Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Dosen Pembimbing :

Diyah Ayu Fatmawati, S.Kep.,Ns., M.Kep.

Oleh :
LAILATUL HIKMAH
NIM : 7316036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2020
KONSEP DASAR

1.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Ida Ayu, 2010).

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada
saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban pecah
dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi
dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Joseph,
2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan post section caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini adalah tindakan
pembedahan yang telah dilakukan aibat pecahnya selaput ketuban atau keluarnya
cairan dari jalan lahir/vagina sebelum inpartu.

1.2 Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa disebabkan
oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Nugroho (2016) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik,
LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran
sebelumnya
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kehamilan
7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu
muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.

Menurut Mitayani (2012) penyebab dari Ketuban pecah dini masih belum di
ketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan Ketuban Pecah Dini, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor resiko
adalah :

1) Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
2) Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
3) Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuram serviks yang pendek
(<25cm).
4) Multipra dan peningkatan usia ibu.
5) Peningkatan tekanan yang mempunyai struktur yang lemah/selaput terlalu tipis
6) Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan atau curetage)
7) Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai
infeksi.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


8) Keadaan sosial ekonomi.
9) Defisiensi nutrisi

1.3 Klasifikasi
Menurut Manuaba (2010) klasifikasi dari ketuban pecah dini antara lain

sebagai berikut :

1. Ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini atau ketuban pecah

premature adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses

persalinan.

2. Ketuban pecah premature yaitu pecahnya membran choiro-amniotik sebelum

onset persalinan atau disebut juga Premature of Membrane atau Prelabour

Rupture of membrane (PROM).

1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Nugroho (2011) tanda dan gelaja yang harus diwaspadai selama

kehamilan adalah :

1. Keluarnya cairan merembes melalui vagina (kemaluan).


2. Timbul sebelum rasa mulas – mulas tanda dari awal persalinan.
3. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa, mungkinjuga
sudah berwarna kehijauan.
4. Kontraksi >4kali/jam (dapat dirasa nyeri abdomen, rasa kencang, nyeri, kram
mentruasi atau rekaan pada vagina)
5. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
6. Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“megganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
7. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda – tanda infeksi yang terjadi.
8. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit – sedikit atau sekaligus banyak.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


9. Dapat disertai deman bila infeksi.
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.
1.5 Patofisiologi
Ketuban pecah dini biasanya sering terjadi karena berkurangnya kekuatan
membran atau penambahan tekanan intrauteri ataupun oleh sebab kedua-duanya.
Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari Ketuban
Pecah Dini dan selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba, 2013).
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi
secara lokal asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan
PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium.Pada infeksi juga
dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu sitokrin,
interleukin
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bakterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


1.6 Pathway Of Nursing Problem (PNP)

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


1.7 Terapi/ Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mengurangi
atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.
2. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat:
a. Letak kepala selain vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya
pecahnya ketuban
b. Bila robekan ketuban tampak kasar:
1) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina.
2) Basahi kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning dibawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan
uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina
menggunakan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan pekulum steril.
1) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop).
2) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)
d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit Herpes Tipe 2,
rujuk ke dokter.
5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam  24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina,
kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien  dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara signifikan,
dan/ atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus
diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan
menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa
pun
6. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)
dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada
tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk
diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau
induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)
2) Terjadi takikardia janin
3) Lokia tampak keruh
4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5) Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
7. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter  spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat
neonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan, banyak yang
memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV setiap 6 jam
sebagai profilakis. Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk
mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ  untuk menentuan kapan antibiotik
mungkin diperlukan.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Fokus


Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang
klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2010).

1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama Post Op Sectio Caesarea adalah ditemukan nyeri
pada luka post operasi, dengan karakteristik :
P : Provokatif / Paliatif, apa kira-kira penyebab timbulnya nyeri
Q : Quality / Quantitas, seberapa berat keluhan nyeri terasa
R : Region / Radiasi, lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan
S : Scule, skala 0 = tidak ada nyeri, skala 1-3 = nyeri ringan, skala 4-6 =
nyeri sedang, skala 7-9 = nyeri berat, skala 10 = Sangat nyeri

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


4. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah

kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).

e. Pola istirahat dan tidur

Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.

f. Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.

g. Pola penagulangan stres

Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


h. Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus pada
pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam
hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.

i. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih


menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri

j. Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang persalinan dan
sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus
bedres total setelah partus sehingga aktifitas
klien dibantu oleh keluarganya

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya


cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya


proses menerang yang salah.

c. Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan


kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


d. Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah


cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung

f. Dada

Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae


dan papila mamae.

g. Abdomen

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat


pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.

i. Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.

j. Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya


uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

k. Muskuluskeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.

l. Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten dan mengatasinya (Indriyani, 2011). Menurut (Tucker,Susan
Martin,1998) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus sectio caesarea
dengan indikasi Ketuban Pecah Dini antara lain :

1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan tindakan
pembedahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen ditanadi
dengan luka post SC
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang KPD
4. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis proses menghadapi persalinan
ditandai dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir prematur.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


C. Rencana Intervensi

Perencanaan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan pada klien


sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan (Mitayani, 2011).

