Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN STASE MATERNITAS


KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DI RUANG DRUPADI IRNA
RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :
Ni’matul Jihan Syaiyidah Nur Arini
(22.641.0041)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KESEHATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN
KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Maternitas G1P0O0 UK 38/39


mgg dengan Masalah Keperawatan Keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD) di
Ruang Drupadi VK RSUD Jombang yang disusun oleh :

Nama : Ni’matul Jihan Syaiyidah Nur Arini


NIM : 22.641.0041

Telah disetujui dan di sahkan pada tanggal……………

Jombang, 2022
Mahasiswa

(Ni’matul Jihan S.N.A)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( )
Laporan Pendahuluan
KPD (Ketuban Pecah Dini)

A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Ida Ayu, 2010). KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan
yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara
amnion korion (Joseph, 2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi
(Mitayani, 2011).

B. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri dimana
kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium
uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut faselaten :
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi,
b. Makin muda kehamilan,makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan
kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
7. Fungsi air ketuban : memberi ruang gerak untuk janin, Mendukung perkembangan
otot dan tulang, menjaga suhu ideal, mendeteksi kelainan genetic melindungi dari
benturan, membantu perkembangan paru-paru memberi perkembangan system
pencernaan, melindungi dari infiksi.
8. Tanda-tanda inpartu : rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan –
robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,
pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.

Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi
yang mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

D. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada
infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu
sitokrin, interleukin 1, faktor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating
factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam
cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin
yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bakterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin potensial, potensial menjadi penyebab ketuban pecah
dini.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa
cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013)
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.
Pathway
F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis ketuban pecah dini, yaitu: (Ratnawati, 2017)


1. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus
dirujuk ke rumah sakit.
2. Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk dengan posisi panggul lebih
tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.
3. Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat tidak tertekan kepala
janin
4. Jika ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD lebih dari 6 jam,
berikan antibiotik.
5. Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan posisi berbaring
miring, berikan antibiotik.
6. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah baring
dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis
7. Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi
persalinan.
8. Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan akselerasi bila ada
inersia uteri
9. Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam
dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah dini lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih
dari 5.
10. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri kehamilan dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu:
a) Induksi
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi
alami terjadi, dengan tujuan untuk mempercepat proses persalinan.
b) Persalinan secara normal/pervaginam
Persalinan normal adalah proses persalinan melalui kejadian secara alami dengan adanya
kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi
c) Sectio caesarea.
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Yang harus segera dilakukan:
1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas
dan tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air
ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya
lebih tinggi.
G. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm. Kejadiannya
mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian Keperawatan

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan


untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan
membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2010).
1) Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus
didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan
kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat
harga diri rendah.
3) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah 14
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air
besar (BAB).
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur
karenaadanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus
pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami
kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan
sebelumnya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah
partus sehingga aktifitas 15 klien dibantu oleh keluarganya (Asrining,
dkk. 2003).

4) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapatadanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karenaadanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
k. Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadicepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).

II. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2020


1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi
lahir prematur.
III. Intervensi Keperawatan

NDX NOC NIC


Nyeri akut  pain level, (level nyeri), NIC : pain management 17
berhubungan (manajemen nyeri)
 pain control (control
dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri
nyeri)
terjadinya secara komprehensif
 comfort level (level
ketegangan termasuk lokasi,
kenyamanan).
otot rahim. karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil :
frekuensi, kualitas dan faktor
 Mampu mengontrol presipitasi.
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mampu dari ketidaknyamanan.
menggunakan tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi
non farmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien.
mencari bantuan). 4. Ajarkan tentang teknik non
 Melaporkan bahwa nyeri farmakologi.
berkurang dengan 5. Berikan analgetik untuk
menggunakan mengurangi nyeri.
manajemen nyeri. 6. Kolaborasikan dengan dokter
 Mampu mengenali nyeri jika ada keluhan dan
(skala, intensitas, tindakan nyeri tidak berhasil
frekuensi dan tanda Diagnosa
nyeri).
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
 Tanda vital dalam
rentang normal.
Risiko infeksi  Immune Status (status NIC : Infection Protection
berhubungan imun) (proteksi terhadap infeksi)
dengan  Knowledge :Infection 1. Monitor tanda dan gejala
ketuban pecah control (pengetahuan: infeksi sistemik dan lokal,
dini. controll infeksi) 2. Monitor hasil laboratorium
 Risk control (control (lekosit).
infeksi). 3. Monitor
Kriteria Hasil : kerentanan terhadap
infeksi.
 Klien bebas dari tanda 4. Monitor masukkan nutrisi
dan gejala infeksi. dan cairan yang cukup.
 Mendeskripsikan 5. Instruksikan pasien untuk
proses penularan minum antibiotik sesuai
penyakit, factor yang resep.
mempengaruhi 6. Ajarkan pasien dan
penularan serta keluarga tanda dan gejala
penatalaksanaannya infeksi.
 Menunjukkan 7. Ajarkan cara menghindari
kemampuan infeksi
untuk mencegah
timbulnya infeksi.
 Jumlah leukosit dalam
batas normal.
 Menunjukkan perilaku
hidup sehat.
Defisiensi  Knowledge : disease NIC : Teaching : disease Process
pengetahuan process (Pengetahuan (Pengajaran : proses penyakit)
berhubungan proses penyakit), 1. Berikan penilaian tentang
dengan  Knowledge: health tingkat pengetahuan pasien
kurang Behavior (Pengetahuan: tentang proses penyakit yang
informasi. tingkah laku spesifik.
kesehatan). 2. Jelaskan patofisiologi dari
Kriteria Hasil : penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
 Pasien dan keluarga
anatomi dan fisiologi, dengan
menyatakanpemahaman
cara yang tepat.
tentang
3. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, kondisi,
yang biasa muncul pada
prognosis dan program
penyakit, dengan cara yang
pengobatan.
tepat.
 Pasien dan keluarga
4. Gambarkan proses penyakit,
mampu melaksanakan
dengan cara yang tepat.
prosedur yang
5. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar.
penyebab, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga
tepat.
mampu menjelaskan
6. Sediakan informasi pada
kembali apa yang
pasien tentang kondisi,
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat.
kesehatan lainnya.
7. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
8. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat Diagnosa
Ansietas  Anxiety control NIC : Anxiety Reduction
berhubungan (control kecemasan), (penurunan kecemasan) :
dengan  Coping (Koping). 1. Gunakan pendekatan yang
persalinan Kriteria Hasil : menenangkan.
prematur dan  Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
neonatus mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
berpotensi mengungkapkan gejala pasien.
lahir cemas. 3. Jelaskan semua prosedur dan
prematur.  Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
mengungkapkan prosedur.
dan menunjukkantehnik 4. Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan dan
cemas. mengurangi takut.
 Vital sign dalam batas 5. Berikan informasi faktual
normal. mengenai diagnosis, tindakan
 Postur tubuh, ekspresi prognosis.
wajah, bahasa tubuh 6. Dorong keluarga untuk
dan tingkat aktivitas menemani anak.
menunjukkan 7. Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian.
kecemasan. 8. Identifikasi
tingkat kecemasan.
9. Bantu pasien mengenalsituasi
yang menimbulkan
kecemasan.
10. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
11. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi IV.
I. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.
Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah
rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci
sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik (Hidayat,
2012).
II. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2012).
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1) Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai
tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2) Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International.

Depkes, R.I. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir.
http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya- percepatanpenurunan-angka-kematian-ibu-
dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/ Diakses tanggal 20 April 2020.

Khafidoh, Anisatun. 2014. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Gawat Janin dalam
persalinan di Rumah akit Umum Prof. Dr. Margono. Terdapat pada:
http://repository.ump.ac.id/5373/8/Anisatun%20Khafidoh%20COVER.pdf. Diakses pada
tanggal 22 April 2020 Pukul 18.00 WIB.

Marmi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : pustaka belajar.

Norma N, Dwi.2013. Asuhan Kebidanan : Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Novihandari, Anggie. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Kala I Memanjang
Di Ruang VK RSUD Ciamis Kabupaten Ciamis.

Purwaningtyas, dkk. 2017. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Higea.
Semarang: Universitas Negeri Semarang

Rangaswamy et al, 2014. Weakening and Rupture of Human Fetal MembranBiochemistry and
Biomechanics. Intechopen Journal.

Sunarti. 2017. Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 Minggu
Dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini.

Takahata, dkk. 2018. Effects of breast stimulation for spontaneous onset of labor on salivary
oxytocin levels in low-risk pregnant women: A feasibility study. Plose one. Tersedia di
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0192757. Diakses pada tanggal 12 November 2019
Pukul 12.10 WIB.

WHO. 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai