Di susun Oleh :
2
C. Perubahan Fisiologis BBL Normal
Menurut Pusdiknakes (2008) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1. Perubahan Sistem Pernapasan / Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.Paru-
paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus
proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolusnya akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-
paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
a. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
c. Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
3
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah.
Perubahan pada saat lahir :
a. Penghentian pasokan darah dari plasenta
b. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
c. Penutupan foramen ovale
d. Fibrosis
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu
ke lingkungan luar yang suhunya lebih rendah. Suhu dingin ini menyebabkan
air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%.Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada BBL.
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap
4
bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2
jam).Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melalui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir
dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-
jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai
dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko.
Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan
risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum
lahir).Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-
kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak
makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka
panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
6
E. Pathways
Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat Adaptasi psikologis ibu
jalan lahir suhu intra uterin yang stabil
(35-37o C) Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan Suhu ruangan Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka
Koordinasi reflek menelan Penghilangan suhu tubuh Sekresi oksitosin
Menghisap belum sempurna (konveksi, radiasi, evaporasi) terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion Perubahan drastis suhu tubuh Pressure the ejection
Pada jalan napas of breast feeding
7
2. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lain, kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan vernik. Ganti handuk basah denga handuk/kain
kering. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu
3. Periksa kembali uterus ibu untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada bagian 2 cm distal dari klem pertama
5. Potong dan ikat tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukan kedalam wadah yang telah disediakan
6. Letakan bayi agar kontak kulit dengan ibu
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada / perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
7. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
8. Beri cukup waktu untuk melalukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling
sedikit 1 jam)
9. Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi
10. Berikan salep mata/tetes mata antibiotik profilaksi
11. Beri vitamin K 1 mg / neo K 0,5 mg dipaha kiri anterolateral setalah kontak
kulit ibu dan bayi
12. Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin K1/
Neo K0 di paha kanan anterolateral
9
Masukkan satu jari yang menggunakan Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
sarung tangan ke dalam mulut, raba mengisap kuat jari pemeriksa
langit-langit
Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat,
atau kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
belakang dan benjolan pada tulang belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes equino
varus da vagus)
Lihat lubang anus
Hindari memasukkan alat atau jari Terlihat lubang anus dan periksa apakah
dalam memeriksa anus mekonium sudah keluar
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
BAB setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar Bayi perempuan kadang terlihat cairan
Tanyakan kepada ibu apakah bayi sudah vagina berwarna putih atau kemerahan
BAK Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
ujung penis. Teraba testis di skrotum
Pastikan bayi sudah BAK dalam 24 jam
setelah lahir
Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin,
missal.hipospadia, rudimenter, kelamin
ganda
Timbang bayi Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan Dalam minggu pertama, BB mungkin
selimut, hasil peimbangan dikurangi turun dahulu (tidak melebihi 10% dalam
berat selimut waktu 3-7 hari) baru kemudian naik
kembali
Mengukur panjang dan lingkar kepala Panjang lahir normal 48-52 cm
bayi Lingkar kepala normal 33-37 cm
10
APGAR 0 1 2
Biru/pucat Badan merah, Seluruh tuubuh
Appearance/ warna kulit
seluruh tubuh ekstremitas biru merah
Pulse/denyut jantung Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
Gerakan
Grimace/reflek iritability Tidak ada respon Gerakan sedikit
kuat/melawan
Fleksi pada
Activity/tonus otot Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
Menangis
Respiration Tidak ada Menangis kuat
lemah/merintih
Interpretasi skor:
0–3 : asfiksia berat
4–6 : asfiksia sedang
7 – 10 : asfiksia ringan
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBL Normal antara lain :
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap tidak adekuat.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat), tali pusat masih basah.
J. Intervensi Keperawatan
11
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1 Risiko tinggi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Pantau intake dan out put
perubahan nutrisi tindakan keperawatan selama cairan
kurang dari kebutuhan 2x24 jam perubahan nutrisi 2. Kaji payudara ibu tentang
tubuh berhubungan tidak terjadi. kondisi putting
dengan refleks hisap Kriteria hasil : 3. Lakukan breast care pada
tidak adekuat. Penurunan BB tidak lebih ibu secara teratur
dari 10% BB lahir. 4. Lakukan pemberian makan
Intake dan output oral awal dengan 5-15 ml
makanan seimbang. air steril kemudian dextrosa
Tidak ada tanda-tanda dan PASI
hipoglikemi. 5. Intruksikan ibu cara dan
posisi menyusui yang tepat
secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar
mengkonsumsi susu ibu
menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi,
dan frekuensi berkemih
Anam, 2015. Laporan Pendahuluan Bayi Baru Lahir (BBL) Normal. Dokmen Tidak
Dipublikasikan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
13