Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN
DISTOSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Mata Kuliah Maternitas I

Disusun Oleh :
Anissa Nur Sajidah
E.0105.19.007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
KOTA CIMAHI
2021
1. PENGERTIAN
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak
dapat lewat di bawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan obstetri
karena bayi dapat meninggal jika tidak segera dilahirkan.
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan. Lahirnya kepala umumnya diikuti dengan lahirnya bahu dalam waktu
sekitar 24 detik, namun jika lebih dari 60 detik terjadi persalinan bahu maka disebut
sebagai distosia bahu (Manuaba, 2007).

2. ETIOLOGI
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
‘melipat’ ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

3. PATOFISIOLOGI
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran
akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa mengikuti kepala.

4. TANDA DAN GEJALA DISTOSIA


1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi tidak melakukan putara paksi luar
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina
5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis pubis (tanda kura-kura)
6. Ibu merasa gelisah, suhu tubuh meningkat, nadai dan pernafasan meningkat, edema
pada vulva dan serviks, serta ketuban bau
7. DJJ janin cepat dan tidak teratur
Adapun tan dan gejala menutur Cunningham dalam buku Williams Obstetric antara lain :
1. Palpasi luar menunjukka bagian ter bawah janis belum masuk pintu atas panggul
2. Diameter anterior-posterior lebih kecil dari normal atau pintu atas panggul berbentuk
segitiga
3. Dinding samping panggul menyempit dan krista iliaka sangat menonjol
4. Sacrum melengkung ke depan dan coccygeus mengarah pada sumbu jalan lahir
5. Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi
6. Ibu tidak mampu membuat posisi efektif untuk mengedan

5. MACAM-MACAM HIS
1. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak ke luar.
a. Macam-macam
- Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpatu atau belum.
- Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudia pada
permulaan selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.
b. Penatalaksanaan
- Keadaan umum penderita harus segera diperbaiki. Gizi selama kehamilan
harus diperbaiki.
- Penderita dipersiapkan mengahadapi persalinan dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
- Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala/bokong bila
sudak masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat
dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan
sectin caesarea.
2. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelahiran his dengan kekuatan cakup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus
sehingga tidak efesien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
- Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini, antara lain :
Rangsangan pada uetrus, misalnya : pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah disertai infeksi dan sebagainya.
- Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simptomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri dan
mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila
dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri section caesarea.
3. His yang tidak terkoordinasi
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar kontraksi dan
bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efesien dalam mengadakan pembukaan,
apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi
bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang
mengakibatkan persalinan tidak maju.
- Penatalaksanaan
a. Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot. Berikan obat-obatan
anti sakit dan penenag (sedative dan analgetika) seperti morfin, pethidin
dan valium.
b. Apabila persalinan berlangsung lama dan berlarrut-larut, selesaikanlah
partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi
vakum, forceps atau sectio caesarea.

6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PERSALINAN


Terdapat 5 faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Faktor-
faktor tersebut dikenal dengan 5 P : passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta),
passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), dan psychologic
respons (respon psikologis) [Bobak, 2012].

7. FASE PERSALINAN
Distosia terjadi dalam kala I dan II. Fase persalinan dalam kala I dan II sehubung dengan
proses membukanya serviks ialah :
 Kala laten : mulai pembukaan 0-3 cm
 Fase akselerasi : pembukaan 3 menjadi 4 cm
 Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 menjadi 9 cm
 Fase deselerasi : pembukaan lengkap sampai bayi lahir

8. DIAGNOSIS DISTOSIA BAHU


Tanda distosia bahu yang harus diamati/dapat diidentifikasi penolong persalinan adalah :
1. Kepala bayi telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi telah lahir tetapi tertarik kembali ke dalam vagina (turtle sign)
3. Tidak terjadi putar paksi luar

9. FAKTOR PREDISPOSISI DISTOSIA


Waspadai terjadinya distosia bahu pada persalinan berisiko :
ANTEPARTUM INTRAPARTUM
 Riwayat distosia bahu sebelumnya  Kala I persalinan memanjang
 Makrosomia >4500 gram  Secondary arrest
 Diabetes melitus  Kala II persalinan memanjang
 IMT > 30 kg/m2  Augmentasi oksitosin
 Induksi persalinan  Persalinan pervaginaan yang
 CPD ditolong dukun

Bayi makrosomia adalah bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram, atau lebih dari
dua standar deviasi atau di atas 90 persent dari berat badan normal. Pada saat penapisan
itu bersalin, apabila diidentifikasi parturien dengan tinggi fundus uteri > 40 cm atau
persalinan fase aktif penurunan kepala masih 5/5 maka harus diwaspadai adanya bayi
makrosomia sehingga harus segera dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kemampuan persalinan perabdominal.

10. PATWAYS
11. KOMPLIKASI
a. Trauma Maternal
 Trauma jalan lahir
 Perdarahan pasca salin
 infeksi
b. Trauma perinatal
 Trauma persendian : dislokasi persendia bahu, fraktur tulang
humerus, fraktur tulang leher
 Trauma medula oblongata : asfiksia, gangguan jantung
 Trauma pleksus rakhialis : erb’s paralisis, paralisis klumpke

12. ALAT DAN BAHAN YANG DIBUTUHKAN


Alat dan bahan yang dibutuhkan sama dengan asuhan persalinan normal. Namun,
memerlukan tambahan sepasang sarung tangan DTT/steril dan set oksigen dengan nasal
kanula untuk bayi.

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang pada persalinan dengan distosia bahu antara lain :
a. Ultrasonografi (USG) : dapat menentukan presentasi janin, ukuran, jumlah
kehamilan, lokasi plasenta, jumlah cairan amnio, malformasi jaringan lunak atau
tulang janin.
b. Pelvimetri radiologik (pengukuran panggul ibu melalui foto)
c. MRI
d. Kegunaannya untuk palvimetri yang akurat, gambaran fetal yang lebih baik, dan
gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia.

14. PENCEGAHAN
 Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan efektif dengan
induksi maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes yang usia kehamilannya
mencapai 38 minggu dan bayinya tumbuh normal.
 Selalu siap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu
 Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis
atau fundus, traksi berpotensi meningkatkan risiko cedera pada janin.

15. TATALAKSANA
a. Tatalaksana umum
1) Episiotomi
Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu
diharapkan dapat lahir.
2) Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin
3) Manuver Mc Robert
 Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan
resusitas neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan
perdarahan pascasalin atau robekan perineum setelah tatalaksana.
 Lakukan manuver Mc Robert dalam posisi ibu berbaring telentang,
mintalah ia untuk meneku kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
 Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan teknan secara simultan ke
 Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
tulang punggung janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu
depan di bawah simfisis pubis.
b. Tatalaksana khusus
1) Jika bahu masih belum dapat dilahirkan, lakukan hal berikut :
a. Tehnik pelahiran bahu belakang
b. Posisi merangkak
c. Fraktur claficula
d. Kleidotomi
e. Simfisiotomi
c. Langkah-langkah penatalaksanaan distosia bahu. The American callege if
Obstetrician merekomendasikan langkah-langkah berikut ini untuk penatalaksanaan
distosia bahu dengan urut-urutan yang tergantung pada pengalaman dan pilihan
masing-masing operator :
1) Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiologi, dan dokter anak). Pada saat ini
dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila
penuh.
2) Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior
3) Penekanan suprapublik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena
alasan kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan
penekanan suprapublik sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin.
4) Menuver Mc Robert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegani satu tungkai
dan memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
Manuver-manuver di atas biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia
bahu. Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba :
1) Manuver corkscrew woods
2) Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi jika lengan belakang dalam posisi
ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan.
3) Teknik-teknik lain sebaiknya dilakukan bila manuver-manuver lain telah gagal,
yang termasuk teknik ini adalah fraktur klavikula dan manver zavanelli.

16. PENGKAJIAN
1. Pengkajian umum
a. Identitas
Nama, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan, kehamilan, dan lama perkawinan serta data demografi.
b. Keluhan utama
Proses persalinan yang lama dan panjang menyebabkan adanya keluhan nyeri.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti kelainan letak janin
(lintang, sungsang) apa yang menjadi presentasi, dll.
- Riwayat penyakit dahulu
Kajia adanya riwayat distosia sebelumnya dan juga biasanya penyulit
persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, ada riwayat
DM, biasanya ada riwayat hamil kembar dll.
- Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
eklamsi, dan pre eklamsi.
2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Kongjungtiva anemis dan muka pucat
2) Mata
Biasanya kongjungtiva anemis
3) Thorak
4) Inpeksi pernafasan : frekuensi, kedalaman jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pemafasan
5) Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama) biasanya his kurang semenjak awal
persalinan attau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi, raba
fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/tidak, lakukan penahan simfisis
biasanya blas penuh/tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung
kemih.
6) Vulva dan vagina
Lakukan VT : ketuban sudah pecah atau belum, ede pada vulva/serviks, biasanya
teraba promantorium, ada/tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan
plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.
7) Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan
kelainan tulang belakang.

3. Analisa data
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Ds : Distosia Nyeri akut
|
 Mengeluh nyeri Partus lama
|
Do : Penekanan pada jalan
 Tampak meringis lahir
 Bersikap protektif |
Menekan saraf
 Gelisah |
Respon hipotalamus
 Frekuensi nadi
|
meningkat Pengeluaran mediator
nyeri
 Sulit tidur
|
 Tekanan darah Respon nyeri
|
meningkat Nyeri akut
 Pola napas berubah
 Proses berpikir
terjangkau
 Nafsu makan berubah
 Menarik diri
 Berfokus pada diri
sendiri
Diaphoresis
Faktor risiko Distosia Risiko cedra maternal
|
Eksternal Tonus otot
 Terpapar patogen |
 Terpapar zat kimia Obstruksi mekanis pada
toksik penurunan janin
 Terpapar agen |
nosokominal Risiko cedera maternal
 Ketidakamanan
transpostasi

Internal
 Ketidaknormalan
profil darah
 Perubahan orientasi
afektif
 Perubahan sensasi
 Disfungsi autoimun
 Disfungsi biokimia
Faktor risiko Distosia Risiko cedera janin
 Besarnya ukuran |
janin Partus lama
 Malposisi janin |
 Induksi persalinan Penekanan kepala janin
 Persalinan lama kal pada panggul
I, II, dan III |
 Disfungsi uterus Risiko cedera janin
Faktor risiko Distosia Risiko kekurangan
 Prosedur | cairan
pembedahan mayor Partus lama
 Trauma/perdarahan |
Energi ibu
|
Hipermetabolisme
|
Risiko kekurangan
cairan
Faktor risiko Distosia Risiko infeksi
 Penyakit kronis |
 Efek prosedur Partus lama
invasif |
 Mainutrisi Jalan lahir terpapar
 Peningkatan paparan terlalu lama dengan
organisme patogen udara luar
lingkungan |
Patogen mudah masuk
|
Risiko infeksi
Mayor Distosia Ansietas
Ds : |
 Merasa bingung Rencana tindakan sc
 Merasa khawatir |
dengan akibat dari Krisis situasi
kondisi yang |
dihadapi Ketokolamin
 Sulit berkonsentrasi |
Do : Stress
 Tampak gelisah |
 Tampak tegang Ansietas
 Sulit tidur
Minor
Ds :
 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpita
 Merasa tidak
berdaya
Do :
 Frekuensi nafas
meningkat
 Frekuensi nadi
meningkat
 Tekanan darah
meningkat
 Tremor
 diaforesis

17. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d respon nyeri yang d.d mengeluh nyeri
2. Risiko cedera maternal b.d obstruksi mekanis pada penurunan janin yang d.d
3. Risiko cedera janin b.d penekanan kepala janin pada panggul yang d.d
4. Risiko kekurangan cairan b.d hipermetabolisme yang d.d
5. Risiko infeksi b.d patogen mudah masuk yang d.d
6. Ansietas b.d stress yang d.d

18. ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d respon Setelah dilakukan Management nyeri
nyeri tindakan keperawatan
Observasi
selama 2X24 jam
diharapkan nyeri klien  Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
berkurang dengan
frekeunsi, kualitas dan intesitas nyeri
kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
b. Meringis memperingan nyeri
menurun  Monitor keberhasilan terapi
c. Gelisah komplementer yang sudah diberikan
menurun  Monitoe efek samping penggunaan
d. Kesulitan tidur analgetic
menurun Terapeutik
e. Tekana darah  Berikan teknik non farmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri (mis : Hipnosis,
f. Pola napas akupresure, terapi music, terapi pijat,
membaik terapi imajinasi terbimbing, kompres
g. Diaphoresis hangat/dingin, terapi bermain)
menurun
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetic
Risiko cedera maternal Setlah dilakukan 1. Tinjauan ulang riwayat persalinan,
b.d obstruksi mekanis tindakan keperawatan awitan dan durasi
pada penurunan janin selama 2X24 jam 2. Catat waktu/jenis obat. Hindari
diharapkan nyeri klien pemberian narkotik atau anestetik
berkurang dengan blok epidural sampai serviks dilatasi
kriteria hasil : 4 cm.
a. Kejadian cedera 3. Evaluasi tingkat keletihan yang
menurun menyertai, serta aktivitas dan
b. Luka/lecet istirahat, seebelum awitan persalinan
menurun
c. Ketegangan otot
menurun
d. Fraktur menurun
e. Perdarahan
menurun

Risiko cedera janin b.d Setlah dilakukan


penekanan kepala janin tindakan keperawatan
pada panggul selama 2X24 jam
diharapkan nyeri klien
berkurang dengan
kriteria hasil :
Menunjukkan proses
melahirkan dalam
variabilitas baik tidak
ada deselerasi lambat
a. Kejadian cedera
menurun
b. Luka/lecet
menurun
c. Ketegangan otot
menurun
d. Fraktur menurun
e. Perdarahan
menurun

Risiko kekurangan Setlah dilakukan


cairan b.d tindakan keperawatan
hipermetabolisme selama 2X24 jam
diharapkan nyeri klien
berkurang dengan
kriteria hasil :
a. Turgor kulit
kembali normal
b. Membran
mukosa lemab
c. Intake output
seimbang
d. Asupan cairan
meningkat
e. Haluaran urin
meningkat
f. Kelembapan
membran
mukosa
meningkat
g. Asupan makanan
meningkat

Risiko infeksi b.d Setlah dilakukan Pencegahan Infeksi


patogen mudah masuk tindakan keperawatan
Observasi
selama 2X24 jam
diharapkan nyeri klien  Monitor tanda dan gejala infeksi local
berkurang dengan
dan sistemik
kriteria hasil :
a. Demam Terapeutik
menurun  Berikan perawatan kulit pada area
b. Kemerahan edema
menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah
c. Nyeri menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
d. Bengkak pasien
menurun
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Pemberian imunisasi, jika perlu
Ansietas b.d stress Setlah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2X24 jam
diharapkan nyeri klien
berkurang dengan
kriteria hasil :
a. Keluhan pusing
menurun
b. Anoreksia
menurun
c. Palpitasi
menurun
d. Verbalisasi
kebingungan
menurun
e. Verbalisasi
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi
menurun

19. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai