Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KAMAR BERSALIN PUSKESMAS KANOR


KABUPATEN BOJONEGORO

Disusun Oleh:

Novi Setiawati

Nim :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
KETUBAN PECAH DINI
A. Definisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran
ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini
jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai
di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan.

B. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar, 2002).

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau


meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik(Saifudin,
2000).

Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :


1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis selalu
terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion
karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum
pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan
panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI RSCM (2012),


penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi (hidramnion,


kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang, sunsang, atau pendular
abdomen(Manuaba, 2009).

A. Patofisiologis (Pathways)

Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama dengan
hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi disproprosi
servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :


1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan
pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar
adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat


dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan


tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar
peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Masuk Rumah Sakit :


-Antibiotik
-Batasi pemeriksaan dalam
-Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
-Observasi tanda infeksi dan distres janin
-Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
 Kortikosteroid - Distres janin - Letak sunsang
- Letak lintang - CPD INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst  Infeksi
- Infertilitas  Waktu
- Grandemultipara
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif

SEKSIO SESAREA GAGAL


BERHASIL
 Reaksi uterus tidak ada
 Kelainan letkep  Persalinan
 Fase laten dan aktif dan memanjang pervaginal
 Distres janin
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

(Manuaba, 2009)
G. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul

1) Risiko infeksi, (factor resiko: infeksi intra partum, infeksi uterus berat, gawat janin)
NOC:
Status imun: Keadekuatan alami yang didapat dan secara tepat ditujukan untuk menahan
antigen-antigen internal maupun eksternal.
Pengetahuan: Pengendalian Infeksi: tingkat pemahaman mengenai pencegahan dan
pengendalian infeksi.
Pengendalian resiko: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan
akual, pribadi, serta dapat dimodifikasi.
Deteksi Resiko: indakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan
seseorang.
Tujuan/Kriteria Evaluasi:
- Fakto resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun pasien.
- Pasien menunjukkan Pengendalian Risiko.
NIC:
Pemberian Imunisasi/Vaksinasi: Pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit menuar.
Pengendalian Infeksi: Meminimalkan penularan agen infeksius.
Perlindungan terhadap Infeksi: Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang
berisiko.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda gejala infeksi
- Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi
- Patau hasil laboratorium
- Amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan terhadap infeksi
- Aktivitas Kolaboratif: Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan.
2) Ansietas b.d Perubahan dalam: status kesehatan
NOC:
Kontrol Agresi: Kemampuan untuk menahan perilaku kekerasan, kekacauan, atau perilaku
destruktif pada orang lain.
Kontrol Ansietas: Kemampuan untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir
dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat diidentifikasi.
Koping: Tindakan untuk mengatasi stressor yang membebani sumber-sumber individu.
Kontrol Impuls: Kemampuan untuk menahan diri dari perilaku kompulsif atau impulsive.
Penahanan Mutilasi Diri: Kemampuan untuk berhenti dari tindakan yang mengakibatkan
cedera diri sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan.
Keterampilan Interaksi Sosial: Penggunaan diri untuk melakukan interaksi yang efektif.
Tuuan/Kriteria Hasil:
- Ansietas berkurang
- Menunjukkan Kontrol Ansietas
NIC:
Pengurangan Ansietas: Minimalkan kekhawatiran, ketakutan, berprasangka atau rasa gelisah
yang dikaitkan dengan sumber bahaya yang tidak dapat diidentifikasi dari bahaya yang dapat
diantisipasi.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien secara berkala
- Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien.
- Aktivitas Kolaboratif: Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan
kebutuhan.
3) Defisiensi Pengetahuan b.d keterbatasan kognitif dalam hal mengenal tanda dan gejala
penyakit
NOC:
Pengetahuan: Pengendalian infeksi : tingkat pemahaman pada apa yang disampaikan.
Tujuan/Kriterioa Hasil:
- Menunjukkan pengetahuan: Pengendalian Infeksi: dibuktikan dengan indicator 1-5: tidak
ada, terbatas, cukup, banyak, atau luas.
- Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut penanganan yang
dianjurkan.
NIC:
Panduan Sistem Kesehatan: memfasilitasi daerah pasien dan penggunaan layanan kesehatan
yang tepat. Pengajaran, Proses Penyakit: Membantu pasien dalam memahami informasi yang
berhubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus.
Pengajaran, Individu: Perencanaan, implementasi, dan evaluasi penyusunan program
pengajaran yang dirancang uuntuk kebutuhan khusus pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Tentukan kebutuhan pengajaran pasien
- Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya
- Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus
- Berinteraksi kepada pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi
pengajaran
4) Nyeri akut b.d agen cidera (fisik) luka operasi
NOC:
- Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik & psikologis
- Prilaku mengendalikan nyeri
- Nyeri: efek merusak terhadap emosi dan prilaku yang diamat
- Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkan
- Kriteria evaluasi:
- Menunjukkan nyeri efek merusak dengan skala 1-5: ekstrim, berat, sedang, ringan, atau
tidak ad
- Menunjukkan teknik relaksasi secara individu yang efekMengenali factor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.
NIC:
- Pemberian analgesik
- Sedasi sada
Penatalaksanaan nyeri
-Bantuan Analgesika yang Dikendalikan oleh Pasien
Aktivitas keperawatan:
- Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidak nyamanan pada skala 0 sampai 10
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
- Observasi isyarat ketidak nyamanan nonverbal
PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES ICME JOMBANG
2017
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN PRENATAL

A. DATA UMUM KLIEN


1. Initial klien : Ny. S
2. Usia : 25 Tahun
3. Status perkawinan : Islam
4. Lama kawin : Tahun
5. Jumlah perkawinan : 1
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : IRT
8. Pendidikan terakhir : SMA
9. Alamat : Ds.Bungur Rt 02 Rw 02 Kanor.Bojonegoro
10. Diagnosa medis : Ketuban Pecah Dini
B. Keluhan utama
Klien mengatakan perut terasa sakit, keluar cairan pervaginam berwarna putih keruh + 1
hari.
C. Riwayat kehamilan saat ini
G1P0A0 Usia kehamilan : 29-30 Minggu
HPHT : 14/6/2019 HPL :21/3/2020
BB sebelum hamil : 48 kg TD sebelum hamil : 100/70 mmHg
Berapa kali periksa hamil : 4 x
D. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus : 30 hari
Banyaknya : 50 cc Lamanya : 5 hari
Keluhan : tidak ada

E. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Masalah


persalinan kelamin bayi waktu kehamilan
lahir
1
2
3
4
5

Pengalaman menyusui : Tidak


Masalah saat menyusui :
F. Riwayat KB
Jenis : -
Lama pemakaian : -
Efek samping :
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 60 kg/ 150 cm
Tanda-tanda vital
TD :100/60 mmHg Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m Suhu : 36 0
C
1. Kepala
Bentuk : simetris
Rambut : merata,warna hitam,tidak mudah dicabut
Kulit kepala : bersih, tidak berketombe
Masalah khusus : tidak ada
2. Mata
Kelopak mata : normal
Konjungtiva : warna merah muda
Sklera : an iretik
Pupil : isokor
Masalah khusus : tidak ada
3. Hidung
Kebersihan : bersih
Reaksi alergi : tidak ada
Sinus : normal
Masalah khusus : tidak ada
4. Telinga
Kebersihan : bersih
Fungsi pendengaran : baik
Masalah khusus : tidak ada
5. Mulut dan tenggorokan
Rongga mulut : bersih
Gigi : utuh, tidak ada caries
Lidah : bersih
Tonsil : normal
Kesulitan menelan : tidak ada
Masalah khusus : tidak ada
6. Pemeriksaan fisik thorax :
Inspeksi :
Bentuk dada : simetris
Retraksi : tidak ada
Jantung :
a. Ictus Cordis : normal
b. Bunyi Jantung : S1,S2 Tunggal
c. Batas-batas jantung : ICS 2-3 batas kanan
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
e. Data lain yang perlu ditambahkan : tidak ada
Paru :
a. Frekuensi nafas : 21x/menit
b. Suara nafas : reguler
c. Suara nafas tambahan : tidak ada
d. Nyeri dada : tidak ada
e. Data lain yang perlu ditambahkan : tidak ada
Payudara :
a. Putting susu : menonjol
b. Bentuk Putting : menonjol
c. Areola : hiperpigmentasi
d. pengeluran Colostrum :
e. Data lain yang perlu ditambahkan : tidak ada
7. Abdomen
Bising usus : 14x/menit
Striae gravidarum : tampak ada stiae
Linea :tampak ada linea
Palpasi :
 Uterus
 TFU : 3 jari diatas pusat (22 cm) Kontraksi : tidak
 Leopold 1 : TFU 3 jari diatas pusat (22 cm)
 Leopold II : punggung kiri
 Leopold III : presentase kepala
 Leopold IV : kepala belum masuk PAP
 DJJ : 125 x/mnt
Data lain yang perlu ditambahkan :tidak ada
8. Perineum dan genetalia
Perineum : elastis
Vagina : Varises/Odem
Kebersihan : bersih
Keputihan
 Jenis/warna : -
 Konsistensi : -
 Bau : -
Hemorrhoid : tidak ada
Data yang perlu ditambahkan : tidak ada
9. Integumen
Turgor kulit :elastis
Warna kulit :sawo matang
CRT :< 3 detik
data yang perlu ditambahkan :tidak ada
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
 Kekuatan otot : baik
 Odem :tidak
 Varises : tidak
Ekstremitas bawah
 Kekuatan otot : baik
 Odem : tidak
 Varises :tidak
 Reflek patella : +/-, jika ada : +1/+2/+3
data yang perlu ditambahkan :
H. Kebutuhan Dasar Khusus
1. Nutrisi dan cairan
 asupan nutrisi : baik
 nafsu makan : baik
 asupan cairan : baik
2. Eliminasi :
 BAK
 Kebiasaan berkemih: 8-10 x
 Produksi urine : baik
 Warna urine : kuning jernih
 Kesulitan berkemih : tidak ada
 BAB
 Kebiasaan BAB : 1x sehari
 Warna : kuning
 Konsistensi :lembek
 Kesulitan : tidak ada
3. Istirahat dan tidur :
 Pola tidur : kebiasaan tidur,lama : 5 jam jam
frekuensi : 5 jam kali
pola tidur saat ini : kurang lebih 5 jam
kesulitan tidur
4. Mobilisasi dan latihan :
 Tingkat mobilisasi :baik
 Latihan/senam :senam ibu hamil
5. Keadaan mental
 Adaptasi psikologis :
 Penerimaan terhadap kehamilan
6. Pola hidup yang meningkatkan resiko hamil :
Persiapan persalinan
 senam hamil : ya
 rencana tempat melahirkan : puskesmas
 perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu : baju bayi,popok,bedong,topi,selimut,
 kesiapan mental ibu dan keluarga : baik
 pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan :pasien mengetahui
 perawatan payudara :
 persiapan transfusi darah :-
 Obat-obatan yang dipakai saat ini :
I. Hasil pemeriksaan penunjang (Xray, USG, NST, CTG)
J. Terapi medis :

Dexametason injeksi 1x 0,5 mg/iv

Ampicicilin 3x1 g/iv

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny.S No.RM:

Ruang :Kamar Bersalin

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS : Stresor Ansietas

1. ibu mengatakan takut


dengan keadaan yang
dialaminya sekarang..
2. takut dengan keadaan
anaknya karena baru
hamil pertama.

DO:

1. ibu hamil pertama


G1P0A0
2. tampak ibu merasa
cemas dengan sering
menanyakan keadaan
kehamilan dan
janinnya.
1.

DS : Ketuban pecah dini Resiko tinggi terhadap infeksi

1. Ibu mengatakan
kehamilan ini yang
pertama dan belum
pernah keguguran.
2. Ibu mengatakan
menstruasi terakhir
14/6/2019.
3. Ibu mengatakan
mengeluarkan cairan
dari jalan lahir yang
berwarna jernih, tidak
berbau sejak tanggal
18 maret 2020 jam
14.00 WIB.
4. Ibu merasa ada
rembesan cairan
seperti air kencing.

DO :

1. Palpasi Leopold 1 :
TFU 3 jari diatas pusat
(22 cm),Leopold II :
punggung kiri .
Leopold III :
presentase kepala.
Leopold IV : kepala
belum masuk PAP
2. Auskultasi DJJ +,
frekuensi 145 x/menit,
teratur,punctum
maximum di kuadran
kiri bawah pusat.
3. TTV: TD: 100/60
mmHg, S: 36 o C. N:
88X/Menit, RR:
20x/menit. Tampak
keluar cairan
pervaginam dan tidak
berbau.

Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan stressor.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini


Intervensi Keperawatan

Hari/tanggal No. diagnosa NOC NIC

19/3/2020 I Setelah dilakukan tindakan selama LABEL NIC :


2x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami kecemasan yang tinggi. Anxiety reduction (penurunan kecemasan):

LABEL NOC AKTIVITAS :

Anxiety control (control 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan


kecemasan), coping (koping). 2. Jelaskan semua prosedur,tindakan dan
apa yang dirasakan selama prosedur
Kriteria hasil: tindakan.
3. Temani pasien untuk memberikan
a. Klien mampu mengidentifikasi keamanan dan mengurangi takut.
dan mengungkapkan gejala 4. Berikan informasi factual mengenai
cemas. doiagnosis,tindakan, prognosis.
b. Mengidentifikasi, 5. Anjurkan dsuami untuk menemani ibu.
mengungkapkan dan 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
menunjukan tekhnik untuk 7. Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol cemas. 8. Bantu pasien mengenal situasi yang
c. Vital sign dalam batas normal menimbulkan kecemasan
d. Postur tubuh,ekspresi 9. Motivasi pasien untuk mengungkapkan
wajah,bahasa tubuh dan tingkat perasaan,ketakutan,persepsi.
at aktivitas menunjukan 10. Berikan informasi pada ibu dan keluarga
berkurangnya kecemasan. bahwa air ketuban sudah merembes
tetapi janin dalam kondisi baik.
11. Beritahu kepada keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan dengan
persetujuan suami dengan
menandatangani lembar persetujuan
medis.

19/3/2020 II Setelah dilakukan tindakan selama LABEL NIC :


2x24 jam diharapkan infeksi tidak
terjadi. Infection protection (proteksi terhadap
infeksi).
LABEL NOC
AKTIVITAS :
a. Immune status (status imun)
b. Knowledge : infection control 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sitemik
()pengetahuan control infeksi dan local
2. Minitor hasil laboratorium (leukosit)
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Kriteria hasil: 4. Monitor masukan nutrisi dan cairan
yang cukup
1. Pasien bebas dari tanda dan 5. Instruksikan pasien untuk minum
gejala infeksi. antibiotic sesuai resep
2. Mendeskripsikan proses 6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
penularan penyakit, faktor yang gejala infeksi
mempengaruhi penularan serta 7. Ajarkan cara menghindari infeksi
penatalaksanaannya.
3. Menunjuka kemampuan untuk 8. Observasi keadaan ibu,DJJ,TTV
mencegah infeksi. 9. Kolaborasi pemasangan infuse dan
4. Jumlah leukosit dalam batas pemberian obat.
normal
5. Menunjukan perilaku hidup
sehat.
Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.S No.RM :

Ruang : kamar bersalin

No.
Diagnosa
Hari/ Implementasi keperawatan Paraf
Tanggal/Jam

19/3/2020 I 1. menggunakan pendekatan yang menenangkan


dengan cara bina hubungan saling percaya
(BHBS).
2. Menjelaskan semua prosedur tindakan dan apa
yang dirasakan selama prosedur tindakan.
3. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut.
4. Memberikan informasi factual mengenai
doiagnosis,tindakan, prognosis.
5. Menganjurkan dsuami untuk menemani ibu.
6. Mendengarkan dengan penuh perhatian
7. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
8. Membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
9. Memotivasi pasien untuk mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi.
10. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga
bahwa air ketuban sudah merembes tetapi
janin dalam kondisi baik.
11. Memberitahu kepada keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan dengan
persetujuan suami dengan menandatangani
lembar persetujuan medis.

19/3/2020 II 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi sitemik


dan local
2. Memonitor hasil laboratorium (leukosit)
3. Memonitor kerentanan terhadap infeksi
4. Memonitor masukan nutrisi dan cairan yang
cukup
5. Menginstruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
6. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
7. Mengajarkan cara menghindari infeksi
8. Mengobservasi keadaan ibu,DJJ,TTV
9. Kolaborasi pemasangan infuse dan pemberian
obat.
Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.S No.RM :

Ruang : Kamar Bersalin

No.
Diagnosa
Hari/ Perkembangan Paraf
Tanggal/Jam

19/3/2020 I S :

Ibu mengatakan takut dengan keadaan yang


dialaminya sekarang takut dengan keadaan yang
dialaminya sekarang takut deadaan anaknnya karena
baru hamil pertama.

O :

1. ibu hamil pertama G1P0A0


2. tampak ibu merasa cemas dengan sering
menanyakan keadaan kehamilan dan janinnya.

A : masalah belum teratasi

P : intervensi 1-11 dilanjutkan

12. menggunakan pendekatan yang menenangkan


dengan cara bina hubungan saling percaya
(BHBS).
13. Menjelaskan semua prosedur tindakan dan apa
yang dirasakan selama prosedur tindakan.
14. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut.
15. Memberikan informasi factual mengenai
doiagnosis,tindakan, prognosis.
16. Menganjurkan dsuami untuk menemani ibu.
17. Mendengarkan dengan penuh perhatian
18. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
19. Membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
20. Memotivasi pasien untuk mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi.
21. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga
bahwa air ketuban sudah merembes tetapi
janin dalam kondisi baik.
22. Memberitahu kepada keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan dengan
persetujuan suami dengan menandatangani
lembar persetujuan medis.

19/3/2020 II S:

1. Ibu mengatakan masih ada cairan keluar dari


jalan lahir
2. Ibu merasa ada rembesan acairan seperti air
kencing.

O:

1. Palpasi Leopold 1 : TFU 3 jari diatas pusat


(22 cm),Leopold II : punggung kiri .
Leopold III : presentase kepala. Leopold
IV: kepala belum masuk PAP
2. Auskultasi DJJ +, frekuensi 145 x/menit,
teratur,punctum maximum di kuadran kiri
bawah pusat.
3. TTV: TD: 100/60 mmHg, S: 36 o C. N:
88X/Menit, RR: 20x/menit. Tampak keluar
cairan pervaginam dan tidak berbau.

A: Masalah belum teratasi

P: intervensi nomor 1-9 dilanjutkan

1. Memonitor tanda dan gejala infeksi sitemik


dan local
2. Memonitor hasil laboratorium (leukosit)
3. Memonitor kerentanan terhadap infeksi
4. Memonitor masukan nutrisi dan cairan yang
cukup
5. Menginstruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
6. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
7. Mengajarkan cara menghindari infeksi
8. Mengobservasi keadaan ibu,DJJ,TTV

Kolaborasi pemasangan infuse dan pemberian obat.

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi
Widiarti, Etsu Tiar.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7.
Jakarta : EGC.
Prawirohajo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.
NANDA International, 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai