PECAH DINI (KPD) DI RUANG VK RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NAMA : WITNA HASTITI
NIM : 2211040085 KELOMPOK : 24
PROGRAM STUUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2022 A. Pengertian Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the Membranes (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya proses persalinan pada kehamilan aterm. Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM) adalah pecahnya ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi B. Penyebab Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini yaitu sebagai berikut: 1. Multipara dan Grandemultipara 2. Hidramnion 3. Kelainan letak: sungsang atau lintang 4. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) 5. Kehamilan ganda 6. Pendular abdomen (perut gantung) C. Tanda Dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017). Adapun menurut Norma (2013) tanda dan gejala ketuban pecah dini meliputi: 1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. 2. Dapat disertai demam apabila sudah terdapat infeksi. 3. Janin mudah diraba, pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. 4. Pada pemeriksaan inspekulo tampak selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering atau tampak air ketuban mengalir. 5. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina dengan bau manis dan tidak seperti bau amoniak. 6. Bercak vagina yang banyak. 7. Nyeri perut 8. Denyut jantung janin bertambah cepat yang merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi D. Patofisiologi Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone of exteme altered morphologi. E. Komplikasi Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin yaitu: 1. Prognosis Ibu Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal. 2. Prognosis Janin Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal. F. Faktor Prediposisi Terdapat beberapa faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya KPD yaitu sebagai berikut: 1. Infeksi : Infeksi yang terjadi langsung pada selaput ketuban dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban yang mengakibatkan KPD. 2. Servik yang inkompetensia, dimana terdapat kanalis servikalis yang selalu terbuka, yang terjadi akibat trauma persalinan atau curetage. 3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan misalnya trauma hidramnion, gamelli. 4. Trauma dari hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya diserta infeksi. 5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehigga tidak terdapat bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. 6. Keadaan sosial ekonomi. 7. Faktor lain, seperti: a. Faktor golongan darah yang diakbatkan oleh golongan darah ibu dan janin yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban. b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askobarat (Vit C). e. Riwayat kelahiran premature. f. Merokok. g. Perdarahan antepartum. h. Inkompetensi servik (leher rahim) i. Polihidramnion (caran ketuban berlebih) j. Riwayat KPD sebelunya k. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban l. Kehamilan kembar. Pada kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. m. Servik yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu. n. Infeksi paa kehamilan seperti bacterial vagionosis G. Penatalaksanaan 1. Rawat di rumah sakit. 2. Beri antibiotik: bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisilin 4x500 mg atau gentamycin 1x 80 mg. 3. Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. 4. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal ini sangat tergantung pada kemampuan keperawatan bayi prematur). 5. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterine). 6. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru-paru janin. H. Pengkajian Keperawatan Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien. 1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan. 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan. c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah. 3. Pola-pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya. b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya. c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah 16 kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB). e. Pola istirahat dan tidur Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan. f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. g. Pola penagulangan stres Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak. h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya. i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas 17 klien dibantu oleh keluarganya (Asrining, dkk. 2003). 4. Pemeriksaan fisik a. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan b. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menerang yang salah. c. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning. d. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga. e. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang- kadang kadang ditemukan pernapasan cuping hidung f. Dada Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae. g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat. h. Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak. i. Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur. j. Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. k. Muskuluskeletal Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi. l. Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim. b. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. c. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir prematur. J. rencana Keperawatan Hari/ tanggal/ No. Perencanaan jam DX Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional Senin/ 18-12-22 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O: - mengidentifikasi lokasi 07.00 WIB diharapkan nyeri berkurang. Dengan 1. Identifikasi lokasi nyeri, nyeri, karakteristik, durasi, kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuenasi, frekuenasi, kulaitas dan Kriteria A T kulaitas dan intensitas nyeri intensitas nyeri serta skala Keluhan nyeri 1 5 2. Identifikasi skala nyeri nyeri dapat membantu untuk Meringis 1 5 3. Identifikasi respon nyeri mengetahui terapi yang Gelisah 1 5 nonverbal tepat T: - respon nyeri dapat dilihat 1. Berikan teknik dari respon nonverbal nonfarmakologis untuk seperti meringis atau mengurangi nyeri merintih 2. Kontrol lingkingan yang - terapi nonfarmakologis memperberat nyeri dapat membantu E: menurunkan nyeri tanpa 1. Anjurkan memonitor nyeri menggunakan obat secara mandiri - kontrol lingkungan 2. Ajarkan teknik nonfarmakologi bermanfaat untuk untuk mengurangi nyeri memberikan kenyamanan K: pada pasien sehingga tidak 1. Kolaborasi pemberian memperparah kondisi nyeri analgetik, jika perlu - memonitor nyeri secara mandiri dapat membant pasien untuk mengontrol nyeri jika tidak ada perawat - obat analgetik adalah obat yang bermanfaat untuk menurunkan nyeri. Senin/ 18-12-22 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bersihkan lingkungan Agar terhindar dari infeksi 07.00 WIB diharapkan resiko infeksi menurun. 2. setelah dipakai pasien lain. yang berlebih dan Dengan kriteria hasil: 3. Batasi pengunjung bila memperparah keadaan, Kriteria A T perlu. sehingga upaya pencegahan Demam 1 5 4. Instruksikan pada dapat dilakukan dengan baik. Nyeri 1 5 pengunjung untuk mencuci Kadar sel darah putih 1 5 tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien. 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan. 6. Gunakan sarung tangan sebagai alat pelindung. 7. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik bila perlu Senin/ 18-12-22 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang Untuk membantu 07.00 WIB diharapkan ansietas menurun. Dengan menenangkan. mengurangi kecemasan dan kriteria hasil: 2. Nyatakan dengan jelas meningkatkan kepercayaan Kriteria A T harapan terhadap pelaku pasien pada perawat Verbalisasi khawatir 1 5 pasien. Perilaku tegang 1 5 3. Jelaskan semua prosedur Perilaku gelisah 1 5 dan apa yang dirasakan Frekuensi nadi 1 5 selama prosedur. 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut. 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis. 6. Dorong keluarga untuk menemani anak. 7. Dengarkan dengan penuh perhatian. 8. Identifikasi tingkat kecemasan. 9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan. 10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi. 11. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi