Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS

DI SUSUN OLEH

SUWANTO
PB.1905056

PROGRAM STUDI ILMUKEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
MASA NIFAS

A. PENGERTIAN
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan
ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas,
seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi
merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat
tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.
Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang
dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari
ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin
meningkat (Sulistyawati, 2009).

B. PERIODE NIFAS
Menurut Mitayani (2009), Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Peurperium Dini (Early postpartum) yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan pada 24 jam pertama postpartum
2. Peurperium Intermedial (Immediate postpartum) yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium (Late Postpartum) adalah masa pada minggu kedua sampai
dengan minggu keenam postpartum dimana waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi (bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun)

4. J

5.

C. PERUBAHAN PADA MASA NIFAS


1. Perubahan Fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena 
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan
susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi: 


1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi   dan 
retraksi otot-ototnya.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan


Diameter Bekas
Involusi TFU Berat Uterus Keadaan Cervix
Melekat Plasenta
Setelah plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek
lahir
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2
symphisis jari
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
Dapat dimasuki 1
6 minggu Sebesar hamil 2 50 gr 2,5 cm jari
minggu
8 minggu Normal 30 gr

2) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak
maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan
karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang 
sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal.
Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
b. After pains/ Rasa sakit
Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan warnanya yaitu
lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga.
1) Lochea rubra (cruenta)           
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,
lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
4) Lochea alba                            
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang  menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130).
e. Sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk mengakomodasi  
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan 
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu  mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.

f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.
g. Sistem hormonal
1) Oksitosin
Oksitosin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oksitosin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oksitosin beraksi untuk kestabilan kontraksi
uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oksitosin diamna keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen,  progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan
ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula 
hipofise  anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi
susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran
FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun
pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air
susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi
akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
h. Tanda – tanda vital
1) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat
naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8
derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan
kembali normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada
klien.
2) Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi
Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada
pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya
denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit
meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
3) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).

2. Perubahan Psikologis
Menurut Suherni, dkk (2009), perubahan fisiologis pada ibu nifas adalah
sebgai berikut
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi  interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995). Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas
kadang-kadang  dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5
post partum.

D. PERAWATAN MASA NIFAS


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan  perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum
meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga
jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi
infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah  kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri :  Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara :  Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia      alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.
5. Informasi kesehatan diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang
yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air
besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang
air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah
depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perekta
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum  mengandung zat antibody yang
berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi  setelah 4-6 bulan.
h. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah melahirkan.

E. TINDAKAN PADA MASA NIFAS


TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
Kebersihan diri a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
b. Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali dalam sehari.
c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan
b. Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
c. Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi
ASI, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan,  menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat
bayi dan dirinya.
Latihan a. Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari
akan sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping,
menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan
angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi
sampai 10 kali.
b. Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan  otot-otot pantat
dan pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
Gizi Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
b. Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter / hari
d. Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
e. Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
Perawatan a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara b. Memakai BH yang benar-benar menyokong  buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
c. Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali menyusui.
d. Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 –
6 jam.
f. Apabila payudara bengkak lakukan:
o Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira  5
menit
o Urut payudara ( seperti  Breast Care).
o Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
o Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali
o Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
g. Payudara dikeringkan.
Hubungan a. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
perkawinan atau merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2
Rumah Tangga jarinya ke dalam vagina tanpa  rasa nyeri.
b. Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh  melakukan
hubungan seksual setelah 40  hari.
Keluarga a. KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana tentang KB adalah sebagai berikut:
b. Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya.
c. Kelebihan dan keuntungan KB
d. Efek samping
e. Bagaimana memakai metode yang benar
f. Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

F. KUNJUNGAN MASA NIFAS


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu
dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi. Frekuensi kunjungan masa nifas.

Kunjunga Waktu Tujuan


n
1 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena
persalinan atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,
atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah - Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan persalinan)
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
persalinan penyulit yang ia atau bayi alami
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Sarwono Prawirohardjo, 2002)

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi)

2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ;  Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas,
yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau
nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus

H. PENGKAJIAN
Menurut Rider Sharon (2011), pengkajian pada nifas adalah sebagai berikut:
1. Biodata
2. Riwayat Kehamilan
3. Riwayat Persalinan :
a. G.P.A. (Gravida, Partus, Abortus)
b. Masa Gestasi
c. Tanggal Persalinan
d. Jenis Persalinan
e. Lama Persalinan
f. Keadaan Anak dan APGAR Score
4. Vital Sign: TD, Nadi, Respirasi
5. Payudara dan puting susu
a. Tanda Pembengkakan
b. Puting susu menonjol/tidak, lecet/tidak
c. Kebersihan buah dada
d. Colostrum dan ASI
6. Abdomen dan fundus uteri
Palpasi : TFU, posisi, kontraksi. DRA
Anamnese : sudah BAK/BAB belum
Auskultasi : bising usus
7. Lochea meliputi
Jumlah, warna, bau
8. Perineum
a. Luka episiotomi dan jahitan : REEDA scale.
b. Nyeri, kebersihan, hemoroid.
9. Ekstrimitas bawah
Oedema, kekuatan, hangat, tanda homas’s positif
10. Nutrisi
11. Istirahat dan nasa nyaman
Kualitas dan kuantitas tidur, cemas, nyeri
12. Status psikologi
Respon ibu terhadap persalinan, bayi, respon keluarga, reaksi ayah
13. Data spiritual
14. Pengetahuan
Infancare, selfcare, KB, Seksualitas post partum
15. Pemeriksaan laboratorium
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Leukosit

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara).
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak
seimbang; trauma persalinan.
5. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

J. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
DX Keperawatan
1 Nyeri akut b/d agen NOC : NIC :
injuri fisik  Pain Level, Pain Management
(peregangan  Pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
perineum; luka  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
episiotomi; involusi karakteristik, durasi, frekuensi,
uteri; hemoroid; Setelah dilakukan askep kualitas dan faktor presipitasi
pembengkakan selama 2x 24 jam, (PQRST)
payudara). diharapkan nyeri berkurang b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : c. Gunakan teknik komunikasi
- Mampu mengontrol terapeutik pasien
nyeri (tahu penyebab d. Ajarkan tentang teknik non
nyeri, mampu farmakologi
menggunakan tehnik e. Evaluasi keefektifan kontrol
nonfarmakologi untuk nyeri
mengurangi nyeri, f. Tingkatkan istirahat
mencari bantuan) g. Latih mobilisasi miring kanan
- Melaporkan bahwa nyeri miring kiri jika kondisi klien
berkurang dengan mulai membaik
menggunakan h. Kaji kontraksi uterus, proses
manajemen nyeri involusi uteri.
- Mampu mengenali nyeri i. Anjurkan pasien untuk
(skala, intensitas, membasahi perineum dengan air
frekuensi dan tanda hangat sebelum berkemih.
nyeri) j. Anjurkan dan latih pasien cara
- Menyatakan rasa nyaman merawat payudara secara teratur.
setelah nyeri berkurang k. Jelaskan pada ibu tetang teknik
- Tanda vital dalam merawat luka perineum dan
rentang normal mengganti PAD secara teratur
- TD : 120-140/ 80-90 setiap 3 kali sehari atau setiap
mmHg kali lochea keluar banyak.
- RR :16-24 x/mnt l. Kolaborasi dokter tentang
- N : 80-100 x/mnt pemberian analgesik
- T: 36,5oC -37,5oC

2 Resiko defisit volume NOC : NIC :


cairan b/d pengeluaran  Fluid balance Fluid management
yang berlebihan;  Hydration a. Obs Tanda-tanda vital setiap 4
perdarahan; diuresis; jam
keringat berlebihan. Setelah dilakukan askep b. obs warna urine.
selama 1x 24 jam status c. Pertahankan catatan intake dan
cairan membaik. output yang akurat
d. Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil: (kelembaban membran mukosa,
- tak ada manifestasi nadi adekuat, tekanan darah
dehidrasi, resolusi ortostatik), jika diperlukan
oedema e. Monitor masukan makanan /
- haluaran urine di atas 30 cairan dan hitung intake kalori
ml/jam harian
- kulit kenyal/turgor kulit f. Berikan cairan IV
baik. g. Dorong masukan oral
h. Beritahu dokter bila: haluaran
urine < 30 ml/jam, haus,
takikardia, gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine gelap atau
encer gelap.
i. Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan cairan
terjadi.
j. Pantau: cairan masuk dan cairan
keluar setiap 8 jam.

3 Perubahan pola NOC : NIC :


eleminasi BAK Setelah dilakukan askep a.Kaji haluaran urine, keluhan serta
(disuria) b/d trauma selama 2x 24 jam, Pola keteraturan pola berkemih.
perineum dan saluran eleminasi (BAK) pasien b.Anjurkan pasien melakukan
kemih. teratur. ambulasi dini.
Kriteria hasil: c.Anjurkan pasien untuk membasahi
- eleminasi BAK lancar perineum dengan air hangat
- disuria tidak ada sebelum berkemih.
- bladder kosong d.Anjurkan pasien untuk berkemih
- keluhan kencing tidak secara teratur.
ada. e.Anjurkan pasien untuk minum
2500-3000 ml/24 jam.
f.Kolaborasi untuk melakukan
kateterisasi bila pasien kesulitan
berkemih.

4 Perubahan pola NOC : NIC :


eleminasi BAB Setelah dilakukan askep a. Kaji pola BAB, kesulitan BAB,
(konstipasi) b/d selama 2x 24 jam, Pola warna, bau, konsistensi dan
kurangnya mobilisasi; eleminasi (BAB) teratur. jumlah.
diet yang tidak Kriteria hasil: b. Anjurkan ambulasi dini.
seimbang; trauma - pola eleminasi teratur c. Anjurkan pasien untuk minum
persalinan. - feses lunak dan warna banyak 2500-3000 ml/24 jam.
khas feses
- bau khas feses d. Kaji bising usus setiap 8 jam.
- tidak ada kesulitan BAB e. Pantau berat badan setiap hari.
- tidak ada feses f. Anjurkan pasien makan banyak
bercampur darah dan serat seperti buah-buahan dan
lendir sayur-sayuran hijau.
- tidak ada.konstipasi

5 Resiko infeksi b/d NOC : NIC :


trauma jalan lahir. - Immune Status a. Pantau: vital sign, tanda infeksi.
- Knowledge : Infection
control b. Kaji pengeluaran lochea, warna,
- Risk control bau dan jumlah.
c. Kaji luka perineum, keadaan
Setelah dilakukan askep
jahitan.
selama 2x 24 jam, Infeksi
d. Anjurkan pasien membasuh vulva
tidak terjadi.
setiap habis berkemih dengan
Kriteria hasil:
cara yang benar dan mengganti
- tanda infeksi tidak ada
PAD setiap 3 kali perhari atau
- luka episiotomi kering
setiap kali pengeluaran lochea
dan bersih
banyak.
- tidak takut berkemih
e.  Pertahnakan teknik septik
dan BAB. aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perineum, merawat
payudara, merawat bayi).

Anda mungkin juga menyukai