Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN PATOLOGIS

DI PMB MARIAH ULFA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Kebidanan


Stase Persalinan

Disusun Oleh :

RASMIATIN
NIM : 15901.04.22029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN PATOLOGIS

DI PMB MARIAH ULFA

Disusun Oleh :

RASMIATIN
NIM : 15901.04.22029

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Bd. Mega Silvian Natalia, SST., M.Kes Bd. Mariah Ulfa, S.Tr., Keb
TINJAUAN PUSTAKA.....................
A. Konsep Dasar Kebidanan Persalinan
Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun kedalam jalan lahir sedangkan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Sukarni, 2013)
B. Konsep Dasar Kebidanan Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan
korion) tanpa diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya
ketuban pada kehamilan preterm. Berdasarkan usia kehamilan, apabila
keadaan tersebut terjadi pada usia kehamilan ≥ 37 minggu disebut
premature rupture of membrane (PROM), sedangkan jika usia kehamilan
< 37 minggu disebut dengan preterm premature rupture of membrane
(PPROM) (Kemenkes,2014).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum muncul tanda-tanda
persalinan atau waktunya melahirkan, pada pembukaan<4 cm atau fase
laten.
2. Etiologi
Penyebab dari KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti.Beberapa laporan menyebabkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD (Fadlun, 2013). Adapun beberapa
penyebab dari kejadian KPD antara lain :
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadi nya KPD.
b. Inkompetensi Serviks
Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
c. Kelainan letak
Misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah.
d. Overdistensi uterus
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gameli.
e. Trauma
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
f. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi diantaranya riwayat KPD sebelumnya,
polihidramnion (cairan ketuban berlebihan), kehamilan kembar,
peningkatan paritas.
Sedangkan faktor lain penyebab ketuban pecah dini menurut Nugroho
(2012) yaitu :
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multi gravida, merokok dan perdarahan antepartum.
3. Tanda dan Gejala
a. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa
(lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah
terinfeksi bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air
ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,
atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior.
c. USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
d. Terdapat infeksi genital (sistemik)
e. Gejala Chorioamnionitis
4. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Pada kondisi yang normal
kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibrolast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin, prostaglandin berfungsi untuk membantu oksitosin dan
estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos, hormon ini dihasilkan
oleh uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan
saja, akan tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga
terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim,
dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal yang fisiologis. KPD pada kehamilan prematur disebabkan
oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari
vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo,2014).
5. Diagnosis KPD
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban
di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit
bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin
test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi
adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta air ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah>15.000/mmᵌ. Janin yang mengalami takikardia, mungkin
mengalami infeksi intrauterine. Tentukan tanda-tanda persalinan dan
skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).
6. Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
serta dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban
pecah dini dilakukan secara konservatif dan aktif, pada penanganan
konservatif yaitu rawat di rumah sakit (Manuaba, 2018).
Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah
26 minggu karena mempertahankannya memerlukan waktu lama. Apabila
sudah mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk diinduksi.
Apabila terjadi kegagalan dalam induksi makan akan disetai infeksi yang
diikuti histerektomi. Pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan akan
menambah reseptor pematangan paru, menambah pematangan paru janin.
Pemberian batametason 12 mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan,
maksimum dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari, pemberian
betakortison dapat diulang apabila setelah satu minggu janin belum lahir.
Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan
apabila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamninitis.
Meghindari sepsis dengan pemberian antibiotik profilaksis (Manuaba,
2018).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau
preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
Apabila janin hidup serta terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk
dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan
posisi sujud. Dorong kepala janin keatas degan 2 jari agar tali pusat tidak
tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang
dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya
infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan
antibiotik penisilin prokain 1,2 juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g
peroral.
Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tidah baring, diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg.
Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid, seperti
deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis, apanila
terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu,
lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan.
Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran
dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari 5 cm atau
ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni,
2013).
Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37
minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea.
Dapat diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali (Khafidoh, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta. Salemba Medika

Faradisa, I. S., Sardjono, T. A., & Purnomo, M. H. (2017). Teknologi Pemantauan


Kesejahteraan Janin. Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di
Industri 2017, 1–6.

Indra Gunawan, & Teddy Nofriyadi. (2021). The Use Of Dexamethasone In


Women With Preterm Premature Rupture Of Membranes : An Evidence-
Based Case Report. Jambi Medical Journal "Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan", 9(3), 262-269. https://doi.org/10.22437/jmj.v9i3.12230

Kemenkes RI. 2014.Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals


(SDGs). Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. [internet]. Tersedia
dalam:http://www.depkes.go.id/articel/view/17082800020/-capaian-kinerja-
kemenkes-ri-tahun-2015-2017

Manuaba, IBG.et al. 2018. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG.

Marmi, 2011.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Nugroho, Taufan.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo.(2014).Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina PustakaSarwono


Prawirohardjo
ASUHAN KEBIDANAN PERSAINAN
Pada Ny. H G2P1A0UK 39 minggu I/T/H Inpartu Kala 1 Fase Aktif

Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)

Tanggal / Waktu Pengkajian : 8 Januari 2023 / 05.00 wib

Tempat Pengkajian : PMB Mariah Ulfa

Nama Pengkaji : Rasmiatin /NIM : 15901.04.22029

BIODATA

Nama Klien : Ny. H Nama Suami : Tn. S

Usia : 33 tahun Usia : 35 tahun

Alamat : Jl. Flamboyan

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

KALA I

Hari/Tanggal : Minggu, 08 Januari 2023

Jam : 05.00

Tempat : PMB Mariah Ulfa

Pemeriksa : Rasmiatin / NIM : 15901.04.22029

a. Data subjektif

1) Keluhan Utama :

Ibu mengatakan keluar cairan jernih dan berbau amis dari jalan lahir

sejak tanggal 08 Januari 2023 pukul 04.30 WIB. Ibu mengatakan

merasakan kenceng-kenceng dan belum mengeluarkan lendir darah.


2) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan BBL Nifas

Hami Penyulit UK Jenis Penolon Penyulit JK BB Umur Se Laktasi Pen


l ke (mgg) g (gr) karang

1 Tidak ada 9 bul Spontan Bidan Tidak a P 3000 6 Tahun 1 tahu Tid
an da n d

2 Hamil ini HPHT: 9-4-2022

3) Pola kebiasaan sehari-hari (24 jam terakhir)

a) Hygiene : Ibu mandi 2 kali sehari, dan membersihkan alat kel

aminnya saat mandi, dan setelah bak atau bab

b) Eliminasi : Ibu biasa bab tiap hari 1 kali, bab terakhir sore jam

16.00 konsistensi lembek tidak ada keluhan, dan b

uang air kecil tiap 4 jam lancar warna jernih, jumla

h kurang lebih 100 ml tiap buang air kecil

c) Istirahat : Ibu semalam bisa tidur nyenyak tidak ada gangguan

dalam tidur, kadang merasa capek pada pinggang

kalau terlalu lama tidur terlentang.

d) Nutrisi: Ibu biasa makan 3 kali sehari dengan nasi lauk dan sayura

n, terakhir makan nasi jam 18.00 dan minum air p

utih setiap terasa haus, terakhir minum jam 03.00.

Ibu tidak ada keluhan dengan makan dan minum


b. Data objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,5°C

Pernapasan : 20x/menit

Nadi : 80 x/menit

2) Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi

(1) Mata: Mata tidak cowong, sklera putih tidak ada perdarah

an atau icterus, konjungtiva merah muda tidak a

nemis

(2) Wajah: Wajah simetris, tidak oedem, warna kulit tidak pu

cat, bibir lembab tidak kering

(3) Hidung: Simetris, Tidak tampak pernafasan cuping hidun

(4) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis, tida

k ada pembesaran kelenjar tiroid.

(5) Payudara:Payudara bersih tidak ada benjolan abnorma, Te

rdapat hiperpigmentasi pada areola mamae, col

ostrum sudah keluar sedikit.


(6) Ekstermitas :Ektremitas atas dan bawah tidak ada Oedem,

tidak ada gangguan gerak dan gangguan aktivit

as.

(7) Genetalia dan anus : tampak keluar darah dan lendir, vul

va dan anus menutup

b) Palpasi

(1) Abdomen :

Leopold I:Tinggi fundus uteri 3 jari bawah prosesus xipoid


eus, pada fundus teraba besar lunak.

Leopold II:Sebelah kanan teraba keras /punggung janin (p


uka), sebelah kiri teraba bagian kecil janin.

Leopold III:Bagian terendah janin teraba bulat keras dan


melenting (letak kepala), tidak dapat digoya
ng

Leopold IV :Bagian terendah (kepala) sudah masuk PAP 2


/5 bagian

TFU Mcdonald : 30 cm

His : 3 x/ 10’/ 20” Tidak adekuat

c) Tafsiran Berat Janin: 2790 gram

d) Skor Puji Rochyati (SPR) skor 2

e) Auskultasi 140 x/menit

a) Pemeriksaan Dalam

Tanggal : 08-01-2023 jam 05.00 WIB


Hasil : Pembukaan 4 cm, effacement 50 %, ketuban

negatif, Kepala Hodge I Denominator ubun ubun kecil kanan

depan.

c. Assasment/Diagnosa Masalah

G2P1A0, UK 39 minggu 3 hari/Tunggal/Hidup/Puka/Letak kepala sudah

masuk PAP ( U ), Inpartu Kala 1 Fase Aktif, K/U Ibu dan janin baik

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 08-01-2023 Pukul : 05.30 WIB

Tempat : PMB Mariah Ulfa

Jam Penatalaksanaan
05.30 Memberikan informasi kepada ibu bahwa keadaan ibu dan janin
baik, namun oleh karena ketuban sudah keluar selama 6 jam
ibu akan diobservasi sampai pukul 13.00 WIB. Bila tidak ada
kemajuan proses persalinan, ibu harus segera dibawa ke RSUD
untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
Ibu mengerti mengenai keadaanya saat ini dan bersedia
diobservasi sampai pukul 13.00 wib. Serta ibu bersedia dirujuk
ke RSUD.
06.00 Menjelaskan tentang keadaan yang dialami ibu yaitu ibu
mengalami ketuban pecah dini : penyebabnya karena serviks
inkompeten.
Ibu mengerti mengenai keadaanya saat ini jika ibu mengalami
ketuban pecah dini
06.30 Menganjurkan ibu atau keluarga untuk memberi makanan yang
lunak atau minuman yang manis-manis seperti air teh, sehingga
dapat menambah tenaga ibu.
Ibu bersedia untuk makan makanan yang lunak atau minum
minuman yang manis.
07.00 Menganjurkan ibu untuk istirahat selama dilakukan observasi.
Ibu bersedia istirahat saat tidak terjadi kontraksi
08.00 Memberikan support mental bagi ibu agar tidak cemas yang
berlebihan.
Ibu mengerti
08.30 Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk merujuk yaitu
BAKSOKU dan alat resusitasi bayi untuk persiapan jika
sewaktu-waktu ibu harus segera dirujuk.
Bidan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk
merujuk

KALA II

Tanggal : 08-01-2023 Pukul : 09.25 WIB

a. Data Subjektif

Ibu merasakan dorongan ingin meneran

b. Data Objektif

Tekanan pada anus dan vulva tampak membuka, Perineum dan ketuban

tampak menonjol. His Adekuat 4x/10’/45”.

Pemeriksaan dalam Pembukaan lengkap, eff 100%, ketuban +, Kepala

Hodge III+, Denominator Ubun-ubun kecil kanan depan

c. Assasment/ Diagnosa Masalah

G2P1A0 UK 39 minggu 3 hari/ Tunggal/ Hidup/ Inpartu Kala II

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 08-01-2023 Pukul : 09.30


1) Melihat tanda gejala Kala II yaitu ibu merasakan ada dorongan

ingin meneran, tekanan pada anus, dan terlihat kondisi vulva yang

membuka dan perineum yang menonjol.

E/ terdapat tanda dan gejala Kala II.

2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan

komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Memasukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

7) Melakukan vulva hygien dengan menggunakan kapas atau kassa

yang di basahi air DTT

8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Tidak di lakukan amniotomi

karena ketuban sudah pecah.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin


0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

Didapat DJJ 144 x/menit dalam batas normal.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang

kuat untukmeneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan

untuk meneran
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap lima menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera.

14) Anjurkan ibu berjalan, berjongkok atau mengambil mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam serang waktu 60 menit.

15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu.

17) Membuka partus set dan cek kembali kelengkapan alat.

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang

lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan

kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran

Tidak terdapat lilitan tali pusat.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)


untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya

lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut

ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya

(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan).

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian pusat.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi.

28) Memebritau ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

30) Setelah 2 menit bayi lahir, jepit tali pusat menggunakan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem

pertama (ke arah ibu).

31) Memotong tali pusat dan mengikat dengan benang DTT.


32) Meletakkan bayi di atas dada ibu untuk melakukan kontak kulit

ibu-bayi dan melakukan IMD selama 1 jam.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala.

KALA III

Tanggal : 08-01-2023 Pukul : 10.25 WIB

a. Data Subjektif

Ibu mengeluh perutnya mules

b. Data Objektif

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Kandung kemih : Kosong

4) Kontraksi : Baik

5) TFU Setinggi pusat

6) Tali pusat nampak di depan vulva, terdapat semburan darah tiba-

tiba.

c. Assasment/ Diagnosa Masalah

P2A0 UK 39 minggu 3 hari/ Tunggal/ Hidup/ Inpartu Kala III

d. Penatalaksanaan

1) Memindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva.

2) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan


palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat

dan klem dengan tangan yang lain.

3) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan

cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut

mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

4) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

selaput ketuban tersebut.

5) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus masase selama 15 detik, meletakkan telapak tangan

di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

6) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban

lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik

atau tempat khusus.


7) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Perineum terdapat laserasi derajat 2 pada mukosa vagina, otot

perineum dan kulit perineum, melakukan hecting.

KALA IV
Tanggal : 08-01-2023 Pukul : 11.00 WIB

a. Data Subjektif

Ibu merasa lega telah melahirkan plasenta, ibu merasakan adanya

kontraksi di perutnya dan nyeri di area jalan lahir.

b. Data Objektif

Plasenta lahir pukul 10.40 WIB kotiledon dan selaput lengkap,

kontraksi uterus keras, TFU 2 jari bawah pusat, terdapat perdarahan

dari jalan lahir.

c. Assasment/Diagnosa Masalah

P2A0 dengan inpartu Kala IV

d. Penatalaksanaan

1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.

2) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.

3) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk masase uterus dan menilai

perdarahan.

4) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


5) Memastikan keadaan umum ibu, TTV, kontaksi uterus dan

perdarahan.Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan.Setiap 30 menit pada 1 jam kedua pasca persalinan.

6) Memantau keadaan bayi, memastikan bayi bernafas dengan baik.

7) Memebersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan air

DTT. Bersihkan ranjang bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

8) Pastikan ibu merasa nyaman, anjurkan keluarga memberi ibu

minum dan makan.

9) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

10) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit.

11) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah.

12) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

13) Mencuci tangan dibawah air mengalir dan melepas celemek.

14) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu untuk memberikan ASI,

anjurkan keluarga untuk memberikan minum dan makan kepada

ibu.

15) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik pada

bayi.

16) 1 jam pertama beri salep mata/tetes mata pada bayi, injeksi Vit. K

1mg secara IM di paha kiri lateral, lakukan pemeriksaan fisik bayi,

dan observasi TTV.

17) Setelah 1 jam Vit. K, berikan suntikkan Hepatitis B dipaha kanan

lateral.
18) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

19) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

20) Melengkapi dokumentasi di partograf.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai