Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI DIRUANG GINCU 3

RSUD KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh :

SITI NURJANAH

NIM : R220416049

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INDRAMAYU

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2012). Pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(masalaten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput
amnionsebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaputamnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan
atau tanpakontraksi (Mitayani, 2017).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelumwaktunya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauhsebelum waktunya melahirkan (Sujiyati, 2019).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses
persalinan dimulai, pada usia kurang dari 37 minggu.

B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias
bayiterpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal
bisadisebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri
Morgan (2019) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan servik
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya
aborsiterapeutik, LEEP, dan sebagainya) 
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks
selama pelahiran sebelumnya
c. Inkompeteni serviks

C. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit
ketuban.Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid
C yangdapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan
lebihlanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnyamenyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga
dihasilkan produksekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu
sitokrin, interleukin 1, faktornekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet
activating factor yang diproduksioleh paru-paru janin dan ginjal janin
yang ditemukan dalam cairan amnion,secara sinergis juga mengaktifasi
pembentukan sitokin.
Endotoksin yangmasuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang
sel-sel desidua untukmemproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin
yang menyebabkandimulainya persalinan.Adanya kelemahan lokal atau
perubahan kulit ketuban adalah mekanismelain terjadinya ketuban pecah
dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bakterial dan atau produk host
yang disekresikan sebagai respon untuk infeksidapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora 4servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan
memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga 
kulit ketuban.
Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah
kolagentipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada
kulitketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi
dapatmenyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan
ketuban pecahdini.Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N,
kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya
melemahkan kulit ketuban . Selinflamasi manusia juga menguraikan
aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen
menjadi plasmin potensial, potensial menjadi penyebab ketuban pecah
dini.

D. MANIFESTASIKILIS
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus produksi sampai kelahiran.
Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya “mengganjal” atau menyambut kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Sujiyanti, 2018).

E. KOMPLIKASI
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir.Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil
dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).Seklain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
Praterm.Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD
praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a.       Infeksi intrauterine
b.      Tali pusat menumbung
c.       Prematuritas
d.      Distosia
(buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2019,hal:17)

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Konservatif
Rawat di rumah sakit jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut,
pikirkan solusioplasenta Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan
vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral
3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi
maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
b. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25
mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini
adalah sebagai berikut :
- Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan
waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000
gram.
- Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
c. Penatalaksanaan lanjutan
- Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
- Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda
gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
mengindikasikan infeksiuteri.
- Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
- Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,
perhatikan juga hal-hal berikut:
 Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
 Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
 Warna rabas atau cairan di sarung tangan
 Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi
peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
G. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual. Kemampuan
perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai
kesadaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat,
kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu 45 berespon
secara efektif. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan
data objektif dan subjektif dari klien Aplikasi pengkajian yaitu :

1. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status


perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan,
faktor sistem keluarga); Pola hidup; Faktor lingkungan
2. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit, maka perawat perlu melakukan pengkajian
kepada klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat
ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total
Care.
3. Pengembangan masalah fisiologis yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan
oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,, gangguan
mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi
/pergerakan bowel, urinary, excrements, menstruasi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan istirahat. Secara rinci pengembangan teori dengan masalah
fisiologis adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara
b. Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi
c. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan
d. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut
e. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi
f. Aktivitas dan istirahat
g. Keselamatan dan keamanan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna. Konsentrasi, baud
an pHnya.
2) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine,
atau secret vagina.
3) Secret ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna
tetap kuning.
4) Tes lakmus (nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
5) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan daun pakis.
(Varney, 2007)
b. Pemeriksaan Ultrasonogafi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion
(Varney, 2007).

Anda mungkin juga menyukai