Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktik klinik keperawatan anak

Dosen Pengampu : Asep Setiawan, M. Kep.

Disusun Oleh:

Randi Pabyana

J2214901042

PRODI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).
Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi


a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala pada bayi yang mengalami BBLR yaitu :
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tipis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan
sering mendapat apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan
belum sempurna.
E. Pathway BBLR
F. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan
sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau
BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada atau pun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utamaMenangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarangLahir spontan, SC umur kehamilan antara 24
sampai 37 minnggu ,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar
pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6
kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahuluIbu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan
ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluargaAdanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan
seperti DM,TB Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3
detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan
rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR
pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput. (Pantiawati, 2010)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif SLKI : Pola Napas SIKI : Pemantauan Respirasi
Penyebab :  Ventilasi semenit  Monitor frekuensi, irama, kedalaman
 Depresi pusat pernapasan  Kapasitas vital dan upaya napas
 Hambatan upaya napas  Diameter thorak anterior  Monitor pola napas
 Deformitas dinding dada posterior  Monitor kemempuan batuk efektif
 Deformitas tulang dada  Tekanan ekspirasi  Monitor produksi sputum
 Gangguan neuromuscular  Tekanan inspirasi  Monitor sumbatan jalan napas
 Gangguan neurologis  Tidak Dyspnea  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Imaturitas neurologis  Penggunaan otot bantu napas  Auskultasi bunyi napas
 Penurunan energy  Pemanjangan fase ekspirasi  Monitor saturasi oksigen
 Obesitas  Tidak Ortopnea  Monitor nilai AGD
 Posisi tubuh menghambat  Pernapasan pursed lip  Monitor foto thorax
ekspansi paru  Pernapasan cuping hidung  Atur interval pemantauan respirasi
 Sindrom hipoventilasi  Frekuensi napas normal sesuai kondisi pasien
 Kerusakan inervasi diafragma  Kedalaman napas normal  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Cedera pada medulla spinalis  Ekskursi dada  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Efek agen farmakologi pemantauan
 Kecemasan  Informasikan hasil pemantauan

Gejala mayor
Subjektif : dyspnea
Objektif
 Penggunaan otot bantu
pernapasan
 Fase ekspirasi memanjang
 Pola napas abnormal
Gejala minor
Subjektif : ortopnea
Objektif
 Pernapasan pursed lip
 Pernapasan cuping hidung
 Diameter thorak anterior
posterior meningkat
 Ventilasi semenit menurun
 Kapasitas vital menurun
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dad berubah
2. Hipotermi SLKI : Termoregulasi Neonatus SIKI : Manajemen Hipotermia
Penyebab  Akroslanosis  Monitor suhu tubuh
 Kerusakan hipotalamus  Piloereksi  Identifikasi penyebab hipotermia
 Konsumsi alcohol  Konsumsi oksigen normal  Monitor tanda dan gejala akibat
 Berat badan ekstrem  Kutis memorata hipotermia
 Kekurangan lemak subkutan  Dasar kuku tidak sianotik  Sediakan lingkungan yang hangat
 Terpapar suhu lingkungan  Suhu tubuh normal  Ganti pakaian yang basah
rendah  Suhu kulit normal  Lakukan penghangatan pasif
 Malnutrisi  Frekuensi nadi normal  Lakukan penghangatan aktif
 Pemakaian pakaian tipis  Kadar glukosa darah normal eksternal
 Penurunan laju metabolism  CRT < 3 detik  Lakukan penghangatan aktif internal
 Tidak beraktifitas  Ventilasi normal  Anjurkan makan minum hangat
 Transfer panas
 Trauma
 Proses penuaan
 Efek agen farmakologi
 Kurang terpapar informasi
tentang pencegahan hipotermia

Gejala mayor
 Kulit teraba dingin
 Menggigil
 Suhu tubuh dibawah normal

Gejala minor
 Akrosianosis
 Bradikardi
 Dasar kuku sianotik
 Hipoglikemia
 Hipoksia
 CRT > 3 detik
 Konsumsi oksigen meningkat
 Ventilasi menurun
 Piloereksi
 Takikardi
 Vasokontriksi perifer
 Kutis memorata
3. Defisit nutrisi SLKI SIKI
Penyebab : Status Nutrisi : Pemberian makanan parenteral
 Ketidakmampuan menelan  Kekuatan otot menelan  Identifikasi terapi yang diberikan
makanan meningkat sesuai untuk usia, kondisi, dosis,
 Ketidakmampuan mencerna  Berat badan Indeks Massa kecepatan, dan rute
makanan Tubuh (IMT) membaik  Monitor tanda inflamasi, flebitis, dan
 Ketidakmampuan  Tebal lipatan kulit trisep thrombosis
mengabsorbsi nutrien membaik  Monitor nilai laboratorium (mis.
 Peningkatan kebutuhan BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit,
metabolisme faat, hepar)
 Faktor ekonomi (mis.  Monitor berat badan
Finansial tidak mencukupi)  Monitor produksi urine
 Faktor psikologis (mis. Stres,  Monitor jumlah cairan yang masuk
keenggann untuk makan) dan keluar
 Berikan label pada wadah makanan
Gejala dan tanda mayor : parenteral dengan tanggal, waktu dan
Subjektif : - inisial perawat
Objektif :  Pastikan alarm infus dihidupkan dan
 Berat badan menurun berfungsi, jika tersedia
minimal 10% Dibawah  Hindari pengambilan sampel darah
rentang ideal dan pemberian obat pada selang nutrisi
parenteral

Gejala dan tanda minor : Pemberian makanan enteral


Subjektif :  Gunakan teknik bersih dalam
 Cepat kenyang setelah makan pemberian makanan via selang
 Kram/nyeri abdomen  Berikan tanda pada selang untuk
 Nafsu makan menurun mempertahankan lokasi yang tepat
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-45
Objektif : derajat selama pemberian makan
 Bising usus hiperaktif  Ukur residu sebelum pemberian
 Otot pengunyah lemah makan
 Otot menelan lemah  Peluk dan bicara dengan bayi selama

 Membran mukosa pucat diberikan makanan untuk menstimulasi


 Sariawan aktivitas makan
 Serum albumin turun  Irigasi selang dengan 30 ml air setiap
 Rambut rontok berlebihan 4-6 am selama pemberian makan dan

 Diare setelah pemberian makan intermiten


 Hindari pemberian makanan lewat

Kondisi Klinis Terkait : selang 1 jam sebelum prosedur atau

 Stroke pemindahan pasien

 Parkinson  Hindari pemberian makanan jika


residu lebih dari 150cc atau lebih dari
 Mobius syndrome
110%-120% dari jumlah makanan tiap
 Cerebral palsy
jam
 Cleft lift
 Cleft palate
 Amvotropic lateral sclerosis
Pemantauan nutrisi :
 Timbang berat badan
Referensi :
 Ukur antroprometrik komposisi
 Luka bakar
tubuh (mis. Indeks massa tubuh,
 Kanker
pengukuran pinggang, dan ukuran
 Infeksi
lipatan kulit)
 AIDS  Hitung perubahan berat badan
 Penyakit Crohn’s  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Enterokolitis
Fibrosis kistik Konseling laktasi
 Identifikasi keadaan emosional ibu
saat akan dilakukan konseling
menyusui
 Identifikasi keinginan dan tujuan
menyusui
 Identifikasi permasalahan yang ibu
alami selama proses menyusui
 Gunakan teknik mendengarkan aktif
(mis. Duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahan ibu)
Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai
kebutuhan ibu
4. Risiko Infeksi SLKI: SIKI:
Faktor Risiko: Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
□ Penyakit Kronis (mis. Kriteria Hasil: □ Monitor tanda dan gejala infeksi
Diabetes mellitus) □ Tidak ada demam (36.5- local dan sistemik
□ Efek prosedur invasif 37oC) □ Batasi jumlah pengunjung
□ Malnutrisi □ Tidak ada kemerahan □ Berikan perawatan kulit pada area
□ Peningkatan paparan □ Tidak ada nyeri edema
organisme pathogen lingkungan □ Vesikel normal □ Cuci tangan sebelum dan sesudah
□ Ketidakadekuatan pertahanan □ Tidak ada letargi kontak dengan pasien dan lingkungan
tubuh primer: □ Tidak ada cairan berbau pasien
□ Gangguan peristaltic busuk □ Pertahanakan teknik aseptic pada
□ Kerusakan integritas □ Tidak ada sputum pasien berisiko tinggi
kulit berwarna hijau □ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
□ Perubahan sekresi pH □ Tidak ada piuria □ Ajarkan cara mencuci tangan dengan
□ Penurunan kerja siliaris □ Tidak mengalami benar
□ Ketuban pecah lama malaise □ Ajarkan etika batuk
□ Ketuban pecah □ Tidak menggigil □ Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
sebelumnya □ Tidak ada letargi atau luka operasi
□ Merokok □ Tidak mengalami □ Anjurkan meningkatkan asupan
□ Statis cairan tubuh gangguan kognitif nutrisi
□ Ketidakadekuatan pertahanan □ Kadar sel darah putih □ Anjurkan meningkatkan asupan
tubuh sekunder normal (9000-30000 sel/mm) cairan
□ Penurunan hemoglobin Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
□ Imununosupresi
□ Leukopenia
□ Supresi respon
inflamasi
□ Vaksinasi tidak
adekuat

Anda mungkin juga menyukai