Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR

DERLINNA BANTOYOT
NIM: PO7120422087

Preceptor Institusi Preceptor Klinik

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2023

KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2016).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2018).
B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah
gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap
peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih
tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi
preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2016), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni


b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2015) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya
lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Proverawati (2018), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi


BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif
dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
5 E. PATHWAYS

(Proverawati, 2018)
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2018), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan
metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru
dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/
kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat
menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2018) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
2. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-
10 normal
5. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
6. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
7. ADL
a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
8. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi
dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar
dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas,
lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada
punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan
pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5,
kulitkeriput.
(Pantiawati, 2018)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2018), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR adalah:
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakefektifan ventilasi-perfusi

4. Resiko hipotermi

5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan, mencerna makanan


B. Perencanaan

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
hambatan upaya napas diharapkan pola napas kembali efektif  Monitor pola napas (frekuensi,
dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
- Frekuensi napas dalam batas normal  Monitor bunyi napas tambahan
(30-60 x per menit) (mis. Gurgling, mengi, weezing,
- Tidak ada suara napas tambahan ronkhi kering)
- Tidak ada retraksi dinding dada  Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga trauma
cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perul

2. Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
diharpkkan bersihan jalan napas dengan a. Identifikasi kemampuan
kriteria hasil : batuk
- Tidak ada sputum b. Monitor adanya retensi
- Tidak ada suara napas tambahan sputum
(ronchi, wheezing, mengi) c. Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
d. Monitor input dan output
cairan ( mis. jumlah dan
karakteristik)
2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-Fowler
atau Fowler
b. Pasang perlak dan bengkok
di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat
sputum
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
diharapkan pertukaran gas kembali a. Monitor frekuensi, irama,
membaik dengan kriteria hasil : kedalaman, dan upaya
- Hasil AGD dalam rentang normal napas
- Tidak ada sianosis b. Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk
efektif
d. Monitor adanya produksi
sputum
e. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
diharapkan nutrisi kembali membaik  Identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan intoleransi
- Nafsu makan membaik makanan
- Tidak ada mual dan muntah  Identifikasi makanan yang
disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
5. Resiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
diharapkan resiko hipotermia i berkurang  Monitor suhu bayi sampai stabil (
dengan kriteria hasil : 36.5 C -37.5 C)
- Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor suhu tubuh anak tiap 2
- Tidak ada sianosis jam, jika perlu
- Turgor kulit kembali elastis  Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat  tanda dan
gejala hipotermia dan
hipertermia
2. Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir,
untuk mencegah kehilangan
panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam
plastic segera setelah lahir ( mis.
bahan polyethylene, poly
urethane)
 Gunakan topi bayi untuk
memcegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban
incubator 50 % atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
Karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bhan-
bahan yang akan kontak dengan
bayi (mis. seelimut,kain
bedongan,stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area
aliran pendingin ruangan atau
kipas angin
 Gunakan matras penghangat,
selimut hangat dan penghangat
ruangan, untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
 Gunakan kasur pendingin, water
circulating blanket, ice pack atau
jellpad dan intravascular cooling
catherization untuk menurunkan
suhu
 Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
3. Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
 Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
 Demonstrasikan teknik
perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2016. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2016.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2018. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2018). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2018. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2015. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai