PENCERNAAN
(COLITIS)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawan Medikal Bedah 1
Disusun Oleh :
Nita Nadila Febriyanti E.0105.20.030
Diploma 3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi
Tahun Akademik 2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN COLITIS
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Kolistis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon. Kolitis
Ulseratif adalah salah satu dari 2 jenis utama penyakit radang usus (IBD),
bersama dengan penyakit crohn. Tidak seperti penyakit chorn yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari saluran pencernaan, kolistis ulseratif
bersifat hanya melibatkan usus besar dan ileum terminal pada 10% pasien.
(Adam,2010)
Kolistis ulseratif merupakan penyakit yang menyerang kolon dan
rektum dibagian jaringan paling luar atau mukosa. Bentuk lesi ini berupa
daerah peradangan dan ulserasi kontinu tanpa segmen jaringan normal
(Kathleen and Julie, 2003)
Kolistis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum
untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan di usus halus dan
usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala yang mirip
dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit chorn.
penyakit chorn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam
dinding usus dan dapat terjadi dibagian lain dari sistem pencernaan
termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.
2. ETIOLOGI
Etiologi colitis ulseratif masih dianggap idiopatik karena tidak diketahui
penyebab jelas. tetapi diperkiran adanya faktor prediposisi yang berkaitan
adalah keturunan, imunologi, infeksi virus atau bakteri (masih spekulatif)
dan jarang ditemukan pada perokok.
Selain itu ada juga beberapa faktor yang dicurigai menjadi penyebab
terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap
faktor lingkungan dan makanan.
4. PATOFISIOLOGI
Awalnya lesi patologis terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas
pembentukan abses dalam kriptus dipermulaan penyakit, terjadi edema dan
kongesti mukosa. edema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat
sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan
pada permukaan. pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus
pecah melewati dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa yang
menimbulkan terowongan dalam mukosa, mukosa kemudian terkelupas
dalam lumen usus dan meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa
(tukak) pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal tetapi pada stadium
lebih lanjut permukaan mukosa yang menghilang luas sekali mengakibatkan
banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.
Kondisi fisiologis sistem imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari
gesekan dengan fases pada saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun
yang berlebihan pada colitis maka sistem imunnya terjadinya ulkus. Ulkus
terjadi disepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rektum yang
menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya
berwarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan
tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak
akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan
peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus) akibat ulkus yang
menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara
mikroskopik ataupun makroskopik gejala yang sering timbul pada penyakit
colitis ulseratif ini adalah, nyeri perut, diare berdarah, berlendir dan
bernanah, anemia, turunnya berat badan.
PATHWAY
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Sylvia A. & Lorraine M. Wibson,2006)
Terdapat 3 jenis klinis colitis ulseratif yang sering terjadi, dikaitkan dengan
frekuensi timbulnya gajala :
Pada colitis ulseratif bentuk ringan, terjadi diare ringan dengan perdarahan
ringan dan intermitmen. Pada penyakit yang berat, defekasi terjadi lebih dari
6 kali sehari disertai banyak darah dan mukus kehilangan darah dan mukus
yang berlangsung kronis dapat mengakibatkan anemia dan hypoproteinema
nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit
mereda bila defekasi.
6. KLASIFISIKASI
Berdasarkan penyebab dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Colitis infeksi : shigelosis, colitis tuberkulosa, colitis amebic, colitis
pseudomembran, colitis karena virus/bakteri/parasite
2. Colitis non infeksi : colitis ulseratif, penyakit crohn, colitis radiasi, colitis
iskemik colitis mikroskopik, colitis non spesifik
7. KOMPLIKASI
Komplikasi ditemukan pada anus dan kolon. di anus terdapat fisura, abses
perianal, dan fistel perianal. Perforasi kolon dapat terjadi terutama di
sigmoid dan kolon descendens. Komplikasi lain yaitu kolon toksik biasanya
menyebabkan perforasi fatal.
Dilatasi kolon akut atau megakolon toksik disebabkan oleh progresivitas
penyakit di dinding, dapat dicetuskan oleh pemberian sediaan opiat atau
pemeriksaan Roentgent barium. Penderita tampak sakit berat, dengan
takikardi dan syok toksik. Diagnosis dapat dibuat dengan foto polos perut.
Gambaran klinik megakolon toksik juga dapat ditemukan pada morbus
Crohn, demam tifoid dan amubiasis. Pendarahan berat biasanya mengancam
jiwa tetapi jarang terjadi.
Striktur kolon dapat ditemukan pada penyakit kronik yang menimbulkan
nekrosis, polip atau karsinoma. Karsinoma merupakan penyuluit lambat
yang ditemukan pada 25% penderita setelah 20 tahun dan pada 30-40%
setelah 30 tahun. Karsinoma sering timbul multisentrik, begitu juga di kolon
bagian kanan. Karena it bila ditemukan dysplasia epitel mukosa pada
pemeriksaan biopsi harus dipertimbangkan untuk melakukan kolektomi
total.
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran radiologi
a. Poto polos abdomen
1. Untuk melihat organ dalam abdomen
2. Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor, obstruksi/strikura)
3. Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah GI
tract
b. Barium enema
Barium enema atau lower GI series merupakan pemeriksaan X-ray pada
kolon
c. Ultrasonografi (USG)
d. CT-SCAN dan MRI
2. Pemeriksaan edoskopi
Endoskopi temuan dari colitis ulseratif meliputi
- Hilangnya penampilan vascular kolon
- Eritema atau kemerahan dari mukosa
- Ulserasi yang dangkal
- Pseudopolyps
2. Pemeriksaan diagnostic
a. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama
penyakit) terutama mengandung mukosa, darah, dan organisme usus
khususnya entomoeba histolitica
b. Protosigmoidoskopi memperlihatkan usus, edema, hiperermia, dan
inflamasi akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa area yang
menurun pungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi
pada 35% bagian ini
c. Sitology dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan
karsinoma perubahan neoplastic dapat dideteksi juga karakteristik
infiltratinflamasi yang disebut abses bagian bawah
d. Enema bartum
e. Klonoskopi mengidentifikasi adosi perubahan lumen dinding
menunjukan obstruksi usus
f. Kadar besi serum
g. ESR: meningkat karena beratnya penykit terombosis dapat terjadi krena
proses penyakit inflamasi
h. Elektrolit penurunan kalium dan magnesium pada penyakit berat
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur
semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan
aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
b.Sirkulasi
• Tanda: takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan
nyeri)
• Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K)
• TD: Hipotensi, termasuk postural.
•Kulit/membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi)
c.Integritas ego
Gejala: ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Factor stress akut/kronis, missal hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
Tanda ; Menolak, perhatian menyempit, depresi
d.eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau ber air,
episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering, tak dapat
dicontrol ( sebanvak 20-30 kali defekasi/hari): perasaan dorongan/kram
(tenesmus): defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses
Tanda : menurunnya bising usus, tak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang
dapat di lihat. Hemoroid, fisuraanal (25%): fistula perianal ( lebih sering pada
crohn) oliguria
e.makanan/cairan
Gejala ; anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap
diet/sensitive missal buah segar sayur, produk susu, makanan berlemak.
Tanda ; penuruna lemak subkutan/ massa otot. membrane mokusa pucat; luka,
inflamasi rongga mulut.
f.nyeri/kenyamanan
Gejala; nyeri/nyeri tean pada kuadran kiri bawah ( mungkin hilang dengan
defekasi), titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotopobia (iritis)
Tanda : nyeri tekan abdomen/distensi
g.Keamanan
Gejala ; riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis. Arthritis (
memperburuk gejala dengen eksaserbasi penyakit usus ). Peningkatan suhu
39,6-40 (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur.
Alergi terhadap makanan/produk susu ( mengeluarkan histamine kedalam usus
dan mempunyai efek inflamasi )
tanda: lesi kulit mungkin ada missal eritema nodusumc( meningkat, nyeri tekan,
kemerahan, dan bengkak) pada tangan, muka; pioderma gangrenosa (lesi tekan
purulen/lepuh dengan batas ke unguan) pada paha, kaki, dan mata,ankilosa
spondilitis, uveitis, konjungtivitis iritis.
3. ANALISA DATA
Menurut PPNI, T. N. (2007)
No Data Etiologi Masalah
1 Mayor : Lesi pada mukosa usus Nyeri Akut
DS:
1) Mengeluh Nyeri
Pembentukan abses
DO:
1) Tampak Meringis
2) Bersikap protektif Abses Pecah
(mis.waspada,
posisi menghindari
Iritas pada mukosa
nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi
meningkat Nyeri
5) Sulit tidur
Minor :
DS: -
DO:
Tekanan darah
meningkat
1) Pola nafas berubah
2) Nafsu makan
berubah
3) Proses berfikir
terganggu
4) Menarik diri
5) Berfokus pada diri
sendiri
6) Diaphoresis
DO :
1) Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
2) Gambaran EKG
menujukan aritmia
saat/setelah
aktivitas
3) Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
4) Sianosis
Minor :
DS : Stadium lanjut
1) Parastesia
2) Nyeri ekstermitas
(klaudikasi Terjadi perdarahan yang
terus menerus
intermiten)
DO :
1) Edema
2) Penyembuhan luka Perfusi perifer tidak
lambat efektif Anemia
3) Indeks ankle –
brachial <0.90
4) Bruit femoral
DO :
1) Tampak gelisah Tukak tersebar
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Stadium lanjut
Minor :
DS :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia Tahap kronik
3) Palpitasi
4) Merasa tidak
Factor psikologis
berdaya
DO :
Pengulangan dalam
1) Frekuensi nafas
periode waktu
meningkat
2) Frekuensi nadi
meningkat Kecemasan / ansietas
3) Tekanan drah
meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak
pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada
masa lalu
DO : Abses pecah
1) Menunjukan
prilaku tidak
Iritasi pada mukosa
sesuai anjuran
2) Menunjukan
persepsi yang Tukak tersebar
keliru terhadap
masalah
Stadium lanjut
Minor :
DS : -
DO : Tahap kronik
1) Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat Informasi kurang
2) Menunjukan
perilaku yang Tidak menggunakan
berlebihan ( mis sumber
Apatis, Salah persepsi
bermusuhan,
agitasi,hysteria) Kurang pengetahuan /
deficit pengetahuan
6 Mayor infeksi kuman gangguan perfusi
DS : - jaringan/perfusi perifer
DO : tidak efektif
1) Pengisian kafiler mengeluarkan toksin
>3 detik
2) Nadi perifer
meningkatnya motilitas
menurun atau tidak
teraba
3) Akral teraba kesempatan absorbs
dingin
4) Warna kulit pucat
5) Turgor kulit
menurun diare
Minor :
DS : kehilangan cairan dan
1) Parastesia elektrolit
2) Nyeri ekstermitas
(klaudikasi
dehidrasi
intermiten)
DO :
konsentrasi CES
1) Edema
meningkat
2) Penyembuhan luka
lambat
3) Indeks ankle tekanan osmotic menurun
brachial <0.90
4) Bruit femoral
CES menurun
shock
gangguan perfusi
jaringan/resiko perfusi
perifer tidak efektif
7 Mayor : Infeksi kuman Gangguan istirahat tidur /
DS : gangguan pola tidur
1) Mengeluh sulit
tidur Mengeluarkan toksin
2) Mengeluh seing
terjaga
Meningkatkan motilitas
3) Mengeluh tidak
puas tidur
4) Mengeluh pola Kesempatan absorbs
tidur berubah
5) Mengeluh istirahat
tidak cukup Diare
DO : -
Minor : Gangguan istirahat tidur
DS :
1) Mengeluh
kemampuan
beraktivitas
menurun
DO : -
Minor :
DS : Kesempatan absorbs
1) cepat kenyang
setelah makan
Diare
2) kram/nyeri
abdomen
3) nafsu makan Gangguan nutrisi kurang
menurun dari kebutuhan
DO :
1) bising usus
hiperaktif
2) otot mengunyah
lemah
3) otot menelan lemah
4) membrane mukosa
pucat
5) sariawan
6) serum albumin
turun
7) rambut rontok
berlebihan
8) diare
DO : Diare
1) distensi kandug
kemih
2) berkmih tidak Gangguan eliminasi
tuntas
3) volume residu urin
meingkat
Minor
DS : -
DO : -
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan adanya abses pecah menyebabkan iritasi pada mukosa men
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kesempatan absorbs dan diare
3) Anemia berhubungan dengan adanya stadium lanjut menyebabkan terjadinya pendarahan yang
terus menerus
4) Kecemasan berhubungan dengan adanya tahap kronik menyebabkan factor psikologis sehingga
terjadi kecemasan
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan adanya informasi kurang sehingga menyebabkan
salah persepsi sehingga dan kurang pengetahuan
6) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya ces menurun sehingga menyebabkan
shock
7) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya diare dan kesempatan absorbsi
8) Potensi gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya meningkatnya motilitas dan
kesempatan absorbsi
9) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya kesempatan absorbs dan
diare
10) Gangguan eliminasi berhubungan dengan adanya kesempatan absorbs
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi :
1) Jelaskan
penyebab,
periode,
dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3) Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik
jika perlu
kolaborasi
1) kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatk
an asupan
makanan
edukasi
1) anjurkan
berhenti
merokok
edukasi
1) anjurkan
berhenti
merokok
terapeutik
1) ubah posisi
tiap dua
jam jika
tirah baring
edukasi
1) anjurkan
menggunak
a pelembab
( mis
lotion/seru
m)
DAFTAR PUSTAKA
PPNI , T.P. (2016). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
indikator Diagnostik ((cetakan III) ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T.P. (2018) Standar intervensi Keperawatan (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) I ed.) Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T.P (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) I ed) Jakarta: DPP PPNI
Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan Edisi 2. Kimberly A.J
Bilotta
Panduan Praktis Ilmu Penyakit dalam diagnosis dan terapi edisi 2. Prof Dr A
Halim Mubin SpPD, MSc, KPTI