Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN
(COLITIS)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawan Medikal Bedah 1

Dosen Pembimbing : NS. Kiki Rizki A, M.kep

Disusun Oleh :
Nita Nadila Febriyanti E.0105.20.030

Diploma 3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi
Tahun Akademik 2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN COLITIS
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Kolistis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon. Kolitis
Ulseratif adalah salah satu dari 2 jenis utama penyakit radang usus (IBD),
bersama dengan penyakit crohn. Tidak seperti penyakit chorn yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari saluran pencernaan, kolistis ulseratif
bersifat hanya melibatkan usus besar dan ileum terminal pada 10% pasien.
(Adam,2010)
Kolistis ulseratif merupakan penyakit yang menyerang kolon dan
rektum dibagian jaringan paling luar atau mukosa. Bentuk lesi ini berupa
daerah peradangan dan ulserasi kontinu tanpa segmen jaringan normal
(Kathleen and Julie, 2003)
Kolistis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum
untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan di usus halus dan
usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala yang mirip
dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit chorn.
penyakit chorn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam
dinding usus dan dapat terjadi dibagian lain dari sistem pencernaan
termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.

2. ETIOLOGI
Etiologi colitis ulseratif masih dianggap idiopatik karena tidak diketahui
penyebab jelas. tetapi diperkiran adanya faktor prediposisi yang berkaitan
adalah keturunan, imunologi, infeksi virus atau bakteri (masih spekulatif)
dan jarang ditemukan pada perokok.
Selain itu ada juga beberapa faktor yang dicurigai menjadi penyebab
terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap
faktor lingkungan dan makanan.

3. Tanda dan Gejala


Kebanyakan tanda dan gejala colitis pada awalnya adalah berupa buang air
besar yang lebih sering, gejala paling umum dari colitis adalah sakit perut
dan diare berdarah, pasien juga dapat mengalami :
1. Anemia
2. Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Lesi kulit
6. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
7. Lesi mata
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan
10.Buang air besar berapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11.Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
12.Perdarahan rektum
13.Rasa tidak enak dibagian perut
14.Mendadak perut terasa mulas
15.Kram perut
16.Rasa sakit yang hilang timbul pada rektum
17.Anoreksia
18.Dorongan untuk defekasi
19.Hipokalsemia

4. PATOFISIOLOGI
Awalnya lesi patologis terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas
pembentukan abses dalam kriptus dipermulaan penyakit, terjadi edema dan
kongesti mukosa. edema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat
sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan
pada permukaan. pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus
pecah melewati dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa yang
menimbulkan terowongan dalam mukosa, mukosa kemudian terkelupas
dalam lumen usus dan meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa
(tukak) pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal tetapi pada stadium
lebih lanjut permukaan mukosa yang menghilang luas sekali mengakibatkan
banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.
Kondisi fisiologis sistem imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari
gesekan dengan fases pada saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun
yang berlebihan pada colitis maka sistem imunnya terjadinya ulkus. Ulkus
terjadi disepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rektum yang
menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya
berwarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan
tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak
akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan
peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus) akibat ulkus yang
menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara
mikroskopik ataupun makroskopik gejala yang sering timbul pada penyakit
colitis ulseratif ini adalah, nyeri perut, diare berdarah, berlendir dan
bernanah, anemia, turunnya berat badan.
PATHWAY
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Sylvia A. & Lorraine M. Wibson,2006)
Terdapat 3 jenis klinis colitis ulseratif yang sering terjadi, dikaitkan dengan
frekuensi timbulnya gajala :

1. Kolitis Ulseratif Fulminan Akut


Ditandai oleh awitan yang mendadak disertai dare parah (10sampai
20kali/hari) berdarah, nausea, muntah, dan demam yang menyebabkan
berkurangnya cairan dan elektrolit dengan cepat. Seluruh kolon dapat
terserang disertai dengan pembentukan trowongan dan pengelupasan
mukosa, yang menyebabkan hilangnya darah dan mukus dalam jumlah
banyak jenis kolitis terjadi pada sekitar 10% penderita.
2. Kolitis Kronis Intermitmen
Awitan cenderung perlahan selama berbulan-bulan dan biasanya
berlangsung 1-3 bulan bahkan hingga bertahun-tahun, mungkin terjadi
sedikit atau tidak terjadi demam, demam dapat timbul pada penyakit yang
lebih berat dan serangan dapat berlangsung 3-4 bulan, kadang digolongkan
sebagai type kronis continue.
3. Kolitis Ulseratif Kronis Continue
Pasien terus-menerus mengalami diare. Dibandingkan dengan type
intermitmen kolon yang terserang lebih sering terjadi komplikasi

Pada colitis ulseratif bentuk ringan, terjadi diare ringan dengan perdarahan
ringan dan intermitmen. Pada penyakit yang berat, defekasi terjadi lebih dari
6 kali sehari disertai banyak darah dan mukus kehilangan darah dan mukus
yang berlangsung kronis dapat mengakibatkan anemia dan hypoproteinema
nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit
mereda bila defekasi.
6. KLASIFISIKASI
Berdasarkan penyebab dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Colitis infeksi : shigelosis, colitis tuberkulosa, colitis amebic, colitis
pseudomembran, colitis karena virus/bakteri/parasite
2. Colitis non infeksi : colitis ulseratif, penyakit crohn, colitis radiasi, colitis
iskemik colitis mikroskopik, colitis non spesifik

7. KOMPLIKASI
Komplikasi ditemukan pada anus dan kolon. di anus terdapat fisura, abses
perianal, dan fistel perianal. Perforasi kolon dapat terjadi terutama di
sigmoid dan kolon descendens. Komplikasi lain yaitu kolon toksik biasanya
menyebabkan perforasi fatal.
Dilatasi kolon akut atau megakolon toksik disebabkan oleh progresivitas
penyakit di dinding, dapat dicetuskan oleh pemberian sediaan opiat atau
pemeriksaan Roentgent barium. Penderita tampak sakit berat, dengan
takikardi dan syok toksik. Diagnosis dapat dibuat dengan foto polos perut.
Gambaran klinik megakolon toksik juga dapat ditemukan pada morbus
Crohn, demam tifoid dan amubiasis. Pendarahan berat biasanya mengancam
jiwa tetapi jarang terjadi.
Striktur kolon dapat ditemukan pada penyakit kronik yang menimbulkan
nekrosis, polip atau karsinoma. Karsinoma merupakan penyuluit lambat
yang ditemukan pada 25% penderita setelah 20 tahun dan pada 30-40%
setelah 30 tahun. Karsinoma sering timbul multisentrik, begitu juga di kolon
bagian kanan. Karena it bila ditemukan dysplasia epitel mukosa pada
pemeriksaan biopsi harus dipertimbangkan untuk melakukan kolektomi
total.
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis

Tindakan medis untuk colitis ditujukan untuk mengurangi inflamasi, menekan


respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan
dapat terjadi
Penatalaksanaan Non Medis :
- Pendidikan terhadap keluarga dan penderita
- Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare
- Menghindari makanan dingin dan merokok karena keduanya dapat
meningkatkan motilitas usus
- Hindari susu karea dapat menyebabkan diare padaindividu yang intoleransi
lactosa
- Istirahat
- Diet
Tinggi protein dan kalori tanpa susu, rendah serat
Penatalaksanaan Medis :
Obat obatan sedatife dan antiperistaltik digunakan untuk mengurangi peristaltic
sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi :
- Predinison 60 mg pagi hari lalu di turunkan
- Menangani inflamasi : Sulfasalazine : 3x(1-2) gr/hari atau sukfisoxazal
- Meselazina : 3x (0,5-1) gr
- 5-amino salisilat (5- ASA)
- Mesalamin: 4-5gr/hari/oral
- Antibiotic : digunakan untuk infeksi
- Mengurangi peradangan : Kortikosteroid

1. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran radiologi
a. Poto polos abdomen
1. Untuk melihat organ dalam abdomen
2. Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor, obstruksi/strikura)
3. Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah GI
tract
b. Barium enema
Barium enema atau lower GI series merupakan pemeriksaan X-ray pada
kolon
c. Ultrasonografi (USG)
d. CT-SCAN dan MRI
2. Pemeriksaan edoskopi
Endoskopi temuan dari colitis ulseratif meliputi
- Hilangnya penampilan vascular kolon
- Eritema atau kemerahan dari mukosa
- Ulserasi yang dangkal
- Pseudopolyps

2. Pemeriksaan diagnostic
a. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama
penyakit) terutama mengandung mukosa, darah, dan organisme usus
khususnya entomoeba histolitica
b. Protosigmoidoskopi memperlihatkan usus, edema, hiperermia, dan
inflamasi akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa area yang
menurun pungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi
pada 35% bagian ini
c. Sitology dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan
karsinoma perubahan neoplastic dapat dideteksi juga karakteristik
infiltratinflamasi yang disebut abses bagian bawah
d. Enema bartum
e. Klonoskopi mengidentifikasi adosi perubahan lumen dinding
menunjukan obstruksi usus
f. Kadar besi serum
g. ESR: meningkat karena beratnya penykit terombosis dapat terjadi krena
proses penyakit inflamasi
h. Elektrolit penurunan kalium dan magnesium pada penyakit berat

9. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya colitis ditinjau dari teori
dibedakan menjadi empat faktor yaitu :
1. Faktor biologis
Usia : 15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun
Genetic : riwayat keluarga dengan colitis
2. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan sanitasi dan higienis yang kurang baik. Nutrisi yang
buruk
3. Faktor perilaku
Kegemukan (obesitas) merokok stress/emosi pemakaian laksatif yang
berlebihan kebiasaan makan makanan tinggi serat tinggi gula alcohol kafein
kacang makanan pedes, kurang kesadaran untuk berobat dini keterlambatan
dalam mencari pengobatan, tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan
4. Faktor pelayanan kesehatan
Minimnya pengetahuan petugas kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana
memadai , keterlambatan dan kekeliruan dalam diagnosis dan terapi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri abdomen, diare,
tenesmus intermiten dan pendarahan rektal. Keluhan nyeri biasanya bersifat
kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran periumbilikal kiri bawah.
Kondisi rasa sakitt bisa mendahului diare dan mungkin sebagian pasien
melaporkan perasaan nyaman setelah BAB, diare biasanya disertai darah
pasien melaporkan mengeluarkan fases cair 10-20 kali sehari, pasien juga
mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, kondisi ringan karena colitis
ulseratif adalah penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang
paling umum adalah pendarahan anus, diare dan sakit perut.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan infeksi, imunitas,
makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnemis penyakit
sistemik, seperti dm, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan sebagai
sarana pengkajian proferatif
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab kematian
juga ditanyakan.
2. PEMERIKSAAN FISIK
B1 : takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme
kompensasi asidosis dalam kasus dehidrasi parah.
B2 : takikardia dapat mewakili anemia atau hipovolemia. Turgor kulit >3
detik menandakan gejala dehidrasi.
B3 :perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan perfusi ke
otak. Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan erythematous yang
menyakitkan mata
B4 : Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat
B5 :Inspeksi kram abdomen didapatkan. Perut didapatkan kembung
Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), Perkusi : nyeri ketuk dna
timpani akibat adanya flatulen. Auskultasi : bising usus bisa normal,
hiperaktif atau hipoaktif
B6 : kelemahan fisik umum sekunder dari keletihan dan pemakaian energy
setelah nyeri dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah gejalaumum yang
ditemukan pada penyakit inflamasi usus.

a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur
semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan
aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
b.Sirkulasi
• Tanda: takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan
nyeri)
• Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K)
• TD: Hipotensi, termasuk postural.
•Kulit/membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi)
c.Integritas ego
 Gejala: ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
 Factor stress akut/kronis, missal hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
 Tanda ; Menolak, perhatian menyempit, depresi
d.eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau ber air,
episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering, tak dapat
dicontrol ( sebanvak 20-30 kali defekasi/hari): perasaan dorongan/kram
(tenesmus): defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses
Tanda : menurunnya bising usus, tak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang
dapat di lihat. Hemoroid, fisuraanal (25%): fistula perianal ( lebih sering pada
crohn) oliguria
e.makanan/cairan
Gejala ; anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap
diet/sensitive missal buah segar sayur, produk susu, makanan berlemak.
Tanda ; penuruna lemak subkutan/ massa otot. membrane mokusa pucat; luka,
inflamasi rongga mulut.
f.nyeri/kenyamanan
Gejala; nyeri/nyeri tean pada kuadran kiri bawah ( mungkin hilang dengan
defekasi), titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotopobia (iritis)
Tanda : nyeri tekan abdomen/distensi
g.Keamanan
Gejala ; riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis. Arthritis (
memperburuk gejala dengen eksaserbasi penyakit usus ). Peningkatan suhu
39,6-40 (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur.
Alergi terhadap makanan/produk susu ( mengeluarkan histamine kedalam usus
dan mempunyai efek inflamasi )
tanda: lesi kulit mungkin ada missal eritema nodusumc( meningkat, nyeri tekan,
kemerahan, dan bengkak) pada tangan, muka; pioderma gangrenosa (lesi tekan
purulen/lepuh dengan batas ke unguan) pada paha, kaki, dan mata,ankilosa
spondilitis, uveitis, konjungtivitis iritis.
3. ANALISA DATA
Menurut PPNI, T. N. (2007)
No Data Etiologi Masalah
1 Mayor : Lesi pada mukosa usus Nyeri Akut
DS:
1) Mengeluh Nyeri
Pembentukan abses
DO:
1) Tampak Meringis
2) Bersikap protektif Abses Pecah
(mis.waspada,
posisi menghindari
Iritas pada mukosa
nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi
meningkat Nyeri
5) Sulit tidur

