Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

POSNATAL SC INDIKASI KETUBAN PECAH DINI ( KPD )


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu tugas praktik keperawatan maternitas

Disusun Oleh:
Riky Mustopa
(E.0105.19.036)

PROGRAM STUDI : D3 KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. DEFINISI KETUBAN PECAH DINI

Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the


Membranes(PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya proses persalinan pada kehamilan aterm. Sedangkan Preterm
Premature Rupture of theMembranes (PPROM) adalah pecahnya ketuban
pada pasien dengan usiakehamilan kurang dari 37 minggu (Mamede dkk,
2012). Pendapat lainmenyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala
I, yaitu bila ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang
dari 3 cm dan padamultigravida kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal
selaput ketuban pecahdalam proses persalinan (Cunningham, 2010).
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan.Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut
periode latenatau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan
yang mengukur LagPeriod, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum
intrapartum, dan diatas 6 jamsetelah ketuban pecah. Bila periode laten
terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada
ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).

B. ETIOLOGI KETUBAN PECAH DINI

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba,


2010)yaitu sebagai berikut:
1. Multipara dan Grandemultipara
2. Hidramnion
3. Kelainan letak: sungsang atau lintang
4. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
5. Kehamilan ganda
6. Pendular abdomen (perut gantung)
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian
KPDmayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-
35 tahun, umur kehamilan ≥37
minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.

C. MANIFESTASI KLINIK KETUBAN PECAH DINI

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :


1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau
ataukecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3. Janin mudah diraba


4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering5.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
danair ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin
berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi
yangmengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase

D. PATOFISIOLOGI KETUBAN PECAH DINI

Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-
hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah.Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-
malposisidisproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu
dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau
kecil
PATHWAYS
E. KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti,


2017)yaitu:
1. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu
infeksiintrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry
labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatifobstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
2. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu
prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah
pemberianmakanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan
intraventrikular,enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko
cerebral palsy,hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/
penurunan tali pusat,hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri,
persalinan lama, skorAPGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy,
perdarahan intrakranial, gagalginjal, distres pernapasan), dan
oligohidromnion (sindrom deformitas janin,hipoplasia paru, deformitas
ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat),morbiditas dan
mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016)

F. PENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH DINI

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau


pretermdengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila
janin hidupserta terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi
panggul lebihtinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi sujud.
Dorong kepala janinkeatas degan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala
janin. Tali pusat di vulvadibungkus kain hangat yang dilapisi plastik.
Apabila terdapat demam ataudikhawatirkan terjadinya infeksi saat rujukan
atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik penisilin
prokain 1,2 juta UI intramuskular danampisislin 1 g peroral.Pada kehamilan
kurang 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitutidah baring,
diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotikselama 5
hari dan glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2hari.
Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan.
Padakehamilan 33-35 miggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam
kemudianinduksi persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada
his maka pimpin meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi
persalinan.Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang
dari 5 cm atauketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm
(Sukarni, 2013).Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan
> 37 minggu induksidengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea.
Dapat diberikanmisoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali (Khafidoh,2014).

I. Penatalaksanaan KPD di Rumah Sakit

KPD termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan


dalammengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas danmortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih
dilema bagisebagian besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan,
jika kehamilansegera diakhiri, maka akan akan meningkatkan insidensi
secsio sesarea, danapabila menunggu persalinan spontan, maka akan
meningkatkan insidenchorioamnionitis (Taufan, 2011).
Kasus KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus di
pastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara
koservatifdengan maksud memberikan waktu pematangan paru, harus bisa
memantaukeadaan janin dan infeksi yang akan memeperjelek prognosis
janin.Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di
ketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
untuk mengetahuiumur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering
pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan
sepsis. Oleh Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-
hati untuk menentukan waktuyang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan matang, choriamnionitisyang diikuti dengan sepsis pada janin
merupakan sebab utama meningkatnyamorbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janinlangsung berhubungan dengan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten (Taufan, 2011).
1. Konservatif
Penanganan secara konservatif yaitu:
a. Rawat di rumah sakit.
b. Beri antibiotik: bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisilin 4x500
mgatau gentamycin 1x 80 mg.
c. Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama air ketuban
masihkeluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka
usiakehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan (halini sangat tergantung pada kemampuan keperawatan
bayi prematur).
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine).
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk
memacukematangan paru-paru janin.
2. Aktif
Penanganan secara aktif yaitu:
a. Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan
seksiosesarea. Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam dektrosa 5
%, dimulai4 tetes sampai maksimum 40 tetes/ menit.
b. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan secsio sesarea.
c. Bila ada tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan
persalinandiakhiri (Taufan, 2011).

II. Penatalaksaan KPD dengaan Asuhan Komplementer

1. Pengaruh Kombinasi Teknik Kneading Dan Relaksasi Nafas Dalam.


Merupakan asuhan komplementer yang dapat dilakukan oleh
bidanuntuk mengurangi nyeri saat persalinan dengan resiko yaitu KPD
(KetubanPecah Dini).
Menurut penelitian Brown, Douglas & Flood (2001) dalam
Rizqiana,(2015), pada sampel 45 orang dengan menggunakan 10
metodenonfarmakologi didapatkan bahwa relaksasi teknik pernafasan,
akupresur,dan massage merupakan teknik yang paling efektif
menurunkan nyeri padasaat persalinan.
Salah satu teknik massage yang dapat dilakukan oleh Bidan
adalahteknik kneading. Kneading adalah memijat menggunakan
tekanan yangsedang dengan sapuan yang panjang, meremas
menggunakan jari-jaritangan diatas lapisan superficial dari jaringan otot
berguna membantumengontrol rasa sakit lokal dan meningkatkan
sirkulasi (Inkeles, 2007).Berdasarkan penelitian Faujiah, dkk (2018),
mengenai PengaruhKombinasi Teknik Kneading Dan Relaksasi Nafas
Dalam TerhadapIntensitas Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan
Primigravida Di WilayahKerja UPT Puskesmas Rajapolah Tahun 2018,
menunjukan bahwa Terdapat pengaruh kombinasi teknik kneading dan
relaksasi nafas dalam terhadapintensitas nyeri persalinan primigravida
kala I Fase Aktif.
2. Rangsangan Puting SusuMerupakan asuhan komplementer yang dapat
dilakukan oleh bidanuntuk meningkatkan intensitas kontraksi ibu
melahirkan. Rangsangan puting susu dapat menstimulasi saraf sensorik
yang ada pada daerah nippledan areola. Rangsangan ini akan
meningkatkan produksi hormone oksitosindari neurhohipofise dalam
hipotalamus. Kemudian oksitosin masuk kedalam aliran darah dan
menyebabkan kontraksi sel miometrium pada alveolisehingga kontraksi
menjadi kuat, dengan kontraksi uterus yang kuat makaibu akan
mempunyai tenaga yang kuat untuk mengejan dan persalinan
akanmenjadi cepat (Fitriyani et al. 2010).
Berdasarkan penelitian Lestari & Aprilia (2017), mengenai
AsuhanKebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Rangsangan Puting Susu
di BPMLilik Kustono Diwek Jombang, menunjukan bahwa setelah
dilakukanasuhan kebidanan pada ibu inpartu kala I fase aktif yang
diberikanrangsangan puting susu selama 2 menit didapat bahwa kedua
pasienmengalami penambahan intensitas kontraksi uterus. Dari 2 kali
dalam 10menit 30 detik menjadi 2 kali dalam 10 menit 50 detik. Ibu dapat
bersalindengan normal tanpa ada komplikasi. Keadaan ibu dan bayi baik.
Penelitian juga dilakukan oleh Takahata, dkk (2018),
mengenaiPengaruh stimulasi payudara untuk meningkatkan kadar
oksitosin sehinggamelancarkan persalinan normal. Penelitian ini
menggunakan desain uji cobalengan tunggal. Enam belas wanita hamil
risiko rendah antara usiakehamilan 38 dan 40 minggu dengan ibu hamil
yang memiliki kehamilandengan letak kepala. Mereka melakukan
stimulasi payudara selama 3 haridengan bidan di satu rumah sakit
bersalin. Setiap payudara dirangsangselama 15 menit dengan total 1 jam
per hari. Rangsangan puting dilakukan10 menit dan 15, 30, 60, 75, dan
90 menit setelah intervensi, menghasilkan18 sampel per wanita. Hasil
menunjukan bahwa Pendekatan intervensistimulasi payudara yang
digunakan menunjukkan kelayakan sebagaininduksi persalinan yang
baik dalam hal kepraktisan dan penerimaan diantara wanita hamil.
G. PENGKAJIAN KETUBAN PECAH DINI

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian


yangdilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat
datadasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan
klien( Hidayat,2000 ).
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatana.
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi,DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan
ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak
diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT,TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebutditurunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat
harga diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatana.
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjagakebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena darikeinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya,terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepatlelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalamikelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susahkencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema daritrigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadikonstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan
tidur karenaadanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga danorang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dannyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien
nifas primiparaterjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebihmenjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsepdiri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual ataufungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinandan nifas
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah
persalinan klienakan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus
bedres totalsetelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.( Sharon J. Reeder, 1997:285)4.

4. Pemeriksaan fisika
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapatadanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karenaadanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dankadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya,adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadangditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areolamamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri.Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandunganmenandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnyauterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal
k. Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanyaluka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadicepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
5. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan
keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas.
Selain keterangan yangdisampaikan pasien dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air
ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazinetes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah
dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan
ketuban di froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk
kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak
banyakmanipulasi daerah pelvis untuk mengurangi
kemungkinan kemungkinaninfeksi asenden dan persalinan
prematuritas.
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah
dini dapatdilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalamkavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun seringterjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion

H. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Kala 1 persalian Kesiapan
1. Menyatakan keinginan meningkatkan
untuk menerapkan gaya proses
hidup yang tepat untuk Klien mengaku kehamilan-
persalinan sudah persalian
2. Menyatakan keinginan merencanakan sejak
untuk menerapkan lama
penatalaksanaan gejala
ketidak nyamanan
selama persalinan Kesiapan
3. Menyatakan rasa meningkatkan
percaya diri menjalani proses kehamilan-
persalinan persalian
DO :
1. Menunjukan perilaku
proaktif selama
persiapan persalian
2 DS : Ketuban pecah dini Defisit
1. Menanyakan masalah pengetahuan
yang dihadapi
DO : Klien tidak
1. Menunjukan perilaku mengetahui
tidak sesuai anjuran penyebab dan
2. Menunjukan persepsi akibat ketuban
yang keliru terhadap pecah dini ( kpd )
masalah
3. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat Defisit
4. Menunjukan perilaku pengetahuan
berlebihan ( mis.
Apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria )
3 DS : Ketuban pecah dini Ansietas
1. Merasa binggung
2. Merasa kwahatir
dengan akibat dari Air ketuban terlalu
kondisi yang dihadapi banyak keluar
3. Sulit berkonsentrasi
4. Mengeluh pusing
5. Anoreksia Kecemasan ibu
6. Palpitasi terhadap
7. Merasa tidak berdaya keselamatan janin
DO : dan dirinya
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur Ansietas
4. Frekuensi napas
meningkat
5. Frekuensi nadi
meningkat
6. Tekanan darah
meningkat
7. Diaferosis
8. Tremor
9. Muka tampak pucat
10. Suara bergetar
11. Kontak mata buruk
12. Sering berkemih
13. Berorientasi pada masa
lalu
4 DS : Kala 1 persalian Gangguan rasa
1. Mengeluh tidak nyama
nyaman
2. Mengeluh sulit tidur His yang berulang
3. Tidak mampu rileks
4. Mengeluh
kedinginan/kepanasan Peningkatan
5. Mesasa gatal kontraksi dan
6. Mengeluh mual pembukaan serviks
7. Mengeluh Lelah uteri
DO :
1. Gelisah
2. Menunjukan gejala Rasa mulas dan
distress ingin mengejan
3. Tampak merintih atau
menangis
4. Pola eliminasi berubah Klien melaporkan
5. Postur tubuh berubah tidak nyaman
6. Iritabilitas

Gangguan rasa
nyaman
5 DS : Kala 1 persalian Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri
DO :
1. Tampak meringis His yang berulang
2. Bersikap protektip (
mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri )
3. Gelisah Peningkatan
4. Frekuensi nadi kontraksi dan
meningkat pembukaan serviks
5. Sulit tidur uteri
6. Tekanan darah
meningkat
7. Pola napas berubah Mengiritasi nervus
8. Nafsu makan berubah pundedalis
9. Proses berpikir
terganggu
10. Menarik diri Stimulus nyeri
11. Berfokus pada diri
sendiri
12. Diaphoresis Nyeri akut
6 Factor resiko Ketuban pecah dini Resiko infeksi
1. Penyakit kronis ( mis.
Diabetes melitus )
2. Efek prosedur infasip Tidak adanya
3. Malnutrisi perlindungan dunia
4. Peningkatan paparan luar dengan daerah
organisme pathogen Rahim
lingkungan
5. Ketidak adekuatan
peratahanan tubuh Mudahnya
primer mikroorganisme
➢ Gangguan masuk secara
peristaltic asenderis
➢ Keruksakan
integritas kulit
➢ Perubahan Resiko infeksi
sekresi PH
➢ Penurunan
kerja siliaris
➢ Ketuban pecah
lama
➢ Ketuban pecah
sebelum
waktunya
➢ Merokok
➢ Statis cairan
tubuh
6. Ketidak adekuatan
pertahanan tubuh
sekunder
➢ Penurunan
homoglobin
➢ Imununosupresi
➢ Leukopenia
➢ Supresi respon
inflamasi
➢ Vaksinasi tidak
adekuat

I. DIAGOSA KEPERAWATAN
1. Kesiapan meningkatkan proses kehamila-persalinan
2. Defisit pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi, ketidaktahuan
menentukan sumber informasi d.d. menanyakan masalah yang
dihadapi, tidak mengetahui penyebab dan akibat ketuban pecah dini (
KPD ).
3. Ansietas b.d. ancaman terhadap kematian d.d. merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit
tidur.
4. Gangguan rasa nyaman b.d. gejala penyakit, gangguan adaptasi
kehamilan d.d. mengeluh tidak nyaman, mengeluh sulit tidur, tidak
mampu rileks, gelisah
5. Nyeri akut b.d. agen pencederaan fisik, stimulus nyeri d.d. mengeluh
nyeri, sulit tidur, gelisah.
6. Resiko infeksi d.d. ketuban pecah dini, ketuban pecah lama, ketuban
pecah sebelum waktunya.

J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1 Kesiapan Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
meningkatkan tidakan keperawatan Edukasi persalinan Edukasi persalian
proses kehamila- status antepartum Observasi : Observasi :
persalinan membaik dengan 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
kriteria hasil : pemahaman ibu pemahaman ibu
- Kelekatan tentang persalinan tentang persalian
emosional Terapeutik : Terapeutik :
dengan janin 1. Sediakan materi 1. Untuk
meningkat dan media mempermudah
- Pendarahan Pendidikan menjelaskan
vagina Kesehatan tentang persalian
menurun 2. Jadwalkan 2. Agar teraturnya
- Nyeri Pendidikan pemberian
apigastrik Kesehatan sesuai Pendidikan kepada
menurun kesepakatan klien
- Reflex Edukasi : Edukasi :
neurologi 1. Jelaskan metode 1. Agar klien bisa
membaik persalinan yang ibu milih persalina
- Status inginkan seperti apa yang
kognitip 2. Jelaskan persiapan dia inginkan
membaik dan tempat bersalin 2. Menjelaskan
3. Ajarkan Teknik persiapan dan
relaksasi untuk tempat bersalin
meredakan 3. Agar klien tidak
kecemasan dan merasa cemas dan
ketidak nyamanan agar lancer saat
persalian persalinan
2 Defisit Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
pengetahuan b.d. tidakan keperawatan Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan
kurang terpapar tingkat pengetahuan Observasi : Observasi :
informasi, membaik dengan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
ketidaktahuan kriteria hasil : kesiapan dan apakah klien siap
menentukan - Perilaku kemampuan pemberian edukasi
sumber informasi dengan sesuai menerima yang kita berikan
d.d. menanyakan kemampuan informasi Terapeutik :
masalah yang meningkat Terapeutik : 1. Supaya mudah saat
dihadapi, tidak - Pertanyaan 1. Sediakan materi pemberian materi
mengetahui tentang dan media 2. Supaya
penyebab dan masalah yang terjadwalnya saat
akibat ketuban dihadapi Pendidikan pemberian
pecah dini ( KPD ). menurun Kesehatan pendidika
- Perilaku 2. Jadwalkan Kesehatan
membaik Pendidikan Edukasi :
Kesehatan sesuai 1. Untuk menambah
kesepakatan pengetahuna klien
Edukasi : suapa tau factor
1. Jelaskan factor apa yang
resiko yang dapat mempengaruhi
mempengaruhi kesehatan
kesehatan
3 Ansietas b.d. Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
ancaman terhadap tidakan keperawatan Reduksi asietas Rduksi ansietas
kematian d.d. tingkat ansietas Observasi : Observasi :
merasa khawatir menurun dengan 1. Identifikasi saat 1. Untuk penetahui
dengan akibat dari kriteria hasil : asietas berubah ( perubahan prilaku
kondisi yang - Perilaku mis. Kondisi, klien
dihadapi, tampak gelisah waktu, stressor ) 2. Untuk mengetahui
gelisah, tampak menurun 2. Monitot tanda- tanda dan gejala
tegang, sulit tidur. - Perilaku tanda ansietas ( asietas
tegang verbal dan non
menurun verbal ) Terapeutik :
- Pucat Terapeutik : 1. Agar berkurangnya
menurun 1. Temani pasien rasa cemas yang
- Konsentrasi untuk mengurangi ada di diri pasien
membaik kecemasan, jika 2. Agar pasien merasa
- Pola tidur memungkinkan nyaman
membaik 2. Ciptakan suasana Edukasi ;
terapetik untuk 1. Suapa terkontrol
menumbuhkan pada saat terjadi
kepercayaan hal-hal yang tidak
Edukasi :
1. Anjurkan keluarga di inginkan kepada
untuk tetap pasien
Bersama pasien, 2. Suapa pasien bisan
jika perlu mengunakan
2. Latih Teknik metode relaksasi
relaksasi pada saat sedang
Kolaborasi : cemas
1. Kolaborasikan Kolaborasi ;
pemberian obat 1. Supaya pasien bisa
antlansietas, jika lebih nyaman
perlu
4 Gangguan rasa Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
nyaman b.d. gejala tidakan keperawatan Terapi relaksasi Terapi relaksasi
penyakit, gangguan status kenyamanan Observasi : Observasi :
adaptasi kehamilan meningkat dengan 1. Identifikasi Teknik 1. Untuk mengetahui
d.d. mengeluh tidak kriteria hasil : relaksasi yang jenis relaksasi apa
nyaman, mengeluh - Kesejahteraan pernah efektip yang cocok di
sulit tidur, tidak fisik digunakan gunakan
mampu rileks, meningkat 2. Monitor respon 2. Untuk mengetahui
gelisah - Kesejahteraan terhadap terapi apakah berhasi
psikologis relaksasi terapi yang kita
meningkat Terapeutik : berikan
- Keluhan tidak 1. Ciptakan Terapeutik :
nyaman lingkungan yang 1. Agar pasien tetap
menurun tenang dan tampa tenang dan tidak
- Gelisah gangguan dengan mersa stress
menurun pencahayaan dan
- Pola tidur suhu ruang Edukasi :
membaik nyaman, jika 1. Agar pasien merasa
memungkinkan lebih nyaman
Edukasi : 2. Agar pasien tetap
rileks dan agar rasa
1. Anjurkan sakitnya tidak
mengambil posisi kambuh lagi
yang nyaman
2. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5 Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
agen pencederaan tidakan keperawatan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
fisik, stimulus nyeri tingkat nyeri Observasi : Observasi :
d.d. mengeluh menurun dengan 1. Identifikasi skala 1. Untuk mengetahui
nyeri, sulit tidur, kriteria hasil : nyeri skala nyeri
gelisah - Keluhan 2. Identifikasi lokasi, 2. Untuk mengetahi
nyeri karakteristik,durasi, lokasi nyeri yang di
menurun frekuensi, kualitas, derita klien
- Gelisah intensitas nyeri Terapeutik :
menurun Terapeutik : 1. Agar pasien
- Kesulitan 1. Fasilitasi istirahat memiliki istirahat
tidur dan tidur yang cukup dan gar
menurun 2. Kontrol lingkungan cepat sembuh
- Nafsu makan yang memperberat 2. Supaya nyeri yang
membaik rasa nyeri ( mis. di deriat pasien
- Pola tidur Suhu ruangan, tidak kambuh lagi
membaik pencahayaan, Edukasi :
kebisingan ) 1. Untuk menambah
Edukasi : pengetahuan pasien
1. Jelaskan strategi supaya tau cara
meredakan nyeri meredakan nyeri
2. Ajarkan Teknik itu seperti apa
non farmakologi 2. Suapaya pasien
untuk mengurangi tidak bisa
rasa nyeri melakukannya
Kolaborasi : Teknik meredakan
1. Kolaborasikan nyeri dengan
pemberian anal nonfarmakologi
getik, jika perlu agar pasien tidak
bosan dengan
meminum obat tiap
hari
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasikan
pemberian anal
getik, jika perlu
6 Resiko infeksi d.d. Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
ketuban pecah dini, tidakan keperawatan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
ketuban pecah tingkat infeksi Observasi : Observasi :
lama, ketuban menurun dengan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui
pecah sebelum kriteria hasil : gejala infeksi local tanda dan gejala
waktunya - Nafsu makan dan sitematik infeksi
meningkat Terapeutik : Terapeutik :
- Nyeri 1. Batasi jumlah 1. Supaya pasien
menurun pengunjung merasa lebih
- Gangguan Edukasi : nyaman
kognitif 1. Jelaskan tanda dan Edukasi :
menurun gejala infeksi 1. Agar pasien tau
- Kultur darah 2. Anjurkan tanda dan gejala
membaik peningkatan nutrisi infeksi itu seperti
- Kultur area 3. Anjurkan apa
luka peningkatan cairan 2. Agar terpenuhinya
membaik Kolaborasi : nutrisi di dalam
1. Kolaborasi tubuh klien
pemberian 3. Agar terpenuhinya
imunisasi, jika cairan di dala tubuh
perlu klien
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasikan
pemberian
imunisasi , jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

1. PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (


SDKI): Definisi dan indicator dignostik (( Cetak III) I ed,). Jakarta :
DPP PPNI
2. PPNI T.P. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI):
Definisi dan tindakan keperawatan ((cetak II) I ed,). Jakarta: DPP
PPNI
3. PPNI, T.P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan ((Cetak II)I ed,). Jakarta :
DPP PPNI
4. https://www.academia.edu/42981554/LAPORAN_PENDAHULU
AN_KETUBAN_PECAH_DINI
5. https://www.academia.edu/8338611/Askep_Pada_Pasien_dengan_
Ketuban_Pecah_Dini

Anda mungkin juga menyukai