Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:

DEVI ANGGRAENIE MAMBAT S.KEP

113063J119007

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang
dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu
kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2016).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup
bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2015).

II. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu:
a. Faktor ibu
1. Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi
janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion,
plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain :
tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat
beracun.

III. Tanda dan Gejala


a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2. Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4. Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
c. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
d. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
e. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
f. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
g. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
h. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
i. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
j. Rambut lanugo masih banyak
k. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
l. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
m. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
n. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia
mayora.

IV. Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,
koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR
kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
(Proverawati, 2015)

V. Pathway
VI. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas
atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein
3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih
cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam
bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.

VII. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang
menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada
bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau
maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan,
umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan kurang
atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi
terganggu
2. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama
jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,
refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau
sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari
33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering,
halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari
46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus,
lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,
nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
II. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.

III. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan: pola napas menjadi efektif
Kriteria hasil:
1. RR 30-60 x/mnt
2. Sianosis (-)
3. Sesak (-)
4. Ronchi (-)
5. Whezing (-)
Intervensi:
1. Observasi pola Nafas.
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis.
4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
6. Beri O2 sesuai program dokter
7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
Kriteria hasil:
1. Suhu 36-37C.
2. Kulit hangat.
3. Sianosis (-)
4. Ekstremitas hangat
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Tempatkan bayi pada incubator.
3. Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai
kebutuhan.
4. Monitor tanda-tanda Hipertermi.
5. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil:
1. Reflek hisap dan menelan baik
2. Muntah (-)
3. Kembung (-)
4. BAB lancar
5. Berat badan meningkat 15 gr/hr
6. Turgor elastis
Intervensi:
1. Observasi intake dan output.
2. Observasi reflek hisap dan menelan.
3. Beri minum sesuai program
4. Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
5. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
6. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
7. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
8. Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1. Suhu 36-37C
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Leukosit 5.000-10.000
Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda infeksi.
2. Isolasi bayi dengan bayi lain.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
4. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
7. Berikan antibiotic sesuai program.

Daftar Pustaka
Jumiarni.2016. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2016.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2015). Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2015. Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2016. Perawatan Bayi Resiko
Tinggi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai