FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2022 A. Pengertian Kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang bertumbuh pada indung telur perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang berbeda dengan penyakit kanker yang berisi cairan atau setengah cairan. B. penyebab Kista ovarium disebabkan oleh gangguan pembentukan hormone pada hipotalamaus, hipofisis dan ovarium. Penyebab lain timbulnya kista adalah ovarium adalah adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya bakteri dan virus, adanya zat dioksin dan asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya kista, faktor makan makanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko timbulnya kista. C. Faktor Resiko Terjadinya Kista 1. Usia Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang, akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas. 2. Status menopause Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang rendah. 3. Pengobatan infertilitas Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan). Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista berkembang. 4. Kehamilan Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin). 5. Hipotiroid Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel. 6. Merokok Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika seseorang merokok. 7. Ukuran massa Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5 cm dan akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada wanita pascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki kemungkinan besar bersifat ganas. 8. Kadar serum petanda tumor CA-125 Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada usia reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL, sedangkan pada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih. 9. Riwayat keluarga Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium, payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita terkena kista ovarium. 10. Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel. 11. Obesitas Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen merupakan faktor utama dalam terbentuknya kista ovarium D. Klasifikasi 1. Kista ovarium neoplastik Kista ovarium neoplastik yaitu jenis kista yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Kistadenoma ovari serosum b. Kistadenoma ovari musinosum c. Kista dermoid d. Kista ovari simplek e. Kista endometroid 2. Kista ovarium non-neoplastik Kista ovarium non-neoplastik yaitu jenis kista yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Ovarium polisistik b. Kista folikuler c. Kista korpus luteum d. Kista inklusi germinal E. Manifestasi Klinis Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain: 1. Sering tanpa gejala. 2. Nyeri saat menstruasi. 3. Nyeri pada perut bagian bawah. 4. Nyeri saat berhubungan badan. 5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki. 6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil. 7. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak. F. Patofisiologi Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak 1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satu tahun ovarium berisi folikel kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsang oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak, bersamaan dengan lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative pada hipotalamus pituitari neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 unit dari selama 35- 40 tahun dalam masa kehidupan reproduksi, 400-500 mengalamai proses ovulasi, folikel primer akan menipis sehingga pada saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal.pada rentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi peningkatan hilangnya folikel berhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan hilangnya folikel kemungkinan disebabkan peningkatan stimulasi FSH. Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi hipotalamus hipofisis-gonad di mana melibatkan folikel dan korpus luteum, hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan faktor autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus menghasilkan gonadotrophin releasing hormone (GnRH), yang disekresi secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga. Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua karena darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amnorea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur G. Pathway H. Pemeriksaan Penunjang 1. Laparoskopi 2. USG 3. MRI 4. CT-Scan I. Penatalaksanaan Kista ovarium memiliki beragam tata laksana, mulai dari observasi ketat sampai dengan melakukan pembedaan untuk mengangkat kista seperti dengan laparoskopi atau laparotomi. Penentuan terapi didasarkan pada ukuran kista, tingkat keganasan, dan gejala yang ditimbulkan. Metode observasi dapat dilakukan pada kista yang ditemukan pada perempuan prepubertas dan wanita yang berada dalam masa reproduksi ataupun pada kista yang asimptomatik. Pada kelompok tersebut kebanyakan kista ovarium yang diderita merupakan kista fungsional yang akan terregresi spontan dalam waktu 6 bulan. Sebaliknya, wanita postmenopause memiliki risiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi keganasan. Prevalensi kista ganas lebih tinggi daripada kista jinak pada wanita postmenopause. Pembedahan dapat dilakukan apabila kista berukuran cukup besar sehingga menimbulkan gejala ataupun pada kecurigaan keganasan. Pembedahan yang dapat dilakukan berupa cystectomy ataupun oophorectomy. Pada cystectomy hanya dilakukan pengangkatan kista tanpa mengangkat seluruh ovarium. Dengan metode ini fertilitas tetap dapat dipertahankan. Metode ini umumnya dilakukan untuk lesi yang berukuran kecil dan pasien masih dalam usia reproduktif dan masih ingin untuk hamil. Sedangkan untuk lesi yang lebih besar lebih dianjurkan untuk dilakukan oophorectomy yaitu metode dnegan mengangkat seluruh ovarium karena pada kista yang berukuran lebih besar lebih rendah untuk terjadi ruptur pada saat dilakukan enukleasi. J. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC). C. Riwayat persalinan sekarang meliputi: a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC b. Tanggal/jam persalinan c. Jenis kelamin bayi d. Jumlah perdarahan e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi atau tidak E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari keluarga G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan H. Pemeriksaan Fisik meliputi: a. Status Obstetri b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak. d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak. e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung. f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus. g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus IVFD atau tidak, akral dingin. h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan. i. Obat-obatan yang dikonsumsi 2. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB, USG, dan CT-Scan 3. Diagnosa yang mungkin muncul 1. Nyeri akut 2. Hambatan Moblitas Fisik Hari/ tanggal/ No. Perencanaan jam DX Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional Kamis/ 8-12-22 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O: - mengidentifikasi lokasi 07.0 IB diharapkan nyeri berkurang. Dengan 1. Identifikasi lokasi nyeri, nyeri, karakteristik, durasi, kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuenasi, frekuenasi, kulaitas dan Kriteria A T kulaitas dan intensitas nyeri intensitas nyeri serta skala Keluhan nyeri 1 5 2. Identifikasi skala nyeri nyeri dapat membantu untuk Meringis 1 5 3. Identifikasi respon nyeri mengetahui terapi yang Gelisah 1 5 nonverbal tepat T: - respon nyeri dapat dilihat 1. Berikan teknik dari respon nonverbal nonfarmakologis untuk seperti meringis atau mengurangi nyeri merintih 2. Kontrol lingkingan yang - terapi nonfarmakologis memperberat nyeri dapat membantu E: menurunkan nyeri tanpa 1. Anjurkan memonitor nyeri menggunakan obat secara mandiri - kontrol lingkungan 2. Ajarkan teknik nonfarmakologi bermanfaat untuk untuk mengurangi nyeri memberikan kenyamanan K: pada pasien sehingga tidak 1. Kolaborasi pemberian memperparah kondisi nyeri analgetik, jika perlu - memonitor nyeri secara mandiri dapat membant pasien untuk mengontrol nyeri jika tidak ada perawat - obat analgetik adalah obat yang bermanfaat untuk menurunkan nyeri. Kamis/ 8-12-22 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O: - Mobilitas fisik dapat 07.00 WIB diharapkan mobilitas fisik meningkat. - Identifikasi adanya nyeri dipengaruhi oleh keluhan Dengan kriteria hasil: atau keluhan fisik lainnya fisik, sehingga Kriteria A T - Identifikasi toleransi fisik mengidentifikasi hal Pergerakan ekstremitas 1 5 melakukan pergerakan tersebut dapat membantu Kekuatan otot 1 5 N: perawat penyebab pasien Kaku sendi 1 5 - Fasilitasi aktivitas mengalami gangguan Kelemahan fisik 1 5 mobilisasi dengan alat mobilitas bantu - Mengidentifikasi - Fasilitasi melakukan toleransi pergerakan pergerakan dapat membantu pasien E: untuk tetap melakukan - Anjurkan melakukan pergerakan mobilisasi dini - Memfasilitasi pasien - Anjurkan mobilisasi dengan alat bantu yang sederhana yang harus diberikan dapat dilakukan membantu pasien untuk C: melakukan aktivitas dini. - Libatkan keluarga untuk - Melatih diri dengan membantu pasien dalam melakukan mobilisasi meningkatkan pergerakan. dini dan sederhana dapat melatih fisik agar tidak kaku pada sendi - Melibatkan keluarga membantu pasien mendapat dukungan