Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

Dosen Pembimbing

Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., Ph.D

Disusun oleh:
Nadia Ikhwani Parastuti
9204100010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA

A. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina (Mochtar, 2012)
B. Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Oxorn dan Forte, 2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman

sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan

kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka

insisi melintang segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam

pelaksanaan obstetric.

2. Segmen bawah : Insisi membujur


Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi

melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan

gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.

3. Sectio Caesarea klasik


Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam

dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting

yang berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering

dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus

ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini hamper sudah tidak

dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya


indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam

menyingkapkan segmen bawah.

4. Sectio Caesarea Extraperitoneal


Pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk mennghindari perlunya

histerektomi pada kasus-kasus yang menngalami infeksi luas dengan mencegahh

peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio

Caesarea Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T.

tekhnik pada prosedur ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk

kedalam vacuum peritoneal dan isidensi cedera vesica urinaria meningkat.

Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan sebagai cadangan kasus-

kasus tertentu.

5. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan denngan

pengeluaran uterus. Jika mmuungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap

(histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah

dan dapatt dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan subtoral menjadi

prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien terjadi syok, atau jika

pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus semacam

ini lanjutan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.

C. Indikasi
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, pramiparatua disertai ada

kelainan letak, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), sejarah

kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan pannggul, plasenta

previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi

kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas permintaan, kehhamilan yang


disertai penyakit (jantung-DM ), gangguan perjalanan persalinan (kista

ovarium, mioma uteri dan sebagainya).


2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan

janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan

vakum atau forceps ekstraksi (Jitowiyono, 2010).

Kontraindikasi dilakukan sectio caesarea adalah tidak adanya indikasi yang


tepat untuk melakukan sectio caesarea. Adapun secara lebih rinci dari kontraindikasi
sectio caesarea adalah : Janin mati, syok, anemia berat, kelainan kongenital berat,
infeksi progenik pada dinding abdomen, minimnya fasilitas operasi sectio caesarea
D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, Cephalopelvik Disproportion, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan


menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Efek anestesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan
menyebabkan konstipasi. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas
pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut).

Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan


menimbulkan luka post SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi.

Setelah kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat menyebabkan


efeksi ASI, efeksi ASI yang tidak adekuat menimbulkan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada bayi.
E. Komplikasi
Masalah yang muncul akibat bius yang digunakan dalam pembedahan dan

obat-obatan penghilang nyeri sesudah bedah Setiocaesarea.

1. Peningkatan insidensi infeksi dan kebutuhan akan antibiotic.

2. Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan resiko perdarahan yang dapat

menimbulkan anemia atau mmemerlukan tranfusi darah.

3. Nyeri pascabedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan

membuat sulit merawat diri sendiri, merawat bayi, ataupun kakak-kakaknya.

4. Resiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan diidalam perut.

5. Kemungkinan cederanya organ-organ lain (usus besar atau kandung kemih) dan

resiko pembentukan bekuan darah dikaki dan daerah panggul.

6. Peningkatan resiko masalah pernapasan dan temperatur untuk bayi baru lahir.

7. Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedahh Caesar pada kehamilan

berikut.

8. Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi

jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti

infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi

misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi.


F. Pathway

Plasenta previa, primigravidarum, Sectio Caesarea


rupture sentralis dan lateralis,
panggul sempit, pre-eklampsia,
partus lama

Luka Post operasi

Nyeri akut Jaringan terbuka

Invasi bakteri

Resiko infeksi

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat obstetric
d. Pola kebiasaan
1) Aspek fisik-biologis
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
c) Pola istirahat-tidur
d) Pola kebersihan
2) Aspek mental, intelektual, sosial, dan spiritual
a) Konsep diri
b) Intelektual
c) Mekanisme koping
d) Hubungan interpersonal
e) Support system
f) Aspek sosial
g) Spiritual
e. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
Dx.1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Dx.2 Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan

DX SLKI SIKI
DX. 1 1. Tingkat nyeri, KH: 1. Manajemen nyeri
a. Keluhan nyeri menurun Observasi
b. Meringis menurun a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
c. Gelisah meurun durasi, frekuensi, kualitas, dan
d. Kesulitan tidur menurun intensitas nyeri
e. TTV normal b. Identifikasi skala nyeri
2. Kontrol nyeri, KH: c. Identifikasi nyeri nonverbal
a. Melaporkan nyeri terkontrol d. Identifikasi faktor yang
b. Kemampuan menggunakan memperberat
teknik non-farmakologis e. Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis
b. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nnyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi : kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DX.2 1. Tingkat infeksi, KH: 1. Pencegahan infeksi
a. Demam, kemerahan, nyeri, Observasi
bengkak tidak ada a. Monitor tanda dan gejala infeksi
b. Kadar sel darah putih local dan sistemik
normal Terapeutik
2. Kontrol resiko KH: a. Berikan perawatan kulit pada area
a. Kemampuan melakukan luka
strategi control resiko b. Cuci tangan sebelum dan sesudah
b. Kemampuan menghindari kontak dengan luka
faktor resiko c. Pertahankan teknik aseptik
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cuci tangan dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka operasi
d. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
2. Perawatan persalinan
Observasi
f. Identifikasi kondisi proses
persalinan
g. Monitor kondisi fisik dan
psikologi
h. Monitor kesejahteraan ibu
i. Monitor kesejahteraan janin
j. Monitor kemajuan persalinan
k. Monitor kemajuan pembukaan
menggunakan partograf
l. Monitor itngkat nyeri selama
persalinan
Terapeutik
c. Berikan metode alternative
penghilang rasa sakit
Edukasi
e. Jelaskan prosedur pertolongan
persalinan
f. Informasikan kemajuan
persalinan
g. Ajarkan teknik relaksasi
h. Anjurkan ibu mengosongkan
kandung kemih
i. Ajarkan ibu cara mengenali tanda
persalinan dan bahaya persalinan

DAFTAR PUSTAKA
DPP PPNI. 2017. SDKI. Jakarta : PPNI
DPP PPNI. 2018. SIKI. Jakarta : PPNI
DPP PPNI. 2019. SLKI. Jakarta : PPNI
Jitowiyono. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Nuha Medika
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
ANDI

Anda mungkin juga menyukai