SINDROM NEFROTIK
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah KMB I
Disusun oleh :
Nama : Yuda Abdul Rohman
NIM : E.0105.20.047
Prodi : D.III Keperawatan/Tk II
2. Etiologi
Menurut Patrick Devey penyakit penyebab sindrom nefrotik seperti diabetes ( yang telah
berlangsung lama), glomerulonephritis ( lesi minimal, membranosa, fokal segmental),
ameloid ginjal ( primer, myeloma), penyakit autoimun , misalnya SLE, obat-obatan misalnya
preparat emas, penisilamin.
Menurut wiguno penyebab SN dan Klasifikasinya dibagi menjadi :
1) Glomerulonefritis primer
Kriteria :
- GN lesi minimal (GNLM)
- Glomerulosklerosis fokal ( GSF)
- GN Membranosa (GNMN)
- GN Membranoproliferatif (GNMF)
- GN Proliveratif lain
2) Glomerulonefritis sekunder akibat :
Kriteria :
Infeksi :
Obat anti imflamsi non-steroid , preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa,
kaptopril, heroin
Lainlain
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui.
Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap suatu
pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada
neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan
pertama kehidupannya.
Disebabkan oleh :
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun
otak, air raksa.
Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut sindrom nefrotik
primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan
mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan
minimal, nefropati membranosa, glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis fokal
segmental.
5. Patofisiologi
1) Permeabilitas glomelurus terhadap protein meningkat
2) Ekskresi protein dalam urine terutam aalbumien meningkat
3) Terjadi hipoalbuminemia dan menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid
4) Kebocoran cairan kedalam ruang intestisial menyebablkan oedema umum dan akut
5) Kehilangan volume vascular mengakibatkan peningkatan viskositas darah dan gangguan
koagulasi
6) Sistem renin angiotensin terpicu, menyebabkan reabsorbsi natrium dan air dalam tubulus
ginjal sehingga menimbulkan edema .
Pathway Sindrom Neftrofik
6. Komplikasi
1) Malnutrisi
2) Infeksi
3) Hiperlipidemia
4) Hipertensi
5) Akselerasi aterosklerosis
6) Trombosis
Obat anti proteinurik misalny a ACE Inhibitor ( Cptopril 12, 5 mg), kalsium
antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konversi
angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor
angiotensin II. Dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya
mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria .
2) Penatalaksanaan Nonmedis
a. Diet
Diet untuk pasien SN adalah 35 kal/kgbb,/hari, sebagian besar terdiri dari karbohidrat.
Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus diberikan . pembatasan asupan
protein 0,8-1,0 gr/ kkBB/hari dapat mengurangi proteinuria . Tambahan vitamin D
dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin ini.
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan elektrolit , kreatinin, bersihan kreatinin, tes diptik urine
2) USG saluran ginjal
3) Immunoglobulin ( elektroporesis protein ), glukosa, ANF, ANCA
4) Biopsy ginjal ( untuk mengetahui penyebab proteinuria )
9. Pengkajian
A. Wawancara
B. Keluhan utama
C. Riwayat kesehatan yang lalu
D. Riwayat kesehatan sekarang
E. Keadaan umum : lemah, letarghi
E. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
F. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang ditemukan
a. Inspeksi
1) Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran
keringat.
2) Mulut
3) Wajah
4) Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau
pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi
gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur
kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.
Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
Stomatitis, napas bau amonia
Moon face
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri
permukaan indikasi disfungsi renal.
5) Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
6) Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
Perhatikan meatus urinary
b. Palpasi
1) Ginjal
- Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk
mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
- Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
- Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi
cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan,
ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya
terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal
kronik.
Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas.
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
2) Kandung kemih Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali
terjadi distensi urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan
umbilicus.
c. Perkusi
1) Ginjal
- Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
- Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),
lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
- Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi
glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
2) Kandung kemih
- Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di
atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai
setinggi umbilicus.
- Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region
suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan
terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
d. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada
aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke
ginjal (stenosis arteri ginjal)
10. Analisa Data
Minor Paru-paru
DS :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea Efusi Pleura
DO :
1. Gelisah Bersihan jalan nafas tidak
2. Sianosis efektif
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
DS :
1. Ortopnea
2. Dispnea Penumpukan cairan keruang
3. Paroxymal nocturnal intestinum
dysepnea ( PND)
DS :
1. Edema anakarsa Oedema
dan/edema perifer
2. Berat badan meningkat
Hipervolemia
dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure
(JVG) dan /atau Central
Venous Pressure (CVP)
meningkat
4. Refleks hepatojugular
positif
Minor
DS :-
DO :
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara napas
tambahan
3. Hepatomegali
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari
output (balans cairan
positif )
7. Kongesti paru
Minor
Mata
DS :
1. Tidak mau
mengungkapkan kecacatan Pembengkakan pada periorbita
/kehilangan bagian tubuh
2. Mengungkapkan perasaan
negative tentang Gangguan Citra tubuh
perubahan tubuh
3. Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan atau reaksi
orang lain
4. Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
DO :
1. Menyembunyikan
/menunjukan bagian tubuh
secara berlebihan
2. Menghindari melihat dan/
menyentuh bagian tubuh
3. Focus berlebihan pada
perubahan tubuh
4. Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
5. Focus pada penampilan
dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan social berubah
4. Mayor Ekstravaksi cairan Perfusi perifer tidak
DS: - efektif
DO :
1. Pengisian kapiler >3 detik Penumpukan cairan keruang
2. Nadi perifer menurun atau intestinum
tidak teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat Oedema
5. Turgor kulit menurun
DS:
1. Mengeluh lelah
Penumpukan cairan keruang
DO: intestinum
1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Oedema
Intoleransi aktivitas
6. Mayor Ekstravaksi cairan Pola Nafas tidak
efektif
DS:
1. Dispnea Penumpukan cairan keruang
intestinum
DO:
1. Penggunaan otot bantu
pernafasan Oedema
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal
(mis.takipnea, bradipnea, Asites
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Tekanan abdomen meningkat
Minor
Menekan diafragma
DS :
1. Ortopnea
Otot pernafasan tidak optimal
DO :
1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung Nafas tidak adekuat
3. Diameter thoraks anterior-
posteror meningkat
4. Ventilasi semenit menurun pola nafas tidak efektif
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirai menurun
8. Ekskursi dada berubah
DO :
1. Feses keras Feses mengeras
2. Peristaltik usus menurun
Minor Konstipasi
DS :
1. Mengejan saat defekasii
DO :
1. Disfensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal
Minor
DS :
1. Perubahan preload
-
2. Perubahan afterload
-
3. Perubahan kontraktilitas
-
4. Perilaku/emosional
- Cemas
- Gelisah
DO :
1. Perubahan preload
- Murmur jantung
- Berat badan
bertambah
- Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
- Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menuru
n
- Systemic vascular
resistance ( SVR)
meningkat/menuru
n
3. Perubahan kontraktilitas
- Cardiac index (CI)
menurun
- Left ventricular
stroke work index
(LVSWI)
- Stroke volume
index ( SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional
-
DS :-
Penumpukan cairan keruang
DO: intestinum
1) Berat badan menurun
minimal 10% dibawah
rentang ideal Oedema
Minor :
DS :
1) Cepat kenyang setelah
makan Asites
2) Kran/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun Tekanan abdomen meningkat
DO :
1) Bising usus hiperaktif Mendesak rongga lambung
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membrane mukosa pucat Anoreksia, nausea, vomitus
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan Gangguan pemenuhan Nutrisi
8) Diare
Defisit Nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III. Jakarta:EGC
https://www.google.com/amp/s/samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-
keperawatan-pada-klien-nefrotik-syndrom/amp/