1. PENGERTIAN KPD
Ketuban Pecah Dini adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum
terjadinya persalinan (Amelia, 2014). Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau
premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
adanya tanda- tanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37
minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak.
KPD adalah keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu.
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm.
Ketuban pecah dini atau yang biasa disingkat dengan KPD, dalam ilmu medis bisa
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) KPD Prematur Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi sebelum umur kehamilan dari
sang ibu mencapai 37 minggu.
2) KPD Cukup Bulan Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi pada saat kehamilan yang
telah mencapai umur lebih dari 37 minggu.
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini ada banyak hal. Diantaranya adalah :
1) Terjadinya pecah pada selaput dikarenakan kondisi mulut rahim yang lemah. Kondisi
membran yang lemah disebabkan adanya infeksi pada rahim atau vagina.
2) Adanya kelainan pada otot leher rahim. Otot leher rahim tersebut terlalu lemah dan
lunak. Sehingga mengakibatkan terbukanya leher rahim pada saat masa-masa
kehamilan dan desakan janin yang membesar.
3) Faktor psikologis. Adapun faktor psikologis yang menyebabkan pecahnya ketuban
misalnya trauma hubungan seksual. Hubungan intim yang tidak wajar (disertai
kekerasan dan posisi yang tidak lazim) mengakibatkan trauma pada ibu hamil.
Terlebih lagi jika sampai terjadi pendarahan pada vagina.
4) Infeksi selaput ketuban. Adanya infeksi bakteri pada selaput ketuban mengakibatkan
ketuban mudah pecah.
5) Sebelumnya pernah mengalami kelahiran secara premature
6) Kebiasaan merokok ketika hamil dan kurangnya perawatan kandungan saat kehamilan
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1) Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
2) Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3) Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4) Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5) Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala KPD dapat berupa :
1) Ketuban pecah secara tiba-tiba
2) Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas
3) Bisa tanpa disertai kontraksi/his
4) Terasa basah pada pakaian dalam/underwear yang konstan
5) Keluarnya cairan pervagina pada usia paling dini 22 minggu
1) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
2) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.
7. PENATALAKSANAAN
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:
(Manuaba, 2009)
8. KONSEP KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan
membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat, 2000 ).
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register,
dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus
sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
j. Muskulokeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2) Diagnose keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi lahir
premature.
3) Intervensi
4) Implementasi
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/76-diagnostik-dan-penanganan-ketuban-pecah-
dini-amnionitis-dan-emboli-air-ketuban
https://www.alodokter.com/ketuban-pecah-dini
https://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-ketuban-pecah-dini.html
https://www.academia.edu/8338611/Askep_Pada_Pasien_dengan_Ketuban_Pecah_Dini
https://www.academia.edu/11333902/Ketuban_Pecah_Dini_Pengertian_dan_Penyebabnya