Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. “A” G2 P0 A1 39 MINGGU


DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD KOTA

KELAS 3C
Disusun Oleh:

ANDIKASETIAJI 2720162934

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. “A” G2 P0 A1 39 MINGGU


DENGAN KETUBAN PECAH DINI. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Maternitas pada semester V, pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan

( ANDIKASETIAJI )

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(………………………..) (……………………….)

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan
makalah ini sesuai harapan saya dan sesuai waktu yang telah di tentukan,
meskipun tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan
minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dan
mahasiswi di AKPER Notokusumo Yogyakarta.
Laporan ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.
“A” G2 P0 A1 39 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI”disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Prakter Keperawatan Maternitas. Sekalipun
makalah ini masih belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan
secara maksimal, dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah
ini, semoga mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penulisan makalah
berikutnya.

Penulis

2
I. MASALAH UTAMA
KETUBAN PECAH DINI

II. KONSEP DASAR MEDIK


A. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan (Sukarni dan Sudarti, 2014).Ketuban pecah dini adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Apabila ketuban pecah
dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah
dini pada kehamilan premature (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2017).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum terdapat atau
dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda
inpartu (Maryunani, 2016).Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa ketubahan pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya tanda-tanda dan proses persalinan yang disebabkan meningkatnya
tekanan intra uterine.

B. Etiologi Ketuban Pecah Dini


Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi
ketuban pecah dini. Kemungkinan faktor predisposisinya (Nugroho, 2012):
1. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage)
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidroamnion (keadaan cairan
amnion yang berlebih), gamelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnionsintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.

3
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, hal ini dapat menyebabkan tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

C. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini


Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
(Sukarni dan Margareth, 2013):
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.

D. Patofisologi Ketuban Pecah Dini


Terdapat banyak teori yang menyatakan tentang penyebab kasus
ketuban pecah dini, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi. High
virulensi: Bacteroieds dan low virulensi: Lactobacillus(Setiyaningrum dan
Sugiarti, 2017).
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degredasi jaringan kolagen
dikontrol oles sistem aktivitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2017).
Apabila terdapat infeksi dan inflmasi, maka akan terjadi peningkatan
aktivitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenese jaringan, sehingga
terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion. Hal ini
menyebabkan ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah spontan (Setiyaningrum
dan Sugiarti, 2017).

4
E. Pathway
Di bawah ini merupakan pathway ketuban pecah dini.

Gambar 2.1 Pathway Ketuban Pecah Dini (KPD)


Sumber: Wiradharma et al (2013)

5
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin. Penatalaksanaan
ketuban pecah dini ada dua yaitu penatalaksanaan konservatif dan aktif
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2017).
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Rawat di rumah sakit
Apabila terdapat perdarahan per vaginam dengan nyeri perut, curigai
adanya solusio plasenta.
2) Apabila terdapat tanda-tanda infeksi (demam, dan cairan vagina
berbau), berikan antibiotik sama halnya jika terjadi amnionitosis.
3) Usia kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru-paru janin.
5) Jika kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu perlu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan (hal ini tergantung pada kemampuan perawatan bayi
premature).
6) Apabila tidak terdapat infeksi dan usia kehamilan < 37 minggu:
berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin,
berikan ampisilin 4x500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250
mg per oral (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2017).
b. Penatalaksanaan aktif
1) Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal
seksio caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam, maksimal 4x.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah
dini adalah:

6
a) Pertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim.
b) Terdapat tanda infeksi uteri. Suhu meningkat >380C, dengan
pengukuran rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
3) Penatalaksanaan lanjutan:
a) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
kondisi ibu yang menggigil.
b) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ dengan alat pemantau janin elektronik
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat
tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat. Takikardi(nadi
>160x/menit) dapat mengindikasi infeksi uteri.
c) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Pada kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam hanya dilakukan apabila KPD yang sudah
dalam persalinan atau dilakukan induksi persalinan.
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2017).

7
III. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien KPD (Maryunani, 2016):
1. Pengkajian pada pasien dengan KPD yaitu pengkajian terhadap penyakit
yang pernah diderita klien, mungkin klien pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya.
2. Pemeriksaan meliputi denyut jantung janin (DJJ), tinggi fundus uterus,
bagian presentasi janin. Evaluasi apakah ada nyeri tekan.
3. Pengkajian terhadap aktivitas klien. Biasanya kemampuan mobilisasi klien
dibatasi, karena klien dengan KPD dianjurkan untuk bedrest total.
4. Pada pasien KPD biasanya akan terganggu istirahatnya karena rasa mulas
serta nyeri di daerah pinggang, dan air ketuban yang keluar menimbulkan
rasa tidak nyaman. Kaji pola tidur klien.
5. Periksa jumlah cairan ketuban, biasanya air ketuban tampak hanya sedikit,
tetapi sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
6. Lakukan tes lakmus. Kertas lakmus merah yang berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman (2017) dalam bukunya NANDA diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien dengan ketuban pecah dini:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi dan pembukaan
serviks.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat (ketuban pecah dini).

8
C. Perencanaan
Rencana keperawatan menurut Moorhead et al (2013) dan Bulechek et al (2013) dalam buku NOC, NIC.

Tabel 3.1 Rencana Keperawatan dengan Ketuban Pecah Dini


Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
00132 Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen Nyeri
Nyeri akut berhubungan keperawatan, diharapkan nyeri akut 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui nyeri
dengan agen cidera teratasi dengan kriteria hasil: secara komprehensif. pada skala berapa.
biologis. 1605 Kontrol nyeri 2. Ajarkan penggunaan teknik 2. Untuk mengurangi rasa
1. Pasien mengenali kapan nyeri non farmakologi (seperti, nyeri, rileks.
terjadi. terapi musik). 3. Untuk memberi support
2. Pasien menunjukkan dalam 3. Bantu keluarga dalam pada pasien.
menggunakan tindakan mencari dan menyediakan 4. Agar istirahat tercukupi
pengurangan nyeri tanpa dukungan. 5. Mengetahui tekanan darah,
analgesik. 4. Dukung istirahat/tidur yang nadi, pernapasan.
2102 Tingkat Nyeri adekuat. 6. Untuk mengurangi rasa
3. Tekanan darah dalam batas 2210 Berikan Analgesik nyeri.
normal. 5. Monitor tanda-tanda vital.
4. Pasien dapat beristirahat. 6. Kolaborasikan dengan
5. Ekspresi wajah rileks dokter dalam pemberian

9
analgesik.
00146 Setelah dilakukan tindakan 5820 Pengurangan Kecemasan
Ansietas berhubungan keperawatan diharapkan ansietas 1. Lakukan identifikasi pada 1. Mengetahui keadaan cemas
dengan perubahan dalam teratasi dengan kriteria hasil : saat perubahan tingkat pasien
status kesehatan. 1211 Tingkat Kecemasan kecemasan 2. Untuk mengurangi rasa
1. Perasaan gelisah berkurang 2. Instruksikan untuk cemas
2. Ekspresi wajah rileks menggunakan teknik 3. Agar lebih mudah
3. Pasien dapat tidur nyenyak relaksasi menghindari rasa cemas
3. Bantu klien 4. Untuk mengendalikan rasa
mengidentifikasi situasi cemas
yang memicu kecemasan 5. Untuk memberi support
4. Dukung penggunaan
mekanisme koping yang
sesuai
5. Kolaborasi dengan keluarga
untuk mendampingi
00126 Setelah dilakukan tindakan 5510 Pendidikan Kesehatan
Defisit pengetahuan keperawatan diharapkan defisit 1. Identifikasi faktor internal 1. Untuk mengetahui penyebab
berhubungan dengan pengetahuan mencapai kriteria hasil : dan ekstenal yang kurang pengetahuan
kurang informasi. 1855 Pengetahuan: Gaya Hidup mengurangi atau 2. Agar terhindar dari perilaku

10
Sehat meningkatkan motivasi tidak sehat
1. Suplemen vitamin habis berperilaku sehat 3. Memberi motivasi kepada
diminum 2. Ajarkan strategi untuk pasien dan keluarga
2. Mengerti kapan mendapatkan menolak perilaku yang tidak 4. Untuk memberi support dan
bantuan dari seorang profesional sehat mempermudah
kesehatan 3. Berikan diskusi kelompok
4. Libatkan keluarga dalam
perilaku sehat
00004 Setelah dilakukan tindakan 6540 Kontrol Infeksi
Risiko infeksi berhubungan keperawatan diharapkan risiko 1. Observasi area infeksi 1. Mengetahui keadaan infeksi
dengan pertahanan tubuh infeksi teratasi dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan pasien dan 2. Agar pasien dan keluarga
primer yang tidak adekuat 1908 Deteksi Risiko keluarga mengenai paham tanda dan gejala
(ketuban pecah dini) 1. Dapat melakukan pemeriksaan tanda dan gejala infeksi infeksi
sendiri 3. Ajarkan pasien dan 3. Agar pasien dan keluarga
2. Mengenali tanda dan gejala yang keluarga mengenai terhindar dari infeksi atau
mengindikasikan risiko bagaimana menghindari meminimalkan
infeksi 4. Meminimalkan infeksi
4. Anjurkan pasien dan 5. Agar hidup tetap sehat
keluarga untuk cuci
tangan dengan tepat

11
5. Promosikan persiapan
dan pengawetan
makanan yang aman

12
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).6th. Alih


bahasa oleh Intansari Nurjannah. Missouri: Elsevier.
Halimah S. “Hubungan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Saat Persalinan
Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir (BBL)”.
(http://www.scribd.com/doc/15689407). Diunduh pada tanggal 20
September 2018 pukul 17.00 WIB.
Herdman, T.H. 2017. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Alih bahasa oleh Budi Anna Keliat. Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik. 2016. Buku Praktis Kehamilan dan Persalinan Patologis
(Risiko Tinggi dan Komplikasi) Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Pengukuran
Outcomes Kesehatan.5th. Alih bahasa oleh Intansari Nurjannah. Missouri:
Elsevier Saunder
Nugroho. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, PenyakitDalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiyaningrum, Erna dan Sugiarti. 2017. Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternitas
Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Sukarni dan Sudarti. 2014. Patologi: Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sukarni, Icesmia dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas,
dilengkapi dengan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiradharma, Kardana, dan Dharma Artana. 2013. “Risiko Asfiksia pada Ketuban
Pecah Dini di RSUP Sanglah”. Sari Pediatri. Volume 14. Nomor 5.
(https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/339/278).
Diunduh pada tanggal 20 September 2018, pukul 14.30 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai