membaik
gejala akibat hipotermia
DO : dengan kriteria hasil :
hipotermia
 Kulit teraba  Menggigil Terapeutik
dingin menurun Terapeutik  Menyediakan
 Sediakan lingkungan lingkungan
 Menggigil  Suhu tubuh
yang hangat yang hangat
membaik
 Suhu tubuh
 Ganti pakaian atau  Mengganti pakaian
dibawah nilai  Suhu kulit linen yang basah atau linen yang
normal membaik basah
 Lakukan penghangatan
 Hipoksia pasif  Melakukan
penghangatan pasif
 Lakukan penghangatan
aktif  Melakukan
penghangatan aktif
 Lakukan penghangatan
aktif internal  Melakukan
penghangatan aktif
Edukasi
internal
 Anjurkan makan /
minum hangat Edukasi
 Menganjurkan
makan / minum
hangat

4 Ikterus neonatus b.d Setelah dilakukan Perawatan neonatus Perawatan neonatus


neonatus d.d intervensi keperawatan Observasi Observasi
Ds : selama 2 x 24  Identifikasi kondisi  Mengidentifikasi
Do : diharapkan berat badan awal bayi setelah lahir kondisi awal
 Neonatus neonatus membaik  Monitor tanda – randa bayi setelah lahir
 Bayi prematur dengan kriteria hasil : vital  Memonitori tanda –
 Berat badan Terapeutik randa vital
membaik  Lakukan inisiasi Terapeutik
 Tebal lipatan menyusui dini  Melakukan inisiasi
kulit membaik  Mandikan dengan air menyusui dini
indeks masaa hangat  Memandikan dengan
tubuh membaik  Beriakan vitamin K 1 air hangat
mg intramusvular  Memberiakan
untuk mencegah vitamin K 1 mg
perdarahan intramusvular untuk
 Oleskan baby oil untuk mencegah
mempertahankan perdarahan
kelembaban kulit  Mrngoleskan baby
tubuh oil untuk
 Gunakan pakaian dari mempertahankan
bahan katun kelembaban kulit
 Selimut untuk tubuh
mempertahankan  Menyelimuti untuk
kehangatan dan mempertahankan
mencegah hipotermi kehangatan dan
 Ganti popok segera mencegah
hipotermi
jika basah  Mengganti popok
Edukasi segera jika basah
 Anjurkan ibu Edukasi
menyusui bayi setiap 2  Menganjurkan ibu
jam menyusui bayi
 Anjurkan setiap 2 jam
menyendawakan bayi  Menganjurkan
setelah disusui menyendawakan
 Anjurkan ibu bayi setelah disusui
mencuci tangan  Menganjurkan ibu
sebelum menyentuh mencuci tangan
bayi sebelum menyentuh
bayi
DAFTAR PUSTAKA

Rohmatin, H., Widayati, A., & Narsih , U. (2018). Mencegah Kematian Neonatal
Dengan P4K . Probolinggo.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawan Indonesia . jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai