Dosen Pembimbing :
Oleh :
LAILATUL HIKMAH
NIM : 7316036
1.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Ida Ayu, 2010).
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada
saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban pecah
dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi
dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Joseph,
2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
1.2 Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa disebabkan
oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Nugroho (2016) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
Menurut Mitayani (2012) penyebab dari Ketuban pecah dini masih belum di
ketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan Ketuban Pecah Dini, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor resiko
adalah :
1) Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
2) Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
3) Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuram serviks yang pendek
(<25cm).
4) Multipra dan peningkatan usia ibu.
5) Peningkatan tekanan yang mempunyai struktur yang lemah/selaput terlalu tipis
6) Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan atau curetage)
7) Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai
infeksi.
1.3 Klasifikasi
Menurut Manuaba (2010) klasifikasi dari ketuban pecah dini antara lain
sebagai berikut :
1. Ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini atau ketuban pecah
premature adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses
persalinan.
kehamilan adalah :
1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama Post Op Sectio Caesarea adalah ditemukan nyeri
pada luka post operasi, dengan karakteristik :
P : Provokatif / Paliatif, apa kira-kira penyebab timbulnya nyeri
Q : Quality / Quantitas, seberapa berat keluhan nyeri terasa
R : Region / Radiasi, lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan
S : Scule, skala 0 = tidak ada nyeri, skala 1-3 = nyeri ringan, skala 4-6 =
nyeri sedang, skala 7-9 = nyeri berat, skala 10 = Sangat nyeri
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus pada
pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam
hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang persalinan dan
sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus
bedres total setelah partus sehingga aktifitas
klien dibantu oleh keluarganya
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
b. Leher
c. Mata
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
k. Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).
1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan tindakan
pembedahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen ditanadi
dengan luka post SC
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang KPD
4. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis proses menghadapi persalinan
ditandai dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir prematur.
N Diagnosa SIKI
Tujuan SLKI
o
1 Resiko setelah Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
tinggi dilakukan 1. Kebersihan tangan 1) Monitor tanda dan
infeksi tindakan 2. Kebersihan badan gejala infeksi local dan
berhubun keperawat 3. Nafsu makan sistemik
gan an selama 4. Demam 2) Batasi jumlah
dengan 2 x 24 jam 5. Nyeri pengunjung
Ketuban diharapkan 6. Bengkak 3) Berikan kulit pada area
tidak ada 7. Tingkat kognitif edema
Pecah
tanda- 4) Cuci tangan dengan
Dini
tanda benar
infeksi 5) Pertahankan teknik
pada aseptic pada pasien
pasien. beresiko tinggi
6) Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
7) Kolaborasi pemberian
agen mekanis atau
formakologis
2 Nyeri Setelah Tingkat nyeri : Manjemen nyeri:
akut dilakukan 1. Keluhan nyeri 1) Identifiksi PQRST
berhubun tindakan 2. Meringis 2) Identifikasin nyeri non
gan keperawata 3. Sikap protekstif verbal
dengan n selama 2 4. Gelisah 3) Identifiaksi
luka x 24 jam 5. Kualitas tidur pengetahuan dan
bekas diharapkan 6. Frekuensi nadi keyakinan tentang
operasi nyeri nyeri
pada berkurang / 4) Monitor keberhasilan
abdomen. nyeri terapi komplementer
hilang. yang sudah diberikan
5) Monitor efek samping
penggunaan analgesic
6) Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mrngurangi rasa nyeri
7) Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
8) Fasilitas istirahat dan
tidur
Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)
9) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
10)Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
11)Jelaskan strategi
meredakan nyeri
12)Anjurkan monitor
meredakan nyeri secara
mandiri
13)Kolaborasi pemeberian
analalgesik jiak perlu
3 Ansietas Selama di Tingkat Ansietas Reduksi ansietas :
berhubun lakukan 1. Verbalisasi 1. Identifikasi saat ansietas
gan tindakan kebingungan berubah
dengan keperawata 2. Verbalisasi 2. Monitot tanda-tanda
faktor n selama 1x khawatir akibat ansietas
psikologi shift kondisi yang 3. Gunakan pendekatan
s proses diharapkan dihadapi yang menenangkan
menghad 3. Perilaku gelisah 4. Jelaskan semua
klien tidak
api 4. Perilaku tegang prosedur dan apa yang
mengalami
persalina dirasakan selama
n kecemasan
prosedur
5. Latih teknik relaksasi
6. Kolaborasi pemberian
obat ansietas
4 Defisit Setelah Tingkat pengetahuan : Edukasi kesehatan
pengetah dilakukan 1) Identifikasi kesiapan
tindakan 1. Perilaku sesuai dan kemampuan
uan
anjuran meningkat
berhubun keperawww menerima informasi dan
gan atan selama 2. Petanyaan tentang kaji pengetahuan pasien
dengan 1 x 24 30 amsalah dihadapi 2) Memberikaan
kurang menit di menurun kesempatan untuk
harapkan bertanya
informasi. 3. Persepsi yang
perilaku 3) Ajarkan dan edukasi
pasien keliru terhadap pearwatan perawatan
sesuai masalah menurun bayi
dengan 4. Menjalani
pengetahua pemeriksaan yang
n tidak tepat
menurun
SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI.