Disusun Oleh :
Ni’matul Jihan Syaiyidah Nur Arini
(22.641.0041)
Jombang, 2022
Mahasiswa
( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Ruangan
( )
Laporan Pendahuluan
KPD (Ketuban Pecah Dini)
A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Ida Ayu, 2010). KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan
yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara
amnion korion (Joseph, 2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi
(Mitayani, 2011).
B. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri dimana
kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium
uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut faselaten :
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi,
b. Makin muda kehamilan,makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan
kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
7. Fungsi air ketuban : memberi ruang gerak untuk janin, Mendukung perkembangan
otot dan tulang, menjaga suhu ideal, mendeteksi kelainan genetic melindungi dari
benturan, membantu perkembangan paru-paru memberi perkembangan system
pencernaan, melindungi dari infiksi.
8. Tanda-tanda inpartu : rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan –
robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,
pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi
yang mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada
infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu
sitokrin, interleukin 1, faktor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating
factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam
cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin
yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bakterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin potensial, potensial menjadi penyebab ketuban pecah
dini.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa
cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013)
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.
Pathway
F. PENATALAKSANAAN
I. Pengkajian Keperawatan
4) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapatadanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karenaadanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
k. Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadicepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).
BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International.
Depkes, R.I. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir.
http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya- percepatanpenurunan-angka-kematian-ibu-
dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/ Diakses tanggal 20 April 2020.
Khafidoh, Anisatun. 2014. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Gawat Janin dalam
persalinan di Rumah akit Umum Prof. Dr. Margono. Terdapat pada:
http://repository.ump.ac.id/5373/8/Anisatun%20Khafidoh%20COVER.pdf. Diakses pada
tanggal 22 April 2020 Pukul 18.00 WIB.
Novihandari, Anggie. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Kala I Memanjang
Di Ruang VK RSUD Ciamis Kabupaten Ciamis.
Purwaningtyas, dkk. 2017. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Higea.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Rangaswamy et al, 2014. Weakening and Rupture of Human Fetal MembranBiochemistry and
Biomechanics. Intechopen Journal.
Sunarti. 2017. Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 Minggu
Dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini.
Takahata, dkk. 2018. Effects of breast stimulation for spontaneous onset of labor on salivary
oxytocin levels in low-risk pregnant women: A feasibility study. Plose one. Tersedia di
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0192757. Diakses pada tanggal 12 November 2019
Pukul 12.10 WIB.