Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

Disusun oleh :

Abdul Wahid

E.0105.19.002

Program Studi Diploma Keperawatan


Stikes Budi Luhur Cimahi
1. Definisi
Menurut Saydam (2012), kista ovarium merupakan penyakit tumor jinakyang
bertumbuh pada indung telur perempuan. Biasanya berupa kantongkecil yang berbeda
dengan penyakit kanker yang berisi cairan atau setengahcairan.
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair,
atau setengah padat. Dinding luarkantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang,
2013)Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)berarti
kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan abnormal
di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah, dan cairan
kental.
2. Etiologi
Menurut Nugroho (2012), kista ovarium disebabkan oleh gangguanpembentukan
hormone pada hipotalamaus, hipofisis dan ovarium. Penyebablain timbulnya kista adalah
ovarium adalah adanya penyumbatan padasaluran yang berisi cairan karena adanya
bakteri dan virus, adanya zat dioksindan asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang
dapat menurunkan dayatahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya kista,
faktor makanmakanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak
dapatdipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resikotimbulnya
kista (Mumpuni dan Andang, 2013).
Arif,dkk (2016) mengatakan faktor resiko pembentukan kista ovarium terdiridari:
a. . Usia Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada
wanitakelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat
jarang,akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70
tahun)lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
b. Status menopause Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium
dapat menjaditidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas
wanitamenopause yang rendah.
c. Pengobatan infertilitas Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat
kesuburan dilakukandengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi
obat kesuburan).Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat
menyebabkan kistaberkembang. Poltekkes Kemenkes Padang
d. Kehamilan Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester
keduapada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
e. Hipotiroid Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid
yangdapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH
(ThyroidStimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat.
TSHmerupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista
ovariumfolikel.
f. Ukuran massa Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang
dari 5 cm danakan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada
wanitapascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki
kemungkinanbesar bersifat ganas.
g. Kadar serum petanda tumor CA-125Kadar CA 125 yang meningkat
menunjukkan bahwa kista ovariumtersebut bersifat ganas. Kadar abnormal
CA125 pada wanita pada usiareproduktif dan premenopause adalah lebih dari
200 U/mL, sedangkanpada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.
h. Riwayat keluarga Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium,
payudara,dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah
keluargayang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat
tingkathubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita
terkenakista ovarium.
i. Riwayat keluarga Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium,
payudara,dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah
keluargayang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat
tingkathubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita
terkenakista ovarium.
j. Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya
kistaovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen.
Kadarestrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel.
k. Obesitas Poltekkes Kemenkes Padang
l. Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena
kistaovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi
banyakjenis zat kimia, salah satunya adalah hormone estrogen, yang
dapatmempengaruhi tubuh. Hormone estrogen merupakan faktor utama
dalamterbentuknya kista ovarium.

3. Klasifikasi

Menurut Wiknjosastro (2008), kista ovarium terbagi dua yaitu:

a. Kista ovarium neoplastik


1. Kistadenoma ovarii serosum Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan
tumor jinakovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-
50%kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kistaberkisar
antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil dari rata-rata ukurankistadenoma
musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan.
2. Kistadenoma ovarii musinosum Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-
30% dari total tumorjinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini
padaumumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosumtampak
bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang.Dinding tumor
tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan intisel bewarna sel gelap terletak
di bagian basal. Dinding kistadenomamusinosum ini, pada 50% kasus mirip
dengan struktul epitelendoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon
di manacairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet.
3. Kista dermoidKista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total
tumorovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak diderita olehgadis
yang berusia di bawah 20 tahun.
4. Kista ovarii simpleksKista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkaisering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
dancairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada
dindingPoltekkes Kemenkes Padang
kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai,dapat terjad
putaran tungkai dengan gejala-gejala mendadak.
5. Kista endometroidKista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada
dindingdalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel endometrium.

b. Kista ovarium non neoplastic


1. Ovarium polisistik (Stein-Leventhal Syndrome)Penyakit ovarium polisistik
ditandai dengan pertumbuhan polisistikkedua ovarium, amnorea sekunder atau
oligomenorea dan infertilitas.Sekitar 50% pasien mengalami hirsutiseme dan
obesitas. Walaupunmengalami pembesaran ovarium, ovarium polisistik juga
mengalamisklerotika yang menyebabkan permukaannya bewarna putih
tanpaidentasi seperti mutiara sehingga disebut juga sebagai ovarium
kerang.Ditemukan banyak folikel berisis cairan di bawah fibrosa korteks
yangmengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karenamengalami
luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yangsama.
2. Kista folikuler Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan
diovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel praovulasi (2,5
cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge)dan kemudian cairan
intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Padabeberapa keadaan, kegagalan ovulasi
juga dapat terjadi secara artificialdimana gonatropin diberikan secara berlebihan
untuk menginduksiovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik.
Jarangsekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan.
3. Kista korpus luteum Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus
luteumatau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi.Terdapat
2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka.
4. Kista inklusi germinal Terjadi karena invagimasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitelgerminativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak
padawanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1cm.
Kista biasanya ditemukan pada pemeriksaan histologik ovariumyang diangkat
waktu operasi. Kista terletak dibawah permukaanovarium, dindingnya terdiri atad
satu lapisan epitel kubik dan isinyajernih dan serus
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala.
b. Nyeri saat menstruasi.
c. Nyeri pada perut bagian bawah.
d. Nyeri saat berhubungan badan
.e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki.
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil
.g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluarbanyak.

5. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak1.000.000 sel
germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satutahun ovarium berisi
folikel kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsangoleh peningkatan gonadotropin
secara mendadak, bersamaan dengan lepasnyaPoltekkes Kemenkes Padang
steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative pada hipotalamus-pituitari
neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000sampai 500.000
unit dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupanreproduksi, 400-500 mengalamai
proses ovulasi, folikel primer akan menipissehingga pada saat menopause tinggal
beberapa ratus sel germinal.padarentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi
peningkatan hilangnya folikelberhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan
hilangnya folikelkemungkinan
disebabkan peningkatan stimulasi FSH.
Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasukovulasi
dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksihipotalamus-hipofisis-
gonad di mana melibatkan folikel dan korpus luteum,hormone steroid, gonadotropin
hipofisis dan faktor autokrin atau parakrinbersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista
ovarium yang berasal dari prosesovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista
dapat berupa folikular danluteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge)
dan kemudiancairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa
keadaan,kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropindiberikan
secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamusmenghasilkan gonadotrophin
releasing hormone (GnRH), yang disekresisecara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian
GnRH memacu hipofisis untukmenghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi
secara pulpasi juga.Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa.
Terjadipeningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dankadar
maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadipenurunan yang
bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin tersebut.Peningkatan kadar FSH dan
LH pada saat kehidupan merupakan bukti pastiterjadi kegagalan ovarium
(Prawirohardjo,2011).Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum
yangberukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akanmengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akanPoltekkes Kemenkes
Padang
mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnyamenyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua karenadarah tua. Korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amnoreadiikuti perdarahan tidak teratur.
Adanya kista dapat pula menyebabkan rasaberat di perut bagian bawah dan perdarahan
berulang dalam kista dapatmenyebabkan ruptur (Wiknjosastro, 2008)

6. Pathway
7. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi –komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit
yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah
(anemia)
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. .Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi)
8. Penatalaksanaan
a. .Pendekatanpendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan
nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada
abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan kepada
pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2009)
c. PembedahanJika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin
membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya.Ada
2 tindakan pembedahan yang utama yaitu: laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008)

Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:


1. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram
tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan
laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan
garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
2. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan
(kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat
ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
3. Perawatan luka insisi / pasca operasiBeberapa prinsip yang perlu diimplementasikan
antara lain:
a. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
b. Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c. Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca
operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
d. Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan tidak
lengket.
e. Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.

Cara Pencegahan Kista OvariumMenurut Nugroho (2014), adapaun cara


pencegahan penyakit kista yaitu:

a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.

b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga

c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi


mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area kewanitaan.

d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu


mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol pemicu
stress dan dapat pula terjadi obesitas.

e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan


progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel
9. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama
dan alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan
muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan
penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1). Hygiene rambut
2). Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
e. Pernapasan
1)Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
f. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
g. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
h. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan
kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
klien yang ingin hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b.Ultrasonografi Untuk mengetahui letak batas kista.

2. Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:


a. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di
layer monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerl ukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis

10. Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Tanda dan gejala Gaya hidup tidak sehat Nyeri akut
Mayor
Subjektif:mengeluh Estrogen meningkat
nyeri
Objektif : Kista ovarium

 Tanpak
Pre Oprasi
meringis
 Bersikap
protektif
 Gelisah
Komplikasi kista
 Frekuensi nadi
meningkat Pendarahan kedalam kista
 Sulit tidur
Nyeri perut mendadak
Tanda dan gejala
Minor
Subjektif : - Nyeri akut

Objektif:
 Tekanan darah
meningkat
 Pola nafas
berubah
 Nafsu makan
berubah
 Proses berpikir
terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada
diri sendiri
 Diaphoresis

2. Gejala dan Tanda Gaya hidup tidak sehat Ansietas


mayor
Subjektif : Estrogen meningkat
 Merasa bingung
 Merasa Kista ovarium

khawatir
Pre oprasi
dengan akibat
dari kondisi
yang dihadapi
Kurang informasi tentang
 Sulit
penyakit
berkonsentrasi
Objektif :
Ansietas
 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur
3. Gejala dan tanda Kista ovarium Konstifasi
Mayor
Subjektif: Post oprasi
 Defekasi kurang
dari 2 kali Pengaruh anastesi

seminggu
Paristaltik usus
 Pengeluara
feses lama dan
Absorspsi air di kolon
sulit
Objektif :
Kosntifasi
 Feses keras
 Pristaltik usus
menurun
Gejala dan tanda
minor
Subjektif:
 Mengejan saat
defekasi
Objektif:
 Disfensi
abdomen
 Kelemahan
umum
 Teraba masa
pada rektal

4. Gejala tanda mayor Kista ovarium Gangguan


Subjektif: eliminasi urine
 Desakan
berkemih Pre operasi
 Urine menetes
 Sering buang Pembesaran ovarium

air kecil
Menekan kandung kemih
 Nocturia
 Mengompol
Gangguan miksi
 Enuresis
Objektif :
Gangguan eliminasi urine
 Distensi
kandung kemih
 Berkemih tidak
tuntas
 Volume residu
urine meningkat
Gejala tanda minor
Subjektif :
Tidak ada

Objektif :
Tidak ada

5. Tanda dan gejala Post oprasi Resiko infeksi


mayor
Subjektif : Luka oprasi
Tidak ada
Terputusnya kontuinitas
Objektif : jaringan
tidak ada
Resiko infeksi

Tanda dan gejala


minor

Subjektif :
Tidak ada

Objekti :
Tidak ada

11. Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedra fisik di buktikan dengan tampak
meringis,gelisah,dan berskap protektif
2) Resiko infeksi behubungan dengan prosedur invasive
3) Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
4) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
5) Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
12. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut Tupan Intervensi
berhubungan Setelah dilakukan Utama:
dengan agen cedra intervensi Manajemen
fisik keperawatan Nyeri
selama 2x24 jam Observasi
 Untuk
pasien di  Identifikasi
mengetahui
harapakan nyeri lokasi ,karakteri
karakteristik,
akut menurun stik,durasi,freku
durasi,
ensi,kualitas,inte
frekuensi, dan
Tupen nsitas nyeri
intensitas nyeri
Setelah dilakukan  Identifikasi
intervensi  Untuk
skala nyeri
keperawatan mengetahui
 Identifikasi
selama 8 jam skala nyeri
respon nyeri non
pasien di verbal  Untuk
harapakan nyeri  Identifikasi mengetahui
akut menurun faktor yang respon non
dengan kriteria memperberat verbal
hasil dan  Untuk
 Keluhan memperingan mengetahui
nyeri nyeri faktor yang
menurun  Identifikasi memperberat
 Meringis pengetahuan dan
menurun klainan tentang memperingan
 Sikap nyeri nyeri
protektif  Identifikasi  Untuk
menurun pengaruh mengetahui
 Gelisah budaya terhadap kelainan
menurun respon nyeri tentang nyeri
 Kesulitan  Identifikasi  Untuk
tidur pengaruh nyeri mengetahui
menurun pada kualitas pengaruh
 Menarik hidup budaya terhdap
diri  Monitor respon nyeri
meurun keberhasilan  Untuk
 Berfokus terapi mengetahui
pada diri komplementer pengaruh nyeri
sendiri yang sudah pada kualitas
menurun diberikan hidup
 Mual  Monitor efek
menurun samping
 Muntah penggunaan
menurun analgetik

 Pupil Terapeutik

dilatasi  Berikan Teknik


menurun non  Untuk
 Frekuensi farmakologis mengurangi
nadi untuk rasa nyeri pada
membaik mengurangi rasa klien
 Pola nafas nyeri (Mis,tens,  Untuk
membaik hypnosis) mengontrol
 Tekanan  Kontrol lingkungan
darah lingkungan yang yang dapat
membaik memperberat memperberat
rasa nyeri (mis. rasa nyeri pada
Suhu klien
ruangan,penceh  Supaya klien
ayaan) merasa
 Fasilitas nyaman
istirahat dan
tidur
 Pertimbangan
jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan  Supaya klien
penyebab, mengetahui
periode, dan penyebab
pemicu nyeri pemicu nyeri
 Jelaskan strategi  Supaya klien
meredakan nyeri mengetahui
 Anjurkan strategi
memonitor nyeri meredakan
secara mandiri nyeri
 Anjurkan  Supaya klien
menggunakan bisa
analgetik secara memonitor
tepat nyeri secara
 Ajarkan Teknik mandiri
non  Untuk
farmakologis mengurangi
untuk rasa nyeri pada
mengurangi rasa klien
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi  Untuk

pemberian mengurangi

analgetik,jika rasa nyeri

perlu
2. Resiko infeksi Tupan Intervensi
behubungan Setelah dilakukan Utama :
dengan prosedur intervensi Pencegahan
invasive keperawatan infeksi
selama 2x24 jam Observasai
 Untuk
pasien di  Monitor tanda
mengetahui
harapakan resiko dan gejala
tanda dan
infeksi menurun infeksi lokal dan
gejala infeksi
sistemik
lokal dan
Tupen
sistemik
Setelah dilakukan Terapeutik
intervensi  Supaya klien
 Batasi jumlah
keperawatan merasa
pengunjung
selama 8 jam nyaman
 Berikan
pasien di  Supaya tidak
perawatan kulit
harapakan resiko pada area edema terjadi infeksi
infeksi menurun  Cuci tangan yang berlebih
dengan kriteria sebelum dan  Supaya tidak
hasil sesudah kontak bakteri tidak
 Kebersiha dengan pasien menyebar pada
n tangan dan lingkungan area infeksi
meningkat pasien
 Kebersiha  Pertahankan
n badan Teknik aseptic
meningkat pada pasien
 Nafsu beresiko tinggi
badan Edukasi
 Supaya klien
meningkat  Jelaskan tanda
mengetahui
 Demam dan gejala
tanda dan
menurun infeksi
gejala infeksi
 Kemeraha  Ajarkan cara
 Supaya klien
n menurun mencuci tangan
bisa cuci
 Nyeri dengan benar
tangan dengan
menurun  Ajarkan etika
benar
 Bengkak batuk
 Supaya klien
menurun  Ajarkan cara
bisa
 Vesikel memeriksa
memeriksa
menurun kondisi luka
kondisi luka
 Cairan atau luka oprasi
oprasi
berbau  Anjurkan
 Supaya supan
busuk meningkatkan
nutrisi klien
menurun asupan nutrisi
terpenuhi
 Sputum  Anjurkan
berwarna meningkatkan
hijau asupan cairan
menurun
 Drenase Kolaborasi
purulent  Kolaborasi
menurun pemberian  Supaya daya

 Piuna imuniasasi tahan imun

menurun klien kuat

 Periode
malaise
menurun
 Periode
menggigil
menurun
 Lelangi
menurun
 Gangguan
kognitif
menurun
 Kultur
darah
membaik
 Kultur
urine
membaik
 Kultur
sputum
membaik

3. Ansietas Tupan Intervensi


berhubungan Setelah dilakukan utama
dengan status intervensi Reduksi ansietas
kesehatan keperawatan
selama 2x24 jam Obervasi
pasien di  Identifikasi saat
harapakan tingkat ansietas  Untuk
tinggkat ansietas berubah mengetahui
menurun  Identifikasi tingkat
kemampuan ansietas
Tupen mengambil  Untuk
Setelah dilakukan keputusan mengetahui
intervensi  Monitor tanda- kemampuan
keperawatan tanda ansietas dalam
selama 8 jam mengambil
pasien di Teurapeutik keputusan
harapakan tingkat  Ciptakan  Untuk
ansietas menurun suasana mengetahui
dengan kriteria teurapeutik tanda-tanda
hasil untuk ansietas
 Verbalisas menumbuhkan
i kepercayaan  Supaya klien
kebingung  Temani pasien percaya
an untuk
menurun  Supaya klien
mengurangi
tidak cemas
 Verbalisas kecemasan
i khawatir  Pahami situasi
menurun yang membuat
 Perilaku ansietas
gelisah
menurun
 Perilaku
tegang
menurun
 Keluhan
pusing
menurun
 Anoreksia
menurun
 Palpasi
menurun

4. Resiko konstipasi Tupan Intervensi


berhubungan Setelah dilakukan utama:
dengan kelemahan intervensi Pencegahan
otot abdomen keperawatan konstipasi
selama 2x24 jam
pasien di Observasi
harapakan Resiko
kostifasi  Identifikasi
membaik faktor resiko
 Untuk
konstipasiMonit
mengetahui
Tupen or tanda dan
faktor resiko
Setelah dilakukan gejala konstipasi
konstipasi
intervensi  Identifikasi
 Untuk
keperawatan status kognitif
mengetahui
selama 8 jam untuk
status kognitif
pasien di mengkomunikas
untuk
harapakan risiko ikan kebutuhan
mengomunikas
konstifasi  Identifikasi
ikan kebutuhan
membaik dengan pengguna obat-
 Untuk
kriteria hasil obatan yang
mengetahui
 Keluhan menyebabkan
klien dalam
defekasi konstipasi
menggunakan
lama dan
obat
sulit Teurapeutik
menurun  Batasi minuman
 Distensi yang
abdomen mengandung
menurun kafein dan
 Terasa alcohol
pada masa  Jadwalkan
rektal rutinitas BAK
menurun  Lakukan mesess
 Nyeri abdomen
abdomen
menurun Edukasi
 Jelaskan
penyebab dan
faktor resiko
konstipasi
 Anjurkan
minum air putih
sesuai dengan
kebutuhan
 Anjurkan
konsumsi
makan yang
berserat

Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan ahli
gizi,jika perlu
5. Gangguan Tupan Intervensi
eliminasi urine b.d Setelah dilakukan Utama
penurunan intervensi Manajemen
kapasitas kandung keperawatan eliminasi urine
kemih selama 2x24 jam Observasi
pasien di  Identifikasi  Untuk
harapakan tanda dan gejala mengetahui
eliminasi urine retensi tanda dan
membaik /inkontinesia gejala retensi
urine urine
Tupen  Identifikasi  Untuk
Setelah dilakukan faktor yang mengetahui
intervensi menyebabkan penyebab
keperawatan retensi faktor retensi
selama 8 jam /inkontinesia urine
pasien di urine  Untuk
harapakan  Monitor mengetahui
eliminasi urine eliminasi urine eliminasi urine
mambaik dengan
kriteria hasil Teurapeutik
 Desakan  Catat watktu-
berkemih waktu haluan  Untuk
menurun berkemih mengetahui

 Distensi kandung waktu haluan


 Batasi asupan
kemih menurun berkemih
cairan
 Berkemih tidak  Ambil sempel
tuntas menurun urine tengah

Edukasi
 Ajarkan tanda
 Supaya klien
dan gejala
mengetahui
infeksi saluran
tanda dan
kemih
gejala saluran
 Ajarkan kemih
mengukur
 Supaya klien
asupan cairan bisa mengukur
dan haluan asupan cairan
berkemih urinr
 Ajarkan
mengambil
specimen urine
midstream

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
supositoria
uretra,jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

PPNI (2018) ,Standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 cetakan II ,Jakarta

pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_WENI_ARI_CUNTI.pdf

repository.unimus.ac.id/1562/3/5. BAB II.pdf

Anda mungkin juga menyukai