Minor :
DS: -
DO:
Tekanan darah
meningkat
1) Pola nafas berubah
2) Nafsu makan
berubah
3) Proses berfikir
terganggu
4) Menarik diri
5) Berfokus pada diri
sendiri
6) Diaphoresis

2 Mayor : infeksi kuman Intoleransi aktivitas


DS:
1) Mengeluh Lelah
mengeluarkan toksin
DO:
1) Frekuensi jantung
meningkat >20% Meningkatnya motilitas
dari kondisi
istirahat
kesempatan absorbs
Minor :
DS:
1) Dyspnea diare
saat/setelah
aktivitas
Intoleransi aktivitas
2) Merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas
3) Merasa lemah

DO :
1) Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
2) Gambaran EKG
menujukan aritmia
saat/setelah
aktivitas
3) Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
4) Sianosis

3 Mayor : Lesi Pada mukosa usus Perfusi perifer tidak


DS : - efektif Anemia
DO :
1) pengisian kapiler Pembentukan abses
>3 detik
2) nadi perifer
Abses pecah
menurun atau tidak
teraba
3) akral teraba dingin Iritasi padamukosa
4) warna kulit pucat
5) turgor kulit
menurun Tukak tersebar

Minor :
DS : Stadium lanjut
1) Parastesia
2) Nyeri ekstermitas
(klaudikasi Terjadi perdarahan yang
terus menerus
intermiten)
DO :
1) Edema
2) Penyembuhan luka Perfusi perifer tidak
lambat efektif Anemia
3) Indeks ankle –
brachial <0.90
4) Bruit femoral

4 Mayor : Lesi pada mukosa usus Kecemasan / ansietas


DS :
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir Pembentukan abses
dengan akibat dan
kondisi yang
Abses pecah
dihadapi
3) Sulit
berkonsenterasi Iritasi pada mukosa

DO :
1) Tampak gelisah Tukak tersebar
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Stadium lanjut
Minor :
DS :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia Tahap kronik
3) Palpitasi
4) Merasa tidak
Factor psikologis
berdaya

DO :
Pengulangan dalam
1) Frekuensi nafas
periode waktu
meningkat
2) Frekuensi nadi
meningkat Kecemasan / ansietas
3) Tekanan drah
meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak
pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada
masa lalu

5 Mayor : Lesi pada mukosa usus Kurang pengetahuan /


DS : deficit pengetahuan
1) Menanyakan
masalah yang Pembentukan abses
dihadapi

DO : Abses pecah
1) Menunjukan
prilaku tidak
Iritasi pada mukosa
sesuai anjuran
2) Menunjukan
persepsi yang Tukak tersebar
keliru terhadap
masalah
Stadium lanjut
Minor :
DS : -
DO : Tahap kronik
1) Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat Informasi kurang
2) Menunjukan
perilaku yang Tidak menggunakan
berlebihan ( mis sumber
Apatis, Salah persepsi
bermusuhan,
agitasi,hysteria) Kurang pengetahuan /
deficit pengetahuan
6 Mayor infeksi kuman gangguan perfusi
DS : - jaringan/perfusi perifer
DO : tidak efektif
1) Pengisian kafiler mengeluarkan toksin
>3 detik
2) Nadi perifer
meningkatnya motilitas
menurun atau tidak
teraba
3) Akral teraba kesempatan absorbs
dingin
4) Warna kulit pucat
5) Turgor kulit
menurun diare

Minor :
DS : kehilangan cairan dan
1) Parastesia elektrolit
2) Nyeri ekstermitas
(klaudikasi
dehidrasi
intermiten)

DO :
konsentrasi CES
1) Edema
meningkat
2) Penyembuhan luka
lambat
3) Indeks ankle tekanan osmotic menurun
brachial <0.90
4) Bruit femoral
CES menurun

shock

gangguan perfusi
jaringan/resiko perfusi
perifer tidak efektif
7 Mayor : Infeksi kuman Gangguan istirahat tidur /
DS : gangguan pola tidur
1) Mengeluh sulit
tidur Mengeluarkan toksin
2) Mengeluh seing
terjaga
Meningkatkan motilitas
3) Mengeluh tidak
puas tidur
4) Mengeluh pola Kesempatan absorbs
tidur berubah
5) Mengeluh istirahat
tidak cukup Diare

DO : -
Minor : Gangguan istirahat tidur
DS :
1) Mengeluh
kemampuan
beraktivitas
menurun

DO : -

8 Mayor : Infeksi kuman Potensial gangguan


DS : - integritas kulit
DO :
1) Kerusakan jaringan Mengeluarkan toksin
dan atau lapisan
kulit
Meningkatkan motilitas
Minor :
DS : -
DO : Kesempatan absorbs
1) Nyeri
2) Perdarahan
Diare
3) Kemerahan
4) hematoma
Potensial gangguan
integritas kulit

9 Mayor : Infeksi kuman Gangguan nutrisi kurang


DS : - dari kebutuhan / deficit
DO : nutrisi
1) berat badan Mengeluarkan toksin
menurun minimal
10 % di bawah
Meningkatnya motilitas
rentang ideal

Minor :
DS : Kesempatan absorbs
1) cepat kenyang
setelah makan
Diare
2) kram/nyeri
abdomen
3) nafsu makan Gangguan nutrisi kurang
menurun dari kebutuhan

DO :
1) bising usus
hiperaktif
2) otot mengunyah
lemah
3) otot menelan lemah
4) membrane mukosa
pucat
5) sariawan
6) serum albumin
turun
7) rambut rontok
berlebihan
8) diare

10 Mayor : Infeksi kuman Gangguan eliminasi


DS :
1) desakan berkemih
2) utin menetes Mengeluarkan toksin
dribbling
3) sering buang air
Meningkatnya motilitas
kecil
4) nokturia
5) mengompol Kesempatan abrobsi
6) enuresis

DO : Diare
1) distensi kandug
kemih
2) berkmih tidak Gangguan eliminasi
tuntas
3) volume residu urin
meingkat

Minor
DS : -
DO : -

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan adanya abses pecah menyebabkan iritasi pada mukosa men
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kesempatan absorbs dan diare
3) Anemia berhubungan dengan adanya stadium lanjut menyebabkan terjadinya pendarahan yang
terus menerus
4) Kecemasan berhubungan dengan adanya tahap kronik menyebabkan factor psikologis sehingga
terjadi kecemasan
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan adanya informasi kurang sehingga menyebabkan
salah persepsi sehingga dan kurang pengetahuan
6) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya ces menurun sehingga menyebabkan
shock
7) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya diare dan kesempatan absorbsi
8) Potensi gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya meningkatnya motilitas dan
kesempatan absorbsi
9) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya kesempatan absorbs dan
diare
10) Gangguan eliminasi berhubungan dengan adanya kesempatan absorbs

5. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Inervensi Rasional


1 Nyeri Setelah dilakukan INTERVENSI INTERVENSI UTAMA:
berhubungan intervensi UTAMA: Maanajemen nyeri
dengan keperawatan nyeri Manajemen nyeri Observasi :
adanya abses menurun dengan Observasi : 1) untik mengetahui lokasi,
pecah dan kriteria hasil 1) Identifikasi karakteristik, durasi,
iritasi pada a. Kemampua lokasi, frekuensi, kualitas nyeri
mukosa n karakteristik 2) untuk mengetahui skala
menuntask , durasi, nyeri
an aktivitas frekuensi, 3) untuk mengetahui
meningkat kualitas, perasaan nyeri yang
b. Keluhan intensitas sebenarnya
nyeri nyeri
menurun 2) Identifikasi terafetik :
c. Meringis sekala nyeri 1) untuk memberikan rasa
menurun 3) Identifikasi tenang dan nyaman pada
d. Sikaf respon nyeri pasien
protektif secara 2) untuk membuat pasien
menurun verbal nyaman dan mengurangi
e. Frekuensi rasa nyeri
nadi Terafetik : 3) fasilitas istirahat dan
membaik 1) Berikan tidur agar pasien nyaman
f. Pola napas teknik
nonfarmako edukasi :
membaik
logi untuk
mengurangi
g. Tekanan rasa nyeri ( 1) agar pasein dapat
darah mis, tens, mengurangi rasa
membaik hypnosis, nyerinya
akupresur, 2) agar pasien bisa
trapi music melakukan mandiri
2) Control 3) agar pasien bisa
lingkungan menanganinya
yang
memperber kolaborasi :
1) agar mengurangi nyeri
at rasa nyeri
atau menghilangkan
3) Fasilitasi
nyeri
istirahat dan
tidur

Edukasi :
1) Jelaskan
penyebab,
periode,
dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3) Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri

Kolaborasi :
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik
jika perlu

2 Intoleransi Setelah dilakukan INTERVENSI INTERVENSI UTAMA:


aktivitas intervensi UTAMA: MANAJEMEN ENERGI
berhubungan keperawatan MANAJEMEN Observasi
dengan toleransi aktivitas ENERGI 1) tujuannya adalah agar
adanya meningkat dengan Observasi kita dapat mengetahui
kesempatan kriteria hasil 1) identifikasi penyebab dari terjadinya
absorbs dan gangguan
diare fungsi tubuh
1) frekuensi yang intoleransi aktivitas
nadi mengakibat sehingga dapat diatasi
meningkat kan
2) saturasi kelelahan terapeutik
1) agar pasien dapat
oksigen
terapeutik memenuhu kenyamanan
meningkat
1) sediakan dan terpenuhinya
3) keluhan
lingkungan kebutuhan istirahat dan
lelah
yang tidur
menurun
nyaman dan
4) dyspnea edukasi
rendah
saat 1) agar pasien dapat
stimulus (
aktivitas melakukan aktivitas
cahaya,
menurun secara bertahap
suara,
5) warna kulit
kunjungan ) kolaborasi
membaik
1) agar pasien dapat
6) tekanan edukasi
mendapatkan asupan
darah 1) anjurkan
pendukung untuk
membaik melakukan
meningkatkan kekuatan
aktivitas
energy
secara
bertahap

kolaborasi
1) kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatk
an asupan
makanan

3 Anemia Setelah dilakukan INTERVENSI INTERVENSI UTAMA :


berhubungan intervensi UTAMA: PERAWATAN SIRKULASI
dengan keperawatan PERAWATAN Observasi
terjadinya perfusi perifer SIRKULASI 1) agar mengetahui sirkulasi
stadium meningkat dengan Observasi perifer
lanjut kriteria hasil 1) periksa
menyebabka 1) denyut sirkulasi terapeutik
n terjadinya nadi perifer perifer ( 1) agar tidak menimbulkan
pendarahan meningkat luka pada pasien
nadi perifer,
yang terus
2) penyembu edema,
menerus edukasi
han luka pengisian
meningkat kafiler,
3) warna kulit warna, 1) agar pasien paru parunya
pucat suhu, ankle menjadi sehat dan
menurun berachial terhindar dari asap rook
4) edema index )
perifer
menurun terapeutik
1) hindari
5) pengisian
pemasanga
kafiler
n infus atau
membaik
pengambila
6) akral
n darah di
membaik
area
keterbatasa
n perfusi

edukasi
1) anjurkan
berhenti
merokok

4 Kecemasan Ansietas / INTERVENSI INTERVENSI UTAMA: REDUKSI


berhubungan kecemasan UTAMA: ANSIETAS
dengan Setelah dilakuan Reduksi Ansietas Observasi
adanya tahap intervensi Observasi 1) agar tahu mengenai
kronik keperawatan 1) identifikasi tingkat ansietas pada
menyebabka tingkat ansietas saat tingkat pasien
n factor menurun dengan ansietas
psikologis kriteria hasil terafeuitk
berubah
sehingga 1) verbalisasi 1) agar pasien merasakan
terjadi kebingunga terafeutik nyaman dan aman
kecemasan n menurun 1) ciptakan
2) verbalisasi suasana edukasi
khawatir terafeutik 1) agar pasien tahu
akibat untuk prosedur tindakan yang
kondisi menumbuh dilakukan
yang kan kolaborasi
dihadapi kepercayaa 1) agar memberikan efek
menurun n aman dan nyaman
3) perilaku apabila tindakan yang
gelisah edukasi
1) jelaskan lain masih dirasa kurang
menurun
prosedur
4) perilaku
termasuk
tegang
sensasi yang
menurun
5) konsentrasi mungkin
membaik dialami
6) pola tidur
membaik kolaborasi
1) kolaborasi
pemberian
obat
antiansietas
bilaperlu

5 Kurang Deficit INTERVENSI INTERVENSI UTAMA :


pengetahuan pengetahuan / UTAMA: Edukasi kesehatan
berhubungan kurang Edukasi kesehatan Observasi
dengan pengetahuan Observasi 1) agar mengetahui
adanya Setelah dilakukan 1) identifikasi kemampuan menerima
informasi intervensi kesiapan informasi
kurang keperawatan dan
sehingga tingkat terafeutik
kemampuan
menyebabka pengetahuan 1) agar pasien terpasilitasi
n salah membaik dengan menerima
penidikan
persepsi kriteria hasil informasi
sehingga dan 1) prilaku edukasi
kurang terafeutik
sesuai 1) agar pasien mengetahui
pengetahuan 1) sediakan
anjuran factor resiko yang dapat
materi dan
meningkat mengetahui kesehatan
mediapendi
2) verbalisasi
dikan
minat
kesehatan
dalam
belajar edukasi
meningkat 1) jelaskan
3) pertanyaan factor resiko
tentang yang dapat
masalah mempengar
yang uhi
dihadapi kesehatan
menurun
4) persepsi
yang keliru
tentang
masalah
yang
dihadapi
menurun
5) perilaku
membaik

6 Gangguan Perfusi perifer tifak INTERVENSI INTERVENSI UTAMA:


perfusi efektif UTAMA: Perawatan sirkulasi
jaringan Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi 1) agar mengetahui sirkulasi
berhubungan intervensi Observasi perifer pada pasien
dengan keperawatan 1) periksa
adanya ces perfusi perifer sirkulasii terafeutik
menurun meningkat dengan perifer ( 1) agar pasien tidak
sehingga kriteria hasil mengalami luka pada
nadi perifer,
menyebabka 1) denyut daerah daerah tertentu
n shock edema,
nadi perifer
pengisian
meningkat edukasi
kafiler, 1) agar system respirasi
2) penyembu
warna, menjadi sehat
han luka
suhu, ankle
meningkat
berachial
3) warna kulit
index )
pucat
menurun terapeutik
4) edema 1) hindari
perifer pemasanga
menurun n infus atau
5) pengisian pengambila
kafiler n darah di
membaik area
6) akral keterbatasa
membaik n perfusi

edukasi
1) anjurkan
berhenti
merokok

7 Gangguan Setelah dilakukan INTERVENSI INTERVENSI UTAMA:


istirahat tidur intervensi UTAMA: Dukungan Tidur
berhubungan keperawatan Dukungan Tidur Observasi
dengan gangguan pola Observasi 1) agar mengetahui
adanya diare tidur membaik 1) identifikasi aktivitas dan tidur pada
dan dengan kriteria pola pasien
kesempatan hasil aktivitas dan
absorbs 1) keluhan terafeutik
tidur
sulit tidur 1) agar pasien merasakan
menurun terapeutik rasa aman dan nyaman
2) keluhan 1) modifikasi edukasi
sering lingkungan ( 1) agar pasien mengetahui
terjaga mis pentingnya kita untuk
menurun pencahayaa tidur yang cukup
3) keluhan n,
tidak puas kebisingan,
tidur suhu,
menurun matras, dan
4) keluhan tempat
pola tidur tidur )
berubah
edukasi
menurun
1) jelaskan
5) kemampua
pentingnya
n
tidur cukup
beraktiitas
selama sakit
meningkat

8 Potensi Setelah dilakukan INTERVENSI INTERVENSI UTAMA:


gangguan intervensi UTAMA: Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit keperawatan Perawatan 1) agar bisa mengetahui
berhubungan integritas kulit dan Integritas kulit gangguan integritas kulit
dengan jaringan meningkat Observasi yang dialami oleh pasien
meningkatnya dengan kriteria hasil 1) identifikasi
motilitas dan 1) elastisitas penyebab terafeutik
kesempatan meningkat gangguan 1) agar pasien merasa aman
absorbsi 2) hidrasi dan nyaman
integritas
meningkat kulit ( mis
3) perfusi edukasi
perubahan
1) agar pasien mengatahui
jaringan sirkulasi,
cara melembabkan kulit
meningkat perubahan
dan agar kulit ternutrisi
4) kerusakan status
jaringan nutrisi,
menurun penurunan
5) kerusakan kelembaba
lapisan kulit n, suhu
menurun lingkungan
6) suhu kulit ekstreme,
membaik penurunan
mobilitas)

terapeutik
1) ubah posisi
tiap dua
jam jika
tirah baring

edukasi
1) anjurkan
menggunak
a pelembab
( mis
lotion/seru
m)

9 Gangguan Gangguan nutrisi INTERVENSI INTERVENSI UTAMA:


nutrisi kurang kurang dari UTAMA: Manajemen Nutrisi
dari kebutuhan / deficit Manajemen Nutrisi Observasi
kebutuhan nutrisi (status Observasi 1) agar mengetahui status
berhubungan nutrisi) 1) identifikasi gizi pada pasien
dengan Setelah dilakukan status
adanya intervensi nutrisi Terapeutik
kesempatan keperawatan status 1) agar kebersihan oral
absorbs dan nutrisi membaik terapeutik hygiene pasien terjaga
diare dengan kriteria hasil 1) lakukan
1) porsi oral edukasi
makanan hygiene 1) agar terpenuhinya
yang sebelum kebutuhan pasien
dihabiskan makan jika kolaborasi
meningkat perlu 1) agar saat makan pasien
2) kekuatan
merasa nyaman
otot edukasi
pengunyah 1) anjurkan
meningkat posisi
3) kekuatan duduk jika
otot mampu
menelan
kolaborasi
meningkat 1) kolaborasi
4) perasaan pemberian
cepat medikasi
kenyang sebelum
menurun makan
5) nyeri (mis,
abdomen pereda
menurun nyeri,
6) sariawan antiemetic)
menurun jika perlu
7) berat badan
membaik
8) indeks masa
tubuh (IMT)
membaik
9) frekuensi
makanan
membaik

10 Gangguan Gangguan eliminasi INTERVENSI INTERVENSI UTAMA: Dukungan


eliminasi berhubungan UTAMA: Perawatan Diri BAB/BAK
berhubungan dengan adanya Dukungan Observasi
dengan kesempatan Perawatan Diri : 1) agar kita mengetahui
adanya absorbs ( eliminasi BAB/BAK kebiasaan BAB pada
kesempatan urine) Observasi pasien
absorbs Setelah dilakukan 1) identifikasi
intervensi kebiasaan terapeutik
keperawatan BAB/BAK 1) agar pasien mudah
eliminasi urin dalam melakukan
sesuai usia
membaik dengan
eliminasi
kriteria hasil terapeutik
1) sensasi 1) buka edukasi
berkemih pakaian 1) agar terpenuhinya
meningkat yang kbutuhan eliminasi
2) desakan diperlukan
berkemih untuk
(urgensi) memudahk
menurun an eliminasi
3) distensi
kandung edukasi
kemih 1) anjurkan
menurun BAB/BAK
4) berkemih secara rutin
tidak tuntas
(hesitancy)
menurun
5) frekuensi
BAK
membaik
6) karakteristik
urino
membaik

DAFTAR PUSTAKA
PPNI , T.P. (2016). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
indikator Diagnostik ((cetakan III) ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T.P. (2018) Standar intervensi Keperawatan (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) I ed.) Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T.P (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) I ed) Jakarta: DPP PPNI
Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan Edisi 2. Kimberly A.J
Bilotta

Panduan Praktis Ilmu Penyakit dalam diagnosis dan terapi edisi 2. Prof Dr A
Halim Mubin SpPD, MSc, KPTI

Colitis scrib google

Anda mungkin juga menyukai