Anda di halaman 1dari 6

KETUBAN PECAH DINI

KETUBAN PECAH DINI


1. I. DEFINISI
Ada bermacam-macam batasan, teori dan definisi mengenai KPD. Beberapa penulis
mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-
tanda persalinan , ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu,
misalnya 1 jam  atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam
ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan
servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.Sebagian besar ketuban pecah
dini adalah hamil aterm diaras 37 minggu,sedangakan 36 minggu tidak terlalu
banyak.
(Prof.dr.I.B.G.Manuaba)
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the
membrane(PROM)adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang dari 5cm.(Sinopsis Obsteri
jilid 2)
Ketuban dinyatakan pecah dini yaitu ketuban pecah bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung(Sarwono Prawirohardjo).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan  terjadi sebelum proses persalinan pecahnya 
selaput ketuban dapat  terjadi pada kehamilan preterm sebelum 37 minggu
maupun aterm.(Saipudin Abdul Bari).
1. II. PATOFISIOLOGI
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membrane fetal
akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran yang mengalami rupture
premature ini tampak memiliki defek fokal dibanding kelemahan menyeluruh.
Daerah dekat tempat pecahnya membrane ini disebut “ restricted zone of extreme
altered morphology” yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan kerusakan
jaringan kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa.
Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakan daerah
breakpoint awal. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah
akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien dengan resiko tinggi
1. III. ETIOLOGI
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.  Beberapa laporan menyebutkan
banyak faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa
ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4.Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
5.Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain yang dapat memicu terjadinya KPD:
a.Faktor golonngan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan 
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
b.Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c.Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
d.Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Faktor Risiko.
Berbagai faktor risiko berhubungan dengan timbulnya ketuban pecah dini. Ras kulit
hitam cenderung memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
Pasien dengan status sosio ekonomi rendah , perokok, riwayat penyakit menular
seksual, riwayat persalinanpreterm sebelumnya, perdarahan pervaginam atau
distensi uteri ( misal polihidramnion dan gemelli ) memiliki risiko tinggi. Tindakan
prosedural seperti amniosentesis juga dapat memicu ketuban pecah dini.
Beberapa faktor risiko yang memicu terjadinya ketuban pecah dini ialah :
1. Kehamilan multiple : kembar dua ( 50%) , kembar tiga ( 90 %).
2. Riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2-4x
3. Tindakan segama : tidak berpengaruh kepada resiko, kecuali jika hygiene
buruk ,       predisposisi terhadap infeksi.
4. perdarahan pervaginam : trimester pertama ( risiko 2x ) , trimester
kedua/ketiga ( 20x )
5. Bakteriuria : risiko 2x ( prevalensi 7 % )
6. PH vagina di atas 4,5 : risiko 32% ( vs. 16%)
7. Servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% ( vs 7%)
8. Flora vagina abnormal : risiko 2-3x
9. Fibronectin > 50 mg/ml : risiko 83% ( vs 19% )
10. Kadar CRH ( corticotropoin releasing hormone ) maternal tinggi misalnya pada
stress psikologis , dsb. Dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.
1. IV. GEJALA DAN TANDA
 Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
 Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah.
 Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
 Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
1. V. MANIFESTASI KLINIS
 Keluar air ketuban warna putih keruh,jernih,kuning,hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
 Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
 Janin mudah diraba
 Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada,air ketuban sudah
kering.
 Inspekulo ,tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
Setelah ketuban pecah dini pada kondisi “term’, sekitar 70% pasien akan memulai
persalinan dalam 24 jam, dan 95% dalam 72 jam. Setelah ketuban pecah dini
preterm, periode latensi dari ketuban pecah hingga persalinan menurun terbalik
dengan usia gestasional, misalnya pada kehamilan minggu ke 20 hingga ke 26, rata-
rata periode latensi sekitar 12 hari. Pada kehamilan minggu ke 32 hingga ke 34,
periode latensi berkisar hanya 4 hari.
Ketuban pecah dini dapat memberikan stress oksidatif terhadap ibu dan bayi.
Peningkatan lipid peroxidation dan aktivitas proteolitik dapat terlihat dalam
eritrosit. Bayi premature memiliki pertahanan antioksidan yang lemah. Reaksi
radikal bebas pada bayi premature menunjukan tingkat lipid preoxidation yang
lebih tinggi selama minggu pertama kehidupan. Beberapa komplikasi pada
neonatus diperkirakan terjadi akibat meningkatnya kerentanan neonatus terhadap
trauma radikal oksigen.
1. VI. DIAGNOSA
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang
positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu awal
atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa
yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko
infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu
diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :
1.Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lendir dan darah.
2.Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
3.Pemeriksaan dengan spekulum.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium
uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.
4.Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam. ,karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
5.Pemeriksaan Penunjang
5.1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan      
pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
birumenunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
5.2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun
pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sederhana.
1. VII. PROGNOSA
Prognogis: Bila jarak pecahnya ketuban dengan partus:
 24 jam -> kematian perinatal 2x
 48 jam -> kematian perrinatal meningkat 3x
1. VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu
mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang
berhubungan dengan persalinan dan resiko infeksi terhadap ibu dan
janin.Penatalaksanaannya meliputi:
1. Medikasi 
• Kortikosteroid.
Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal  
pasca ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan risiko terjadinya
sindrom distress pernafasan ( 20 – 35,4% ), hemoragi intraventrikular ( 7,5 –
15,9% ), enterokolitis nekrotikans ( 0,8 – 4,6% ). Rekomendasi sebagian besar
menggunakan betamethason ( celestone ) intramuscular 12 mg setiap 24 jam
selama 2 hari. National Institute of Health merekomendasikan pemberian
kortikosteroid sebelum masa gestasi 30 – 23 minggu, dengan asumsi viabilitas fetus
dan tidak ada infeksi intra amniotik. Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi
34 minggu masih controversial dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti
immaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis.
• Antibiotik
Pemberian antibiotic pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi
neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan
meliputi ampisilin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam
selama 48 jam, diikuti pemberian amoksisilin 250 mg dan eritromisin 333 mg setiap
8 jam untuk lima hari. Pasien yang mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat
mempertahankna kandungan selama 3 minggu setelah penghentian pemberian
antibiotik setelah 7 hari.
• Agen Tokolitik
Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi
namun tidak memperbaiki luaran neonatal. TIdak banyak data yang tersedia
mengenai pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen
tokolitik jangka panjang tidak diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil
penelitian lebih jauh.
2. Penatalaksanaan berdasarkan masa gestasi
• Masa gestasi dibawah 24 minggu
Sebagian besar pasien akan mengalami persalinan dalam 1 minggu bila terjadi 
ketuban pecah dini dengan periode latensi sekitar 6 hari , dan sebagian besar yang
lahir biasanya mengalami banyak masalah seperti penyakit paru kronik, gangguan
neurology dan perkembangan, hidrosefalus dan cerebral palsy. Sekitar 50% janin
dengan ketuban pecah dini pada minggu ke 19 akan mengalami sindrom Potter,
25% pada mereka yang lahir di minggu ke 22 dan 10% pada mereka yang lahir
setelah maa gestasi 26 mingu. Pasien harus mendapat konseling mengenai manfaat
dan risiko penatalaksanaan akan kemungkinan bayi tidak dapat bertahan secara
normal.
• Masa gestasi 24 – 31 minggu
Persalinan sebelum masa gestasi 32 memicu morbiditas dan mortalitas neonatal
berat. Bila tidak dijumpai infeksi intraamniotik maka kehamilan diupayakan
dipertahankan hingga 34 minggu. Bila ada infeksi intraamniotik maka pasien akan
melahirkan dalam waktu 1 minggu. Klinisi harus memberikan kortikosteroid dan
antibiotik serta melakukan penilaian menyeluruh mengenai keadaan janin melalui
monitoring fetal dan ultrasonografi. Pemberian kortikosteroid pada masa gestasi 24
-28 minggu tidak banyak bermanfaat.
• Masa gestasi 32 – 33 minggu
Biasanya Mengalami masalah dengan maturitas paru-paru, induksi persalinan dan
penanganan bayi premature harus segera direncanakan. Upaya mempertahankan
kehamilan lebih lama setelah maturitas paru akan meningkatkan risiko amnionitis
maternal, kompresi umbilical cord, rawat inap yang makin lama dan infeksi
neonatal.
• Masa gestasi 34 – 36 minggu
Biasanya klinisi menghindari upaya memperlama kehamilan. Sebuah studi
menunjukan bahwa penatalaksanaan konservatif antara masa gestasi 34 hingga 36
minggu akan meningkatkan risiko korioamnititis. Walaupun kortikosteroid tidak
diindikasikan untuk kehamilan lewat 34 minggu, pemberian antibiotik tetap
dilakukan sebagai profilaksis infeksi streptococcus group B dan fasilitasi
penanganan neonatus perematur harus disiapkan segera. Ketuban pecah dini
preterm atau perterm PROM bukan merupakan kontraindikasi persalinan
pervaginam.
KETUBAN PECAH
≤ 37 MINGGU ≥ 37 MINGGU
Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi
 Berikan
penicillin,gentamisin,dan
metronidazol
 Lahirkan bayi
 Amoksisilin+eritromisi
n untuk 7 hari
 Steroid untuk
pematangan paru
 Berikan
penicillin,gentamisin, dan
metronidazol
 Lahirkan bayi
 Lahirkan bayi
 Berikan ampicilin atau
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN
Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi
Stop antibiotic Lanjutkan untuk Tidak perlu antibiotik
24-48 jam setelah
bebas panas
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah :
1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi
dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit
2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang
keluar
3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan
berhubungan seksual atau mandi berendam
4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi
dari dubur
5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

Anda mungkin juga menyukai