LAPORAN PENDAHULUAN
DISTOSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Mata Kuliah Maternitas I
Disusun Oleh :
Anissa Nur Sajidah
E.0105.19.007
2. ETIOLOGI
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
‘melipat’ ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
3. PATOFISIOLOGI
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran
akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa mengikuti kepala.
5. MACAM-MACAM HIS
1. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak ke luar.
a. Macam-macam
- Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpatu atau belum.
- Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudia pada
permulaan selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.
b. Penatalaksanaan
- Keadaan umum penderita harus segera diperbaiki. Gizi selama kehamilan
harus diperbaiki.
- Penderita dipersiapkan mengahadapi persalinan dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
- Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala/bokong bila
sudak masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat
dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan
sectin caesarea.
2. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelahiran his dengan kekuatan cakup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus
sehingga tidak efesien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
- Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini, antara lain :
Rangsangan pada uetrus, misalnya : pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah disertai infeksi dan sebagainya.
- Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simptomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri dan
mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila
dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri section caesarea.
3. His yang tidak terkoordinasi
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar kontraksi dan
bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efesien dalam mengadakan pembukaan,
apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi
bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang
mengakibatkan persalinan tidak maju.
- Penatalaksanaan
a. Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot. Berikan obat-obatan
anti sakit dan penenag (sedative dan analgetika) seperti morfin, pethidin
dan valium.
b. Apabila persalinan berlangsung lama dan berlarrut-larut, selesaikanlah
partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi
vakum, forceps atau sectio caesarea.
7. FASE PERSALINAN
Distosia terjadi dalam kala I dan II. Fase persalinan dalam kala I dan II sehubung dengan
proses membukanya serviks ialah :
Kala laten : mulai pembukaan 0-3 cm
Fase akselerasi : pembukaan 3 menjadi 4 cm
Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 menjadi 9 cm
Fase deselerasi : pembukaan lengkap sampai bayi lahir
Bayi makrosomia adalah bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram, atau lebih dari
dua standar deviasi atau di atas 90 persent dari berat badan normal. Pada saat penapisan
itu bersalin, apabila diidentifikasi parturien dengan tinggi fundus uteri > 40 cm atau
persalinan fase aktif penurunan kepala masih 5/5 maka harus diwaspadai adanya bayi
makrosomia sehingga harus segera dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kemampuan persalinan perabdominal.
10. PATWAYS
11. KOMPLIKASI
a. Trauma Maternal
Trauma jalan lahir
Perdarahan pasca salin
infeksi
b. Trauma perinatal
Trauma persendian : dislokasi persendia bahu, fraktur tulang
humerus, fraktur tulang leher
Trauma medula oblongata : asfiksia, gangguan jantung
Trauma pleksus rakhialis : erb’s paralisis, paralisis klumpke
14. PENCEGAHAN
Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan efektif dengan
induksi maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes yang usia kehamilannya
mencapai 38 minggu dan bayinya tumbuh normal.
Selalu siap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu
Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis
atau fundus, traksi berpotensi meningkatkan risiko cedera pada janin.
15. TATALAKSANA
a. Tatalaksana umum
1) Episiotomi
Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu
diharapkan dapat lahir.
2) Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin
3) Manuver Mc Robert
Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan
resusitas neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan
perdarahan pascasalin atau robekan perineum setelah tatalaksana.
Lakukan manuver Mc Robert dalam posisi ibu berbaring telentang,
mintalah ia untuk meneku kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan teknan secara simultan ke
Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
tulang punggung janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu
depan di bawah simfisis pubis.
b. Tatalaksana khusus
1) Jika bahu masih belum dapat dilahirkan, lakukan hal berikut :
a. Tehnik pelahiran bahu belakang
b. Posisi merangkak
c. Fraktur claficula
d. Kleidotomi
e. Simfisiotomi
c. Langkah-langkah penatalaksanaan distosia bahu. The American callege if
Obstetrician merekomendasikan langkah-langkah berikut ini untuk penatalaksanaan
distosia bahu dengan urut-urutan yang tergantung pada pengalaman dan pilihan
masing-masing operator :
1) Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiologi, dan dokter anak). Pada saat ini
dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila
penuh.
2) Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior
3) Penekanan suprapublik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena
alasan kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan
penekanan suprapublik sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin.
4) Menuver Mc Robert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegani satu tungkai
dan memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
Manuver-manuver di atas biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia
bahu. Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba :
1) Manuver corkscrew woods
2) Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi jika lengan belakang dalam posisi
ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan.
3) Teknik-teknik lain sebaiknya dilakukan bila manuver-manuver lain telah gagal,
yang termasuk teknik ini adalah fraktur klavikula dan manver zavanelli.
16. PENGKAJIAN
1. Pengkajian umum
a. Identitas
Nama, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan, kehamilan, dan lama perkawinan serta data demografi.
b. Keluhan utama
Proses persalinan yang lama dan panjang menyebabkan adanya keluhan nyeri.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti kelainan letak janin
(lintang, sungsang) apa yang menjadi presentasi, dll.
- Riwayat penyakit dahulu
Kajia adanya riwayat distosia sebelumnya dan juga biasanya penyulit
persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, ada riwayat
DM, biasanya ada riwayat hamil kembar dll.
- Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
eklamsi, dan pre eklamsi.
2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Kongjungtiva anemis dan muka pucat
2) Mata
Biasanya kongjungtiva anemis
3) Thorak
4) Inpeksi pernafasan : frekuensi, kedalaman jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pemafasan
5) Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama) biasanya his kurang semenjak awal
persalinan attau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi, raba
fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/tidak, lakukan penahan simfisis
biasanya blas penuh/tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung
kemih.
6) Vulva dan vagina
Lakukan VT : ketuban sudah pecah atau belum, ede pada vulva/serviks, biasanya
teraba promantorium, ada/tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan
plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.
7) Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan
kelainan tulang belakang.
3. Analisa data
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Ds : Distosia Nyeri akut
|
Mengeluh nyeri Partus lama
|
Do : Penekanan pada jalan
Tampak meringis lahir
Bersikap protektif |
Menekan saraf
Gelisah |
Respon hipotalamus
Frekuensi nadi
|
meningkat Pengeluaran mediator
nyeri
Sulit tidur
|
Tekanan darah Respon nyeri
|
meningkat Nyeri akut
Pola napas berubah
Proses berpikir
terjangkau
Nafsu makan berubah
Menarik diri
Berfokus pada diri
sendiri
Diaphoresis
Faktor risiko Distosia Risiko cedra maternal
|
Eksternal Tonus otot
Terpapar patogen |
Terpapar zat kimia Obstruksi mekanis pada
toksik penurunan janin
Terpapar agen |
nosokominal Risiko cedera maternal
Ketidakamanan
transpostasi
Internal
Ketidaknormalan
profil darah
Perubahan orientasi
afektif
Perubahan sensasi
Disfungsi autoimun
Disfungsi biokimia
Faktor risiko Distosia Risiko cedera janin
Besarnya ukuran |
janin Partus lama
Malposisi janin |
Induksi persalinan Penekanan kepala janin
Persalinan lama kal pada panggul
I, II, dan III |
Disfungsi uterus Risiko cedera janin
Faktor risiko Distosia Risiko kekurangan
Prosedur | cairan
pembedahan mayor Partus lama
Trauma/perdarahan |
Energi ibu
|
Hipermetabolisme
|
Risiko kekurangan
cairan
Faktor risiko Distosia Risiko infeksi
Penyakit kronis |
Efek prosedur Partus lama
invasif |
Mainutrisi Jalan lahir terpapar
Peningkatan paparan terlalu lama dengan
organisme patogen udara luar
lingkungan |
Patogen mudah masuk
|
Risiko infeksi
Mayor Distosia Ansietas
Ds : |
Merasa bingung Rencana tindakan sc
Merasa khawatir |
dengan akibat dari Krisis situasi
kondisi yang |
dihadapi Ketokolamin
Sulit berkonsentrasi |
Do : Stress
Tampak gelisah |
Tampak tegang Ansietas
Sulit tidur
Minor
Ds :
Mengeluh pusing
Anoreksia
Palpita
Merasa tidak
berdaya
Do :
Frekuensi nafas
meningkat
Frekuensi nadi
meningkat
Tekanan darah
meningkat
Tremor
diaforesis
17. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d respon nyeri yang d.d mengeluh nyeri
2. Risiko cedera maternal b.d obstruksi mekanis pada penurunan janin yang d.d
3. Risiko cedera janin b.d penekanan kepala janin pada panggul yang d.d
4. Risiko kekurangan cairan b.d hipermetabolisme yang d.d
5. Risiko infeksi b.d patogen mudah masuk yang d.d
6. Ansietas b.d stress yang d.d