Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan Pada Gangguan Sistem Perkemihan

SINDROM NEFROTIK
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah KMB I

Dosen: Ns.Kiki Rizki A, M.Kep

Disusun oleh :
Nama : Yuda Abdul Rohman
NIM : E.0105.20.047
Prodi : D.III Keperawatan/Tk II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BUDI LUHUR CIMAHI
2020/2021
1. Definisi
Sindrom Nefrotik adalah kumpulan temuan klinis sebagai perlawanan terhadap gangguan
spesifik . Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria massif, hipoalbuminemia,
hiperlipiddemia, dan edema.
Sindrom nefrotik adalah merupakan manisfestasi klinik dari glomerulonephritis (GN)
ditandai dengan gejala edema, proteinuria massif 3, 5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/dl,
lipiduria dan hiperkolestrolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal. ( Sudoyo Aru)
Sindrom nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun dengan perbandingan
pasien wanita dan pria 1:2
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapathematuria, hipertensi dan penurunan fungsi
ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013).
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).

2. Etiologi
Menurut Patrick Devey penyakit penyebab sindrom nefrotik seperti diabetes ( yang telah
berlangsung lama), glomerulonephritis ( lesi minimal, membranosa, fokal segmental),
ameloid ginjal ( primer, myeloma), penyakit autoimun , misalnya SLE, obat-obatan misalnya
preparat emas, penisilamin.
Menurut wiguno penyebab SN dan Klasifikasinya dibagi menjadi :
1) Glomerulonefritis primer
Kriteria :
- GN lesi minimal (GNLM)
- Glomerulosklerosis fokal ( GSF)
- GN Membranosa (GNMN)
- GN Membranoproliferatif (GNMF)
- GN Proliveratif lain
2) Glomerulonefritis sekunder akibat :

Kriteria :

Infeksi :

- HIV, Hepatitis virus B dan C


- Sifilis, malaria, skistosoma
- Tuberkulosis, lepra
Keganasan :
- Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, informa Hodgkin, miolema multiple, dan
- Karsinoma ginjal
Penyakit jaringan penghubung :
- Lupus eritomatus sisitemik, arthritis rheumatoid, MCTD, ( Mixed connective
tissue disase)

Efek obat dan toksin

Obat anti imflamsi non-steroid , preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa,
kaptopril, heroin

Lainlain

- Diabetes Melitus, amyloidosis, pre-eklamsia, rejeksi alograf kronik , refluks


vesikoureter, atau sengatan lebah

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui.
Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap suatu
pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada
neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan
pertama kehidupannya.

2. Sindrom nefrotik sekunder

Disebabkan oleh :

a. Malaria quartana atau parasit lainnya

b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid

c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis

d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun
otak, air raksa.

e. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membraneproliferatif


hipokomplementemik.

3. Sindrom nefrotik idiopatik

Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut sindrom nefrotik
primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan
mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan
minimal, nefropati membranosa, glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis fokal
segmental.

3. Tanda dan Gejala


1) Edema
2) Oliguria
3) Tekanan Darah Meningkat
4) Proteinuria sedang sampai berat
5) Hipoproteinemia dengan rasio albumin globulin terbalik
6) Hiperkolestrolemia
4. Klasifikasi
Ada beberapa macam pembagian klasifikasi pada sindrom nefrotik. Menurut berbagai
penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih sering dipakai untuk menentukan
prognosis dibandingkan gambaran patologi anatomi. 5 Berdasarkan hal tersebut, saat ini
klasifikasi SN lebih sering didasarkan pada respon klinik, yaitu :
1) Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)
2) Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)

5. Patofisiologi
1) Permeabilitas glomelurus terhadap protein meningkat
2) Ekskresi protein dalam urine terutam aalbumien meningkat
3) Terjadi hipoalbuminemia dan menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid
4) Kebocoran cairan kedalam ruang intestisial menyebablkan oedema umum dan akut
5) Kehilangan volume vascular mengakibatkan peningkatan viskositas darah dan gangguan
koagulasi
6) Sistem renin angiotensin terpicu, menyebabkan reabsorbsi natrium dan air dalam tubulus
ginjal sehingga menimbulkan edema .
Pathway Sindrom Neftrofik
6. Komplikasi
1) Malnutrisi
2) Infeksi
3) Hiperlipidemia
4) Hipertensi
5) Akselerasi aterosklerosis
6) Trombosis

7. Penatalaksanaan Medis dan Non Medis


1) Penatalaksanaan Medis
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan terhadap penyakit dasar
dan pengobatan non spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan
mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan diberi
terapi, dan obat-obatan yang menjadi penyebabnya disingkirkan
a. Diuretik
Diuretik kuat (loop diuretic) misalnya furosemide (dosis awal 20-40 mg/hari) atau
golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasi dengan potassium sparing diuretic
(spironolakton) digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi. Penurunan berat
badan tidak boleh melebihi 0,5 kg/hari
b. Terapi antikoagulan
Bila didiagnosa adanya peristiwa thromboembolism, terapi anti koagulan dengan
heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk mencapai waktu
tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin meningkat karena adanya
penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi heparin intravena, antikoagulasi
oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat diatasi.
c. Terapi obat
Terapi khusus untuk sindrom untuk sindroma nefrotik adalah pemberian
kortokosteroid yaiitu prednisone 1-1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama
4-6 minggu. Kemudian dikurangi 5 mg/mimggu sampai sampai tercapai dosis
maintenance (5-10 mg) kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan dihentikan
dalam 1-2 minggu. Bila pada saat tapering off, keadaan penderita memburuk kembali
(timbul edema, protenuri), diberikan kembali full dose selama 4 minggu kemudian
tapering off kembali.
d. Obat antiradang nonsteriod (NSAID) telah digunakan pada pasien dengan nefropati
membranosa dan glomeruloklerosis fokal untuk mengurangi sintesis prostaglandin
yang menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan vasokontriksi ginjal , pengurangan
tekanan intraglomerulus, dan dalam bayak kasus penurunan proteinuria sampai 75.
Sitostotika diberikan bila dengan dengan pemberian prednisone tidak ada respon ,
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat diberikan
siklofosfamid 1,5 mg/kg BB/hari.
Obat penurut lemak golongan statin seperti simvastatin , pravastatin dan lovastatin
dapat menurunkan kolesterol LDL , trig;iserida dan meningkatkan kolesterol HDL.

Obat anti proteinurik misalny a ACE Inhibitor ( Cptopril 12, 5 mg), kalsium
antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konversi
angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor
angiotensin II. Dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya
mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria .
2) Penatalaksanaan Nonmedis
a. Diet
Diet untuk pasien SN adalah 35 kal/kgbb,/hari, sebagian besar terdiri dari karbohidrat.
Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus diberikan . pembatasan asupan
protein 0,8-1,0 gr/ kkBB/hari dapat mengurangi proteinuria . Tambahan vitamin D
dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin ini.

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan elektrolit , kreatinin, bersihan kreatinin, tes diptik urine
2) USG saluran ginjal
3) Immunoglobulin ( elektroporesis protein ), glukosa, ANF, ANCA
4) Biopsy ginjal ( untuk mengetahui penyebab proteinuria )

9. Pengkajian
A. Wawancara
B. Keluhan utama
C. Riwayat kesehatan yang lalu
D. Riwayat kesehatan sekarang
E. Keadaan umum : lemah, letarghi
E. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
F. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang ditemukan
a. Inspeksi
1) Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran
keringat.
2) Mulut
3) Wajah
4) Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau
pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi
gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur
kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.
Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
Stomatitis, napas bau amonia
Moon face
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri
permukaan indikasi disfungsi renal.
5) Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
6) Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
Perhatikan meatus urinary
b. Palpasi
1) Ginjal
- Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk
mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
- Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
- Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi
cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan,
ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya
terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal
kronik.
Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas.
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
2) Kandung kemih Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali
terjadi distensi urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan
umbilicus.
c. Perkusi
1) Ginjal
- Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
- Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),
lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
- Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi
glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
2) Kandung kemih
- Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di
atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai
setinggi umbilicus.
- Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region
suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan
terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
d. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada
aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke
ginjal (stenosis arteri ginjal)
10. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

Bersihan jalan nafas


1 Mayor Ekstravaksi cairan tidak efektif
. DS : -
DO :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk Penumpukan cairan keruang
3. Sputum berlebih intestinum
4. Mengi, wheezing, dan/
ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas
Oedema
( pada neonates)

Minor Paru-paru
DS :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea Efusi Pleura

DO :
1. Gelisah Bersihan jalan nafas tidak
2. Sianosis efektif
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah

2. Mayor Ekstravaksi cairan Hipervolemia

DS :
1. Ortopnea
2. Dispnea Penumpukan cairan keruang
3. Paroxymal nocturnal intestinum
dysepnea ( PND)

DS :
1. Edema anakarsa Oedema
dan/edema perifer
2. Berat badan meningkat
Hipervolemia
dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure
(JVG) dan /atau Central
Venous Pressure (CVP)
meningkat
4. Refleks hepatojugular
positif

Minor
DS :-

DO :
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara napas
tambahan
3. Hepatomegali
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari
output (balans cairan
positif )
7. Kongesti paru

3. Mayor : Ekstravaksi cairan Gangguan citra tubuh


DS :
1. Mengungkapkan
kecacatan?kehilangan
bagian tubuh Penumpukan cairan keruang
intestinum
DO :
2. Kehilangan bagian tubuh
3. Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang Oedema

Minor
Mata
DS :
1. Tidak mau
mengungkapkan kecacatan Pembengkakan pada periorbita
/kehilangan bagian tubuh
2. Mengungkapkan perasaan
negative tentang Gangguan Citra tubuh
perubahan tubuh
3. Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan atau reaksi
orang lain
4. Mengungkapkan
perubahan gaya hidup

DO :
1. Menyembunyikan
/menunjukan bagian tubuh
secara berlebihan
2. Menghindari melihat dan/
menyentuh bagian tubuh
3. Focus berlebihan pada
perubahan tubuh
4. Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
5. Focus pada penampilan
dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan social berubah
4. Mayor Ekstravaksi cairan Perfusi perifer tidak
DS: - efektif

DO :
1. Pengisian kapiler >3 detik Penumpukan cairan keruang
2. Nadi perifer menurun atau intestinum
tidak teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat Oedema
5. Turgor kulit menurun

Minor Penekanan pada tubuh terlalu


DS : dalam
1. Parastesia
2. Nyeri ekstermitas Nutrisi dan O2 Menurun
( Klaudikasi intermiten)

DO: Hipoksia jaringan


1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial< Iskemia
0.90
4. Bruit femoral
Nekrosis

Perfusi perifer tidak efektif

5. Mayor Ekstravaksi cairan Intoleransi aktivitas

DS:
1. Mengeluh lelah
Penumpukan cairan keruang
DO: intestinum
1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Oedema

Minor Penekanan pada tubuh terlalu


DS : dalam
1. Dispneu saat/setelah
aktivitas
2. Merasa tidak nyaman Nutrisi dan O2 Menurun
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Metabolisme anaerob
DO :
1. Tekanan darah berubah Produksi asam laktat
>20 % dari kondisi meningkat
istirahat
2. Gambaran EKG
menunjukan aritmia saat Menumpuk diotot
/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia Kelemahan,keletihan, mudah
4. Sianosis capek

Intoleransi aktivitas
6. Mayor Ekstravaksi cairan Pola Nafas tidak
efektif
DS:
1. Dispnea Penumpukan cairan keruang
intestinum
DO:
1. Penggunaan otot bantu
pernafasan Oedema
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal
(mis.takipnea, bradipnea, Asites
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Tekanan abdomen meningkat
Minor
Menekan diafragma
DS :
1. Ortopnea
Otot pernafasan tidak optimal
DO :
1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung Nafas tidak adekuat
3. Diameter thoraks anterior-
posteror meningkat
4. Ventilasi semenit menurun pola nafas tidak efektif
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirai menurun
8. Ekskursi dada berubah

7. Mayor Volume Intravaskuler Konstipasi


DS : menurun
1. Defekasi kurang dari 2 kali
2. Pengeluaran feses lama
dan sulit Absorbsi air oleh usus

DO :
1. Feses keras Feses mengeras
2. Peristaltik usus menurun

Minor Konstipasi
DS :
1. Mengejan saat defekasii

DO :
1. Disfensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal

8. Mayaor Volume intavaskuler menurun Penurunan curah


jantung
DS :
1. Perubahan irama jantung Hipovolemia
- Palpitasi
2. Perubahan preload
- Lelah Sekresi renin
3. Perubahan afterload
- Dispnea
4. Perubahan kontraktilitas
- Paroxysmal
Mengubah angiotensin
nocturnal dyspnea
menjadi angiotensin I dan II
(PND)
- Ortopnea
- Batuk Efek vasokontriksi anterioral
DO : perifer
1. Perubahan irama jantung
- Bradikardia/
takikardia Tekanan darah naik
- Gambaran EKG
aritmia atau
gangguan konduksi Beban kerja jantung meningkat
2. Perubahan preload
- Edema
- Distensi vena
jugularis Penurunan curah jantung
- Central venous
pressure
- Hepatomegali
3. Perubahan afterload
-
- Tekanan darah
meningkat/menuru
n
-
- Nadi perifer teraba
lemah
- Capillary refill time
>3 detik
- Oliguria
- Warna kulit pucat
dan /sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
- Terdengar suara
jantung S3 dan/atau
S4
- Ejection fraction
(EF) menurun

Minor

DS :
1. Perubahan preload
-
2. Perubahan afterload
-
3. Perubahan kontraktilitas
-
4. Perilaku/emosional
- Cemas
- Gelisah

DO :
1. Perubahan preload
- Murmur jantung
- Berat badan
bertambah
- Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
- Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menuru
n
- Systemic vascular
resistance ( SVR)
meningkat/menuru
n

3. Perubahan kontraktilitas
- Cardiac index (CI)
menurun
- Left ventricular
stroke work index
(LVSWI)
- Stroke volume
index ( SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional
-

9. Mayor Ekstravaksi cairan Defisit Nutrisi

DS :-
Penumpukan cairan keruang
DO: intestinum
1) Berat badan menurun
minimal 10% dibawah
rentang ideal Oedema

Minor :
DS :
1) Cepat kenyang setelah
makan Asites
2) Kran/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun Tekanan abdomen meningkat
DO :
1) Bising usus hiperaktif Mendesak rongga lambung
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membrane mukosa pucat Anoreksia, nausea, vomitus
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan Gangguan pemenuhan Nutrisi
8) Diare

Defisit Nutrisi

11. Diagnosa Keperawatan


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan terjadinya penumpukan cairan
diruang intestinum ,oedema di paru paru terjadnya efusi pleura
2) Hipervolemia berhubungan dengan terjadinya penumpukan cairan diruang intestinum
adanya oedema
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terjadinya pembengkakan pada periorbita
4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan suplai nutrisi dan O2 menurun terjadi
hipoksia jaringan
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai nutrisi dan O2 menurun
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas karena terjadinya
tekanan pada diafragma
7) Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan asupan cairan karena absorbs air oleh
usus
8) Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban kerja jantung meningkat
9) Defisit Nutrisi berhubungan dengan gangguan pemenuhan nutrisi

12. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


O Keperawatan hasil
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif Observasi
nafas tidak intervensi keperawatan Observasi 1) Untuk mengetahui
efektif bersihan jalan nafas 1) Identifikasi kemampuan pasienn
berhubungan meningkat, dengan kemampuan untuk melakukan
dengan kriteria hasil : batuk batuk
terjadinya 1) Batuk efektif 2) Monitor adanya 2) Untuk mengetahui
penumpukan meningkat retensi sputum adanya sputum atau
cairan diruang 2) Produksi sputum 3) Monitor tanda tidak pada pernafasan
intestinum ,oede Menurun dan gejala pasien
ma di paru paru 3) saluran nafas 3) Memonitor tanda dan
terjadnya efusi 4) Mengi, wheezing Terapeutik gejala saluran nafas
pleura menurun 1) Atur posisi agar tetap
5) Dispnea menurun semi powler diperhatikan
6) Ortopnea menurun atau powler perubahannya
7) Sulit bicara menurun 2) Pasang Terapeutik
8) Sianosis menurun perlakdan 1) Agar pasien nyaman
9) Gelisah menurun bengkok saat batuk
10) Frekuensi nafas dipangkuan 2) Agar saat pengeluaran
membaik pasien sputum tidak
11) Pola nafas membaik 3) Buang secret berceceran
pada tempat 3) Mengeluarkan sputum
sputum agar tidak
Edukasi menghalangi jalan
1) Jelaskan tujuan nafas
dan Prosedur Edukasi
batuk efektif 1) Menjelaskan tujuan
2) Aanjurkan tarik batuk efektif agar
nafas dalam pasien mengerti
melalui hidung 2) Menarik nafas dalam
selama 4 detik , agar lebih
ditahan selama menenangkan pasien
2 detik , dan melatih jalan
kemudian nafas
keluarkan dari 3) Agar jalan nafas lebih
mulut efektif
denganbibihr Kolaborasi
mencucu Kolaborasi dalam
( dibulatkan) pemberian obat
selama 8 detik diperlukan agar
3) Anjurkan mempercepat proses
mengulangi intervensi
tarik nafas
dalam hingga 3
kali
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran
2. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Obervasi
berhubungan intervensi keperawatan hypervolemia 1) Memeriksa tanda
dengan Keseimbangan cairan Obervasi dan gejala
terjadinya meningkat, dengan 1) Periksa tanda adanaya
penumpukan kriteria hasil : dan gejala hypervolemia
cairan diruang 1) Asupan cairan hipervolemua pada pasien
intestinum meningkat ( mis. Ortopnea, 2) Agar mengetahui
2) Haluaran urin dyspnea, penyebab utama
meningkat edema, terjadinya
3) Kelembaban JVP/CVP penyakit
membrane mukosa meningkat, 3) Memonitor
meningkat refleks pemasukan dan
4) Asupan makanan hepatojugular pengeluaran
meningkat positif, suara cairan pasien agar
5) Edema menurun nafas memermudah
6) Dehidrasi menurun tambahan) dalam proses
7) Asites menurun 2) Identifikasi pengobatan
8) Konfusi menurun penyebab Terapeutik
9) Tekanan darah hivervolemia 1) Menimbang berat
membaik 3) Monitor intake badan agar selalu
10) Denyut nadi radial dan output terkontrol
membaik cairan perubahan pada
11) Tekanan arteri rata- Terapeutik berat badan pasien
rata membaik 1) Timbang berat 2) Membatasi asupan
12) Membran mukosa badan setiap cairan agar tetap
membaik hari pada aman
13) Mata cekung waktu yang 3) Agar pasien
membaik sama merasa lebih
14) Turgor kulit membaik 2) Batasi asupan nyaman
15) Berat badan membaik cairan dan Edukasi
garam 1) Agar pasien cepat
3) Tinggikaan diberikan tindakan ika
kepala tempat terjadi hal diluar
tidur 30-40  dugaan
Edukasi 2) Agar pasien cepat
1) Anjurkan diberikan tindakan ika
melapor jika terjadi hal diluar
haluaran urine dugaan
<0,5 ml/jam 3) Agar pasien dan
dalam 6 jam keluarga bisa tetap
2) Anjurkan mengetahui perubahan
melapor jika yang trrjadi dan bahan
BB bertambah observasi bagi perawat
>1 kg dalam terhadap
sehari perkembangan pasien
3) Ajarkan cara Kolaborasi
mengukur dan Memberikan diuretic bisa
mencatat dilakukan sebagai jenis
asupan dan pengobatan
haluaran cairan
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
diuretic
3. Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh Observasi
tubuh intervensi keperawatan, Observasi 1) Mengobservasi
berhubungan citra tubuh meningkat 1) Observasi harapan pasien
dengan dengan kriteria : harapan citra terhadap citra
terjadinya 1) Melihat bagian tubuh tubuh tubuhnya
pembengkakan membaik berdasarkan 2) Mengidentifikasi
pada periorbita 2) Menyentuh bagian tahap latar belakang
tubuh membaik perkembangan budaya sanagt
3) Verbalisasi 2) Identifikasi penting dan
kecacatan bagian budaya ,agama, berpengaruh
tubuh membaik jenis kelamin, terhadap citra
4) Verbalisasi dan umur tubuh
kehilangan bagian terkait citra Terapeutik
tubuh embaik tubuh 1) Agar pasien
5) Verbalisasi perasaan Terapeutik mengetahui fugsi
negative tentang 1) Diskusikan dari bagian
perubahan tubuh perubahan tubuhnya
menurun tubuh dan 2) Agar pasien dapat
6) Verbalisasi fungsi mengetahui
kekhawatiran pada 2) Diskusikan perbedaan fisiknya
penolakan/reaksi perbedaan 3) Menanyakan hal
oranglain menurun penampilan hal yang menjadi
7) Verbalisasi fisik terhadap faktor dalam
perubahan gaya harga diri perubahan fisik
hidup menurun 3) Diskusikann Edukasi
8) Menyembunyikan perubahan 1) Menjelaskan
bagian tubuh akibat kepada keluarga
berlebihan menurun pubertas,keham sangat bermanfaat
9) Fokus pada ilan dan sebagai
penampilan masa penuaan pengetahuan
lalu menurun Edukasi keluarga
10) Fokus pada kekuatan 1) Jelaskan pada 2) Agar pasien bisa
masa lalu menurun keluarga mengungkapkan
tentang perasaanya terhadap
perawatan citra tubuhnhaya
perubahan citra 3) Agar pasien bisa
tubuh kembali peracaya
2) Anjurkan diri
mengungkapka
n gambaran diri
terhadap citra
tubuh
3) Anjurkan
mengunakan
alat bantu
4. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi Observasi
tidak efektif intervensi keperawatan, Observasi 1) Untuk mengetahui
berhubungan Perfusi perifer 1) Periksa keadaan sirkulasi
dengan suplai meningkat dengan sirkulasi perifer perifer pasien
nutrisi dan O2 kriteria hasil : 2) Identifikasi 2) Faktor resiko apa yang
menurun terjadi 1) Denyut nadi faktor resiko akan terjadi pada
hipoksia perifer meningkat gangguan pasien
jaringan 2) Penyembuhan sirkulasi 3) Memonitor tanda
luka meningkat 3) Monitor panas , tanda panas . bengkak
3) Sensasi kemerahan , sebagai pengkajian
meningkat nyeri atau dalam proses
4) Warna kulit pucat bengkak pada keperawatan
menurun ekstermitas Terapeutik
5) Edema perifer Terapeutik 1) Menghindarinya
menurun 1) Hindari karena akn terjadi
6) Nyeri ekstermitas pemasangan masalah baru
menurun infus atau /ganguan pada
7) Parastesia pengambilan jaringan
menurun darah di area 2) Jika tertekan maka
8) Kelemahan otot keterbatasan akan terjadi masalah
menurun perfusi pada pasien
9) Keram otot 2) Hindari 3) Jika tertekan maka
menurun pengukuran akan terjadi masalah
10) Bruit femoralis tekanan darah pada pasien
menurun pada Edukasi
11) Nektosis ekstermitas 1) Agar kesehatan
menurun dengan pasien meningkat
12) Pengisisa kapiler keterbatasan dengan berolahraga
cukup membaik perfusi
13) Akral cukup 3) Hindari
membaik penekanan dan
14) Turgor kulit pemasangan
cukup membaik tourniquet pada
area yang
cedera
Edukasi
1) Anjurkan
berolahraga
rutin

5. Intoleransi Setelah dilakukan Managemen energy Observasi


aktivitas intervensi keperawatan, Observasi 1) Agar mengetahui
berhubungan Toleransi aktivitas 1) Identifikais apa gangguan
dengan suplai meningkat dengan gangguan yang terjadi pada
nutrisi dan O2 kriteria : fungsi tubuh tubuh pasien yang
menurun 1) Frekuensi nadi yang mengakibatkan
meningkat mengakibatkan kelelahan
2) Saturasi oksigen kelelahan 2) Memperhatikan
meningkat 2) Monitor kelelahan fisik
3) Kemudahan kelelahan fisik dan juga
melakukan dan emosiaonal emosiaonal
aktivitas sehari 3) Monitor pola 3) Memperhatikan
hari meningkat dan jam tidur pola dan jam
4) Kecepatan Terapeutik todur bisa
berjalan 1) Sediakan mempengaruhi
meningkat lingkungan pola aktivitas
5) Jarak berjalan nyaman dan Terapeutik
meningkat rendah stimulus 1) Menyediakan
6) Kekuatan tubuh 2) Lakukan lingkungan yang
bagian atas rentang gerak nyaman agar
meningkat pasif dan aktif pasien bisa
7) Kekuatan tubhuh 3) Berikan konsentrasi
bagian bawah aktivitas 2) Lakukan latihan
meningkat distraksi ysng gerak
8) Toleransi dalam mrenenangkan 3) Lakukan gerakan
menaiki tangga Edukasi yang
meningkat 1) Anjurkan tirah menyenangkan
9) Keluhan lelah baring agar pasien
menurun 2) Anjurkan berseia mulai
10) Dispnea saat melakukan bergerak
aktivitas aktivitas secara Edukasi
menurun bertahap 1) Agar pasien tidak
11) Dispnea setelah Kolaborasi hanya berbaring
aktivitas 1) Kolaborasi bisa juga
menurun dengan gizi beraktivitas
12) Perasaan lemah tentang cara 2) Lakukan aktivitas
menurun meningkatkan secara bertahap
13) Aritmia saat asupan tidak dilakukan
aktivitas makakanan . berasamaan agar
menurun tida syok
14) Aritmia setelah Kolaborasi
aktivitas 1) Mengonsumsi gizi
menurun seimbang agar
15) Sianosis menurun energy untuk
16) Warna kulit beraktivitas lebih
membaik tinggi
17) Tekanan darah
membaik
18) Frekuensi nafas
membaik
19) EKG Iskemia
membaik
6. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Observasi
efektif intervensi keperawatan, Observasi 1) Memperhatikan
berhubungan pola nafas membaik 1) Monitor pola nafas pola nafas pasien
dengan dengan kriteria : ( Frekuensi, 2) Bunyi nafas harus
hambatan upaya 1) Ventilasi semenit kedalaman, usaha diperhatikan
nafas karena meningkat nafas ) sebagai acuuan
terjadinya 2) Kapasitas vital 2) Monitor bunyi dalam proses
tekanan pada meningkat nafas tambahan pengobatan
diafragma 3) Diameter thorax ( mis. Gurgling, 3) Memperhatikan
anterior-posterior mengi, wheezing, adanya sputum
meningkat ronkhi kering) pada pasien
4) Tekanan 3) Monitor sputum Terapetik
ekspirasi (jumlah, warna, 1) Mempertahankan
meningkat aroma) kepatenan jalan
5) Tekanan insoirasi Terapetik nafas pada pasien
menibgkat 1) Pertahankan 2) Agara pasien
6) Dispnea menurun kepatenan jalan merasa lebih
7) Penggunaan otot nafas dengan nyama
bantu nafas headtilt, dan chin- 3) Air hangat bisa
menurun lift mencairkan
8) Pemanjangan 2) Posisikan Semi sputum dalam
fase ekspirasi powler atau powler tenggorokan
menurun 3) Berikan minum air Edukasi
9) Orthopnea hangat 1) Mengonsumsii
menurun Edukasi cairan seimbang
10) Pernapasam 1) Anjurkan asupan 2) Megajarkan batuk
pursed-tip cairan 2000 ml/hari efektif agar pasien
menurun , jika tidak dikontra lebih nyaman saat
11) Pernapasan indikasi bernafas
cuping hidung 2) Ajarkan teknik Kolaborasi
menurun batuk efektif Jika diperlukan maka
12) Fekuensi nafas Kolaborasi lakukanlah pemberian
membaik 1) Kolaborasi bronkodilator
13) Kedalaman nafas pemberian
membaik bronkodilator,
14) Ekskursi dada ekspektoran,
membaik mukolitik, jika perlu
7. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi Observasi
berhubungan intervensi keperawatan, fekal 1) Memperhatikan
dengan ketidak eliminasi fekal Observasi maslaah usu dan
cukupan asupan membaik , dengan 1) Identifikasi penggunaan obat
cairan karena kriteria hasil : masalah usus dan pencahar
absorbi air oleh 1) Kontrol penggunaan obat sebelumnya
usus pengeluaran feses pencahar 2) Ditanyakan
meningkat 2) Identifikasi mengenai obat
2) Kesulitan pengobatan yang yang
defekasi lama berefek pada berefeksamping
dan sulit kondisi pada terjadinya
menurun gastrointestinal konstipasi
3) Mengejan saat 3) Monitor buang air 3) Memperhatikan
defekasi menurun besar bagaimanan
4) Distensi Terapeutik keadaan buang air
abdomen 1) Berikan air bresar pasien
menurun hangat setelah sebagai acuan
5) Terasa massa makan dalam peroses
pada rektal 2) Jadwalkan pengobatan
menurun waktu defekasi Terapeutik
6) Ugency menurun berasama 1) Memberikan air
7) Nyeri pasien hangat
abdoenmenurun 3) Sediakan setelahkmakan
8) Kram abdomen makanan tinggi akan membuat
menurun serat usus lebih rileks
9) Konsistensi feses Edukasi 2) Menjadwalkan
membaik 1) Jelaskan jenis waktu defekasi
10) Frekuensi makanan yang dengan pasien
defekasi membantu agar tetap terlihat
membaik meningkatkan perkembangan
11) Peristaltic usus keteraturan pasien
membaik peristaltic usus 3) Mkanan tinggi
2) Anjurkan serat sangat
mencatat warna bergun abagi
, frekuensi , pasien dengan
konsistensi, konstipasi
volume feses Edukasi
1) Menjelaskan agar
pasien dan
keluarga
memahami
kebutuhan nutrisi
saat kondisi
konstipasi
2) Melakukan
pencatatan agar
sebagai evaluasi
keadaan pasien
atau
perkembangannya
8. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung Observasi
curah jantung intervensi keperawatan, Observasi 1) Mengetahui gejala
berhubungan curah jantung meningkat 1) Identifikasi utama terjadinya
dengan beban , engan kriteria hasil gejala primer penurunan curah
kerja jantung 1) Kekuatan nadi penurunan jantung
meningkat perifer meningkat curah jantung 2) Mengetahui gejala
2) Ejaction fraction 2) Identifikasi tambahan
meningkat tanda gejala terjadinya
3) Cardiac todex sekunder penurunan curah
meningkat 3) Monitor jantung
4) Palpitasi tekanan darah 3) Memperhatikan
menurun Terapeutik perkembangan
5) Bradikardia 1) Posisikan tekanan darah
menurun pasien semi Terapeutik
6) Takikaria fowler atau 1) Agar pasien lebih
menurun powler nyaman
7) Gambaran EKG 2) Berikan diet 2) Memberikan diet
aritmia menurun jantung yang jantung agar
8) Lelah menurun sesuai mempeercepat
9) Edema menurun Edukasi penyembuhan
10) Distensi vena 1) Anjurkan Edukasi
jugularis beraktivitas 1) Menjalankan
menurun fisik sesuai aktivitas fisik
11) Dispnea toleransi sesuai dengan
menurrun 2) Anjurkan kemampuan
12) Oliguria menurun beraktivitas 2) Lakukan aktivitas
secara bertahap secara bertahap
agar tidak
membuat syok
organ

9. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Observasi


berhubungan intervensi keperawatan Observasi 1) Perhatikan status
dengan status nutrisi membaik 1) Identifikasi status nutrisi pada
gangguan dengan kriteria hasil nutrisi pasien untuk
pemenuhan 1) Porsi makanan 2) Identifikasi alergi mengetahui
nutrisi yang dihabiskan dan intoleransi keadaanya
meningkat makanan 2) Untukmengetahui
2) Kekuatan otot 3) Identifikasi apakah ada alergi
pengunyah makanan yang pada pasien
meningkat disukaii 3) Perhatikan
3) Perasaan cepat Terapeutik makanan yang
kenyang 1) Lakukan oral menjadi paforit
menurun hygiene pasien
4) Nyeeri abdomen sebelum makan Terapeutik
menurun 2) Sajikan 1) Melakukan
5) Ariawan makanan pembersihan
menurun secara menari k mulut agar pasien
6) Diare menurun Edukasi lebih segar dan
1) Anjurkan posisi bersih h
duduk jika 2) Dengan
mampu menyajikan
makanan secara
menarik pasien
akan lenih senang
Edukasi
1) Saat makan anjurkan
pasien duduk agar
tidak tersedak
makanan

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III. Jakarta:EGC

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi).Jakarta
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

Silvia Anderson Price, RN,PhD . Fatofisiologi Volume 2 Edisi 6

Kapita Selekta Penyait Edisi 2

https://www.google.com/amp/s/samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-
keperawatan-pada-klien-nefrotik-syndrom/amp/

Anda mungkin juga menyukai