N Diagnosa SIKI
Tujuan SLKI
o
1 Resiko setelah Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
tinggi dilakukan 1. Kebersihan tangan 1) Monitor tanda dan
infeksi tindakan 2. Kebersihan badan gejala infeksi local dan
berhubun keperawat 3. Nafsu makan sistemik
gan an selama 4. Demam 2) Batasi jumlah
dengan 2 x 24 jam 5. Nyeri pengunjung
Ketuban diharapkan 6. Bengkak 3) Berikan kulit pada area
tidak ada 7. Tingkat kognitif edema
Pecah
tanda- 4) Cuci tangan dengan
Dini
tanda benar
infeksi 5) Pertahankan teknik
pada aseptic pada pasien
pasien. beresiko tinggi
6) Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
7) Kolaborasi pemberian
agen mekanis atau
formakologis
2 Nyeri Setelah Tingkat nyeri : Manjemen nyeri:
akut dilakukan 1. Keluhan nyeri 1) Identifiksi PQRST
berhubun tindakan 2. Meringis 2) Identifikasin nyeri non
gan keperawata 3. Sikap protekstif verbal
dengan n selama 2 4. Gelisah 3) Identifiaksi
luka x 24 jam 5. Kualitas tidur pengetahuan dan
bekas diharapkan 6. Frekuensi nadi keyakinan tentang
operasi nyeri nyeri
pada berkurang / 4) Monitor keberhasilan
abdomen. nyeri terapi komplementer
hilang. yang sudah diberikan
5) Monitor efek samping
penggunaan analgesic
6) Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mrngurangi rasa nyeri
7) Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
8) Fasilitas istirahat dan
tidur
Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)
9) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
10)Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
11)Jelaskan strategi
meredakan nyeri
12)Anjurkan monitor
meredakan nyeri secara
mandiri
13)Kolaborasi pemeberian
analalgesik jiak perlu
3 Ansietas Selama di Tingkat Ansietas Reduksi ansietas :
berhubun lakukan 1. Verbalisasi 1. Identifikasi saat ansietas
gan tindakan kebingungan berubah
dengan keperawata 2. Verbalisasi 2. Monitot tanda-tanda
faktor n selama 1x khawatir akibat ansietas
psikologi shift kondisi yang 3. Gunakan pendekatan
s proses diharapkan dihadapi yang menenangkan
menghad 3. Perilaku gelisah 4. Jelaskan semua
klien tidak
api 4. Perilaku tegang prosedur dan apa yang
mengalami
persalina dirasakan selama
n kecemasan
prosedur
5. Latih teknik relaksasi
6. Kolaborasi pemberian
obat ansietas
4 Defisit Setelah Tingkat pengetahuan : Edukasi kesehatan
pengetah dilakukan 1) Identifikasi kesiapan
tindakan 1. Perilaku sesuai dan kemampuan
uan
anjuran meningkat
berhubun keperawww menerima informasi dan
gan atan selama 2. Petanyaan tentang kaji pengetahuan pasien
dengan 1 x 24 30 amsalah dihadapi 2) Memberikaan
kurang menit di menurun kesempatan untuk
harapkan bertanya
informasi. 3. Persepsi yang
perilaku 3) Ajarkan dan edukasi
pasien keliru terhadap pearwatan perawatan
sesuai masalah menurun bayi
dengan 4. Menjalani
pengetahua pemeriksaan yang
n tidak tepat
menurun

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)


DAFTAR PUSTAKA

Arief Manjoer, 2010. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta; Salemba


Errol Norwiz. 2011. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta; Salemba
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Indriyani, Diyan. (2013). Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Manuaba. (2013). Pengantar Kuliah Obsetetri. Jakarta : EGC
Mitayani, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Taufan. (2016). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.
SDKI. (2013). Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencanan Nasional,
Departemen Kesehatan, Macro International. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012.

SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: PPNI.

SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI

SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI.

Sujiyati. 2016. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Ketuban Pecah Dini (Kpd)

Anda mungkin juga menyukai