KISTA OVARIUM
Disusun oleh :
Abdul Wahid
E.0105.19.002
3. Klasifikasi
5. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak1.000.000 sel
germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satutahun ovarium berisi
folikel kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsangoleh peningkatan gonadotropin
secara mendadak, bersamaan dengan lepasnyaPoltekkes Kemenkes Padang
steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative pada hipotalamus-pituitari
neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000sampai 500.000
unit dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupanreproduksi, 400-500 mengalamai
proses ovulasi, folikel primer akan menipissehingga pada saat menopause tinggal
beberapa ratus sel germinal.padarentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi
peningkatan hilangnya folikelberhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan
hilangnya folikelkemungkinan
disebabkan peningkatan stimulasi FSH.
Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasukovulasi
dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksihipotalamus-hipofisis-
gonad di mana melibatkan folikel dan korpus luteum,hormone steroid, gonadotropin
hipofisis dan faktor autokrin atau parakrinbersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista
ovarium yang berasal dari prosesovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista
dapat berupa folikular danluteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge)
dan kemudiancairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa
keadaan,kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropindiberikan
secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamusmenghasilkan gonadotrophin
releasing hormone (GnRH), yang disekresisecara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian
GnRH memacu hipofisis untukmenghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi
secara pulpasi juga.Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa.
Terjadipeningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dankadar
maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadipenurunan yang
bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin tersebut.Peningkatan kadar FSH dan
LH pada saat kehidupan merupakan bukti pastiterjadi kegagalan ovarium
(Prawirohardjo,2011).Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum
yangberukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akanmengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akanPoltekkes Kemenkes
Padang
mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnyamenyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua karenadarah tua. Korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amnoreadiikuti perdarahan tidak teratur.
Adanya kista dapat pula menyebabkan rasaberat di perut bagian bawah dan perdarahan
berulang dalam kista dapatmenyebabkan ruptur (Wiknjosastro, 2008)
6. Pathway
7. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi –komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit
yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah
(anemia)
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. .Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi)
8. Penatalaksanaan
a. .Pendekatanpendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan
nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada
abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan kepada
pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2009)
c. PembedahanJika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin
membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya.Ada
2 tindakan pembedahan yang utama yaitu: laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008)
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan
kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
klien yang ingin hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b.Ultrasonografi Untuk mengetahui letak batas kista.
Tanpak
Pre Oprasi
meringis
Bersikap
protektif
Gelisah
Komplikasi kista
Frekuensi nadi
meningkat Pendarahan kedalam kista
Sulit tidur
Nyeri perut mendadak
Tanda dan gejala
Minor
Subjektif : - Nyeri akut
Objektif:
Tekanan darah
meningkat
Pola nafas
berubah
Nafsu makan
berubah
Proses berpikir
terganggu
Menarik diri
Berfokus pada
diri sendiri
Diaphoresis
khawatir
Pre oprasi
dengan akibat
dari kondisi
yang dihadapi
Kurang informasi tentang
Sulit
penyakit
berkonsentrasi
Objektif :
Ansietas
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
3. Gejala dan tanda Kista ovarium Konstifasi
Mayor
Subjektif: Post oprasi
Defekasi kurang
dari 2 kali Pengaruh anastesi
seminggu
Paristaltik usus
Pengeluara
feses lama dan
Absorspsi air di kolon
sulit
Objektif :
Kosntifasi
Feses keras
Pristaltik usus
menurun
Gejala dan tanda
minor
Subjektif:
Mengejan saat
defekasi
Objektif:
Disfensi
abdomen
Kelemahan
umum
Teraba masa
pada rektal
air kecil
Menekan kandung kemih
Nocturia
Mengompol
Gangguan miksi
Enuresis
Objektif :
Gangguan eliminasi urine
Distensi
kandung kemih
Berkemih tidak
tuntas
Volume residu
urine meningkat
Gejala tanda minor
Subjektif :
Tidak ada
Objektif :
Tidak ada
Subjektif :
Tidak ada
Objekti :
Tidak ada
Pupil Terapeutik
pemberian mengurangi
perlu
2. Resiko infeksi Tupan Intervensi
behubungan Setelah dilakukan Utama :
dengan prosedur intervensi Pencegahan
invasive keperawatan infeksi
selama 2x24 jam Observasai
Untuk
pasien di Monitor tanda
mengetahui
harapakan resiko dan gejala
tanda dan
infeksi menurun infeksi lokal dan
gejala infeksi
sistemik
lokal dan
Tupen
sistemik
Setelah dilakukan Terapeutik
intervensi Supaya klien
Batasi jumlah
keperawatan merasa
pengunjung
selama 8 jam nyaman
Berikan
pasien di Supaya tidak
perawatan kulit
harapakan resiko pada area edema terjadi infeksi
infeksi menurun Cuci tangan yang berlebih
dengan kriteria sebelum dan Supaya tidak
hasil sesudah kontak bakteri tidak
Kebersiha dengan pasien menyebar pada
n tangan dan lingkungan area infeksi
meningkat pasien
Kebersiha Pertahankan
n badan Teknik aseptic
meningkat pada pasien
Nafsu beresiko tinggi
badan Edukasi
Supaya klien
meningkat Jelaskan tanda
mengetahui
Demam dan gejala
tanda dan
menurun infeksi
gejala infeksi
Kemeraha Ajarkan cara
Supaya klien
n menurun mencuci tangan
bisa cuci
Nyeri dengan benar
tangan dengan
menurun Ajarkan etika
benar
Bengkak batuk
Supaya klien
menurun Ajarkan cara
bisa
Vesikel memeriksa
memeriksa
menurun kondisi luka
kondisi luka
Cairan atau luka oprasi
oprasi
berbau Anjurkan
Supaya supan
busuk meningkatkan
nutrisi klien
menurun asupan nutrisi
terpenuhi
Sputum Anjurkan
berwarna meningkatkan
hijau asupan cairan
menurun
Drenase Kolaborasi
purulent Kolaborasi
menurun pemberian Supaya daya
Periode
malaise
menurun
Periode
menggigil
menurun
Lelangi
menurun
Gangguan
kognitif
menurun
Kultur
darah
membaik
Kultur
urine
membaik
Kultur
sputum
membaik
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan ahli
gizi,jika perlu
5. Gangguan Tupan Intervensi
eliminasi urine b.d Setelah dilakukan Utama
penurunan intervensi Manajemen
kapasitas kandung keperawatan eliminasi urine
kemih selama 2x24 jam Observasi
pasien di Identifikasi Untuk
harapakan tanda dan gejala mengetahui
eliminasi urine retensi tanda dan
membaik /inkontinesia gejala retensi
urine urine
Tupen Identifikasi Untuk
Setelah dilakukan faktor yang mengetahui
intervensi menyebabkan penyebab
keperawatan retensi faktor retensi
selama 8 jam /inkontinesia urine
pasien di urine Untuk
harapakan Monitor mengetahui
eliminasi urine eliminasi urine eliminasi urine
mambaik dengan
kriteria hasil Teurapeutik
Desakan Catat watktu-
berkemih waktu haluan Untuk
menurun berkemih mengetahui
Edukasi
Ajarkan tanda
Supaya klien
dan gejala
mengetahui
infeksi saluran
tanda dan
kemih
gejala saluran
Ajarkan kemih
mengukur
Supaya klien
asupan cairan bisa mengukur
dan haluan asupan cairan
berkemih urinr
Ajarkan
mengambil
specimen urine
midstream
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
supositoria
uretra,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018) ,Standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 cetakan II ,Jakarta
pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_WENI_ARI_CUNTI.pdf